Anda di halaman 1dari 8

1.

Q-System (NGI Q Classification System)

Klasifikasi massa batuan yang dikenal dengan “Norwegian Geotechnical Institute Q


Classification System” dikembangkan oleh Barton, Lien dan Lunde, all (1974). Didasarkan pada
besarnya data pada terowongan, dibuatlah Q-System untuk menentukan karakteristik massa
batuan dan penyangga terowongan. Nilai dari Q-System merupakan nilai logaritma dengan
rentang 0,001 – 1,000 (Matthew, 2015).
Klasifikasi massa batuan Q-System digunakan untuk mengklasifikasikan massa batuan di
sekitar pembukaan bawah tanah, serta untuk pemetaan lapangan. Nilai Q ini dapat dipengaruhi
oleh peledakan pada pembukaan bawah tanah. Q-System adalah sistem klasifikasi untuk massa
batuan yang berhubungan dengan stabilitas bukaan bawah berdasarkan estimasi enam
parameter massa batuan sehingga nilai Q dapat dihitung. Nilai tersebut memberikan gambaran
kualitas dari massa batuan. Perhitungan nilai Q memungkinkan untuk menemukan jenis dan
kuantitas dari penyanggaan yang dapat diterapkan oleh massa batuan tersebut. Q-System
didasarkan pada analisis perhitungan numerik dari kualitas massa batuan dengan 6 parameter
berbeda yaitu:
a. RQD
RQD merupakan pengukuran persentase dari potongan core utuh dengan panjang yang
lebih dari 10 cm dari total panjang keseluruhan dari core. Nilai yang digunakan merupakan
nilai aktual RQD (%) (Deere et al, 1989).
b. Number of jont set (Jn)
Nilai dari jumlah set kekar merupakan rating dari jumlah set kekar dari terowongan.

Tabel 6.1 nilai Jn


Joint set number Jn value
No or few joint 0,75
1 joint set 2
1 joint set + random joint 3
2 joint set 4
2 joint set + random joint 6
3 joint set 9
3 joint set + random joint 12
4 joint set or more, heavily jointed 15
Crushed, earth like 20
c. Roughness (Jr)
Jr atau kekasaran kekar ditentukan berdasarkan kehalusan permukaan (Js) dan
undulasinya (Jw). Persamaan antara lain:
Jr = Js x Jw …………….……………………………………(6.1)
Catatan: Jr = Js x Jw = 1 untuk joint yang terisi

Gambar 6.1 Deskripsi Jr

Tabel 6.2 nilai Js


Joint smoothness Js (value)
Very rough 2
Rough or irregular 1,5
Slightly rough 1,25
Smooth 1
Polished 0,75
Slickensided 0,5

Tabel 6.3 nilai Jw


Joint waveness Jw (value)
Discontinuous joint 4
Strongly undulation 2.5
Moderately undulating 2
Slightly undulating 1.4
Planar 1

d. Joint alteration or filling (Ja)


Deskripsi dari kondisi kekar dinominalkan sebagai angka dalam tabel ini
(Palmstrom,2009):

Tabel 6.4 Nilai Ja


Weathering/ joint alteration Ja Value
Healed or welded joint 0,75
Unweathered, fresh joint 1
Slightly weathered joint walls (coloured or stained) 2
Altered joint wall (no loose material) 4
Coating of friction material 3
Coating of cohesive material 4

Filled joint Ja value


Wall No wall
contact contact
No filling
Friction material (silt, sand, etc) 4 8
Hard, cohesive material (clay, talc, chlorite) 6 8
Soft, cohesive material (soft clay) 8 12
Swelling clay material 10 18
e. Water inflow (Jw)
Aliran air atau air tanah mempengaruhi penggalian bawah tanah dengan 3 cara yaitu
(palmstrong, 2009):
1. Menambah tegangan pada dinding batuan sehingga mengurangi stabilitas.
2. melunakan lempung, talc atau isian kekar lainnya atau menghilangkan isian kekar.
3. Sebagai aliran air yang mempengaruhi kondisi pekerjaan.
Hal ini menjadikan air tanah sebagai parameter penting. Nilai dari kondisi air tanah sebagai
berikut (barton et al,2002):

Tabel 6.5 Nilai Jw


Description Water pressure (kg/cm2) Jw

Dry or minor inflow, < 5 litres/min <1 1,0


locally
Medium inflow or pressure accasional 1-2,5 0,66
outwash of joint filling

Large inflow or high pressure in 2,5 -10 0,5


competent rock with unfilling joint

Large inflow or high pressure, 2,5 – 10 0,33


considerable outwashof joint fillings

Exceptionally high inflow or water 0,2-0,1


pressure at blasting, decaying with
time
Exceptionally high inflow or water > 10 0,1-0,05
pressure continuing without noticeable
decay

f. Stress condition (SRF = Stress Reduction Factor)


Nilai dari SRF adalah nilai deskripsi dari perbandingan tegangan tangensial terhadap
kekuatan massa batuan (UCS). Semakin besar tegangan tangensial terhadap kekuatan
massa batuan (overstress), maka akan semakin besar pula nilai SRF nya (barton, 1994).
Tabel 6.6 Nilai SRF berdasarkan Jenis Zona Lemahnya
Weakness zone, intersection excavation SRF
Multiple weakness zone Any Depth 10

Single weakness zone Depth <50 m 5

Single weakness zone Depth >50 m 2,5

Multiple shear zone Any depth 7,5

Single shear zone Depth <50 m 5

Single shear zone Depth >50 m 2,5


Loose, open joint Any depth 5

Heavily jointed Any depth 5

Reduce these values of SRF by 25 - 50% if the relevant shear zones only
influence, but do not intersect the excavation

Tabel 6.7 Nilai SRF berdasarkan perbandingan tegangan


Stress
Reduction
𝜎𝑐 𝜎𝜃 Factor
Rock stress problems, competent rock ⁄𝜎1 ⁄𝜎𝑐
(SRF)

Low stress, near surface, open joints > 200 <0,01 2,5
Medium stress, usually favourable 200-10 0,01-0,3 1
stress condition
High stress, very tight structure, usually 10-5 0,3-0,4 0.5 – 2
favourable to stability, maybr except for
walls

Moderate slabbing after > 1 hour in 5-3 0.5-0,65 5 – 50


massive rock
Slabbing and rock burst after a few 3-2 0,65-1 50 – 200
minutes in massive rock

Heavy rock burst (strain burst) and <2 >1 200 –


immediate dynamic deformation in 400
massive rock

(II) For strongly anisotropic stress field (if measured): when 5 < σ1 /σ3 <10, reduce σcto 0.75 σc. When σ1/σ3
> 10, reduce σcto 0.5σc
(iii) Few case records available where depth of crown below surface is less than span width.

Suggest SRF increase from 2.5 to 5 for low stress cases

Tabel 6.8 nilai SRF pada masalah tegangan tanah


Squeezing Plastic flow of incompetent rock Mild squeezing 𝜎𝜃 SRF
⁄𝜎𝑐
rock under the influence of high rock pressure 1-5 5-10
pressure
Heavy squeezing >5 10-20
Swelling Chemical swelling activity Mild swelling rock pressure 5-10
rock depending on presence of water Heavy swelling rock 10-15
pressure
Setiap parameter yang dikemukakan Barton et al, dikombinsikan dengan persamaan
sebagi berikut Persamaannya sebagai berikut :

𝑅𝑄𝐷 𝐽𝑟 𝐽𝑤
𝑄= 𝑥 𝑥 ……...........……………………...(6.2)
𝐽𝑛 𝐽𝑎 𝑆𝑅𝐹

Dalam menjelaskan keenam parameter yang dipakai untuk menghitung Q, Barton (1974)
membagi enam parameter tersebut menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:
a. RQD/𝐽𝑛 merepresentasikan struktur dari massa batuan, menunjukkan ukuran blok batuan
(block size).
b. 𝐽𝑟 /𝐽𝑎 menunjukkan kekerasan (roughness) dan karakteristik friksi dari permukaan bidang
diskontinu atau filling material dari bidang diskontinu tersebut. Adanya lapisan mineral
clay pada permukaan kontak Antara kedua bidang diskontinu tersebut, akan mengurangi
kuat geser secara signifikan. 𝐽𝑟 /𝐽𝑎 menunjukkan shear strength atau kuat geser antar blok
batuan.
c. 𝐽𝑤 /SRF terdiri dari dua parameter stress. Parameter 𝐽𝑤 adalah ukuran tekanan air yang
dapat mempengaruhi kuat geser dari bidang diskontinu. Sedangkan parameter SRF dapat
dianggap sebagai parameter total stress yang dipengaruhi oleh letak dari lubang bukaan
yang dapat mereduksi kekuatan massa batuan. Secara empiris 𝐽𝑤 /SRF mewakili active
stress yang dialami batuan.
Sehubungan dengan nilai indeks Q untuk fungsi stabilitas dan penyanggaan pada
penggalian bawah tanah, Barton et al (1974) mendefenisikan parameter yang disebut Equivalent
Dimention (De). De didapat dengan membagi panjang bukaan, tinggi atau diameter tehadap nilai
ESR (excavation support ratio). Persamaanya sebagai berikut:
𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑠𝑝𝑎𝑛,𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟,𝑜𝑟 ℎ𝑒𝑖𝑔𝑡ℎ (𝑚)
De = ……………………………….(6.3)
𝐸𝑆𝑅

Nilai dari ESR berhubungan tujuan pengguannan penggalian dan derajat keamanan. Nilai
ESR berbeda bergantung fungsi penggalian. Nilainya dtunjukan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 6.9 Nilai ESR

Excavation Category ESR

A Temporary mine opening 3–5


Vertical shaft :
B Circular section 2,5
Rectangular/square section 2,0
Permanent mine opening, water tunnels for hydropower (Excluding
high pressure penstock), pilot tunnel, drifts, and heading for large
C excavations 1.6
Storege rooms, water treatment plants, minor road railway tunnel,
D surge chamber, accas tunnels 1.3
Power station, major road and railway tunnel, civil defence
E chamber, portal intersections 1
Underground nuclear power station, railway station, sports and
F public facilities, factories 0.8

Hubungan antara nilai Q dan De adalah untuk penentuan sistem penyanggan yang
dijelaskan dalam grafik yang dikemukakan pada laporan barton et al (1974). Grafik ini telah
diperbaharui oleh Grimstad dan Barton (1993) merefleksikan peningkatan penggunaan dari steel
fibre shotcrete.

Gambar 6.2 Chart penentuan penyanggaan pada Q system.


Barton et al. (1980) memberikan informasi tambahan terhadap panjang rockbolt, span
maksimum, dan tekanan penyangga atap untuk melengkapi rekomendasi penyangga pada
publikasi yang diterbitkan tahun 1974. Panjang L dari rockbolt ditentukan dari lebar penggalian
(B) dan dari nilai ESR melalui persamaan:
2+0.15𝐵
L= …………………………………(6.4)
𝐸𝑆𝑅
Span maksimum yang tidak disangga dapat dihitung dengan persamaan:
Span maksimum (Tidak disangga) = 2 ESR Q0.4 …………………….(6.5)
Grimstad dan Barton (1993) memberikan hubungan antara nilai Q dengan tekanan penyangga
atap permanen Proof melalui persamaan:
2(√𝐽𝑛 )𝑄−1/3
Proof = …………………………………(6.6)
3𝐽𝑟

Grimstad, E. and Barton, N. 1993. Updating of The Q system for NMT. Proceedings of the
International Symposium on Sprayed Concrete-Modern Use of Wet Mix Sprayed
Concrete for Underground Support. Fagernes: Oslo, hal.46-66.

Anda mungkin juga menyukai