Anda di halaman 1dari 18

PEMBANGKIT DAN PENGUKURAN

TEGANGAN TINGGI DC

I. TUJUAN PERCOBAAN

- Untuk mengetahui cara membangkitkan tegangan tinggi searah dengan


menggunakan transformator uji tegangan tinggi bolak balik.
- Untuk mengetahui tegangan tembus yang terjadi pada bola dengan
bola.
- Untuk mengetahui tegangan tembus yang terjadi pada jarum dengan
jarum.
- Untuk mengetahui tegangan tembus yang terjadi pada plat dengan
pelat.

II. TEORI DASAR :

Tegangan tinggi DC biasanya digunakan untuk:


- Pengujian tegangan DC
- Catu pembangkit-pembangkit impuls
- Catu untuk peralatan dengan jenis energi fisika tinggi mikroskop
elektronik dan lain-lain

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 1


Test objek

850 630

Disamping
resistor

1320
12 w

1690
DC part

2800
1690
2800

High voltage transformator 100kV,


5 kVA

1480
1690

Gambar 1. Salah satu pembangkit tenaga DC 100 kV

Menurut Syamsir abduh dalam bukunya yang berjudul Teknik


tegangan tinggi dikatakan bahwa dalam pengujian tegangan tinggi DC
terdapat defenisi dari pengujian ini, yaitu:

1. Ripple merupakan suatu penyimpangan yang periodic dengan nilai-


nilai tegangan searah. Amplitude atau ripple ini ditentukan sebesar
½ dari perbedaan nilai tegangan maksimum dan minimum. Factor
ripple adalah perbandingan antara amplitude ripple dengan nilai
rata-rata tegangan.
F = dV/V.100%
2. Harga tegangan pengujian adalah nilai rata-rata dari tegangan
pengukuran.
3. Kalibrasi dianjurkan memakai 100% dari tegangan pengujian
(tegangan kehandalan)

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 2


Pada umumnya tegangan DC dicatu oleh suatu transformator
tegangan tinggi yang kemudian disearahkan dengan dioda yang dipasang
seri. Jenis yang paling sederhana dari pembangkit tegangan tinggi DC
adalah penyearah satu phasa, seperti ditunjukkan gambar 2.
D
IR

C
U2 R
U1
U3

Gambar 2. Diagram dasar suatu penyearah satu phasa.

U1 = tegangan AC primer

U2 = tegangan ACV sekunder

U3 = DC Voltage (tegangan DC)

D = Dioda

C = load Capacitance (kapasitansi bebas)

R = Load resistance (resistansi bebas)

I = Arus Total

IR = Arus resistif

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 3


Pemilihan beban merupakan tes komposisi dari komposisi satu
kapasitansi C yang terdiri dari kapasitansi penghalus penyearah,
kapasitansi pengujian objek dan kapasitansi simpangan (Stray
capacitances) dari hubungan-hubungan pada tegangan tinggi, dari suatu
resistansi tahanan R yang terdiri dari resistansi bocor dari suatu kapasitor
penghalus (smoothing capasitor).

Parameter utama suatu tegangan DC, merupakan nilai rata-rata aritmatik

U = 1/t dt

Tegangan dan arus selama opersi dar penyearahan pada gambar 2,


ditunjukkan oleh gambar 3.

U1

U
U2

I
U2
IR

TV
t

Gambar 3 bentuk dari arus dan tegangan phasa tunggal dari suatu
penyearah satu tingkat.

U2 : Tegangan AC sekunder

U3 : Tegangan DC

I : Arus selama phasa hubung dari penyearahan

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 4


IR : Arus pembuang muatan (mendekati konstan selama
periode)

T : perioda proses sebagai fungsi dari frekuwensi catu.

TV : perioda selama phasa hubung (conducting phasa)

Pembuangan muatan eksponensial suatu kapasiatansi yang


melewati resistor R selama waktu bloking diode didekati dengan
persamaan:

2 SU3.C = R dt = T.IR

Atau =

Dengan anggapan

SU3 <<U dan tv<T

Umumnya sifat dioda tidak ideal, artinya terjadi tegangan jatuh pada
dioda tersebut selama phasa hubungan sehingga tegangan DC keluarannya
lebih kecil dari nilai puncak tegangan AC masukan sifat dioda tersebut.
Dapat digambarkan dengan fungsi linear dan suatu lambing tertentu
seperti ditunjukkan pada gambar 4.

U10 - Tegangan ideal tanpa beban

U0 - Tegangan rick tanpa beban

Au - Tegangan jatuh

Terdapat beberapa susunan pengali tegangan, yang paling dikenal


adalah hubungan Villard (Villard connection/seperti di perlihatkan pada
gambar 5) dan cascade greinacher (greinachercascade/seperti

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 5


diperlihatkan pada gambar 6), yang memungkinkan untuk mengalikan
tegangan dengan faktor lebih besar dari 2.

Menurut Syamsir abduh, rangkaian villard adalah rangkaian sederhana


dari sistem penggandaan tegangan. Kapasitor C dimuati sampai nilai
tegangan puncak Vmax yang menyebabkan output dari tegangan tinggi
akan naik bila dibandingkan dengan tegangan dari transformator. Bila
beban kosong Il-0, maka V-Vmax dari dioada.
U5 U6

C1
U3 U4

C2
R
U1 U2 U2
U1

Gambar .5. Villard connection. Gambar .6. greinachercascade.

Ripel sebesar Su dari greinacher cascade dapat dihitung menggunakan


formula :

Su = (N+1)

Dimana :

I = Arus DC keluaran

N = Jumlah tingkat

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 6


C= kapasitansi pertingkat

F= frekuwensi

Dan tegangan jatuhnya:

U= (2N+1)

Prinsip kerja dari penggandaan tegangan (voltage double) menurut


greinicer adalah didasari oleh pengisian muatan selama satu/setengah
gelombang tegangan U2 setengah gelombang tegangan U2 negatif dari
kapasitor C1 naik sehingga mencapai punvak U2 ; kemudian selama
setengah gelombang U2 positif berikutnya ditambahkan ketengah pada
terminal C1 sehingga mencapai nilai ganda dari U2 pada C, yang
merupakan U4 pada saat U2 berada pada puncak positif, kejadian yang
sama antara U3 dan U terhadap U4 dan U6, sehingga tegangan pada U6
adalah 4 U2. Grafik sederhana dari tegagan sebagai fungsi waktu
ditunjukkan pada gambar 6

U
U6

U5

U4
U2
U3
U2
U2
t

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 7


Gambar .6. bentuk tegangan suatu phasa tunggal cascade greinacher 2 (dua)
tingkat. .

Pada saat kapasitor C diisi muatannya oleh kapasitansi C1 atau C


selama waktu yang singkat terjadi penurunan tegangan sebesar U pada U4
dan U6 seperti ditumjukkan pada gambar 7.
U

Gambar 7. Tegangan jatuh U dan table ripel UC pada U

III. PENGUKURAN

Pengukuran DC dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran arus yang


melalui resistor seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

R1

U1
A,V
R2

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 8


Gambar 8. Pengukuran DC menggunakan resistansi seri atau pembagi
resistif.

Pada hubungan ini nilai rata- rata dari tegangan DC dapat diukur.
Perbandingan tegangan diberikan dengan formula:

N=

Model sphere gap dapat juga digunakan untuk pengukuran untuk pengukuran
DC, tetapi hanya nilai puncaknya, artinya yang diukur hanya nilai rata-rata
ditambah amplitude ripel.

IV. PENGUJIAN RANGKAIAN

Gambar 9. Penguian rangkaian A.

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 9


V. INSTRUKSI PENGUJIAN

1. Mentanahkan rangkaian untuk menghindari tegangan yang masih


tersimpan.
2. Memasang elektroda pada rangkaian tegangan tinggi,
3. Mengatur jarak elektroda ke titik nol, kemudian mengatur elektroda
dengan jarak 2 mm.
4. Mencatat tekanan dan temperatur sebelum melakukan pengujian
5. Meng-ON-kan saklar pengukuran.
6. Menaikkan/memutar % regulator untuk mengetahui tegangan tembus
yang terjadi pada elektroda.
7. Membaca tegangan tembus pada alat ukur, kemudian mencatatnya
dalam tabel yang telah disediakan.
8. Mengatur kembali jarak elektroda 6 mm dan 12 mm, kemudian
mengulangi langkah No. 5.4 sampai No. 5.6 diatas.
9. Mengulangi langkah No.5.1 sampai No. 5.7 diatas sampai ke elektroda
berikutnya. Percobaan selesai.

VI. ALAT DAN BAHAN

 Trafo uji tegangan tinggi


 Kabel untuk pentanahan
 Elektoda bola
 Elektroda jarum
 Elektroda plat
 Alat ukur Tekanan dan Temperatur

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 10


VII. HASIL PENGAMATAN

a. Tabel hasil pengamatan dengan beban jarum-jarum.

NO Jarak Elektroda VEFF (kV) Jenis Elektroda FC

1 2 10 P = 90,5 %
2 4 16 jarum-jarum 95, 4 kPa

3 6 18 T = 27oC

b. Tabel hasil pengamatan dengan beban bola-bola.

NO Jarak Elektroda VEFF (kV) Jenis Elektroda FC

1 2 20 P = 90,5 %
bola-bola
2 4 34 95, 4 kPa

3 6 44 T = 27oC

c. Tabel hasil pengamatan dengan beban plat-plat

NO Jarak Elektroda VEFF (kV) Jenis Elektroda FC

1 2 14 P = 90,5 %
2 4 26 Plat-Plat 95, 4 kPa

3 6 34 T = 27oC

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 11


VIII. ANALISA DATA
Dik : P (tekanan) = 954 mBar
T (temperature) = 27 0C
= 10 kV
Veff

Dit :
a. Tegangan maks Vm = …?
b. Tegangan sebenarnya Vb = …?
c. FC = ….?

Peny :
a. Vm = V eff.

=10 kV
b. Vb = Vm

= 10

= 10 1,061 1,023
= 10,85 kV
c. FC =

= 0,92

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 12


Dengan hasil analisa data diatas dapat pula dihitung yang lain seperti pada
tabel dibawah ini

Tegangan Tegangan Tegangan


Jenis
No. Tembus,VBD Maks,Vm Seb,Vb FC
elektroda
(kV) (kV) (kV)
1 10 10 10,85 0.92
2 16 16 17,36 0.92 Jarum-
3 18 18 19,53 0.92 jarum
4 20 20 21,70 0.92
5 34 34 36,90 0.92
6 44 44 47,75 0.92 Bola-bola
7 14 14 15,19 0.92
8 26 26 28,22 0.92
9 34 34 36,90 0.92 Plat-plat

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 13


Grafik hasil pengamatan dengan beban jarum-jarum.

Grafik hasil pengamatan dengan beban bola-bola.

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 14


Grafik hasil pengamatan dengan beban plat-plat.

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 15


Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 16
Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 17
IX. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dan analisa data maka dapat disimpulkan :

1. Tegangan tembus yang terjadi pada jarum dengan jarum yaitu pada
tegangan yang terendah 10 kV dan tertinggi 18 kV, ini dipengaruhi oleh
jarak elektroda.
2. Tegangan tembus yang terjadi pada bola dengan bola yaitu pada tegangan
terendah 20 kV dan tertinggi 44 kV, ini dipengaruhi oleh jarak elektoda.
3. Tegangan tembus yang terjadi pada plat dengan plat yaitu tegangan
terendah 14 kV dan tertinggi 34 kV, ini dipengaruhi oleh jarak elektroda.
4. Dari percobaan yang telah kami lakukan, tegangan tembus yang paling
cepat terjadi yaitu pada elektroda jarum dengan jarum yaitu 10 kV.

Muhammad Suaib/Tegangan Tinggi DC 18

Anda mungkin juga menyukai