MODUL 4
M Marsyeika R (0517104023)
PENDAHULUAN
Dalam dunia industri, melakukan peningkatan mutu dan kualitas barang maupun
jasa yang dihasilkan merupakan suatu keharusan. Peningkatan jumlah usaha juga
membuka banyak peluang kerja bagi setiap kita untuk berpartisipasi di dalamnya.
Kondisi ini juga menuntut adanya permintaan pekerja atau operator yang mampu
bersaing dan tahan banting. Industri di Indonesia masih mengandalkan manusia
sebagai pekerja aktif yang mengoperasikan setiap mesin dalam proses produksi
karena walaupun sistem produksi telah terotomasi sepenuhnya, manusai tetap saja
dibutuhkan untuk mengontrol jalannya sistem. Hak-hak dan kesejahteraan pekerja
tak jarang dikorbankan demi memenangkan persaingan di pasar industri.
Beban kerja fisik biasanya dapat dilihat secara langsung, misalnya kelelahan,
menurunnya tingkat produktifitas pekerja, kesalahan-kesalahan yang terjadi, dan
lain-lain. Penangannya dapat diambil tindakan secara langsung seperti istirahat
sejenak dari pekerjaan, pemberian waktu makan dan minum, dan lain-lain. Hasil
dari penangannnya dapat dirasakan secara langsung dan membutuhkan waktu
yang relatif singkat. Beban kerja mental tidak dapat dilihat secara kasat mata, dan
tak jarang kita tidak menyadarinya bahwa sebenarnya seorang pekerja mengalami
beban mental yang berlebih. Beban kerja mental bersifat subjektif dan tentunya
berbeda bentuknya pada setiap pekerja. Penanganan beban kerja mental tidaklah
semudah penanganan beban kerja fisik karena berkaitan dengan psikis seseorang.
Penanganan beban kerja mental memerlukan pendekatan tersendiri sehingga
diketahui apa penyebab beban kerja mental tersebut agar dapat diatasi. Penilaian
beban kerja mental juga tidaklah semudah menilai beban kerja fisik karena
pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahaan fungsi faal tubuh.
Praktikum Modul 4 Lingungan Kerja Fisik dan Mental ini praktikan melakukan
simulasi bekerja dalam lingkungan kerja dengan keadaan yang telah diatur atau
dalam keadaan extreme dan dalam keadaan lingkungan kerja normal. Keadaan
yang di analisis yaitu Temperature, Kelembaban, Intensitas Cahaya dan Intensitas
1
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Tujuan dari Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Modul 4 tentang
Lingkungan Kerja Fisik dan Beban Mental, yaitu:
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan sebagai lingkungan kerja yang baik
apabila manusia bisa melaksanakan kegiatannya dengan optimal dengan sehat,
aman dan selamat. Ketidakberesan lingkungan kerja dapat terlihat akibatnya
dalam waktu yang lama. Lebih jauh lagi keadaan lingkungan yang kurang baik
dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak yang tentunya tidak
mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien dan produktif.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik yaitu,
temperature (suhu), pencahayaan, kebisingan, dan lain-lain. Kondisi lingkungan
kerja akan turut berpengaruh terhadap kinerja operator.
2.1.1 Pencahayaan
Sumber cahaya sendiri ada dua jenis yakni cahaya alami dan cahaya buatan.
Cahaya matahari merupakan sumber utama cahaya alami. Sedangkan cahaya
buatan dibagi menjadi dua jenis. Jenis pertama adalah incandescent light (cahaya
pijar), contohnya adalah lampu tradisional. Jenis kedua adalah fluorescent tube,
contohnya adalah lampu listrik. Terdapat perbedaan antara tiga sumber cahaya
yakni cahaya matahari, incandescent light, dan fluorescent tube. Dalam hal
jumlah radiasi yang dihasilkan, cahaya matahari menghasilkan radiasi sama
dengan spektrum gelombang yang terlihat, incandescent light menghasilkan lebih
banyak radiasi, fluorescent tube menghasilkan radiasi tidak sama rata dengan
spektrum. Selain itu karena komposisi spektrum yang berbeda-beda dari
3
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
2.1.2 Kebisingan
Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996) atau semua suara
yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau
alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran
(KepMenNaker No.51 Tahun 1999).
Pengendalian kebisingan ialah suatu hal yang wajib diterapkan dalam suatu pabrik
yang menghasilkan kebisingan pada level tertentu. Namun, pengendalian
kebisingan tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar
perancangan pabrik, yaitu faktor kelayakan ekonomi, kemudahan operasi alat, dan
faktor safety.
4
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan keberadaan pabrik yang tidak
berbahaya bagi lingkungan, beberapa peraturan standar internasional telah dibuat
dan mengatur batas-batas kebisingan pabrik. Peraturan-peraturan internasional
tersebut antara lain:
1. Occupational Safety and Health Administration
OSHA 1910.95 Occupational Noise Exposure
OSHA 1926.52 Occupational Noise Exposure
2. American National Standards Institute (ANSI)
ANSI S1.1 Acoustical Terminology
ANSI S1.2 Physical Measurement of Sound
ANSI S1.4 Specification for Sound Level Meters
ANSI S1.11 Specification for Octave, Half-Octave and Third- Octave Band
Filter Sets
ANSI S1.13 Methods for the Measurement of Sound Pressure Levels
ANSI S5.1 CAGI-PNEUROP Test Code for the Measurement of Sound form
Pneumatic Equipment
3. American Petroleum Institute (API)
API 615 Sound of Control of Mechanical Equipment for Refinery Services
4. Handbooks
Genrad Company Handbook of Noise Measurement
5
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
(Sumber: www.academia.edu/5622828/Metode_penggunaan_pencahayaan)
6
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
2.1.3 Thermal
Thermal environment juga merupakan bagian dalam ergonomi. Suhu dan ruangan
yang cocok dan nyaman sangat penting agar kita merasa nyaman terutama saat
bekerja atau beraktivitas. Suhu atau temperatur yang cocok dan nyaman adalah
berkisar antara 20-22ºC pada saat musim dingin dan 20-24ºC pada saat musim
panas. Di Indonesia sendiri yang hanya memiliki dua musim, suhu yang cocok
atau nyaman bisa dikatakan hampir sama dengan suhu yang telah disebutkan. Jika
suhunya lebih tinggi dari suhu tersebut maka kita bisa menjadi cepat lelah dan
mengantuk, sedangkan suhu yang lebih rendah bisa menyebabkan kegelisahan dan
berkurangnya perhatian. Tingkat respek dan toleransi manusia terhadap thermal
environment tergantung pada beberapa faktor yakni kondisi fisik, umur, jenis
kelamin, lemak dalam tubuh, dan konsumsi alkohol.
2.1.4 Warna
Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna
(berwarna putih). Identitas suatu warna ditentukan panjang gelombang cahaya
tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.
Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia berkisar
antara 380-740 nanometer dengan pembagian warna sebagai berikut:
7
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
8
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Pengukuran beban kerja fisik merupakan pengukuran beban kerja yang dilakukan
secara obyektif dimana sumber data yang diolah merupakan data-data kuantitatif,
misalnya:
a. Denyut jantung atau denyut nadi
Denyut jantung atau denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja dinamis
seseorang sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar aktifitas otot
maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut jantung yang ada,
demikian pula sebaliknya. Menurut Grandjean (1998) dan Suyasning (1981),
beban kerja dapat diukur dengan denyut nadi kerja. Selain itu, denyut nadi juga
dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi fisik atau derajat kesegaran
jasmani seseorang. Denyut jantung (yang diukur per menit) dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kelelahan seseorang. Cara lain yang dapat dilakukan
untuk merekam denyut jantung seseorang pada saat kerja yakni dengan
menggunakan electromyography (EMG).
b. Konsumsi oksigen
Menurut Henry R. Jex dalam bukunya “Human Mental Workload”, definisi beban
kerja mental yakni:
“Mental workload is the operator’s evaluation of the attentional load margin
(between their motivated capacity and the current task demands) while achieving
adequate task performance in a mission relevant context”.
Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat saja berubah
sebagai akibat dari praktek terhadap pekerjaan (kemampuan meningkat),
kelelahan yang ditimbulkan (kemampuan menurun), dan kebosanan terhadap
9
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Hubungan antara beban kerja dengan kinerja dapat dilihat dalam bentuk kurva U
terbalik. Kinerja manusia pada tingkat beban kerja rendah tidak juga baik. Jika
tidak banyak hal yang dapat dikerjakan maka orang tersebut akan mudah bosan
dan cenderung kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dalam
keadaan ini (underload), galat akan muncul dalam bentuk kehilangan informasi
sebagai akibat dari menurunnya konsentrasi.
10
BAB IV
A. Kondisi Ruangan
Berikut adalah kondisi ruangan saat praktikum. Kondisi pertama yaitu ruangan
dengan kondisi normal dan kondisi kedua, pekerjaan didalam ruangan dengan
suhu, kelembaban, intensitas suara, dan intensitas cahaya yang telah diatur.
B. Penulisan Artikel
Berikut hasil penulisan artikel yang dilakukan dalam dua kondisi ruangan:
11
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
A. Rating NASA-TLX
Menurut anda seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 65 100
Menurut anda seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 60 100
12
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda rasakan berkaitan dengan waktu
untuk melakukan pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 70 100
d. Performance (OP)
Rendah Tinggi
0 70 100
Menurut anda seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan dan stress yang anda
rasakan dalam melakukan pekerjaan ini ?
Rendah Tinggi
0 60 100
f. Effort (EF)
Menurut anda seberapa besar kerja fisik dan mental yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini ?
Rendah Tinggi
0 65 100
Menurut anda seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 80 100
13
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Menurut anda seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 60 100
Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda rasakan berkaitan dengan waktu
untuk melakukan pekerjaan ini?
Rendah Tinggi
0 75 100
d) Performance (OP)
Rendah Tinggi
0 60 100
Menurut anda seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan dan stress yang anda
rasakan dalam melakukan pekerjaan ini ?
Rendah Tinggi
0 75 100
f) Effort (EF)
Menurut anda seberapa besar kerja fisik dan mental yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan ini ?
Rendah Tinggi
0 70 100
14
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
15
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Jumlah Kata yang benar VS Intensitas Cahaya
(Sumber: Pengolahan Data)
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Jumlah Kata yang benar VS Intensitas Suara
(Sumber: Pengolahan Data)
Pembobotan dilakukakn dengan cara memilih slah satu kategori yang menurut
praktikan lebih berpengaruh atau dominan menjadi sumber beban kerja mental
dari pekerjaan yang dilakukan.
16
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
17
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Berdasarkan hasil perhitungan score rata-rata dapat kita lihat bahwa 67,67 %
pekerjaan yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor psikologis yaitu Temporal
Demand (TD), sedangkan 32,33 % dipengaruhi oleh faktor internal operator yaitu
kondisi fisik operator seperti kelelahan, kesalahan operator dalam melakukan
pekerjaan dan lain sebagainya.
18
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
19
BAB V
ANALISIS
Pengukuran lingkungan kerja fisik dan beban mental dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan tempat melakukan aktivitas. Kondisi lingkungan tersebut berpengaruh
terhadap kecemasan, perasaan, dan stress operator. Kondisi lingkungan atau
kondisi ruangan pada praktikum ini dibedakan menjadi dua. Kondisi pertama,
pekerjaan dilakukan di kondisi ruangan normal dan kondisi kedua, pekerjaan
dilakukan di dalam ruangan dengan temperatur, kelembaban, intensitas suara dan
intensitas cahaya yang telah diatur.
Berdasarkan Tabel 5.1 kondisi yang buruk dalam Praktikum Modul 4 ini yaitu
kondisi dengan temperatur tinggi, kebisingan dan intensitas cahaya yang tinggi
mengakibatkan tingkat keberhasilan kerja yang rendah atau jumlah kata yang
berhasil diketik dengan benar hanya 52 kata, sedangkan pada saat kondisi normal
jumlah kata yang diketik dengan benar sebanyak 57 kata. Selisih jumlah kata
benar dari dua kondisi tersebut yaitu 5 kata, sehingga dapat dikatakan bahwa
kondisi lingkungan kerja fisik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan kerja
atau jumlah kata yang diketik dengan benar.
20
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Intensitas cahaya yang terlalu terang atau terlalu gelap dapat mempengaruhi
penglihatan operator, maka seharusnya pencahayaan suatu ruangan haruslah baik
agar dapat meningkatkan performa kerja dan menjaga keselamaan dalam bekerja.
Intensitas cahaya ruangan pada kondisi pertama adalah 94 Lux dan kondisi kedua
354 Lux. Intensitas cahaya pada kondisi kedua terlalu tinggi dan dapat
menyilaukan mata dan dapat mengakibatkan kelelahan mata sehingga daya
konsentrasi operator akan menurun.
21
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Mental Demand berkaitan dengan seberapa besar aktivitas mental dan persepsi
yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan mencari, apakah pekerjaan
tersebut mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, longgar atau ketat. Pekerjaan
ini memerlukan kecermatan melihat, mengingat dan mencari sehingga pekerjaan
menjadi kompleks karena praktikan harus membaca artikel kemudian menulis
(mengetik) ulang di laptop. Tingkat kekompleksan tersebut dapat teratasi bila
kondisi lingkungan kerja tersebut baik sehingga pekerjaan yang kompleks dalam
lingkungan yang baik dapat terselesaikan dengan baik juga.
22
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
dan juga tepat dalam waktu yang sudah ditentukan yang hasilnya berpengaruh
terhadap jumlah kata yang diketik secara benar dan pada perhitungan score
rata-rata.
Frustation Level berkaitan dengan seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung,
terganggu dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman dan kepuasan diri
yang dirasakan. Score yang diberikan oleh praktikan untuk kondisi 1 dan 2 secara
berurutan adalah 60 dan 75. Praktikan merasa terganggu dan tingkat kenyamanan
yang rendah pada kondisi 2 karena kondisi ruangan yang bising, panas dan
intensitas cahaya yang terlalu tinggi. Effort berkaitan dengan seberapa keras kerja
mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan. Beban mental
dan beban fisik untuk pekerjaan ini tidak terlalu tinggi karena seperti yang sudah
dibahas pada Mental Demand dan Physical Demand tadi bahwa pekerjaan
memerlukan kemampuan melihat, megingat dan mencari namun tidak
memerlukan kekuatan fisik yang tinggi.
23
UNIVERSITAS WIDYATAMA PRAKTIKUM SISTEM KERJA DAN ERGONOMI
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas, maka yang paling berpengaruh dalam pekerjaan
mengetik ulang artikel ini untuk kondisi 1 adalah variabel Temporal Demand
(TD), yaitu tekanan yang dirasakan berkaitan dengan waktu saat melakukan
pekerjaan. Tekanan disini dapat berupa faktor tegang karena pekerjaan dilakukan
dalam waktu yang singkat dan dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja fisik
seperti yang sudah dijelaskan pada Analisis Pengukuran Objektif. Sementara itu,
pada kondisi 2 adalah variabel Mental Demand (MD), yaitu seberapa besar
aktivitas mental dan persepsi yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat dan
mencari, apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, sederhana atau kompleks,
longgar atau ketat. Pekerjaan ini memerlukan kecermatan melihat, mengingat dan
mencari sehingga pekerjaan menjadi kompleks karena praktikan harus membaca
artikel kemudian menulis (mengetik) ulang di laptop.
Perhitungan score rata-rata dipengaruhi oleh nilai rating dan bobot dari tiap
variabel. Bila rating pada suatu variabel besar maka kemungkinan bobotnya pun
akan besar karena rating besar menandakan bahwa variabel psikologis tersebut
berpengaruh terhadap keberhasilan pekerjaan tersebut. Berdasarkan hasil
perhitungan score rata-rata pada kondisi 1 dapat disimpulkan bahwa 67,67%
pekerjaan yang dilakukan dipengaruhi oleh faktor psikologis yaitu Temporal
Demand (TD), sedangkan 32,33% dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kondisi
fisik operator seperti kelelahan, kesalahan operator dalam melakukan operator
dan lain sebagainya. Perhitungan score rata-rata pada kondisi 2 yaitu 75% pun
dipengaruhi oleh faktor psokologis yaitu Mental Demand (MD) dan 25%
dipengaruhi oleh faktor internal yaitu kondisi fisik operator seperti kelelahan,
kesalahan operator dalam melakukan operator dan lain sebagainya.
24
BAB VI
6.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari Praktikum Lingkungan Kerja Fisik dan Beban
Mental adalah:
6.2 SARAN
1. Operator yang melakukan praktikum dalam kondisi yang baik agar pengaruh
perbedaan kondisi dapat diketahui dengan jelas.
25