Anda di halaman 1dari 5

Daerah Aliran Sungai (menurut Undang-undang NO.

7 Tahun 2004 tentang


SDA DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang
batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.Sub DAS adalah bagian
dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke
sungai uatama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam Sub DAS-Sub DAS.
1. Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh
parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah, geologi,
vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia.
2. Bagian Hulu DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan
dengan topografi bergelombang, berbukit dan atau bergunung, kerapatan
drainase relatif tinggi, merupakan sumber air yang masuk ke sungai utama dan
sumber erosi yang sebagian terangkut menjadi sedimen daerah hilir.
3. Bagian Hilir DAS adalah suatu wilayah daratan bagian dari DAS yang dicirikan
dengan topografi datar sampai landai, merupakan daerah endapan sedimen atau
aluvial.
4. Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan timbal
balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala
aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian dan keserasian ekosistem serta
meningkatkan kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara
berkelanjutan.
5. Pengelolaan DAS Terpadu adalah rangkaian upaya perumusan tujuan,
sinkronisasi program, pelaksanaan dan pengendalian pengelolaan sumber daya
DAS lintas multi pihak secara partisipatif berdasarkan kajian kondisi biofisik,
ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan guna mewujudkan tujuan pengelolaan
DAS.
6. Lembaga Koordinasi Pengelolaan DAS (Forum DAS) adalah organisasi
multipihak yang terkoordinasi, terdiri dari unsur-unsur pemerintah yang
berkepentingan dengan pengelolaan DAS yang dilegalisasi oleh Presiden,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai tingkatannya.
7. Degradasi Lahan adalah penurunan atau kehilangan seluruh kapasitas alami
untuk menghasailkan tanaman yang sehat dan bergizi sebagai akibat erosi,
pembentukan lapisan padas (hardpan) dan akumulasi bahan kimia beracun
(toxic) disamping penurunan fungsi sebagai media tata air.
8. Ancaman Bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan
bencana.
9. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik
oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia, sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis.
10. Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, antara lain berupa : gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, kekeringan dan angin
topan.
11. Ancaman Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa : gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemik dan wabah penyakit dan teror.
12. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia, yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
13. Banjir adalah aliran berlebih atau penggenangan yang datang dari sungai
atau badan air lainnya dan menyebabkan atau mengancam kerusakan. Banjir
ditunjukkan aliran air yang melampaui kapasitas tampung tebing/tanggul sungai
sehingga menggenangi daerah sekitarnya.
14. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana.
15. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
16. Hutan Mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada
tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang
surut air laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-jenis : Avicennia spp (api-api),
Soneratia spp (pedada), Rhizophora spp (bakau) Bruguiera spp (tanjang),
Lumnitzera excoccaria (tarumtum), Xylocarpus spp (nyirih) dan Nypa fruticans
(nipah).
17. Hutan Pantai adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh di tepi pantai
dan berada di atas garis pasang tertinggi, Jenis-jenis pohonnya antara lain :
Casuarina equisetafolia (cemara laut), Terminalia catappa (ketapang), Hibiscus
tiliaseus (waru), Cocos nucifera (kelapa), dan Arthocarpus altilis
(nangka/cempedak).
18. Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas areal lahan yang dibebani
hak milik maupun hak lainnya di luar kawasan hutan dengan ketentuan luas
minimum 0,25 Ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya
lebih dari 50 %.
19. Lahan Kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya terganggu sedemikian rupa
sehingga lahan tersebut tidak berfungsi lagi secara baik sebagai media produksi
maupun media pengatur tata air.
20. Konservasi Tanah adalah upaya penempatan setiap bidang lahan pada
penggunaan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahan tersebut dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah sehingga dapat mendukung kehidupan secara lestari.
21. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya
dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga.
22. Bibit adalah bahan tanaman yang dapat berupa benih sehat atau
seedling/anakan, baik berupa stek, anakan siap tanam, cangkokan maupun
anakan cabutan yang dapat ditanam.
23. Jenis Kayu-kayuan adalah jenis tanaman hutan yang menghasilkan kayu
untuk konstruksi bangunan, meubel dan peralatan rumah tangga.
24. Multi Purpose Tree Species (MPTS) adalah jenis tanaman yang
menghasilkan kayu dan bukan kayu.
25. Bangunan Pengendali Jurang (Gully Plug) adalah bendungan kecil yang
lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan konstruksi batu,
kayu atau bambu.
26. Bangunan Terjunan Air adalah bangunan terjunan yang dibuat pada tiap
jarak tertentu pada SPAS (tergantung kepentingan lahan) yang dapat dibuat dari
batu, kayu dan bambu.
27. Dam Penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi
bronjong batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai dengan
tinggi maksimal 4 meter.
28. Dam Pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air (tidak
lolos air) dengan konstruksi lapisan kedap air, urugan tanah homogen, beton
(tipe busur), untuk mengendalikan erosi, sedimentasi, banjir dan irigasi serta air
minum dan dibangun pada alursungai/anak sungai dengan tinggi maksimal 8
meter.
29. Embung Air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang
berfungsi untuk menampung air hujan/air limpasan atau air rembesan pada lahan
tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada
musim kemarau.
30. Tata Air DAS adalah hubungan kesatuan individual unsur-unsur hidrologis
yang meliputi : hujan, aliran permukaan dan aliran sungai, peresapan, aliran air
tanah dan evapotranspirasi dan unsur lainnya yang mempengaruhi neraca air
suatu DAS.
Dalam UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 14 :
Urusan Pemerintahan bidang kehutanan termasuk urusan pemerintahan konkuren
antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi pengelolan DAS merupakan Sub
Urusan dari Urusan Kehutanan dengan pembagian urusan sebagai berikut:
pemerintah Pusat untuk Urusan Penyelenggaraan pengelolaan DAS, dan
pemerintah Provinsi untuk Urusan Pelaksanaan pengelolaan DAS lintas Daerah
kabupaten/kota dan dalam Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi.
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, yang
merupakan salah satu turunan dari UUNo. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, tidak berlaku. Pembagian urusan dalam PP No. 38 Tahun 2007 adalah:
urusan Pemerintah (Pusat) adalah penetapan pola umum, norma, standar, prosedur,
dan kriteria pengelolaan DAS, penetapan kriteria dan urutan DAS/Sub DAS
prioritas serta penyusunan rencana pengelolaan DAS terpadu, urusan Pemerintah
Daerah Provinsi adalah memberikan pertimbangan teknis rencana pengelolaan, dan
penyelenggaraan pengelolaan DAS skala provinsi, dan urusan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota adalah memberikan pertimbangan teknis penyusunan rencana
pengelolaan, penyelenggaraan pengelolaan DAS skala kabupatan/kota.
PP N0. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan DAS juga tidak berlaku, karena
penyusunan rencana (pasal 22), pelaksanaan (pasal 42), monitoring dan evaluasi
(pasal 50), serta pembinaan dan pengawasan (pasal 52), menjadi wewenang dan
tanggung jawab:
a. menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas Provinsi;
b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas
kabupaten/kota;
c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota.
PP No. 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan (RRH), sebagai
turunan UU 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan: perencanaan dan pelaksanaan RRH
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan/ atau pemegang hak atau izin dimana kewenangan Urusan
Pengelolaan DAS tingkat pemerintah daerah kabupaten/kota tidak berlaku.

Anda mungkin juga menyukai