Anda di halaman 1dari 13

PANDUAN PELAPORAN & PENATALAKSANAAN PAJANAN

Jl. Mesjid Sultan No. 46 Daik Lingga Kode Pos : 29872


Telp. 081372771583
email : rsud.encikmariyam@gmail.com

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ENCIK MARIYAM


KABUPATEN LINGGA
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1. Defenisi
a. Pajanan adalah peristiwa / kejadian yang menimbulkan resiko penularan.
b. Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat untuk mencegah timbulnya
infeksi pasca pajanan ( setelah terjadi peristiwa beresiko ).
c. Imunoglobulin Hepatitis B ( HBIG ) adalah kekebalan tubuh manusia berupa
globulin ( kelompok protein yang digunakan untuk produksi antibodi ) yang
digunakan untuk mencegah perkembangan hepatitis B
d. Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh , yang berasal dari protein
darah jenis gama globulin dan berfungsi untuk melawan antigen ( zat asing/
protein asing ) yang masuk ke dalam tubuh.
e. Serokonversi adalah perubahan dari keadaan tidak ada antibodi dalam darah
menjadi keadaan ada antibodi dalam darah, perkembangan antibodi yang
dapat dideteksi pada mikroorganisme dalam serum sebagai akibat dari infeksi
atau imunisasi .
f. Enzim Immunoassay ( EIA )anti – Hepatitis C Virus merupakan uji yang
digunakan untuk mendeteksi dan mengukur molekul antigen , suatu cara
pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar anti bodi dan
antigen dalam cairan tubuh atau serum seseorang. EIA dapat digunakan pada
sebagian besar jenis sampel biologi seperti plasma, serum, urine, dan ekstrak
sel.
g. HIV adalah ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah retrovirus yang termasuk
golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul
pembawa informasi genetik. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama
pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu dan virus ini
ditularkan melalui hubungan seksual . Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit infeksi. HIV menyebabkan Acquired
Imuno Deficiency Syndrome (AIDS)
h. Antiretroviral adalah pengobatan untuk perawatan infeksi akibat retrovirus.
i. Protease inhibitor adalah golongan obat yang menghambat atau mencegah
pekerjaan enzim protease.
j. Periode jendela (window period) adalah waktu antara timbulnya infeksi HIV
dan munculnya antibodi yang dapat dideteksi.

2
BAB II
TATA LAKSANA

I. Metode Pelaporan Pasca Pajanan


1. Pelaporan dilakukan oleh petugas kesehatan yang terpajan dengan
mengisi form laporan pajanan formulir A rangkap 2 (terlampir), kemudian
lembar 1 diserahkan ke petugas Instalasi Gawat Darurat atau Poliklinik
yang menangani pasca pajanan dan lembar 2 diserahkan ke tim PPI
2. Petugas Instalasi Gawat Darurat yang menangani petugas kesehatan
yang terpajan , mengisi form laporan formulir B rangkap 2 (terlampir),
kemudian diserahkan kepada petugas yang terpajan untuk selanjutnya
lembar 1 diserahkan kepada atasannya langsung dan lembar 2
diserahkan ke Tim PPI.
II. Jenis Pajanan
1. Percikan air tubuh bisa mengenai mukosa kulit, jika ini terjadi maka
tindakan awal yang harus dilakukan adalah :
a) Bila mengenai mata segera bilas dengan air mengalir selama
15 menit.
b) Bila mengenai kulit segera bilas dengan air mengalir selama 1
menit.
c) Bila mengenai mulut segera kumur- kumur dengan air bersih selama
1 menit.
d) Setelah tindakan awal segera lapor sesuai dengan alur yang
ditentukan.
2. Tertusuk jarum atau tergores alat medis bekas pakai, jika ini terjadi maka
tindakan awal yang harus dilakukan adalah :
a) Cuci dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan
antiseptik, tanpa melakukan pemijatan.
b) Berikan cairan antiseptik pada area tertusuk atau luka.
c) Setelah tindakan awal segera lapor sesuai dengan alur yang
ditentukan.
III. Tatalaksana Pasca Pajanan
1. Tentukan status HIV, HBV, dan HCV dari sumber pajanan
2. Periksa status HIV, HBV, dan HCV dari petugas yang terpajan.
3. Bila status sumber pajanan bebas HBV, HCV dan bukan dalam masa
inkubasi tidak perlu tindakan khusus untuk petugas terhadap HBV, HCV,
tetapi petugas tetap konseling.

3
4. Bila status sumber pajanan bebas HIV, petugas terpajan tetap dilakukan
konseling dan pemeriksaan ulang dilakukan 6 minggu, 3 bulan , dan 6
bulan.
5. Dapat minum obat ARV( Anti Retro Viral ) untuk memperkecil resiko
penularan, jika luka tusuk kurang dari 4 jam.
6. Bila status sumber pajanan positif HIV atau HBV atau HCV, maka
tentukan status petugas terpajan HIV atau HBV atau HCV.
7. Sebelum dilakukan pre test dan post test terhadap petugas yang terpajan
harus dilakukan konseling lebih dulu.
8. Jika hasil pre test petugas terpajan positif HIV atau HBV atau HCV maka
rujuk ke spesialis.
9. Jika hasil pre test petugas terpajan negatif sementara sumber pajanan
positif HBV, maka diberikan imunisasi HBV, bila sumber pajanan positif
HIV maka rujuk tim AIDS.
10. Beri dukungan kepada petugas terpajan.

IV. Alur Pasca Pajanan Luka Tusuk / Pajanan Cairan Tubuh

TERTUSUK PETUGAS TERPAJAN CAIRAN


JARUM TERPAJAN TUBUH

CUCI DENGAN LAPOR ATASAN CUCI DENGAN


AIR MENGALIR AIR MENGALIR

BUAT LAPORAN ISI


FORM A

IGD
TIM PPI

PERIKSA SESUAI
KETENTUAN

BUAT LAPORAN ISI


FORM B

4
V. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis B
Profilaksis pasca pajanan untuk Hepatitis B Virus dapat sangat efektif
dalam mencegah penularan virus setelah pajanan. Profilaksis pasca
pajanan untuk Hepatitis B Virus didasarkan pada vaksin hepatitis B, baik
Hepatitis B sendiri atau dikombinasikan dengan imunoglobulin hepatitis
B (HBIG).

Supaya profilaksis pasca pajanan menjadi efektif, dosis awal vaksin


harus diberikan segera setelah pajanan, semakin lama jarak antara
pajanan dan pemberian vaksin profilaksis pasca pajanan menjadi
kurang efektif . Beberapa penelitian telah meneliti waktu maksimum
pemberian vaksin Profilaksis Pasca Pajanan setelah terpajan kurang
dari 7 hari untuk tusukan jarum infus.

Tabel 1. Profilaksis Pasca Pajanan Hepatitis B Virus dan tindak lanjut


imunisasi dalam situasi kerja.

Tindakan yang dilakukan menurut status vaksinasi


petugas terpajan
Keadaan
Sumber Pajanan Tidak vaksinasi atau Divaksinasi (3 atau lebih
vaksin tidak lengkap (<3 dosis)
dosis)

Tidak diketahui Mulai dan selesaikan Tidak perlu Profilaksis


atau hepatitis B vaksinasi. Pasca pajanan
positif Berikan hepatitis B
imunologlobulin (jika
ada)

Negatif Mulai dan selesaikan Tidak perlu Profilaksis


vaksinasi pasca pajanan

5
V. 1 Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis B Virus
a. Lakukan tindak lanjut menguji antibodi terhadap hepatitis B pada
petugas yang terpajan setelah menerima vaksin hepatitis B
dalam merespon pajanan.
b. Lakukan pengujian ulang terhadap antibodi setelah 1-2 bulan
setelah dosis vaksin yang terakhir.
c. Jika petugas terpajan sudah menerima immunoglobulin hepatitis B
dalam waktu 3-4 bulan sebelumnya, tes antibodi tidak dapat
digunakan untuk mengevaluasi respon tubuh terhadap vaksin.

VI. Evaluasi Pasca Pajanan Hepatitis C Virus


Resiko penularan hepatitis C virus melalui mukosa. Hepatitis C virus
jarang ditularkan dari pajanan selaput lendir atau kulit tidak utuh dan
darah yang terkontaminasi.

1. Tatalaksana Pasca Pajanan Hepatitis C Virus

Profilaksis pasca pajanan tidak direkomendasi untuk pajanan darah


hepatitis C virus positif. Imunoglobulin dan anti virus tidak
direkomendasikan sebagai profilaksis pasca pajanan dan tidak ada
vaksin terhadap hepatitis C virus. Sebaliknya propilaksisnya adalah
untuk mengidentifikasi infeksi sesegera mungkin dan merujuk petugas
terpajan melalui pilihan pengobatan. Tidak ada pedoman pemberian
terapi untuk hepatitis C. Menurut beberapa studi menunjukkan bahwa
terapi anti virus mungkin menguntungkan bila dimulai pada awal
perjalanan infeksi. Langkah-langkah yang diambil setelah terpajan
hepatitis C virus hanya untuk melakukan pengujian awal antibodi
terhadap hepatitis C virus dan SGOT.

2. Tindak Lanjut Dari Pajanan Hepatitis C Virus


Tidak ada yang spesifik yang dilakukan di Rumah Sakit Aulia untuk
tindak lanjut dari pasca pajanan hepatitis C virus kecuali test untuk
hepatitis C dan SGOT 4-6 bulan setelah pajanan.

6
VII. Resiko Penularan HIV

Resiko tertular infeksi HIV setelah pajanan melalui kulit (misalnya


percikan ) darah diketahui terinfeksi HIV adalah sekitar 0,3%. Angka ini
berasal dari studi yang dilakukan di negara-negara dengan latar
belakang prevelansi HIV rendah. Resiko ini dapat lebih besar di negara-
negara dengan prevelansi lebih tinggi atau dalam situasi yang memiliki
sumber daya terbatas, dimana penggunaan kembali obat- obatan dan
perubahan tinggi dan standart keamanan secara keseluruhan rendah.

VIII. Tatalaksana Pasca Pajanan HIV


Petugas terpajan dengan resiko penularan dirujuk kepada dokter untuk
evaluasi medis, penilaian resiko dan resep profilaksis pasca pajanan.
Keputusan tentang apakah profilaksis pasca pajanan perlu atau tidak
diambil harus berdasarkan rekomendasi yang telah ditunjukkan pada
tabel 2 dan tabel 3, informasi yang tepat dan konseling tentang
kepatuhan dan efek samping obat anti retroviral.

Tabel 2 Profilaksis Pasca Pajanan HIV


Profilaksis Pasca Pajanan Profilaksis Pasca Pajanan Tidak
Direkomendasikan Direkomendasikan

Pofilaksis pasca pajanan Profilaksis pasca pajanan tidak


dianjurkan jika pajanan memenuhi dianjurkan jika ada salah satu
semua kriteria berikut : kondisi berikut:
1. Paparan masih dalam waktu 72 1. Pajanan lebih dari 72 jam
jam
2. Petugas yang terpajan tidak 2. Petugas yang terpapar sudah
diketahui terinfeksi HIV HIV positif

3. Sumber pajanan terinfeksi HIV 3. Pajanan cairan tubuh dari


atau tidak diketahui sumber pajanan yang diketahui
HIV negatif ( kecuali sumber
pajanan ini diidentifikasi
beresiko tinggi baru terinfeksi
dan dalam periode jendela)

7
4. Terjadi pajanan satu atau lebih 4. Pajanan tubuh non infeksi
dari hal berikut : cairan ( misalnya faeces, air
a. Darah liur, urine atau keringat )
b. Jaringan tubuh
c. Tampak cairan bernoda
darah
d. Cairan cerebrospinal
e. Cairan sinovial
f. Cairan pleura
g. Cairan peritoneal
h. Cairan perkardial
i. Cairan ketuban

5. Pajanan melalui satu atau lebih 5. Pajanan tidak menimbulkan


hal berikut : resiko transmisi , karena :
a. Penetrasi kulit dengan a. Hanya kulit utuh terkena
perdarahan spontan atau cairan tubuh yang
tusukan yang dalam. berpotensi menular
b. Percikan sejumlah besar b. Petugas yang terpajan
cairan melalui selaput lendir sudah HIV positif
c. Kontak berkepanjangan dari
zat beresiko dengan kulit
tidak utuh.
6. Jika penetrasi kulit terjadi,
pajanan adalah dari jarum
lubang berongga yang baru
digunakan atau benda tajam
lainnya tampak terkontaminasi
dengan darah.

8
Tabel 3 Evaluasi Resiko Infeksi HIV

Status Sumber HIV


Jenis Pajanan Positif Tidak Diketahui Negatif

Perkutan: Merekomend Pertimbangkan Tidak


parah. asikan dua prevalensi HIV merekomendasikan
Yang termasuk obat rejimen dalam populasi profilaksis pasca
perkutan parah : atau sub pajanan asalkan
 Cidera jarum kelompok tidak ada resiko
berongga sumber pajanan
lubang besar kemungkinan dalam
 Tusukan yang pereode jendela
dalam
 Darah yang
terdapat pada
alat, jarum yang
digunakan untuk
arteri atau vena
Perkutan: tidak Merekomend Jangan Tidak
parah asi dua obat merekomendas merekomendasikan
Yang termasuk rejimen ikan profilaksis profilaksis pasca
perkutan kurang pasca pajanan pajanan
parah:
 Cidera karena
jarum lubang
kecil
 Cidera
superfisial
Percikan : parah Merekomend Pertimbangkan Tidak
Yang termasuk asikan dua prevalensi HIV merekomendasikan
percikan parah : obat rejimen dalam populasi profilaksis pasca
 Pajanan selaput atau kelompok pajanan asalkan
lendir alat tidak ada resiko
kelamin atau sumber pajanan
pajanan kulit kemungkinan dalam
non intak periode jendela.

9
 Pajanan darah
atau air mani
volume besar
Percikan : tidak Tidak Tidak Tidak
parah merekomend merekomendas merekomendasikan
Yang termasuk asikan ikan profilaksis pasca pajanan
pajanan tidak profilaksis pasca pajanan
parah : pasca
 Pajanan volume pajanan
yang kecil rejimen dua
 Pajanan cairan
yang tidak
menular ( cairan
cerebrospinal )

Apabila petugas terpajan memenuhi kriteria yang harus dilakukan profilaksis


pasca pajanan petugas dirujuk ke klinik VCT ( Voluntary Counseling and
Testing ) untuk tindak lanjut.
1. Tindak Lanjut Dari Pajanan HIV
Seseorang petugas kesehatan yang terpajan harus mencari atau dirujuk
untuk tindak lanjut secara medis.
Tujuan dari tindak lanjut tersebut adalah :
1. Dukungan kepatuhan terhadap profilaksis pasca pajanan
2. Mencegah atau mengobati efek samping profilaksis pasca
pajanan
3. Mengidentifikasi kemungkinan serokonversi :
a. Test antibodi HIV pada awal, kemudian 6 minggu dan 6 bulan
setelah pajanan
b. Uji antibodi HIV jika penyakit sesuai dengan terjadinya
sindrom retroviral akut
c. Ulangi test untuk antibodi HIV pada 6 minggu dan 6 bulan
setelah pajanan, jika serokonversi terjadi, rujuk petugas
terpajan untuk pengobatan, perencanaan dan dukungan.
d. Berikan saran kepada siapa saja yang terkena untuk
menggunakan tindakan pencegahan sehingga mencegah
penularan sekunder selama masa tindak lanjut.

10
Tindakan pencegahan tersebut meliputi:
- Menghindari kehamilan
- Mencari alternatif yang aman untuk menyusui
- Menghindari donor darah dan menggunakan kondom
untuk melakukan hubungan seksual sampai test pada 6
bulan menunjukkan bahwa petugas yang terpajan tetap
test negatif.
e. Evaluasi petugas yang menggunakan profilaksis pasca
pajanan dalam waktu 72 jam untuk memantau efek samping
obat yang mungkin dan kepatuhan pengobatan. Ikuti
perkembangan sampai dua minggu.

11
BAB III
DOKUMENTASI

1. Formulir A dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas
yang terpajan, 1 lembar diserahkan ke Instalasi Gawat Darurat atau
Poliklinik dimana petugas yang terpajan mendapatkan perawatan dan
pengobatan dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.

2. Formulir B dibuat rangkap dua atau dikopi. Formulir ini diisi oleh petugas
yang merawat, 1 lembar diserahkan ke atasan petugas terpajan dimana
petugas yang terpajan bekerja dan lembar kedua diserahkan ke tim PPI.

12
REFERENSI

Biologi Medis Centre,2013.Sistem Kekebalan Tubuh http/


biologimedicalcentre. Com/ sistemkekebalantubuh/stifash,Hxtmg fo.dpf

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia& Perhimpunan Pengendalian


Infeksi Indonesia (PERDALIN),2011,Pedoman Managerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
lainnya, cetakan ketiga, Jakarat. Kementrian Kesehatan republik Indonesia.

Pandjaitan, C, 2013, Upaya Perlindungan Staf Tata Laksana


Pajanan,Workshop PPI, Malang 25-26 Juni 2013.

World Health Organitation, 2010,WHO best Practice for infection and reload
procedur toolkit, WHO,Geneva.

Yayasan Spiritia, 2013, Profilaksis Pasca Pajanan,http//spiritis.or.id

13

Anda mungkin juga menyukai