1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Defenisi
a. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan resiko penularan.
b. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah timbulnya
infeksi pasca pajanan ( setelah terjadi peristiwa beresiko ).
c. Imunoglobulin Hepatitis B ( HBIG ) adalah kekebalan tubuh manusia berupa
globulin ( kelompok protein yang digunakan untuk produksi antibodi ) yang
digunakan untuk mencegah perkembangan hepatitis B
d. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh , yang berasal dari protein
darah jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan antigen ( zat asing/
protein asing ) yang masuk ke dalam tubuh.
e. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi dalam darah
menjadi keadaan ada antibodi dalam darah, perkembangan antibodi yang
dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi
atau imunisasi .
f. Enzim Immunoassay ( EIA )anti – Hepatitis C Virus merupakan uji yang
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen , suatu cara
pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar anti bodi dan
antigen dalam cairan tubuh atau serum seseorang. EIA dapat digunakan pada
sebagian besar jenis sampel biologi seperti plasma, serum, urine, dan ekstrak
sel.
g. HIV adalah ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah retrovirus yang termasuk
golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul
pembawa informasi genetik. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama
pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu dan virus ini
ditularkan melalui hubungan seksual . Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired
Imuno Deficiency Syndrome (AIDS)
h. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat retrovirus.
i. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau mencegah
pekerjaan enzim protease.
j. Periode jendela (window period) adalah waktu antara timbulnya infeksi HIV
dan munculnya antibodi yang dapat dideteksi.
2
BAB II
TATA LAKSANA
3
4. Bila status sumber pajanan bebas HIV, petugas terpajan tetap dilakukan
konseling dan pemeriksaan ulang dilakukan 6 minggu, 3 bulan , dan 6
bulan.
5. Dapat minum obat ARV( Anti Retro Viral ) untuk memperkecil resiko
penularan, jika luka tusuk kurang dari 4 jam.
6. Bila status sumber pajanan positif HIV atau HBV atau HCV, maka
tentukan status petugas terpajan HIV atau HBV atau HCV.
7. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpajan
harus dilakukan konseling lebih dulu.
8. Jika hasil pre test petugas terpajan positif HIV atau HBV atau HCV maka
rujuk ke spesialis.
9. Jika hasil pre test petugas terpajan negatif sementara sumber pajanan
positif HBV, maka diberikan imunisasi HBV, bila sumber pajanan positif
HIV maka rujuk tim AIDS.
10. Beri dukungan kepada petugas terpajan.
IGD
TIM PPI
PERIKSA SESUAI
KETENTUAN
4
V. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis B
Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B Virus dapat sangat efektif
dalam mencegah penularan virus setelah pajanan. Profilaksis pasca
pajanan untuk Hepatitis B Virus didasarkan pada vaksin hepatitis B, baik
Hepatitis B sendiri atau dikombinasikan dengan imunoglobulin hepatitis
B (HBIG).
5
V. 1 Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis B Virus
a. Lakukan tindak lanjut menguji antibodi terhadap hepatitis B pada
petugas yang terpajan setelah menerima vaksin hepatitis B
dalam merespon pajanan.
b. Lakukan pengujian ulang terhadap antibodi setelah 1-2 bulan
setelah dosis vaksin yang terakhir.
c. Jika petugas terpajan sudah menerima immunoglobulin hepatitis B
dalam waktu 3-4 bulan sebelumnya, tes antibodi tidak dapat
digunakan untuk mengevaluasi respon tubuh terhadap vaksin.
6
VII. Resiko Penularan HIV
7
4. Terjadi pajanan satu atau lebih 4. Pajanan tubuh non infeksi
dari hal berikut : cairan ( misalnya faeces, air
a. Darah liur, urine atau keringat )
b. Jaringan tubuh
c. Tampak cairan bernoda
darah
d. Cairan cerebrospinal
e. Cairan sinovial
f. Cairan pleura
g. Cairan peritoneal
h. Cairan perkardial
i. Cairan ketuban
8
Tabel 3 Evaluasi Resiko Infeksi HIV
9
Pajanan darah
atau air mani
volume besar
Percikan : tidak Tidak Tidak Tidak
parah merekomend merekomendas merekomendasikan
Yang termasuk asikan ikan profilaksis pasca pajanan
pajanan tidak profilaksis pasca pajanan
parah : pasca
Pajanan volume pajanan
yang kecil rejimen dua
Pajanan cairan
yang tidak
menular ( cairan
cerebrospinal )
10
Tindakan pencegahan tersebut meliputi:
- Menghindari kehamilan
- Mencari alternatif yang aman untuk menyusui
- Menghindari donor darah dan menggunakan kondom
untuk melakukan hubungan seksual sampai test pada 6
bulan menunjukkan bahwa petugas yang terpajan tetap
test negatif.
e. Evaluasi petugas yang menggunakan profilaksis pasca
pajanan dalam waktu 72 jam untuk memantau efek samping
obat yang mungkin dan kepatuhan pengobatan. Ikuti
perkembangan sampai dua minggu.
11
BAB III
DOKUMENTASI
1. Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas
yang terpajan, 1 lembar diserahkan ke Instalasi Gawat Darurat atau
Poliklinik dimana petugas yang terpajan mendapatkan perawatan dan
pengobatan dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
2. Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas
yang merawat, 1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana
petugas yang terpajan bekerja dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.
12
REFERENSI
World Health Organitation, 2010,WHO best Practice for infection and reload
procedur toolkit, WHO,Geneva.
13