PENDAHULUAN
Dewasa ini pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas Negara yang
digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.Oleh karena itu sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan
kesejahtera bangsa.Namun tak biasa dipungkiri bahwa sulitnya Negara melakukan
pemungutan pajak,karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak
merupakan suatu tantangan.Pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan memberikan
peringatan terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPP).Akan tetapi masih
banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak,bahkan cenderung menghindari
kewajiban tersebut.
1
I. Sistem pemungutan pajak
J. Tarif pajak
K. Apa yang dimaksud keberatan dan banding dalam pajak ?
L. Sanksi dalam pajak
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAAN
Pada awalnya pajak merupakan suatu upeti (pemberin secara Cuma Cuma).Namun
sifatnya suatu kewajiban yang dpat dipaksakan yang harus dilaksanakan oleh rakyat
(masyarakat ) kepada seorang raja atau penguasa. Saat itu,rakyat memberikan upeti kepada
raja atau penguasa berbentuk natural berupa padi,ternk,atau hasil tanaman lainnya seperti
pisang,kelapa,dan lain-lainya.Pemberian yang dilakukan rakyat saat ini digunakan untuk
keperluaan untuk keperluan dan kepentingan raja atau penguasa setempat dan tidak ada
imbalan atau prestasi yang dikembalikan kepada rakyat,karena memang sifatnya hanta untuk
kepentingan sepihak dan seolah-olah ada tekanan secara psikologis karena kedudukana raja
yang lebih tinggi status sosialnya dibandingkan rakyat.
Dalam perkembanganya sifat upeti yng diberikan oleh rakyat tidak lag hanya untuk
kepentinganraja saja,tetapi sudah mengarah kepada kepentingan rakyat itu sendiri.Artinya
pemberian kepada raja atau pengusaha digunakan untuk kepentingan umum seperti untuk
menjaga keamanan rakyat,memelihara jalan,pembangunan jalan,pembangunan saluran
air,membangun sarana sosila lainnya,serta kepentingan umum lainnya.
Kemudian dibuat suatu aturan-aturan yang lebih baik agar sifatnya yang memaksa
tetap ada,namun ada unsur keadilan lebih diperhatikan untuk memenuhi unsur keadilan inilah
maka rakyat diikutsertakan dalam membuat aturan-aturan dalam pemungutan pajak,yang
nantinya akan dikembalikan juga hasilnya untuk kepentingan rakyat sendiri.Di Indonesia
sejak zaman kolonial Belanda ternyata telah diberlakukan cukup banyak undang-undang yang
mengatur mengenai pembayaran pajak.
A. Menurut Prof.DR.P.J.A.Adriani
Pajak adalah iuran kepada Negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan-peratran,dengan tidak dapt prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan
gunanya untuk membiayai pengaluaran-pegeluaran umum yang berhubungan dengan tugas
Negara untuk menyelenggaraan pemerintahan.
3
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara,berdasarkan Undang-undang
yang dapat dipaksakan,dengan tidak mendapatkan jasa timbale balik (kontra Prestasi) yang
langsung ditunjukan untuk pengeluaran umum.
Pajak adalah Kontribusi wajib kepada yang terhutang oleh pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-undang,dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Negara untuk keakmuran rakyat.
Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian peran aktif warga negara dan
anggota masyarakat lainya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan
nasional yang pelaksanaanya diatur dalam Undang-undang dan peraturan-peraturan untuk
kesejahteraan Negara.
E. Secara Umum
Pajak adalah iuran wajib yang dipungut oleh pemerintahan dari masyarakat (Wajib Pajak)
untuk menutupi pengeluaran rutin Negara dan biaya pembangunan tanpa balas jasa yang
dapat ditunjuk secara langsung.
Dalam Naskah asli UUD 1945 pasal 23 ayat 2 mengatur :” Segala pajak untuk Keperluan
Negara berdasarkan UU “ sedangkan dalam UUD 1945 ( hasil amandemen ) termuat dalam
pasal 23A : “Pajak adalah pungutan lain yang besifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan UU”
4
Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan
PPnBM ).
C. UU No.12 Tahun 1985 terakhir di ubah menjadi UU No.12 Tahun 1994
Tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
D. UU No.13 Tahun 1985.
Tentang Bea Materai.
E. UU No.28 Tahun 2009.
Tentang Pajak Daerah dan Restribusi.
A. Teori Asuransi
Teori ini mengatakan bahwa pajak itu ibaratkan sebagai premi yang harus dibayarkan
oleh setiap orang.
B. Teori Kepentingan
Teori ini mengatakan bahwa pembagian beban pajak harus didasarkan atas masing-
masing kepentingan orang dalam tugas pemerintahan.
C. Teori Gaya Pikul
Teori ini mengatakan bhwa setiap orang wajib membayar pajak sesuai daya pikul
masing-masing.
D. Teori Bhakti
Teori ini di sebut juga “teori kewajiban pajak mutlak “ mengatakan bahwa
pembayaran pajak merupakan tanda bhakti seseorang kepada Negara.
E. Teori Asas Gaya Beli
Teori ini pajak di ibaratkan sebagai pompa yang menyedot daya beli seseorang yang
kemudian dikembalikan kepada masyarakat melalui saluran lain.
F. Pungutan Pajak Menurut Pancasila
Menurut teori ini pungutan pajak dibenarkan.Pembayaran pajak adalah pengorbanan
setiap anggota keluarga untuk kepentingan keluarga tanpa mendapati imbalan.
5
B. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta pelaksanaanya yang sifatnya dapat
dipaksakan.
C. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi secara
langsung oleh pemerintah.
D. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
E. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,yang bila dari
pemasukanya masih terdapat surplus,dipergunakan untuk membiayai Public
Investement.
F. Pajak dapat mempunyai tujuan mengatur dan tujuan budgeter.
A. Fungsi Utama
a. Fungsi Penerimaan ( Budgetair )
B. Fungsi Tambahan
a. Fungsi Demokrasi
6
Contohnya :Apabila seseorang telah melakukan kewajiban membayar pajak
kepada Negara sesuai ketentuan yang berlaku,maka ia mempunyai hak untuk
mendapatkan pelayanaan yang baik dari pemerintahan.Bila pemerintahan tidak
memberikan pelayanan yang baik,pembayar bias melakukan prots ( Complaint )
terhadap pemerintahan.
b. Fungsi Redistribusi
Fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam
masyarakat.
a. Menurut Golonganya
a. Pajak Langsung
Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain.
Pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
b. Pajak Objektif
7
Pajak yang berpangkal pada objeknya,tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.
Contohnya :Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
Pajak yang dipungut oleh pemerintahan pusat dab digunakan untuk membiayai
rumah tangga Negara.
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah.Pajak Daerah terdiri dari :
A. Retribusi
8
B. Sumbangan
Pemerintahan Membiayai
Undang- Dapat Tidak
1 Pajak Pusat dan pengeluaran
Undang dipaksakan langsung
Daerah Negara
UU Membiayai
Pemerintah Tidak dapat Diterima
2 Retribusi Daerah pengeluaran
Daerah dipaksakan Langsung
Atau PPD daerah
Pihak yang
Tidak dapat Membiayai
3 Sumbangan menarik Tidak ada Tidak dapat
dipaksakan Kegiatan
Sumbangan
Suatu system pemungutan pajak dimana aparatur pajak menetapkan sendiri jumlah
terutang.Dalam menghitung dan menetapkan pemungutan pajak,sepenuhnya berada
pada aparatur pajak.
9
c. Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh Fiskus.
B. Self Assessment System
C. Withholding System
Suatu system pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pihak ketiga
untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terhutang oleh wajib pajak.
Pemungutan pajak tidak terlepas dari unsur keadilan,keadilan disini dapat diartikan
dalam prinsip ( Undang-Undang ),maupun adil dalam pelaksanaannya sehingga dapat
menciptakan keseimbangan sosial untuk kesejahteraan masyarakat.Salah satu unsur
untuk mencapai keadilan melalui penetapan tarif pajak,yaitu dengan memberikan
tekanan yang sama kepada wajib pajak.Tarif Pajak adalah besaranya nilai yang
digunakan untuk menentukan pajak terutang yang harus dibayar wajib pajak kepada
pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.Jenis-jenis tariff pajak
dalam melakukan pemungutan pajak terdapat beberapa macam cara atau system
pemungutan pajak yaitu :
Contohnya :Jika pendapatan seorang wajib pajak naik sebesar 100% maka
jumlah pajak yang terhutang akan naik manjadi 100% dari pajak semula.
10
a. Untuk PPh sebesar 20%
b. Untuk PPN terhadap barang kena pajak dikenakan tariff 10%
Contoh :
Contohnya : Jika kemampuan membayar seorang wajib pajak naik sebesar 100%
maka jumlah pajak yang terhutang menjadi naik melebihi 100%.
Adanya tarif pemungutan pajak dengan prosentase yang naik dengan semakin
besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak,
Namun kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali menurun.
11
C. Tarif Pajak Tetap
Contohnya :
Tarif pemungutan yang persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan
dasar pengenaan pajak semakin besar.Sekalipun persentasenya semakin
kecil,tidak berarti jumlah pajak yang terutang menjadi kecil,tetapi bias menjadi
besar karena jumlah yang dijadikan pengenaan pajaknya juga semakin besar.Tarif
ini tidak pernah digunakan dalam praktik Perundang-Undang Perpajakan.
Sistem pemungutan Degressive adalah menaikan persentase pajak yang kena dan
harus dibayarkan sesuai kenaikan objek pajak,namun besarnya persentse
kenaikan pajak semakin menurun dari tingkat ke tingkat.sistem ini mirip dengan
system progresif,namun kenaikan prosentase akan semakin kecil walaupun
prosentasenya naik ( 10-18-24-28 )
Contoh :
12
Untuk memudahkan pemahaman dari penentuan tariff pajak di atas di bawah ini
di sajikan table yang menerangkan penetapan tariff sebagai Berikut
Bila diperhitungkan dengan nilai uang maka besar pajak yang harus dibayar
dalam rupiah adalah sebagai berikut
1 Rp. 1.000.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000 Rp. 40.000
2 Rp. 2.000.000 Rp. 80.000 Rp. 100.000 Rp. 64.000 Rp. 76.000
3 Rp. 3.000.000 Rp. 120.000 Rp. 180.000 Rp. 78.000 Rp. 105.000
4 Rp. 4.000.000 Rp. 160.000 Rp. 280.000 Rp. 88.000 Rp. 132.000
Dari penetapan tariff pajak diatas maka kita dapat menyimpulakan besar jumlah
pajak yang dibayarkan tergantung pada penggunaan system tariff pajaknya.
a. Keberatan
13
Keberatan termasuk dalam peradilan administrasi tidak murni atau disebut
juga peradilan doleansi.Maksudnya dari peradilan pajak tidak murni adalah
peradilan dimana pihak yang mengadili yaiu badan atau pejabat,termasuk sebagai
pihak bersengketa.Jadi perselisihan Wajib Pajak dan DJP seperti yang tercermin
dengan adanya keberatan tersebut diputus sendiri oleh salah satu pihak yang
bersengketa yaitu DJP.
Dengan adanya peraturan tersebut berarti Wajib Pajak mempunyai hak untuk
menolak pajak yang terhutang yang harud dibayar,baik yang dibayar sendiri secara
langsung atau melalui pemotongn pihak lain.Keberatan yang diajukan Wajib Pajak
dari Suatu Ketetapan Pajak yang terdapat dalam Surat Tambahan,Surat Keterangan
Pajak Lebih Bayar,Surat Ketetapan Pajak Nihil dan pemotoga oleh pihak lain.
14
melalui Pos tercatat menjadi tanda buki penerimaan Surat Keberatan tersebut
bagi kepentigan wajib Pajak.
Dalam penyelsaian keberatan Wajib Pajak diberi hak hadir untuk memberikan
keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya.Apabila
Wajib Pajak tidak menggunakan hak tersebut,maka proses keberatan tetap
diselesaikan.
b. Jangka waktu keputusan keberatan
Direktur Jendral Pajak dalam jangka waktu pang lama 12 ( dua belas ) bulan
sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberikan keputusan atas
keberatan yang dijaukan.
Keputusan Direktur Jendral Pajak atas keberatan berupa menerima seluruhnya
atau sebagian menolak atau menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas ketetapan pajak yang
ditentukan Wajib Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan ketidak
benaran ketetapan pajak tersebut.
Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jendaral Pajak tidak member
suatu keputusan maka keberatan yang diajukan tersebut dianggap diterima.
Terhadap Surat Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak kewenangan
penyelesaian dalam tingkat pertama diberikan kepada Irektur Jendral
Pajak dan ketentuan batasan waktu penyelesaian keputusan atas keberatan
Wajib Pajak ditetapkan paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak tanggal
Surata Keberatanditerima.Dengan ditetukanya batas waktu penyelesaian
keputusn atas keberatan tersebut,berarti akan diperoleh suatu kepastian
hukum bagi Wajib pajak disamping terlaksananya administrasi.
Wajib Pajak membuktikan ketidak benaran ketetapan pajakan dalam hal
Wajib Pajak mengajukan keberatan terhadap pajak-pajak yang ditetapkan
secara jabatan.Suarat Ketetapan Pajak secara jabatan tersebut diterbitkan
kerena Wajib pajak tidk menyampaikan SPT tahunan meskipun telah
ditegur secara tertulis ,atau tidak memenuhi kewajban penyelenggaraan
pembukuan,menolak untuk memberikan kesempatan kepada pejabat
pemeriksa memasuki tempat-tempat tertentu yang diandang perlu dalam
rangka pemeriksaan guna menetapkan besarnya jumlah pajak yang
terutang.Apabila Wjib Pajak tidak dapat membuktikan kebenaran Surat
15
Ketetapa Pajak secara jabatan itu maka keberatanya ditolak.Apabila Surat
Keberatan tidak memenuhi persyaratan tidak dianggap sebgai surat
keberatan.
b. Banding
Dalam hal Wajib pajak masih merasa belum puas terhadap keputusan DJP atas
keberatan yang diajukan maka kepada Wajib Pajak diberikan kesempatan untuk
mengajukan banding sebagai mana diatur dalam pasal 27 Undang-undang No.6
Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana yang
telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.28 Tahun 2007.Pengajuan
banding tersebut ditujukan kepada Badan Peradilan Pajak yaitu Pengadilan Pajak
yang pembentukanya diatur dalam Undang-undang No.14 Tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak.
Adapun syarat mengajukan banding yang harus dipenuhi Wajib Pajak diatur
dalam Undang-undang No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yaitu :
Pasal 35
Banding diajukan dengan Surat Banding dalam bahasa Indonesia kepada
Pengadilan Pajak.
16
Banding diajukan dalam jangka waktu 3 ( tiga ) bulan sejak tanggal
diterima keputusan yang disbanding,kecuali diatur lain dalam peraturan
Perundang-Undang Perpajakan.
Jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 2 ) tidak mengikat
apabila jangka waktu dimaksud tidak dapat dipenuhi karena keadaan di
luar kekuasaan pemohon Banding.
Pasal 36
Terhadap 1 ( satu ) Keputusan diajukan 1 ( satu ) Surat Banding.
Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas dan
dicantumkan tanggal diterima surat keputusan ang disbanding.
Pada surat Banding dilampirkan salian Keputusan yang disbanding dan
ayat ( 3 ) serta pasal 35,dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya
jumlah Pajak yang terutang.Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah
yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% ( lima puluh persen ).
b. Hak-hak Pemohon Banding
Pemohin banding dapat melengkapi bandingnya untuk memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku sepanjang masih dalam jangka waktu 3
( tiga ) bulan sejak diterima keputusan yang disbanding.
Pemohon Banding dapat memasuki Surat Bantahan dalam jangka 30 ( tiga
puluh ) hari sejak tanggal diterima salinan Surat Uraian Banding.
Pemohon dapat hadir dalam siding terbuka guna memberikan keterangan
lisan atau bukti-bukti yang diperlukan sepanjang memberitahukan kepada
Pengadilan Pajak.
Dapat hadir dalam siding terbuka untuk Pembacaan Putusan.
Daapat didampingi atau diwakili oleh Kuasa Hukum yang telah
terdaftar/mendapat izin Kuasa Hukum dari Ketua Pengadilan Pajak.
Dapat meminta kepada Majelis kehadiran sanksi.
c. Pembuktian
17
a. Surat Keputusan atau Surat Ketetapan yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang.
b. Surat surat lain atau tulisan yang ada kaitannya dengan banding
c. Alat bukti berupa foto copy,rekaman,film,disket,kaset,faksimili
Teleks,keluararan cetek ( Print Out) atau tanda terima.
2. Pengakuan para pihak.
Tifak dapat ditarik kembali,kecuali berdasarkan alasan yang kuat dan
dapat diterima oleh anggota siding.
3. Keterangan saksi.
Dianggap sebagai alat bukti apabila keterangan itu berkenan dengan hal
yang dialami,dilihat atau didengar sendiri oleh saksi.
4. Keterangan ahli.
Pendapat orang yang diberikan dibawah sumpah dala persidangan tentang
hal yang ia ketahui menurut pengelaman dan pengetahuannya.
d. Jenis-jenis Pemeriksaan di Pengadilan Pajak
Pemeriksaan dengan Acara Biasa dilakukan terhadap :
18
Putusan Pengadilan Pajak diambil berdasarkan musyawarah yang dipimpin
oleh ketua Sidang, dan apabila dalam musyawarah tidak dapat dicapai
kesepakatan, putusan diambil dengan suara terbanyak.
f. Jenis Putusan
Menolak
Mengabulkan Sebagian
Mengabulkan seluruhnya
Menambah pajak yang harus dibayar
Tidak dapat diterima
Membetulkan salah tulis dan/atau salah hitung
19
yang bisa terjadi.Konsekuensi hukum tersebut adalah pengenaan sanksi-sanksi
perpajakan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pajak adalah
pembayaran yang dilakukan rakyat,dan merupakan sumber dana untuk pembangunan.Dasar
hukum perpajakan termuat dalam UUD 1945 hasil amandemen dalam pasal 23A.Ciri utama
yang melekat padapajak yaitu bersifat memaksa dan tidak adanya kontra prestasi secara
langsung dari pemerintah.Selain itu pajak berbeda dengan retribusi dan sumbangan.Dalam
penetapan besaran pajak harus sesuai dengan pancasila.Pajak sendiri memiliki banyak jenis
dan asas yang digunakan pun beraneka ragam.Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang
digunakan.Pengelompokan pajak menurut golonganya ada pajakk langsung dan tidak
langsung,berdasarkan sifatnya ada pajak subjektif dan objektif,berdasarkan lembaga
pemungutannya ada pajak pusat dan daerah.
Dalam pelaksanaan ketentuan peraturan Perundang-Undang perpajakan pasti terjadi
rasa kurang puas atau tidak puas,dalam hal ini Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan
kepada DJP.Jika Wajib Pajak masih merasa belum puas atas keberatan yang diajukan akan
diberikan kesempatan untuk mengajukan banding kepada Badan Peradilan Pajak
yaituPengadilan Pajak. Upaya pemerintah dalam meningkatkan kepatuhan terhadap Wajib
Pajak,diterapkan Sanksi-sanksi berupa,sanksi Pidana disertai dengan sanksi administrasi
berupa denda.
3.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk
membayar pajak,agar pembangunan dapat terus berjalan. Penghasilan negara terbesar negara
kita Indonesia adalah berasal dari pajak. Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembangunan suatu negara khususnya Indonesia. Oleh karena itu, pengelolaan pajak harus
dikelola dengan baik dan benar agar manfaatnya dapat dirasakan oleh rakyat.Selain itu para
Wajib Pajak juga harus rutin dalam membayar pajak demi tercapainya pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.Sudah seharusnya kita sebagai warga Negara
Indonesia harus memahami perpjaka serta tarif pajak yang berlaku di Indonesia.Sehingga bisa
dimanfaatkan dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi warga Negara yang taat terhadap
pajak.
21
Daftar Pustaka
22