Anda di halaman 1dari 22

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Disusun Oleh
kelompok 03:
1.Humaira (1704108010004)
2.Khairul Agus Munizar (1704108010006)
3.Ade Reza Luqfi (1704108010017)
4.M.Affhan Zuhri (1704108010018)
5.Rahmatsyah Putra (1704108010026)
6.Cut Mudzhalifa (1704108010036)
7.Ragil Fahmi (1704108010045)

Dosen Pembimbing Oleh: Nurul Kamal, ST., M.Sc


MEKANIKA TEKNIK
PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2018

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kepada Nurul Kamal, ST.,
M.Sc Dosen mata kuliah Mekanika Teknik pengantar lingkungan universitas syiah kuala yang
telah memberikan bimbingan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Kesetimbangan Benda Tegar.Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna ,karena bahwasanya
manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa serta kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah kami buat dan disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Banda Aceh, 07 November 2018

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 7
2.1 Kesetimbangan Benda Tegar ............................................................ 7
2.1.1 Torsi ..................................................................................... 7
2.1.2 Arah Torsi ............................................................................ 9
2.2 Syarat Syarat Kesetimbangan Benda Tegar .................................. 11
2.2.1 Syarat pertama Kesetimbangan Benda Tegar....................... 11
2.3 Hubungan Momen Gaya (Torsi) dengan Percepatan Sudut .......... 14
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 20
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk bila gaya dikerjakan
pada benda tersebut. Benda tegar akan melakukan gerak translasi apabila gaya yang diberikan
pada benda tepat mengenai suatu titik yang yang disebut titik berat. Titik berat merupakan titik
dimana benda akan berada dalam keseimbangan rotasi (tidak mengalami rotasi). Pada saat benda
tegar mengalami gerak translasi dan rotasi sekaligus, maka pada saat itu titik berat akan
bertindak sebagai sumbu rotasi dan lintasan gerak dari titik berat ini menggambarkan lintasan
gerak translasinya,misalnya tongkat pemukul kasti, kemudian kita lempar sambil sedikit
berputar. Kalau kita perhatikan secara aeksama, gerakan tongkat pemukul tadi dapat kita
gambarkan seperti membentuk suatu lintasan dari gerak translasi yang sedang dijalani dimana
pada kasus ini lintasannya berbentuk parabola. Tongkat ini memang berputar pada porosnya,
yaitu tepat di titik beratnya. Dan secara keseluruhan benda bergerak dalam lintasan parabola.
Lintasan ini merupakan lintasan dari posisi titik berat benda tersebut.
Demikian halnya seorang peloncat indah yang sedang terjun ke kolam renang. Dia
melakukan gerak berputar saat terjun. sebagaimana tongkat pada contoh di atas, peloncat indah
itu juga menjalani gerak parabola yang bisa dilihat dari lintasan titik beratnya. Perhatikan gambar
berikut ini. Seorang yang meloncat ke air dengan berputar.
Jadi, lintasan gerak translasi dari benda tegar dapat ditinjau sebagai lintasan dari letak
titik berat benda tersebut. Dari peristiwa ini tampak bahwa peranan titik berat begitu penting
dalam menggambarkan gerak benda tegar.
Cara untuk mengetahui letak titik berat suatu benda tegar akan menjadi mudah untuk
benda-benda yang memiliki simetri tertentu, misalnya segitiga, kubus, balok, bujur sangkar, bola
dan lain-lain. Yaitu d sama dengan letak sumbu simetrinya. Hal ini jelas terlihat pada contoh

4
diatas bahwa letak titik berat sama dengan sumbu rotasi yang tidak lain adalah sumbu
simetrinya.

5
1.2 Rumusan Masalah
a. Pengertian kesetimbangan benda tegar ?
b. Pengertian torsi ?
c. Apa saja arah torsi ?
d. Apa saja syarat syarat kesetimbangan benda tegar ?
e. Apa saja hubungan Momen Gaya (Torsi) dengan Percepatan Sudut ?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian kesetimbangan benda tegar
b. mengetahui pengertian torsi
c. mengetahui macam macam arah torsi
d. mengetahui syarat syarat kesetimbangan benda tegar
e. mengetahui hubungan momen gaya (torsi) dengan percepatan sudut

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesetimbangan Benda Tegar


Konsep kesetimbangan benda tegar merupakan pengetahuan dasar yang sangat penting
dan mempunyai banyak penerapan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada bidang
teknik.Pemahaman dan perhitungan mengenai gaya-gaya yang bekerja pada benda yang berada
dalam keadaan setimbang statis sangat penting, khususnya bagi para ahli teknik (arsitek atau
insinyur).Dalam merancang sesuatu, baik gedung, jembatan, kendaraan, dll, para arsitek atau
insinyur juga memperhitungkan secara saksama, apakah struktur suatu bangunan, kendaraan,
jembatan dll, mampu menahan gaya-gaya yang bekerja padanya sehingga tidak ambruk.

2.1.1 Torsi
Torsi sama dengan gaya pada gerak translasi. Torsi menunjukkan kemampuan sebuah
gaya untuk membuat benda melakukan gerak rotasi. Sebuah benda akan berotasi bila
dikenai torsi. Perhatikan pada sebuah pintu, coba bandingkan apabila kita mendorong pintu pada
ujung pintu dengan kita mendorong pada bagian tengah pintu.Mana yang lebih mudah untuk
membuka pintu? Kita akan merasakan gaya yang diperlukan untuk mendorong pintu agar
terbuka akan lebih ringan apabila dibandingkan dengan mendorong di ujung pintu.
Jika pada sebuah benda diberikan gaya sebesar F maka benda akan memiliki percepatan yang
disebabkan oleh gaya tersebut. Percepatan benda memiliki arah yang sama dengan arah gaya
yang diberikan padanya. Bagaimana dengan benda yang berotasi?Bagaimana gayanya?

Gambar diatas adalah gambar dari "Torsi fisika”.

7
a.sebuah balok diberi gaya F, benda akan bertranslasi, jika balok di bagian tengah dipaku
sehingga balok tidak dapat bertanslasi tapi dapat berotasi,

b.bila gaya diberikan pada sudut B benda akan berotasi, dengan arah berbeda dengan (b),
c. begitu juga bila diberikan pada sudut C
Besarnya torsi tergantung pada gaya yang dikeluarkan serta jarak antara sumbu putaran
dan letak gaya. Mari kita tinjau sebuah batang dengan salah satu ujungnya berupa engsel tetapi
masih bisa bergerak memutar. Misalnya ujung yang dipatri adalah ujung yang kita letakan di titik
(0,0,0) dan ujung satunya merupakan ujung yang bebas adalah ujung satunya. Batang kita
letakan pada sumbu x.
Pada benda dengan salah satu ujungnya berupa engsel sehingga tidak dapat bertranslasi
tapi bisa berotasi. Diberi gaya dengan berbagai arah. Ditunjukkan juga skema gaya dan posisinya
sebagai berikut:

Gambar diatas adalah "Gaya Pada Benda Berotasi"

a.arah r sejajar dengan arah F,


b. arah r tegak lurus dengan arah F,
c.arah r membentuk sudut θ terhadap F.

8
Jika gaya yang kita berikan sejajar dengan arah batang ternyata batang tidak berotasi.
Kita dapat melihat skema pada pada gambar a diatas. Jika arah gaya tegak lurus maka batang
akan berotasi. Seperti yang ditunjukkan gambar b diatas.
Bagaimana kalau gaya membentuk sudut θ yang besarnya sembarang dengan batang?
Jika gaya membentuk sudut sembarang terhadap batang, benda akan berotasi tetapi percepatan
sudut yang dihasilkan akan berbeda dengan jika sudutnya tegak lurus. Hal itu ditunjukkan pada
gambar c diatas. Perhatikanlah arah putaran akan barlawanan bila gaya yang diberikan
berlawanan arah.
Torsi disebut juga momen gaya dan merupakan besaran vektor. Torsi adalah hasil per
silang antara vektor posisi r dengan gaya F.
Pada batang di atas vektor r adalah vektor yang berawal di ujung batang yang dipatri dan
berujung atau berarah di ujung yang lainnya. Bila gaya tegak lurus maka θ = 90 sehingga nilai
sin θ = 1. Torsi yang dilakukan pada batang maksimal. Bila sejajar dengan , maka nilai sin θ
= 0 sehingga besarnya torsi 0 dan batang tidak berotasi. Besar torsidapat kita tuliskan sebagai :

Dengan l =r sin θ

2.1.2 Arah Torsi


Lengan torsi ditunjukkan oleh l. Lengan torsi sebuah gaya didefinisikan sebagai panjang
garis yang ditarik di titik sumbu rotasi sampai memotong tegak lurus garis kerja gaya seperti
pada gambar berikut:

Gambar diatas adalah "Lengan Torsi"

9
Perhatikan dengan arah torsi, arah torsi menuruti aturan putaran tangan kanan seperti
pada gambar berikut:

Gambar diatas adalah "Hukum Tangan Kanan Untuk Torsi"

Jika arah putaran berlawanan dengan arah jarum jam maka arah torsi ke atas, dan arah
bila arah putaran searah dengan arah putaran jarum jam maka arah torsi ke bawah. Kita dapat
melihatnya dengan sebuah sistem koordinat. Bila batang terletak pada sumbu xdan pangkal
vektor r di titik (0,0,0). Gaya pada arah sumbu y positif batang akan berputar melawan arah
jarum jam, arah torsi ke arah sumbu z positif. Sebaliknya bila arah gaya kearah sumbu y negatif,
putaran batang berlawanan dengan arah jarum jam, arah torsi ke sumbu z negatif. Jika arah gaya
tidak tepat pada arah sumbu y tetapi membentuk sudut θ terhadap sumbu x, maka arah torsi dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar diatas adalah "Arah Torsi"

10
Arah torsi untuk F berarah sembarang.Arah sumbu y positif adalah arah masuk bidang gambar.
a.torsi memiliki arah ke sumbu z positif, tetapi arah putarannya berlawanan arah dengan arah
jarum jam,
b. arah torsi ke sumbu z negatif, arah putarannya searah dengan arah jarum jam.

Jika pada sebuah benda bekerja lebih dari satu torsi bagaimana dengan gerakan benda?
Jika pada benda bekerja lebih dari 1 torsi maka torsi total adalah jumlahan dari seluruh torsi
yang bekerja.

Gambar diatas adalah "Torsi Pada Titik Tumpu"


Pada batang dengan titik tumpu pada ujung kiri batang, ada dua gaya yang bekerja pada
batang.
Pada gambar diatas gaya F1 akan menyebabkan batang berputar searah dengan jarum
jam, gaya F2 akan menyebabkan benda berputar berlawanan arah dengan arah jarum jam.Torsi
total adalah jumlah kedua torsi tersebut.

2.2 Syarat-syarat Kesetimbangan Benda tegar

2.2.1 Syarat Pertama Kesetimbangan Benda Tegar.


Hukum II Newton menyatakan bahwa jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda
(benda dianggap sebagai partikel) tidak sama dengan nol maka benda akan bergerak dengan
percepatan konstan di mana arah gerakan benda sama dengan arah resultan gaya. Jika resultan
gaya bernilai nol maka benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan.

11
Ketika sebuah benda diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, benda tidak
mempunyai percepatan (a). Karena percepatan (a) = 0 maka persamaan di atas berubah menjadi :
Persamaan ini dapat diuraikan ke dalam komponennya pada sumbu x, sumbu y dan
sumbu z.
Jika gaya-gaya bekerja pada arah horisontal saja maka digunakan persamaan 1.Jika gaya-
gaya bekerja pada arah vertikal saja maka digunakan persamaan 2.Jika gaya-gaya bekerja pada
suatu bidang (dua dimensi) maka digunakan persamaan 1 dan 2.Jika gaya-gaya bekerja pada
suatu ruang (tiga dimensi) maka digunakan persamaan 1, 2 dan 3.
Gaya merupakan besaran vektor, gaya mempunyai besar dan arah. Dengan mengacu pada
koordinat kartesius (sumbu x, y dan z) dan sesuai dengan ketetapan, jika gaya searah dengan
sumbu x negatif (ke kiri) atau gaya searah sumbu y negatif (ke bawah) maka gaya bertanda
negatif. Sebaliknya jika gaya searah dengan sumbu x positif (ke kanan) atau gaya searah sumbu
y positif (ke atas) maka gaya bernilai positif.

Contoh 1.
Keterangan gambar :
F = gaya tarik, fg = gaya gesek, N = gaya normal, w = gaya berat, m = massa, g = percepatan
gravitasi. Benda sedang diam karena jumlah semua gaya yang bekerja pada benda sama dengan
nol. Tinjau setiap gaya yang bekerja pada benda. Gaya yang bekerja pada arah horisontal (sumbu
x) :

Gaya tarik (F) dan gaya gesek (fg) mempunyai besar yang sama tetapi arahnya berlawanan. Arah
gaya tarik ke kanan atau searah sumbu x positif (gaya bertanda positif), sebaliknya arah gaya

12
gesek ke kiri atau searah sumbu x negatif (bertanda negatif). Karena besar kedua gaya sama
(diwakili oleh panjang panah yang sama) dan arah kedua gaya berlawanan maka jumlah kedua
gaya ini sama dengan nol. Gaya yang bekerja pada arah vertikal (sumbu y) :
Pada komponen vertikal (sumbu y) terdapat gaya berat (w) dan gaya normal (N). Arah gaya berat
tegak lurus menuju pusat bumi atau searah sumbu y negatif (gaya bertanda negatif), sedangkan
gaya normal searah sumbu y positif (gaya bertanda positif). Besar kedua gaya ini sama tetapi
arahnya berlawanan maka kedua gaya saling melenyapkan.
Benda pada contoh di atas sedang diam karena resultan gaya yang bekerja pada benda, baik pada
sumbu horisontal maupun sumbu vertikal sama dengan nol.
Contoh 2.

Gaya berat dan gaya normal yang bekerja pada benda ini tidak digambarkan karena
kedua gaya ini saling menghilangkan. Jika pada kedua ujung benda dikerjakan gaya F seperti
ditunjukan pada gambar. Besar kedua gaya sama tetapi berlawanan arah. Apakah benda akan
tetap diam ?
Untuk membantumu memahami hal ini, letakan sebuah buku di atas meja. Pada mulanya
buku diam karena resultan gaya pada buku bernilai nol. Selanjutnya, kerjakan gaya pada kedua
sisi buku, seperti dperlihatkan pada gambar. Jika pada ujung buku dikerjakan gaya yang besar
dan arahnya seperti diperlihatkan pada gambar maka hal ini sama saja dengan buku diputar dan
tentu saja buku akan berputar atau berotasi. Buku berotasi karena ada momen gaya yang
ditimbulkan oleh gaya F. Sumbu rotasi terletak di tengah-tengah buku. Jika tidak ada gaya gesek
yang bekerja pada benda maka resultan momen gaya adalah jumlah momen gaya yang dihasilkan
oleh kedua gaya F. Arah rotasi benda searah dengan putara jarum jam sehingga kedua momen
gaya bernilai negatif.
2. Syarat Kedua Kesetimbangan Benda Tegar
Berdasarkan contoh 2 di atas dapat disimpulkan bahwa jika resultan momen

13
gaya pada sebuah benda tidak bernilai nol (benda dianggap sebagai benda tegar) maka benda
akan berotasi.
Agar benda tidak berotasi (benda tidak bergerak) maka resultan momen gaya harus bernilai nol.
Ketika sebuah benda tidak berotasi maka benda tidak mempunyai percepatan sudut. Karena
percepatan sudut sama dengan nol maka persamaan di atas berubah menjadi :

2.3 Hubungan Antara Momen Gaya (Torsi) Dengan Percepatan


Sudut

Gambar di atas melukiskan sebuah partikel bermassa m yang diberi gaya F tegak lurus
jari-jari.
Menurut hukum Newton benda akan dipercepat dengan percepatan searah dengan gaya.
Percepatan ini dinamakan percepatan tangensial (percepatan singgung), α. Hubungan antara gaya
dan percepatan ini adalah:

Karena percepatan singgung a = αr maka

Sekarang kalikan kedua ruas dengan r dan selanjutnya gunakan definisi τ = rF untuk memperoleh
hubungan antara momen gaya dengan percepatan sudut

Karena momen inersia partikel adalah I = mr2 maka

Dengan:
τ = momen gaya (Nm)
I = momen inersia (kgm2)
α = percepatan sudut (rad/s2)

14
Rumus di atas mirip dengan hukum Newton II (F = ma). Di sini τ berperan seperti gaya
gerak translasi dan α berperan sebagai percepatan pada gerak translasi. Bagaimana dengan I? I
mempunyai peran seperti massa, semakin besar I semakin sukar berputar (mirip dengan gerak
translasi, benda bermassa besar sukar digerakan/dipercepat).

CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN


1
F1 = 10 N, F2 = 15 N dan F4 = 10 N, bekerja pada balok ABCD seperti pada gambar. Panjang
balok ABCD adalah 20 meter. Tentukan F3 agar balok setimbang statis. Abaikan massa balok.
Pembahasan :

2. Kotak A (10 kg) dan B (20 kg) diletakkan di atas papan kayu. Panjang papan = 10 meter. Jika
kotak B diletakkan 2 meter dari titik tumpuh, pada jarak berapa dari titik tumpuh kotak A harus
diletakkan sehingga papan tidak berotasi ? (g = 10 m/s2)

Pembahasan :
Langkah 1 : menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda
Langkah 2 : menyelesaikan soal
Perhatikan diagram di atas. Gaya yang bekerja pada papan adalah gaya berat kotak B (wB), gaya
berat kotak A (wA), gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N). Titik tumpuh merupakan
sumbu rotasi. Gaya berat papan (w papan) dan gaya normal (N) berhimpit dengan titik tumpuh /
sumbu rotasi sehingga lengan gayanya nol. w papan dan N tidak dimasukkan dalam perhitungan.
Torsi 1 = torsi yang dihasilkan oleh gaya berat kotak B (torsi bernilai positif)Torsi 2 = torsi yang
dihasilkan oleh gaya berat kotak A (torsi bernilai negatif)

Papan setimbang statis jika torsi total = 0.

15
Agar papan setimbang statis maka benda A harus diletakkan 4 meter dari titik tumpuh.

3. Perhatikan gambar!

Pada gambar diatas, Z adalah titik berat batang AB


yang massanya 10 kg. Jika sistem dalam keadaan
setimbang, maka massa beban C adalah...
A. 50 kg
B. 30 kg
C. 20 kg
D. 10 kg
E. 4 kg

Pembahasan
Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem

Bagi sistem menjadi 2 benda yaitu beban dan batang lalu terapkan syarat-syarat kesetimbangan
statis
Syarat 1
∑F = 0 (Beban)

16
WC - T = 0 sehingga WC = T
∑F = 0 (Batang)
T + N - WB = 0
WC + N - 10 kg . 10 m/s2 = 0
WC + N - 100 N = 0
Syarat 2
∑Ʈ = 0 (anggap titik A sebagai pusat rotasi)
N . 0 + WB . 2 m - T . 5 m = 0
0 + 100 N . 2 m – WC . 5 m = 0
200 Nm = 5 m . WC
WC = 200/5 = 40 N
m . g = 40 N
m = 40 N / g = 40 N / 10 m/s2 = 4 Kg Jawaban: E
4. Seseorang memikul beban dengan tongkat AB homogen dengan panjang 2 m. Beban Diujung
A = 100 N dan di B = 400 N. Jika batang AB setimbang, maka bahu orang itu harus diletakkan...
A. 0,75 m dari B
B. 1 m dari B
C. 1,5 m dari A
D. 1,6 m dari B
E. 1,6 m dari A
Pembahasan
Misalkan terlebih dahulu posisi tongkat dibahu orang lalu gambarkan gaya-gaya yang bekerja
pada sistem tersebut.

Maka dari syarat kesetimbangan statis


∑Ʈ = 0
WB . x - WA . (2 - x) + N . 0 = 0 (torsi positif jika arah putaran searah jarum jam dan
sebaliknya)
400 N . x - 100 N (2 - x) = 0
400 N . x = 100 N (2 - x) = 0
4x = 2 - x
4x + x = 2
5x = 2

17
x = 2/5 = 0,4 m
Jadi posisi bahu 0,4 m B atau 2 m - 0,4 m = 1,6 m dari A
Jawaban: E

5. Dua roda silinder dengan jari-jari r1 = 30 cm dan r2 = 50 cm disatukan dengan sumbu yang
melewati pusat keduanya, seperti pada gambar. Hitunglah momen gaya total pada roda
gabungan!
Penyelesaian:

Diketahui:
r1 = 30 cm = 0,3 m
r2 = 50 cm = 0,5 m
F1 = -50 N (berlawanan arah jarum jam)
F2 = +50 N (searah jarum jam)
Ditanya: Στ = ... ?
Jawab:
Komponen gaya F2 yang tegak lurus r2 adalah:
F2 sin 60o
sehingga:
Στ = τ2 – τ1 = r2 . F2 sin 60 o – r1 F1 = 0,5 x 50 x (1/2 √3) – (0,3 x 50) = 6,65 Nm2

6. Empat buah gaya masing-masing :


F1 = 10 N
F2 = 10 N
F3 = 10 N
F4 = 10 N
dan panjang AB = BC = CD = DE = 1 meter

Dengan mengabaikan berat batang AE, tentukan momen gaya yang bekerja pada batang dan arah
putarannya jika:
a) poros putar di titik A
b) poros putar di titik D
Penyelesaian

18
poros putar di titik A

(Putaran searah jarum jam.)


poros putar di titik D

7. Batang AB = 2 meter dengan poros titik A dengan gaya F sebesar 12 N membentuk sudut 60°.

Tentukan besar momen gaya yang terjadi pada batang AB.


Penyelesaian

Beberapa cara biasa digunakan diantaranya:


τ = F d sin α
τ = 12 (2) sin 60°
τ = 12 (2)(1/2 √3) = 12√3 Nm
Atau diuraikan dulu gaya F.

Yang menimbulkan torsi adalah F sin 60° dengan jaraknya ke A adalah 2 m, sementara F cos 60°
mengakibatkan torsi sebesar NOL, karena jaraknya ke poros A adalah nol.
τ = F sin 60° (AB)
τ = 12 (1/2 √3)(2) = 12√3 Nm

19
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Torsi sama dengan gaya pada gerak translasi. Torsi menunjukkan kemampuan sebuah
gaya untuk membuat benda melakukan gerak rotasi. Sebuah benda akan berotasi bila
dikenai torsi.
Bagaimana dengan benda yang berotasi?Bagaimana gayanya?

a.sebuah balok diberi gaya F, benda akan bertranslasi, jika balok di bagian tengah dipaku
sehingga balok tidak dapat bertanslasi tapi dapat berotasi,
b.bila gaya diberikan pada sudut B benda akan berotasi, dengan arah berbeda dengan (b),
c.begitu juga bila diberikan pada sudut C

Syarat Pertama Kesetimbangan Benda Tegar.


Hukum II Newton menyatakan bahwa jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda
(benda dianggap sebagai partikel) tidak sama dengan nol maka benda akan bergerak dengan
percepatan konstan di mana arah gerakan benda sama dengan arah resultan gaya. Jika resultan
gaya bernilai nol maka benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan.
Ketika sebuah benda diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, benda tidak
mempunyai percepatan (a). Karena percepatan (a) = 0 maka persamaan di atas berubah menjadi :
Persamaan ini dapat diuraikan ke dalam komponennya pada sumbu x, sumbu y dan sumbu z.

20
3.2 SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan –
kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I dan II (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I dan II (Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Serway, Raymond A. & Jewett, Jhon W. 2004. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I dan II
(Terjemahan). Jakarta : Penerbit Salemba Teknika
Tipler, P.A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I dan II (Terjemahan).Jakarta : Penebit
Erlangga.
Young, Hugh D. & Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas Jilid I dan II
(Terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga.

22

Anda mungkin juga menyukai