Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Kesehatan Ibu
Aspek Sosial Budaya Yang Berhubungan Kesehatan Ibu
Pendahuluan
Sebagai salah satu organ penting dalam tubuh,jantung memiliki fungsi yang sangat vital.
Jantung berperan dalam sistem peredaran / sirkulasi darah. Dalam prosesnya, melalu
ventrikel kiri jantung memompa darah hingga dapat disalurkan melalui arteri yang tersebar di
seluruh bagian tubuh. Selanjutnya melalui mekanisme pembuluh darah balik, darah akan
disalurkan kembali menuju jantung hingga proses tersebut berulang seterusnya.
Bila dilihat dari fungsinya yang sangat penting / vital, kondisi kesehatan jantung dinilai
sangat penting dan menjadi focus perhatian perawatan baik dalam keadaan sehat maupun
sakit. Berbagai gangguan / penyakit berkenaan dengan organ jantung kerap diderita pasien
bahkan dapat berujung pada suatu keadaan yang fatal.
Angina Pektoris merupakan salah satu penyakit / gangguan pada jantung yang cukup
banyak dijumpai pada seseorang. Angina pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien
mendapat serangan sakit dada yang khas yang ditimbukan karena iskemik miokard dan
bersifat sementara atau reversibel. Penyebab yang paling umum dari angina adalah penyakit
arteri koroner. Arteri koroner berkembang ketika kolesterol mengendap / terakumulasi di
dinding arteri, menyebabkan pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang disebut plak
kolesterol. Keadaan tersebut mengakibatkan sumbatan yang terjadi di lumen arteri hingga
terhambatnya sirkulasi darah.
Berdasarkan hasil anamnesa pada Tn.Y, ditemukan bahwa gejala – gejala penyakit
angina pectoris muncul pada kasus klien. Adapun beberapa kriteria / ciri yang dijumpai
seperti nyeri pada dada serta riwayat / kebiasaan menkonsumsi rokok dan kopi, memberikan
bukti bahwa akan diagnosa tersebut. Oleh karena itu dalam proses perawatannya, perlu
diterapkan asuhan keperawatan Angina Pektoris guna membantu mengurangi gejala – gejala
penyakit serta dapat berperan penting dalam proses pemulihan penyakit Tn.Y.
1
1.2 Tujuan
Laporan ini berisikan tentang pembahasan mengenai penyakit serta model asuhan
keperawatan pada penyakit Angina Pektoris. Adapun tujuan dari penulisan laporan ini
diantaranya :
1. Mempelajari dan mengenal salah satu penyakit / gangguan pada jantung yang dikenal
dengan Angina Pektoris, mengidentifikasi penyebab penyakit serta faktor
pencetusnya.
2. Memberikan gambaran mengenai kriteria dan klasifikasi serangan dari penyakit
Angina Pektoris.
3. Mempelajari dan mempersiapkan diri dalam memulai perencanaan pemberian asuhan
keperawatan pada penderita Angina Pektoris.
4. Mempersiapkan bahan pendokumentasian perawatan yang dapat dijadikan sebagai
bukti pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien.
Dengan keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki penulis, laporan ini berisikan
beberapa bahasan singkat terkait penyakit sekaligus mekanisme proses keperawatan pada
klien dengan diagnosa Angina Pektoris sebagaimana termuat dalam batasan masalah yang
meliputi : definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medis, serta proses asuhan keperawatan yang mencakup format
pengkajian, dianosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi .
2
BAB 2
Teoritis Medis
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Beberapa faktor penyebab dari angina pektoris antara lain : ateroskelerosis, dan spasme
pembuluh koroner. Penyakit tersebut dapat dihubungkan dengan faktor pencetus seperti :
latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makanan dan stress.
Dari faktor – faktor diatas, penyebab yang paling umum dari angina adalah penyakit
arteri koroner. Arteri-arteri koroner mensuplai darah yang beroksigen pada otot jantung.
Penyakit arteri koroner berkembang ketika kolesterol mengendap di dinding arteri,
menyebabkan pembentukan senyawa yang keras dan tebal yang disebut plak kolesterol.
Akumulasi dari plak kolesterol dari waktu ke waktu menyebabkan penyempitan dari arteri-
arteri koroner, proses yang disebut Arteriosclerosis. Arteriosclerosis dapat dipercepat dengan
merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol yang naik, dan diabetes. Ketika arteri-arteri
koroner menjadi sempit lebih dari 50% sampai 70%, mereka tidak lagi memenuhi permintaan
oksigen darah yang meningkat oleh otot jantung selama latihan atau stres. Kekurangan
oksigen pada otot jantung menyebabkan nyeri dada (angina).
3
Penyebab yang kurang umum dari angina adalah spasme (kekejangan) dari arteri-arteri
koroner. Dinding-dinding dari arteri-arteri dikelilingi oleh serat-serat otot. Kontraksi yang
cepat dari serat-serat otot ini menyebabkan penyempitan yang tiba-tiba (spasm) dari arteri-
arteri. Spasme dari arteri-arteri koroner mengurangi darah ke otot jantung dan menyebabkan
angina. Angina sebagai akibat dari spasme ( kekejangan ) arteri koroner disebut Variant
angina atau Prinzmetal angina. Prinzmetal angina secara khas terjadi waktu istirahat,
biasanya di jam-jam pagi dini. Spasme dapat terjadi pada arteri-arteri koroner normal serta
pada yang disempitkan oleh arteriosclerosis. Spasme arteri koroner dapat juga disebabkan
oleh penggunaan atau penyalahgunaan cocaine. Spasme dari dinding arteri yang disebbkan
oleh cocaine dapat begitu signifikan sehingga ia sebenarnya dapat menyebabkan serangan
jantung.
2.3 Klasifikasi
a. Angina Stabil
Dapat diramal, konsisten, terjadi saat latihan dan hilang dengan istirahat. Dibedakan
antara lain :
Angina Nokturnal : Nyeri terjadi saat malam hari, biasanya saat tidur, dapat dikurangi
dengan duduk tegak. Biasanya akibat gagal ventrikel kiri.
Angina Dekubitus : Angina saat berbaring.
Iskemia tersamar : Terdapat bukti obyektif ischemia ( seperti tes pada stress tetapi
pasien tidak menunjukkan gejala.
Frekwensi, intensitas, dan durasi serangan angina meningkat secara progresif. Angina
Refrakter atau intraktabel merupakan Angina yang sangat berat sampai tidak tertahan.
Nyeri angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen ST pada EKG, di duga
disebabkan oleh spasme arteri koroner.
4
2.4 Manifestasi Klinis
Secara umum, akan ditemukan beberapa diantara gejala – gejala yang mengikuti
penyakit Angina Pektoris sebagai berikut :
5. Gejala penyerta : sesak nafas, perasaan lelah, kadang muncul keringat dingin,
palpitasi, dizzines.
Sedangkan bila dikaitkan dengan tipe serangan / klasifikasinya, gejala - gejala yang
dapat dilihat adalah :
Awitan secara klasik berkaitan dengan latihan atau aktifitas yang meningkatkan
kebutuhan oksigen miokardia.
5
Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada dapat mirip dengan angina pektoris stabil.
Adurasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
Pencetus dapat terjadi pada keadaan istirahat atau pada tigkat aktifitas ringan.
Dapat disebabkan oleh ruptur plak aterosklerosis, spasmus, trombus atau trombosit
yang beragregasi.
Sakit dada atau nyeri timbul pada waktu istirahat, seringkali pagi hari.
2.5 Patofisiologi
6
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi
iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksid0 yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat
menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke
koroner akan berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk
memenuhi kebutuhan energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel
jantung berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi
oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda.
7
2.7 Penatalaksanaan Medis
a. Penyekat Beta
Obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan frekwensi denyut jantung,
kontraktilitas , tekanan di arteri dan peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek
samping biasanya muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain : atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
c. Kalsium Antagonis
Obat ini bekerja dengan cara menghambat masuknya kalsium melalui saluran
kalsium, yang akan menyebabkan relaksasi otot polos pembulu darah sehingga terjadi
vasodilatasi pada pembuluh darah epikardial dan sistemik. Kalsium antagonis juga
menurunkan kabutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan resistensi vaskuler
8
sistemik. Golongan obat kalsium antagonis adalah amlodipin, bepridil, diltiazem,
felodipin, isradipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, verapamil.
BAB 3
Studi Kasus
Tn.Y. berusia 53 tahun, berprofesi sebagai supir truk Medan – Jakarta. Untuk
menghilangkan rasa kantuknya, Tn.Y. selalu merokok dan minum kopi. Suatu hari Tn.Y. tiba
– tiba pingsan. Teman – teman Tn.Y. segera melarikannya ke rumah sakit terdekat. Hasil Vital
sign ; TD ( 140 / 100 mmhg ), Pulsa ( 90 x / mnt irregular ), RR ( 28 x / mnt ), Temp
( 36,7oC ). Ujung jari kaki dan tangan Tn.Y. tampak pucat, begitu pula dengan bibirnya.
Setelah sadar, Tn.Y. mengeluh nyeri pada dada kirinya dan nafasnya terasa berat. Tn.Y.
mengaku lemah dan tak sanggup turun dari bednya.
3.1 Pengkajian
9
a. Pengkajian Fisik
b. Pengkajian
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, penyebab yang paling umum dari
angina adalah gangguan pada arteri koroner. Adapun perjalanan penyakitnya hingga
menimbulkan gejala dijabarkan dalam bagan berikut :
Terganggunya
Intoleran Nyeri Akut Aktifitas
Aktifitas Miokardia
11
Ansietas Curah jantung
menurun
TD
meningkat
d. Problem
a. Nyeri Akut
b. Curah Jantung Menurun
c. Kerusakan Pertukaran Gas
d. Ansietas
e. Intoleransi Aktifitas
e. Prioritas Keperawatan
b. Nyeri akut
c. Curah jantung menurun
d. Kerusakan pertukaran gas
e. Ansietas
f. Intoleransi aktifitas.
12
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik miokard ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri pada dada kirinya.
b. Curah Jantung menurun berhubungan dengan kontraksi otot jantung melemah
ditandai dengan TD : meningkat, dan ditemukan sianosis perifer.
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa oksigen
ditandai dengan klien mengatakan nafasnya terasa berat, RR = 28 x / menit.
d. Ansietas berhubungan dengan respon patofisiologi ditandai dengan pasien
mengatakan lemah dan ketidaksanggupanya turun dari bed. RR = 28 x / menit.
e. Intoleran Aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
miokard dengan kebutuhan ditandai dengan klien mengaku lemah dan tak sanggup
turun dari bednya.
3. 3. Proses Keperawatan
a. Nyeri akut dengan iskemia miokardium :
Intervensi Rasionalisasi
13
1. Anjurkan pasien untuk memberitahu 1. Nyeri dan penurunan curah
perawat dengan cepat bila terjadi nyeri jantung dapat merangsang system saraf
dada. simpatis untuk mengeluarkan sejumlah
besar norefineprin, yang meningkatkan
agregasi trombosit dan mengeluarkan
tromboxane A2. Ini vasokontriktor
poten yang menyebabkan spasme arteri
koroner yang dapat mencetus,
mengkompilasi / memeperlama
serangan angina memanjang. Nyei tak
bias ditahan menyebabkan respon
vasovagal, menurunkan TD dan
frekuensi jantung.
2. Monitoring nyeri terhadap efek 2. Memberikan informasi
pemberian obat angina. tentang kemajuan penyakit. Alat dalam
evaluasi keefektifan intervensi dan
dapat menunjukkan kebutuhan
perubahan program pengobatan.
3. Managemen nyeri : 3. Membantu membedakan
- kaji secara komprehensif terhadap nyeri nyeri dada dini dan alat evaluasi
: lokasi, karakteristik, onset, durasi, kemungkinan kemajuan menjadi angina
frekuensi,dan kualitasnya. tidak stabil ( dapat berakhir lebih lama
- Observasi nonverbal pasien terhadap yakni sekitar 45 menit ).
ketidaknyamanan.
4. Posisikan pasien pada istirahat total 4. Menurunkan kebutuhan
selama episode angina. oksigen miokard ( untuk meminimalkan
resiko cedera jaringan / nekrosis ).
14
terjadi pada respon terhadap rangsangan
simpatis dan dapat berlanjut sebagai
kompensasi bila curah jantung
6. Berikan makanan yang lembut. Biarkan menurun.
pasien istirahat setelah makan. 6. Menurunkan kerja miokard
sehubungan dengan kerja pencernaan,
7. Berikan Nitrogliserin sesuai dengan menurunkan resiko serangan angina.
indikasi. 7. Nitrogliserin mempunyai
standar untuk pengobatan dan
mencegah nyeri angina dan kini
digunakan sebagai terapi antiangina
dengan efek yang cepat.
Implementasi Evaluasi
15
dosis dan waktu pemberian
nitrogliserin.
Intervensi Rasionalisasi
16
tambahan sesuai dengan indikasi. 5. Meningkatka
n sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk memperbaiki
6. Diskusikan tujuan kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan
dan siapkan untuk menekankan tes dan kadar asam laktat.
kateterisasi jantung bila diindikasikan. 6. Tes stress
memberikan informasi tentang ventrikel
sehat / kuat, yang berguna pada
penentuan tingkat aktivitas yang tepat.
Angiografi mungkin diindikasikan untuk
mengidentifikasi area obstruksi /
kerusakan arteri koroner yang
memerlukan intervensi bedah.
Implementasi Evaluasi
17
c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen :
Intervensi Rasionalisasi
18
Implementasi Evaluasi
Intervensi Rasionalisasi
1. Jelaskan tujuan tes dan 1. Menurunkan cemas
prosedur. dan takut terhadap diagnosa dan
prognosis.
2. Tingkatkan ekspresi 2. Perasaan tidak
perasaan dan takut, contoh menolak, diekspresikan dapat menimbulkan
depresi, dan marah. Biarkan pasien atau kekacauan internal dan efek gambaran
orang terdekat mengetahui ini sebagai diri. Pernyataan masalah menurunkan
reaksi normal. tegangan., mengklarifikasi tingkat
koping, dan memudahkan pemahaman
19
perasaan. Adanya gambaran negative
tentang diriakan meningkatkan tingkat
cemas eksaserbasi serangan angina.
3. Meyakinkan pasien
3. Dorong keluarga dan teman
bahwa peran dalam keluarga dan kerja
untuk menganggap pasien seperti
tidak berubah.
sebelumnya.
4. Beritahu pasien program
4. Mendorong pasien
medis yang telah dibuat untuk
untuk mengontrol tes gejala ( contoh :
menurunkan / membatasi serangan akan
tak ada angina dengan tingkat aktivitas
datang dan meningkatkan stabilitas
tertentu ), untuk meningkatkan
jantung.
kepercayaan terhadap program medis
dan mengintegrasikan kemampuan
dalam persepsi diri
Implementasi Evaluasi
20
- Lanjutkan Intervensi
Intervensi Rasionalisasi
1. Catat 1.
/ dokumentasi frekuensi jantung, irama, Kecendrungan menentukan respon pasien
dan perubahan tekanan darah sebelum, terhadap aktivitas dan dapat
selama, sesudah aktifitas sesuai yang mengindikasikan penurunan oksigen
indikasi. Hubungkan dengan laporan miokardia yang memerlukan
nyeri dada / nafas pendek. penurunan tingkat aktivitas / kembali
tirah baring., perubahan program
2. Tingk obat, penggunaan oksigen tambahan.
atkan istirahat ( tempat tidur / kursi). 2.
Batasi aktivitas pada dasar nyeri / Menurunkan kerja miokardia / konsumsi
respon hemodinamik. Berikan aktivitas oksigen, menurunkan resiko
senggang yang tidak berat. komplikasi.
3. Batasi
pengunjung. 3.
Pembicaraan yang panjang sangat
mempengaruhi pasien, namun
kunjungan yang tenang bersifat
4. Anjur terapeutik.
kan pasien menghindari peningkatan 4.
tekanan abdomen contoh mengejan saat Aktivitas yang memerlukan untuk
defekasi. menahan nafas dan menunduk dapat
mengakibatkan bradikardi, juga
21
menurunkan curah jantung, dan
takikardi dengan peningkatan
tekanan darah.
Implementasi Evaluasi
1. Mengkaji tanda vital rutin saat sebelum S : - Klien mengatakan masih merasa
dan sesudah klien melakukan aktivias. Lemah.
2. Memaksimalkan waktu istirahat pasien. - Klien mengatakan masih sulit
Merekomendasikan klien untuk bergerak.
mendapatkan keadaan tirah baring dan O : - ROM = 3
ukur toleransi mobilisasi klien.
- RR = 24 x / menit
3. Memberikan pengawasan dan
- Sianosis berkurang.
pengaturan tentang waktu berkunjung,
A : - Mobilisasi masih terganggu.
sikap, dan membatasi maksimal 2 orang
P : - Lanjutkan intervensi
setiap kali kunjungan.
- Pantau tingkat mobilisasi pasien.
4. Memberikan informasi dan penyuluhan
- Latih dengan menggunakan metode
tentang diet tinggi serat dan air.
ROM.
- Hindari gerakan yang terlalu berlebih /
Memaksa kerja miokard.
22
BAB 4
Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uaraian laporan diatas, diketahui bahwa Angina pektoris adalah suatu
sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yang ditimbukan
karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau reversibel. Penyebab yang paling umum
dari angina adalah penyakit arteri koroner.
Dari hasil pengkajian kasus, Tn.Y menderita gangguan penyakit Angina Pektoris.
Adapun beberapa gejala yang dapat dijumpai yakni nyeri pada dada serta riwayat / kebiasaan
menkonsumsi rokok dan kopi.
Setelah dilakukan intervensi keperawatan pada Tn.Y, diperoleh hasil bahwa gejala khas
dari penyakit tersebut telah berkurang. Namun masih dibutuhkanintervensi lanjutan guna
membantu Tn.Y memperoleh kondisi status kesehatan yang lebih baik.
4.2 Saran
Keluhan utama penyakit Angina Pektoris ialah gejala nyeri pada bagian dada. Kualitas
dan sebaran nyeri yang dialami dapat bervariasi. Oleh karena itu, managemen
23
penanggulangan nyeri diharapkan menjadi salah satu fokus penting dalam pelaksanaan
intervensi keperawatan pada kasus tersebut dimana terdapat beberapa metode yang efektif
untuk meminimalisir / menghilangkan rasa cemas pada pasien.
Daftar Pustaka
24