SDA DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.Sub DAS adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS. 1. Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah, geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. 2. Bagian Hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir. 3. Bagian Hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau aluvial. 4. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan. 5. Pengelolaan DAS Terpadu adalah rangkaian upaya perumusan tujuan, sinkronisasi program, pelaksanaan dan pengendalian pengelolaan sumber daya DAS lintas multi pihak secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi biofisik, ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna mewujudkan tujuan pengelolaan DAS. 6. Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS (Forum DAS) adalah organisasi multipihak yang terkoordinasi, terdiri dari unsur-unsur pemerintah yang berkepentingan dengan pengelolaan DAS yang dilegalisasi oleh Presiden, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai tingkatannya. 7. Degradasi Lahan adalah penurunan atau kehilangan seluruh kapasitas alami untuk menghasailkan tanaman yang sehat dan bergizi sebagai akibat erosi, pembentukan lapisan padas (hardpan) dan akumulasi bahan kimia beracun (toxic) disamping penurunan fungsi sebagai media tata air. 8. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana. 9. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. 10. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa : gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan dan angin topan. 11. Ancaman Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa : gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemik dan wabah penyakit dan teror. 12. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat. 13. Banjir adalah aliran berlebih atau penggenangan yang datang dari sungai atau badan air lainnya dan menyebabkan atau mengancam kerusakan. Banjir ditunjukkan aliran air yang melampaui kapasitas tampung tebing/tanggul sungai sehingga menggenangi daerah sekitarnya. 14. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. 15. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 16. Hutan Mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-jenis : Avicennia spp (api-api), Soneratia spp (pedada), Rhizophora spp (bakau) Bruguiera spp (tanjang), Lumnitzera excoccaria (tarumtum), Xylocarpus spp (nyirih) dan Nypa fruticans (nipah). 17. Hutan Pantai adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh di tepi pantai dan berada di atas garis pasang tertinggi, Jenis-jenis pohonnya antara lain : Casuarina equisetafolia (cemara laut), Terminalia catappa (ketapang), Hibiscus tiliaseus (waru), Cocos nucifera (kelapa), dan Arthocarpus altilis (nangka/cempedak). 18. Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas areal lahan yang dibebani hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas minimum 0,25 Ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 %. 19. Lahan Kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya terganggu sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak berfungsi lagi secara baik sebagai media produksi maupun media pengatur tata air. 20. Konservasi Tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung kehidupan secara lestari. 21. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. 22. Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat atau seedling/anakan, baik berupa stek, anakan siap tanam, cangkokan maupun anakan cabutan yang dapat ditanam. 23. Jenis Kayu-kayuan adalah jenis tanaman hutan yang menghasilkan kayu untuk konstruksi bangunan, meubel dan peralatan rumah tangga. 24. Multi Purpose Tree Species (MPTS) adalah jenis tanaman yang menghasilkan kayu dan bukan kayu. 25. Bangunan Pengendali Jurang (Gully Plug) adalah bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan konstruksi batu, kayu atau bambu. 26. Bangunan Terjunan Air adalah bangunan terjunan yang dibuat pada tiap jarak tertentu pada SPAS (tergantung kepentingan lahan) yang dapat dibuat dari batu, kayu dan bambu. 27. Dam Penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai dengan tinggi maksimal 4 meter. 28. Dam Pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air (tidak lolos air) dengan konstruksi lapisan kedap air, urugan tanah homogen, beton (tipe busur), untuk mengendalikan erosi, sedimentasi, banjir dan irigasi serta air minum dan dibangun pada alursungai/anak sungai dengan tinggi maksimal 8 meter. 29. Embung Air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan/air limpasan atau air rembesan pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau. 30. Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur hidrologis yang meliputi : hujan, aliran permukaan dan aliran sungai, peresapan, aliran air tanah dan evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air suatu DAS. Dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 14 : Urusan Pemerintahan bidang kehutanan termasuk urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi pengelolan DAS merupakan Sub Urusan dari Urusan Kehutanan dengan pembagian urusan sebagai berikut: pemerintah Pusat untuk Urusan Penyelenggaraan pengelolaan DAS, dan pemerintah Provinsi untuk Urusan Pelaksanaan pengelolaan DAS lintas Daerah kabupaten/kota dan dalam Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang merupakan salah satu turunan dari UUNo. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, tidak berlaku. Pembagian urusan dalam PP No. 38 Tahun 2007 adalah: urusan Pemerintah (Pusat) adalah penetapan pola umum, norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan DAS, penetapan kriteria dan urutan DAS/Sub DAS prioritas serta penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadu, urusan Pemerintah Daerah Provinsi adalah memberikan pertimbangan teknis rencana pengelolaan, dan penyelenggaraan pengelolaan DAS skala provinsi, dan urusan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah memberikan pertimbangan teknis penyusunan rencana pengelolaan, penyelenggaraan pengelolaan DAS skala kabupatan/kota. PP N0. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS juga tidak berlaku, karena penyusunan rencana (pasal 22), pelaksanaan (pasal 42), monitoring dan evaluasi (pasal 50), serta pembinaan dan pengawasan (pasal 52), menjadi wewenang dan tanggung jawab: a. menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas Provinsi; b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota; c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota. PP No. 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (RRH), sebagai turunan UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan: perencanaan dan pelaksanaan RRH dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/ atau pemegang hak atau izin dimana kewenangan Urusan Pengelolaan DAS tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota tidak berlaku.