Anda di halaman 1dari 14

Kestabilan Rupiah di tengah Perang dagang Amerika – Cina & Kenaikan Suku

Bunga oleh The Fed

Pendahuluan

Sejak masa kampanye kepresidenannya, Presiden Donald Trump memiliki suatu visi untuk
mengarahkan perekonomian Amerika Serikat kepada kebijakan proteksionisme.Kebijakan
proteksioninisme ini sendiri merupakan sutau kebijakan yang mengetatkan perdagangan antar
negara melalui cara seperti tarif barang impor,batas kuota,dan berbagai peraturan pemerintah
yang dirancang untuk meciptakan persaingan adil (menurut pihak pendukung protesionisme)
antara barang dan jasa impor & barang dan jasa didalam negeri. Hal tersebut semakin terlihat
dengan memburuknya hubungan ekonomi AS-China yang mengarah pada perang dagang

Pemerintah China tidak tinggal diam saja,mereka membalas tindakan Amerika Serikat dengan
menaikkan tarif impor hingga 25% terhadap produk impor AS dan akan membawa masalah ini
juga ke WTO.Di tingkat global, perang dagang dua negara berpengaruh ini dapat memicu
pelemahan ekonomi dunia dan berimplikasi pada Indonesia.

Tidak ada negara yang bisa berdiri sendiri tanpa adanya kerja sama dengan negara lain,maka
hampir seluruh negara di dunia terlibat dalam perdagangan internasional.Kapasitas produksi dari
berbagai komoditi dalam negeri memiliki keterbatasan dalam meningkatkan jumlah dan jenis
barang atau jasa yang diproduksi. Keadaan seperti inilah yang mendorong terjadinya kegiatan
perdagangan luar negeri baik berupa barang maupun jasa antar negara. Nilai mata uang tiap
negara yang berbeda di tiap negara menimbulkan perbedaan nilai tukar atau kurs .

Meskipun Indonesia tidak terlibat langsung dalam perang dagang ini,tetapi Amerika & China
merupakan partner Indonesia dalam perdagangan internasional.Sejak tahun 1997,Indonesia telah
menetapkan system nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) dan oleh karena
itu mekanisme pasar berperan sangat penting terhadap posisi nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing seperti US$ maka kekuatan pasar akan menentukan fluktuasi nilai tukar.Dengan
adanya persaingan dagang ini,Rupiah Indonesia akan tetap terkena dampak dua negara super-
power tersebut baik untuk dampak positif maupun negatif

1
Selanjutnya,The Fed yang merupakan Bank Sentral Amerika Serikat juga terus menerus
menaikkan suku bunganya yang membuat nilai rupiah menjadi Rp 15.000/USD.Hal ini
dikarenakan dengan naiknya suku bunga AS, investor mulai merealokasi aset mereka, bahkan
membawa dollar AS untuk kembali ke Amerika karena imbal hasil yang lebih besar atau dengan
kata lain para investor menilai bahwa dollar AS masih menjadi zona investasi yang aman bagi
investor.

Tinjauan Pustaka

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata
uang terhadap nilai mata uang lainnya (Salvatore 1997:9). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam
negeri disebut apresiasi atas mata uang asing. Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut
depresiasi atas mata uang asing

Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin dari pergerakan nilai
kurs rupiah di pasar keuangan. Simorangkir dan Suseno (2004) menjelaskan bahwa nilai tukar
mata uang adalah harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik atau dapat juga
dikatakan harga mata uang domestik, terhadap mata uang asing. Dalam sistem nilai tukar tetap,
mata uang lokal ditetapkan secara tetap terhadap mata uang asing. Sementara itu, dalam sistem
nilai tukar mengambang, nilai tukar atau kurs dapat berubah setiap saat, tergantung pada jumlah
penawaran dan permintaan valuta asing relatif terhadap mata uang domestik.

Sugeng et al. (2009) memaparkan bahwa secara teoritis interaksi antara permintaan dan
penawaran valas (supply dan demand valas) akan membentuk harga yang dalam hal ini adalah
nilai tukar rupiah. Supply dan demand valas tercermin pada sebagian transaksi yang tercatat di
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Permintaan valas terutama berasal dari kebutuhan impor
BBM. Di sisi lain, penawaran valas mengandalkan penerimaan ekspor dan capital inflows.

Menurut Madura, 1993 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu

1. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator ekonomi seperti

inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara, ekspektasi pasar dan intervensi
Bank Sentral.

2
2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu.
Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan
sebaliknya.

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita politik yang bersifat
insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek.
Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

Pembahasan

Nilai tukar sebuah mata uang ditentukan oleh hubungan penawaran-permintaan (supply-
demand) atas mata uang tersebut. Hal sederhana yang dapat menyebabkan nilai tukar Rupiah
melemah atau menguat adalah kegiatan ekspor dan impor.

Kegiatan ekspor dan impor memang bisa berdampak pada nilai tukar mata uang. Ekspor akan
meningkatkan permintaan atas mata uang Negara eksportir, karena dalam ekspor terjadi
pertukaran mata uang Negara tujuan dengan mata uang Negara eksportir. Dengan adanya
kegiatan ekspor di Indonesia akan meningkatkan permintaan atas mata uang Rupiah. Semakin
banyak permintaan atas Rupiah maka nilai mata uang Rupiah akan menguat.Sebaliknya, impor
meningkatkan penawaran atas mata uang Negara importir, karena dalam impor terjadi pertukaran
mata uang Negara importir dengan mata uang Negara asal.

Rupiah telah mengalami kenaikan setiap bulannya semenjak awal tahun 2019.Menurut Gubernur
Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan ada tiga faktor yang menyebabkan nilai tukar
rupiah tidak stabil yaitu

1.Rencana kenaikan suku bunga The Fed,sejumlah pelaku pasar memperkirakan karena
perekonomian AS semakin membaik, inflasi semakin tinggi sehingga pelaku pasar
memperkirakan Fed Fund Rate kemungkinan naik 4 kali meskipun probabilitas lebih banyak 3
kali.

3
2.Kebijakan fiskal Amerika yang lebih ekspansi, seperti penurunan tarif pajak untuk penghasilan
korporasi dan meningkatkan belanja infrastruktur. Hal ini akan membuat defisit fiskal AS
membengkak dan butuh pembiayaan baru.Sehingga suku bunga US treasury bond-nya naik.Sejak
Februari menjadi 3,2% dan sekarang 3,1%. Ini terjadi karena capital reversal, dan pembalikan
modal dari negara maju maupun emerging market lari ke AS. Pada saat yang sama mata uang
dolar menguat ke seluruh mata uang dunia

3.Resiko yang berasal dari sejumlah geopolitik yang terjadi, salah satunya ketidakpastian yang
ditimbulkan karena perang dagang antara AS dengan China.

Melemahnya nilai tukar Rupiah beberapa bulan yang lalu hingga mencapai Rp.15.000/USD
disebabkan oleh faktor eksternal, yakni menguatnya Dolar AS sehubungan dengan pengumuman
tarif impor terbaru dari Presiden AS Donald Trump terhadap barang-barang China senilai $200
miliar. Tarif impor yang dikenakan adalah 10%. Kebijakan ini telah dietapkan pada tanggal 24
September 2018

Kebijakan Proteksionisme yaitu dengan mengenakan tarif impor sebesar USD 50-USD 60 miliar
untuk sejumlah produk China yang masuk ke Amerika adalah suatu upaya memperbaiki
perekonomian dalam negeri dan mengurangi defisit. neraca perdagangan kedua negara.Selain
pengenaan tarif impor,pemerintahan Donald Trump juga berencana untuk membatasi investasi
dan mengambil tindakan untuk China di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade
Organization/ WTO) karena menganggap negara tersebut bersikap tidak adil dalam perdagangan
bilateral.

Pemberlakuan tarif impor untuk sejumlah produk China dipandang sebagai kebijakan yang tepat
untuk masa depan perindustrian AS.Presiden Trump juga menetapkan tarif impor sebesar 25%
untuk baja dan 10% untuk aluminium dari China. Dalam upaya meredakan ketegangan ekonomi
AS–China, Presiden China Xi Jinping menyatakan negaranya akan menerapkan sistem ekonomi
terbuka. Termasuk menurunkan tarif impor mobil dan melindungi kekayaan perusahaan-
perusahaan asing yang berada di China.

Penerapan Sistem ekonomi terbuka yang dilakukan oleh China akan menimbulkan suatu
permasalahan terhadap neraca pembayaran dan kestabilan kurs pertukaran. Defisit dalam neraca

4
pembayaran akan menimbulkan efek buruk terhadap kestabilan kurs pertukaran. Pada akhirnya
kedua masalah itu akan menimbulkan efek buruk kepada masalah penggangguran dan kestabilan
harga-harga.

Dampak Kebijakan Proteksionisme untuk Indonesia sendiri adalah produk impor berlebih dari
China,yang bisa memperlemah Rupiah dan produksi di dalam negeri.Hal ini dikarenakan
terjadinya pembatasan produk China di Amerika akan membuat China mencari alternatif pasar
baru untuk produk produknya.Selama ini neraca perdagangan Indonesia selalu mencatat defisit
dengan China. Indonesia menjadi negara satu-satunya di ASEAN yang neraca perdagangannya
mengalami defisit dengan China.

Data menunjukkan defisit neraca perdagangan nonmigas Indonesia terhadap China tercatat USD
13,89 miliar sepanjang tahun 2017, karena ekspor Indonesia ke China senilai USD 21,32 miliar
lebih kecil dibanding impornya, yakni USD 35,51 miliar. Ekspor terbesar Indonesia ke AS dan
China kemungkinan akan terpengaruh. Sedangkan impor dari kedua negara tersebut, terutama
China, dikhawatirkan akan semakin membanjir ke Indonesia dengan harga murah yang akan
memukul barang-barang produksi dalam negeri.

Data Ekspor Impor Indonesia & Cina

Uraian 2016 2017 2018

EKSPOR 16.790.801,3 21.323.091,2 27.126.932,4

IMPOR 30.800.493,1 35.514.832,3 45.537.830,7

NERACA PERDAGANGAN -14.009.691,8 -13.885.741,1 -18.410.898,3

Data Ekspor - Impor Indonesia & Amerika

Uraian 2016 2017 2018

EKSPOR 16.141.412,2 17.794.523,0 18.426.655,1

5
IMPOR 7.298.442,6 8.121.629,3 10.176.226,6

NERACA PERDAGANGAN 8.842.969,6 9.672.893,7 8.250.428,4

Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

Ketika terlalu banyak barang impor masuk ke dalam negeri maka akan menyebabkan
meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap valas yang bisa menyebabkan depresiasi rupiah.Seperti
yang dapat dilihat di tabel diatas bahwa sejak perang dagang berlaku yaitu di tahun 2016 dapat
dilihat bahwa terjadi peningkatan impor oleh China yang masuk ke dalam negeri tiap tahunnya
sampai akhir 2018

Nilai tukar Rupiah melemah hingga mencapai level 15.000/USD walaupun defisit neraca
perdagangan Indonesia menyempit. Menurut Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan
Indonesia pada akhir 2018 yang mengalami defisit sebesar 1.02 miliar USD, lebih kecil jika
dibandingkan dengan bulan lalu yaitu sebesar 2.01 miliar USD. Sektor migas berkontribusi
banyak terhadap defisit, yakni sebesar 1.66 miliar USD. Sementara itu, sektor non-migas surplus
0.64 miliar USD.

Mata uang Amerika Serikat, yakni dollar AS, merupakan salah satu mata uang utama yang
digunakan hampir di seluruh negara di dunia. Sehingga, apa yang sedang terjadi pada dollar AS
dan Amerika sebagai negara pada umumnya juga akan memengaruhi perekonomian negara-
negara lain, termasuk negara berkembang.Seiring dengan perbaikan ekonomi AS yang sempat
terpuruk akibat krisis tahun 2009, bank sentral AS, yaitu Federal Reserve atau The Fed, mulai
menaikkan suku bunga secara bertahap.kebijakan baru ini memiliki efek terhadap ketidakpastian
global, salah satunya perang dagang.

6
PERGERAKAN SUKU BUNGA THE FED
sumber : Bank Indonesia
1.Pada Maret 2018 Suku Bunga The Fed bergerak naik dari 1,5% menjadi 1,75%,yang berarti
telah terjadi kenaikan sebesar 25 basis poin

2.Pada Juni 2018 The Fed menaikkan suku bunganya kembali dari 1,75% menjadi
2,00%,kenaikan basis poin sebesar 25 poin

3.Lalu Bank Sentral Amerika Serikat kembali menaikkan suku bunga The Fed sebesar 25 basis
poin menjadi 2,25% di akhir tahun 2018.

Sepanjang tahun 2018 suku bunga The Fed telah mengalami 3 kali kenaikan.Lantas, apa
kaitannya dengan nilai tukar negara-negara lain, termasuk Indonesia? Dollar AS sebagai mata
uang utama di hampir seluruh negara, dengan naiknya suku bunga AS, investor mulai
merealokasi aset mereka, bahkan membawa dollar AS untuk kembali ke Amerika karena imbal
hasil yang lebih besar.Maka dapat dilihat bahwa Rupiah sempat mencapai nilai Rp 15.202/USD
di bulan Oktober dan lalu sempat menurun di bulan November tetapi menjadi naik kembali di
bulan Desember 2018 sebesar Rp 14.380/USD

Date Price Open High Low Change %

Dec 18 14,380.0 14,255.0 14,655.0 14,210.0 0,54%

Nov 18 14,302.5 15,182.5 15,200.5 14,252.5 -5,92%

Oct 18 15,202.5 14,882.5 15,267.5 14,882.5 2,02%

Sep 18 14,901.5 14,736.5 14,941.5 14,736.5 1,16%

Aug 18 14,730.0 14,430.0 14,735.0 14,395.0 2,15%

Jul 18 14,420.0 14,255.0 14,565.0 14,255.0 0,63%

Jun 18 14,330.0 13,855.0 14,415.0 13,835.0 3,13%

May 18 13,895.0 13,920.0 14,215.0 13,875.0 -0,13%

Apr 18 13,912.5 13,742.5 13,932.5 13,737.5 1,07%

Mar 18 13,765.0 13,785.0 13,805.0 13,700.0 0,15%

Feb 18 13,745.0 13,390.0 13,755.0 13,390.0 2,66%


Sumber :investing.com

7
Keluarnya arus modal dari para investor membuat persediaan valas di suatu negara menjadi
berkurang. Berkurangnya valas, terutama dollar AS, menjadikan Rupiah melemah karena
Indonesia masih membutuhkan dollar AS, untuk kebutuhannya dalam rangka impor bahan baku
dan barang modal.Pada kenaikan sebelum-sebelumnya, dampak yang dirasakan Indonesia cukup
menekan rupiah bahkan hingga sempat menyentuh Rp15.000 pada bulan Oktober 2018

Selaku penjaga stabilitas moneter, BI memiliki beberapa pilihan dalam menekan potensi krisis
akibat suku bunga tinggi tersebut.
1.Bank Indonesia memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai baik valas
maupun rupiah di pasar.
2.Memantau perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian
domestik.
3.Mempersiapkan pertahanan lapis kedua bersama dengan institusi eksternal terkait.
4.Selanjutnya, apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat
pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia akan
menyesuaian suku bunga kebijakan BI7DRR.

Untuk menjaga nilai tukar rupiah tidak melemah terus, pemerintah bersama Bank Indonesia
akhirnya menaikkan suku bunga agar bisa menjaga stabilitas perekonomian di tengah
berlanjutnya peningkatan ketidakpastian perang dagang Amerika - Cina. Bank Indonesia juga
melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap
mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut ditopang oleh pelaksanaan operasi
moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar valas maupun pasar
uang.

8
PERGERAKAN KENAIKAN SUKU BUNGA THE FED & BI RATE
Sumber : databoks.co.id

Perkembangan data kenaikan BI rate :

1. Pada Mei 2018, terjadi dua kali kenaikan suku bunga acuan,sebesar 25 bps menjadi 4,50%,
suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending Facility
sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Kemudiaan pada 30 Mei, BI 7-Day Reverse Repo Rate naik
sebesar 25 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 25 bps menjadi
4,00%, dan suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 5,50%

2. Selanjutnya pada Juni 2018, BI menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 5,25%,
suku bunga Deposito suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,50%, dan suku
bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 6,00%.

3. Pada Agustus 2018 BI memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25
bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku
bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.

4. September 2018 lalu, BI menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps
menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,00%, dan suku bunga
Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%.

9
5. Terakhir,November 2018 BI memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate
(BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi
5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75%.

Adapun kenaikan suku bunga yang dilakukan BI sebelumnya sudah diekspektasikan oleh pelaku
pasar, dan akhrinya ekspektasi itupun terwujud. Oleh karena itu, kenaikan ini sebenarnya bisa
menjadi energi positif bagi IHSG maupun rupiah untuk menguat, karena diharapkan dengan
adanya kenaikan suku bunga akan mencegah dana asing keluar dari Indonesia.

Dampak Kenaikan BI rate ini sendiri adalah telah terjadi aliran modal masuk (inflow) dalam
bentuk pembelian surat berharga negara (SBN) senilai Rp9,09 triliun.Selama tahun 2018 (year to
date), aliran pembelian SBN tercatat sebesar Rp22,97 triliun. Gubernur Bank Indonesia
mengatakan perkembangan ini mengkonfirmasi bahwa langkah Bank Indonesia antara lain
seperti menaikkan suku bunga kebijakan, bertahap terlihat dampaknya terhadap menariknya aset
keuangan Indonesia.

Kenaikan suku bunga ini akan mendorong instrumen berpendapatan tetap seperti Obligasi akan
menarik di mata investor. Ketika yield semakin tinggi, maka imbal hasil yang diterima semakin
besar. Tentu ini menjadi pertimbangan investor asing untuk mau berinvestasi ke pasar keuangan
Indonesia. Aliran modal yang masuk tentu mendorong rupiah bisa bergerak menguat terhadap
dollar

Nilai tukar rupiah pada bulan Mei 2019 berada dalam rentang Rp 14.306-14.370 dolar Amerika
Serikat (AS). Posisi tersebut mendekati level terendah rupiah sepanjang tahun ini di Rp 13.972
dolar AS yang tercatat awal tahun ini.

Kenaikan suku bunga dan pergerakan rupiah yang mulai relatif stabil berhasil mendorong aliran
modal asing dalam bentuk portofolio, khususnya yang terkait sekuritas pendapatan tetap dalam
bentuk SBN.Dengan nilai tukar yang stabil, kemudian modal asing masuk melalui SBN, Hal ini
tentu akan menambah pasokan valas. Perbankan dan korporasi yang terus berkontribusi dalam
mekanisme pasar di pasar valas juga mendukung stabilitas rupiah.

10
SUMBER : INVESTING.COM

Kestabilan nilai tukar rupiah masih menjadi dasar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang
sehat, berkesinambungan, seimbang dan inklusif.Sebagai contoh,jika terjadi pergerakan yang
tidak stabil terhadap nilai tukar maka akan menyulitkan para pelaku usaha baik itu importir
maupun eksportir dalam melakukan kegiatan perdagangan.Mata uang yang lebih lemah akan
meningkatkan ekspor tetapi membuat impor lebih mahal, sehingga mengurangi defisit
perdagangan negara atau peningkatan surplus )dari waktu ke waktu.

Sebaliknya, mata uang yang secara signifikan lebih kuat dapat mengurangi daya saing ekspor
dan membuat impor lebih murah, yang dapat menyebabkan defisit perdagangan melebar lebih
lanjut, akhirnya melemahkan mata uang Rupiah sendiri.Maka dari contoh ini,kita dapat
mengetahui seberapa pentingnya menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah,terutama dengan
terjadinya Perang Dagang Amerika - Cina yang terus menerus melemahkan Rupiah dari waktu
ke waktu.Pada saat ini Indonesia memerlukan nilai tukar yang stabil agar dapat bersaing di
perdagangan internasional dan agar dapat mendorong produk ekspor Indonesia yang dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Kesimpulan

Kestabilan nilai tukar rupiah merupakan dasar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang
sehat, berkesinambungan, seimbang dan inklusif.Tetapi semenjak dijalankannya Kebijakan
Proteksionisme oleh Presiden Trump,nilai tukar Rupiah mengalami pergerakan dengan volatilitas
berlebih.Kebijakan Proteksionisme ini sendiri terjadi dikarenakan adanya Perang Dagang antara
Amerika – China yang merupakan negara superpower dalam perdagangan internasional.Dengan
tarif impor Amerika Serikat atas produk China,maka China akan mencari pasar baru untuk

11
menjual produknya.Hal ini kemudian membuat produk China membanjiri Indonesia dan
menjadikan nilai tukar Rupiah melemah.

The Fed yang merupakan bank sentral Amerika Serikat,juga semakin menaikkan suku bunga
acuannya yang membuat banyak investor menarik modal dari Indonesia dan lebih memilih
berinvestasi di Amerika karena dinilai sebagai Safe Heaven bagi investor untuk imbal hasil yang
lebih besar di tengah dollar yang semakin menguat.

Di tengah persaingan perdagangan internasional dan kenaikan suku bunga acuan oleh The
FED,Bank Indonesia kemudian mengeluarkan suatu keputusan untuk menaikkan BI RATE demi
menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah.Hal ini dilakukan agar mendorong instrumen
berpendapatan tetap seperti Obligasi akan menarik di mata investor. Ketika yield semakin tinggi,
maka imbal hasil yang diterima semakin besar. Tentu ini menjadi pertimbangan investor asing
untuk mau berinvestasi ke pasar keuangan Indonesia. Aliran modal yang masuk tentu mendorong
rupiah bisa bergerak menguat terhadap dollar

12
Daftar Pustaka

Dominick,Salvatore.1997.Ekonomi Internasional,alih Bahasa oleh Haris Munandar edisi 5 cetak


1.Erlangga,Jakarta

Sugeng.Nugroho,M.Noor.Ibrahim dan Yanafitri.2009.Pengaruh Dinamika Penawaran dan


Permintaan Valas terhadap Nilai Tukar Rupiah dan Kinerja Perekonomian Indonesia,Jurnal
Ekonomi Bank Indonesia

Simorangkir,Iskandar dan Suseno.2004.Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar.Pusat Pendidikan dan


Studi Kebanksentralan,Seri Kebanksentralan,Mei 2004

Madura,Jeff.1993.Financial Management.Florida University Express.


Andriani,Renat Sofie.23 Maret 2018.Rupiah Melemah di tengah Kekhawatiran Perang Dagang
AS-CHINA.(https://m-bisnis
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20180323/93/753672/rupiah-melemah-di-
tengah-kekhawatiran-perang-dagang-as-
china?usqp=mq331AQCCAE%3D&amp_js_v=0.1#aoh=15576630833148&csi=1&referrer=http
s%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s).Diakses pada 09 Mei 2019

Merdeka.com. 03 Juli,2018.Tingginya Impor Menjadi Penyebab Tekanan Pada Rupiah.


(https://m-bisnis-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.bisnis.com/amp/read/20180323/93/753672/rupiah-melemah-di-
tengah-kekhawatiran-perang-dagang-as-
china?usqp=mq331AQCCAE%3D&amp_js_v=0.1#aoh=15576630833148&csi=1&referrer=http
s%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s).Diakses pada 09 Mei 2019

Iqbal,Fikri interview.28 Mei 2018.Gubernur BI Ungkap Penyebab Pelemahan Rupiah Sejak


Februari.( https://m-liputan6-
com.cdn.ampproject.org/v/s/m.liputan6.com/amp/3541202/gubernur-bi-ungkap-3-penyebab-
utama-pelemahan-rupiah-sejak-
februari?usqp=mq331AQCCAE%3D&amp_js_v=0.1#referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.
com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Fbisnis
%2Fread%2F3541202%2Fgubernur-bi-ungkap-3-penyebab-utama-pelemahan-rupiah-sejak-
februari).Diakses pada 09 Mei 2019

Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.2019.Neraca Perdagangan Dengan Mitra


Dagang.Indonesia

Bank Indonesia.2019.Pergerakan Suku Bunga The Fed. https://www.bi.go.id/id/moneter/bi-7day-


RR/data/Contents/Default.aspx.Diunduh pada 10 Mei 2019 pukul 07.00 WIB

Investing.Com.USD/IDR. https://m.id.investing.com/currencies/usd-idr-historical-data.Diunduh
pada 10 Mei 2019 pukul 09.00 WIB

13
Databoks.2019.Pergerakan Suku Bunga The Fed terhadap BI Rate.
https://databoks.katadata.co.id/search/cse/bi%2520rate.Diunduh pada 10 Mei 2019 pukul 09.15
WIB

Imam Mukhlis.2011.Analisis Volatilitas Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar.Jurnal Pendidikan


Ilmu Ekonomi.Vol 5.No 2.Oktober 2011.172-182

Adirini Pujayanti.2018.Perang Dagang Amerika Serikat – China Dan Implikasinya Bagi


Indonesia.Jurnal Hubungan Internasional.Vol.X,No.07/1/Puslit/April/2018

Bank Indonesia.2018.Pernyataan GBI : Langkah Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Nilai


Rupiah. https://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-terbaru/Pages/Langkah-Bank-Indonesia-
dalam-Menjaga-Stabilitas-Nilai-Tukar-Rupiah.aspx.Diakses pada 10 Mei 2019 pukul 13.00 WIB

Kementrian Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia.2019. Inilah Langkah Bank


Indonesia Stabilkan Nilai Tukar Rupiah. https://kominfo.go.id/content/detail/13924/inilah-
langkah-bank-indonesia-stabilkan-nilai-tukar-rupiah/0/berita.Diakses pada 10 Mei 2019 pukul
15.00 WIB

14

Anda mungkin juga menyukai