Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan, persalinan dan menyusui merupakan suatu proses fisiologi
yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui
dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin ada unit fungsi yang tak
terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting unutk fungsi
optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut. Obat dapat
menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama kehamilan.
Selama kehamilan dan menyusui, seorang ibu dapat mengalami berbagai
keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil
menggunakan obat dan suplemen pada saat periode organogenesis sedang
berlangsung sehingga terjadi resiko cacat janin lebih besar. Penggunaan obat–
obatan selama kehamilan bertanggungjawab atas gangguan perkembangan
yang ada kalanya timbul pada bayi dan anak kecil sampai usia 5 tahun.
Keamanan suatu obat harus dibuktikan berdasarkan hasil percobaan hewan
sewaktu registrasi untuk mendapatkan izin peredarannya. Namun, hasil
eksperimen pada hewan tidak selalu boleh diekstrapolir kepada manusia.
Kategori keamanan obat pada kehamilan yang digunakan oleh United
States Food and Drug Administration (FDA) tidak mengimplikasikan adanya
peningkatan resiko mulai dari kategori A sampai X. Obat dikategorikan
berdasarkan resiko terjadinya efek samping terhadap sistem reproduksi dan
perkembangan, serta besarnya faktor resiko dibandingkan dengan besarnya
manfaat terapeutik. Obat dengan kategori D, X, dan C, mungkin memiliki
faktor resiko yang sama besar, tetapi berbeda dalam hal perbandingan besar
resiko dan manfaat terapeutik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah adalah:
1. Masalah-masalah apa saja yang sering terjadi pada saat kehamilan dan
menyusui?
2. Bagaimana pemilihan obat yang tepat pada ibu hamil dan menyusui?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang sering terjadi pada
saat kehamilan dan menyusui
2. Untuk mengetahui cara pemilihan obat yang tepat pada ibu hamil dan
menyusui
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara
waktu menstruasi terakhir dan kelahiran. Istilah medis untuk wanita hamil
adalah gravinda, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-
minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran).
Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau
gravida 1. Seorang wanita yang belum hamil disebut gravida0. Kehamilan
berlangsung sekitar 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300
hari). Kehamilan yang berlangsung antara 20 – 38 minggu disebut kehamilan
preterm, sedangkan bila lebih dari 42 minggu disebut kehamilan postterm.
Tiga priode kehamilan berdasarkan lamanya kehamilan yaitu:
a. Kehamilan trimester pertama 0 – 14 minggu
Trimester pertama membawa resiko tertinggi keguguran (kematian
alami embrio atau janin)
b. Kehamilan trimester kedua 14 – 28 minggu
Trimester kedua perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa
c. Kehamilan trimester ketiga 28 – 42 minggu
Trimester ketiga menandakan awal viabilitas, yang berarti janin dapaat
tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.

2.2 Masalah yang Terjadi saat Kehamilan


a. Toksoplasmosis
Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik yang disebabkan oleh
Toxoplasma gondii. Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita
hamil. Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama akan
menyebabkan 20 % janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin,
sedangkan bila ibu terinfeksi pada trimester ke tiga 65 % janin akan
terinfeksi. Infeksi ini dapat berlangsung selama kahamilan.Pencegahan
dapat dilakukan antara lain dengan cara : memasak daging sampai matang,
menggunakan sarung tangan baik saat memberi makan maupun
membersihkan kotoran hewan ternak, dan menjaga agar tempat bermain
anak tidak tercemar kotoran hewan ternak.
b. Sifilis
Penyakit ini disebabkan infeksi Treponema pallidum. Penyakit ini dapat
ditularkan melalui plasenta sepanjang masa kehamilan. Biasanya respon
janin yang hebat akan terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan dengan
manifestasi klinik hepatosplenomegali, ikterus, petekie,meningoensefalitis,
khorioretinitis, dan lesi tulang. Infeksi penyakit ini juga dapat
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah, atau bahkan
kematian janin.Pencegahan antara lain dengan cara : promosi kesehatan
tentang penyakit menular seksual, mengontrol prostitusi bekerjasama
denganlembaga sosial, memperbanyak pelayanan diagnosis dini dan
Pengobatannya, untuk penderita yang dirawat dilakukan isolasi terutama
terhadap sekresi dan ekresi penderita.
c. HIV/AIDS
Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus. Pada janin penularanterjadi
secara transplasenta, tetapi dapat juga akibat pemaparan darah dan sekret
serviks selama persalinan. Kebanyakan bayi terinfeksi HIV belum
menunjukan gejala pada saat lahir. Pencegahan antara lain dengan cara :
menghindari kontak seksual dengan banyak pasangan terutama hubungan
seks anal, skrining donor darah lebih ketat dan pengolahan darah dan
produknya dengan lebih hati – hati.
d. Rubella (German measles)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili
Tgaviridae dan genus Rubivirus. Pada wanita hamil penularan ke janin
secara intrauterin. Masa inkubasinya rata – rata 16 – 18 hari.
2.3 Masalah yang Terjadi saat Menyusui
a. Mastitis
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Abses payudara,
pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat
dari mastitis. Dua penyebab utama mastitis adalah stasis ASI dan infeksi.
Patogen yang paling sering diidentifikasi adalah staphilokokus aureus.
Pada mastitis infeksius, ASI dapat terasa asin akibat kadar natrium dan
klorida yang tinggi dan merangsang penurunan aliran ASI. Ibu harus tetap
menyusui.Antibiotik (resisten-penisilin) diberikan bila ibu mengalami
mastitis infeksius.
 Gejala mastitis non – infeksius
o Ibu memperhatikan adanya “bercak panas”
o Ibu dapat merasakan bercak kecil yang keras di daerah nyeri Ibu
tidak mengalami demam dan merasa baik-baik saja
 Gejala mastitis infeksius
• Ibu mengeluh lemah dan sakit-sakit pada otot seperti flu
• Ibu dapat mengeluh sakit kepala
• Ibu demam dengan suhu diatas 34oC
• Terdapat area luka yang terbatas atau lebih luas pada payudara
• Kulit pada payudara dapat tampak kemerahan atau bercahaya
 (tanda-tanda akhir)
• Kedua payudara mungkin terasa keras dan tegang“pembengkakan”
 Pengobatan :
• Lanjutkan menyusui
• Berikan kompres panas pada area yang sakit
• Tirah baring (bersama bayi) sebanyak mungkin
• Jika bersifat infeksius, berikan analgesik non narkotik, antipiretik
 (Ibuprofen, asetaminofen) untuk mangurangi demam dan nyeri
• Pantau suhu tubuh akan adanya demam. Jika ibu demam tinggi
(<39oC), periksa kultur susu terhadap kemungkinan adanya infeksi
streptokokal Pertimbangkan pemberian antibiotik antistafilokokus kecuali
jika demam dan gejala berkurang.
b. Sariawan
Merupakan hal yang biasa terjadi pada ibu yang menyusui dan bayi setelah
pengobatan antibiotik. Manifestasinya seperti area merah muda yang
menyolok menyebar dari area puting, kulit mengkilat, nyeri akut selama
dan setelah menyusui; pada keadaan yang parah, dapat melepuh. Ibu
mengeluh nyeri tekan yang berat dan rasa tidak nyaman, khususnya
selama dan segera setelah menyusui Bayi dapat menderita ruam popok,
dengan pustula yang menonjol, merah, tampak luka dan/atau seperti luka
terbakar yang kemerahan. Pada kasus-kasus yang berat, bintik-bintik atau
bercak-bercak putih mungkin terlihat merasakan nyeri dan menolak untuk
mengisap.
 Pengobatan :
• Obati ibu dan bayinya
• Oleskan krim atau losion topikal antijamur ke puting dan
 payudara setiap kali sehabis menyusui, dan seka mulut, lidah dan
 gusi bayi setiap kali sehabis menyusui
• Anjurkan ibu untuk mengkompreskan es pada puting sebelum
menyusui untuk mengurangi nyeri
c. Cacar air
Periode infeksius dapat bermula 1-5 hari sebelum erupsi vesikel. Lesi
bermula dari leher atau tenggorokan dan menyebar ke wajah, kulit kepala,
membran mukosa dan akstremitas.Kebanyakan ibu dan pekerja rumah
sakit pernah menderita cacar air dan tidak berisiko. Ketika ibu mengidap
cacar air beberapa hari sebelum kelahiran bayi, bayi menjadi berisiko
karena antibodi ibu yang memberikan kekebalan pada bayi belum
mempunyai kesempatan untuk berkembang.
 Perawatan :
• Jika ibu sudah pernah mengalami cacar, menyusui akan
memberikan antibodi kepada bayi. Menyusui tidak perlu
dihentikan
• Jika ibu belum pernah mengidap cacar air, ibu dan bayinya harus
menerima vaksin varisela jika mereka sudah terpapar
• Jika ibu mengidap cacar beberapa hari sebelum melahirkan ibu dan
bayi harus diisolasi secara terpisah jika neonatus tidak mengalami
lesi. Hanya sekitar 50 % bayi yang terpapar akan berkembang
menjadi penyakit
- keluarkan ASI jika bayi ditempatkan pada tempat lain
- jika bayi menderita lesi, isolasi bayi dengan ibu;
menyusui tidak dihentikan.
d. Cytomegalovirus (CMV)
CMV adalah hal yang umum; 50-80 % populasi memiliki antibodi CMV
di dalam darahnya. Organisme tersebut dapat dijumpai dalam saliva, urin
dan ASI. Janin mungkin sudah terinfeksi sejak di dalam uterus. Masalah
kongenital yang paling serius terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang
memiliki CMV primer selama kehamilan Menyusui merupakan alat yang
penting untuk memberikan imunitas pasif CMV pada bayi. Anak yang
disusui, yang diimunisasi CMV melalui ASI akan terlindungi dari gejala
infeksi nantinya dan dari infeksi primer selama kehamilan.
 Perawatan :
 Bayi cukup bulan
Anjurkan supaya bayi cukup bulan disusui jika ibu telah
terbuktimseropositif selama kehamilan. Mengkonsumsi ASI yang
terinfeksi akan mengarah pada infeksi CMV dan sero-konversi dari
bayi tanpaakibat yang merugikan.
 Bayi preterm
Pertimbangkan dengan hati-hati faktor risiko pemberian ASI dari
ibu yang terinfeksi CMV pada bayi prematur khususnya jika bayi
seronegatif. Segera ke neonatolog untuk evaluasi dan pembuatan
keputusan
e. Hepatitis B (HBV)
HBV dapat menyebabkan penyakit sistemik (demam, kelemahan) dan
ditularkan melalui kontak dengan darah yang terinfeksi, sekresi tubuh atau
transfusi darah. Bayi yang lahir dari ibu dengan HBV + langsung tertular,
kebanyakan terinfeksi di dalam rahim.
 Perawatan :
• Semua bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B setelah
lahir.Selain itu, bayi harus menerima imunoglobulin hepatitis B
(HBIG)
• Menyusui tidak meningkatkan risiko bayi terinfeksi HBV

f. HIV/AIDS
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi dapat terjadi selama kehamilan (5-10%),
persalinan (10-20%) dan menyusui (10-15%).
 Perawatan :
 Ibu hamil dengan perilaku berisiko atau mendapat paparan risiko
terinfeksi HIV, segera melakukan VCT (Voluntary Counseling &
Testing) untuk mengetahui status serologis secepatnya.
 Bila status serologisnya negatif, dianjurkan untuk
mempertahankannya dengan menghindari paparan menggunakan
kondom setiap sanggama, melakukan perilaku hidup sehat, dan
melakukan evaluasi ulang serologis sesuai anjuran (memastikan
hasil pemeriksaan di luar “masa jendela”).
 Bila status serologisnya positif, dianjurkan untuk melaksanakan
profilaksis Antiretrovirus (ARV Profilaksis), bersalin dengan
seksio sesarea, dan tidak menyusui/menghentikan menyusui sedini
mungkin/menggunakan susu formula (Exclusive FormulaFeeding)
 Pemakaian susu formula harus memenuhi syarat AFASS dari WHO
: Affordable (Terjangkau), Feasible (Layak), Acceptable (Dapat
diterima), Safe (Aman), dan Sustainable (Berkelanjutan). Apabila
kelima syarat AFASS tidak dapat terpenuhi, maka ASI tetap
diberikan setelah melalui proses konseling mengenai kemungkinan
penularan infeksi.
 Setelah persalinan, ibu dengan HIV positif dianjurkan melanjutkan
pengobatan ARV (ARV Terapi) sesuai Pedoman Nasional Pengobatan
ARV
 Bayi dari ibu HIV positif perlu dijaga kesehatan dengan pemberian
nutrisi yang sesuai, dan diperikasa status serologisnya pada usia 18
bulan
 Pasangan seksual dari ibu HIV positif dianjurkan untuk melakukan
VCT dan anjuran yang sesuai.
2.4 Farmakokinetik dan Farmakodinamik pada Kehamilan dan Menyusui
a. Farmakokinetik Obat pada Kehamilan dan Menyusui
Perubahan fisiologi selama kehamilan dan menyusui dapat berpengaruh
terhadap kinetika obat dalam ibu hamil dan menyusui yang kemungkinan
berdampak terhadap perubahan respon ibu hamil terhadap obat yang
diminum. Dengan demikian, perlu pemahaman yang baik mengenai obat
apa saja yang relatif tidak aman hingga harus dihindari selama kehamilan
ataupun menyusui agar tidak merugikan ibu dan janin yang dikandung
ataupun bayinya. Selama kehamilan dosis obat yang diberikan harus
diusahkan serendah mungkin untuk meminimalkan potensi efek toksik
terhadap janin. Bila pengobatan harus diberikan, maka penting untuk
menurunkan sampai kadar terendah yang masih efektif sesaat sebelum
terjadi konsepsi pada kehamilan yang direncanakan, atau selama trimester
pertama. Bila obat berpotensi menyebabkan efek putus obat pada janin,
dosis dapat diturunkan mencapai akhir masa kehamilan, contohnya
pengobatan dengan anti psikotik dan antidepresan.
b. Farmakodinamika pada Kehamilan dan Menyusui
Efek obat pada jaringan reproduksi, uterus, dan kelenjar susu, pada
kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormon-hormon sesuai dengan fase
kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena
kehamilan tidak berubah, walau terjadi perubahan misalnya curah jantung,
aliran darah ginjal. Perubahan tersebut kadang menyebabkan wanita hamil
membutuhkan obat yang tidak dibutuhkan pada saat tidak hamil.
Contohnya glikosida jantung dan diuretik yang dibutuhkan pada
kehamilan karena peningkatan beban jantung pada kehamilan. Atau
insulin yang dibutuhkan untuk mengontrol glukosa darah pada diabetes
yang diinduksi oleh kehamilan
2.5 Penggunaan Obat pada Masa Kehamilan
a. Obat yang Berpengaruh pada Janin dan Neonatus
Teratogen adalah bahan apa pun yang diberikan kepada ibu hamil, yang
dapat menyebabkan atau berpengaruh terhadap malformasi atau kelainan
fungsi fisiologis atau pun perkembangan jiwa janin atau pada anak setelah
lahir. Hal inilah yang sering ditakutkan oleh pasien dan dokter saat
mempertimbangkan pengobatan pada masa kehamilan. Namun, hanya
beberapa obat saja dari sekian banyak obat yang digunakan menunjukkan
efek yang membahayakan terhadap janin. Perlu ditekankan bahwa obat
yang bersifat teratogenik tidak membahayakan janin. Sebagai contoh obat
anti kejang yang hanya memiliki efek teratogenik kurang dari 10% pada
janin. Suatu zat atau senyawa dianggap teratogenik jika proses zat
tersebut:
1. Menghasilkan rangkaian malformasi yang khas, mengindikasikan
selektivitas terhadap organ.
2. Memberikan efek pada taha pertumbuhan jenis tertentu yaitu
selama organogenesis organ target dalam priode yang terbatas.
3. Memperlihatkan insiden yang tergantung dosis.
b. Pedoman dalam peresepan
1. Perawatan tanpa menggunakan obat.
2. Obat hanya diresepkan pada wanita hamil bila manfaat yang
diperoleh ibu lebih besar dibanding resiko pada janin.
3. Sedapat mungkin menghindari pemakaian obat selama trisemester
pertama kehamilan.
4. Apabila diperlakukan,lebih baik obat-obatan yang telah dipakai
secara luas pada kehamilan dan biasanya tampak aman diberikan
daripada obat baru atau obat yang belum pernah dicoba secara
klinis.
5. Obat harus digunakan pada dosis efektif terkecil dalam jangka
waktu sesingkat mungkin.
6. Perlunya menghindari polifarmasi
7. Perlunya penyesuaian dosis dan pemantauan pengobatan pada
beberapa obat.
c. Kategori Obat pada Ibu Hamil(Pregnancy Categorie)
1. Kategori A
Studi terkontrol pada wanita tidak memperlihatkan adanya resiko
pada janin pada kehamilan trimester 1 (dan tidak ada bukti
mengenai resiko terhadap trimester berikutnya), dan sangat kecil
kemungkinan obat ini untuk membahayakan janin.
2. Kategori B
Studi terhadap reproduksi binatang percobaan tidak
memperlihatkan adanya resiko terhadap janin tetapi belum ada
studi terkontrol yang diperoleh pada ibu hamil. Atau studi terhadap
reproduksi binatang pecobaan memperlihatkan adanya efek
samping (selain penurunan fertilitas) yang tidak didapati pada studi
terkontrol pada wanita hamil trimester 1 (dan ditemukan bukti
adanya resiko pada kehamilan trimester berikutnya).
3. Kategori C
Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek
samping terhadap janin (teratogenik atau embriosidal), dan studi
terkontrol pada wanita dan binatang percobaan tidak tersedia atau
tidak dilakukan. Obat yang masuk kategori ini hanya boleh
diberikan jika besarnya manfaat terapeutik melebihi besarnya
resiko yang terjadi pada janin.
4. Kategori D
Terdapat bukti adanya resiko pada janin (manusia), tetapi manfaat
terapetik yang diharapkan mungkin melebihi besarnya resiko
(misalnya jika obat perlu digunakan untuk mengatasi kondisi yang
mengancam jiwa atau penyakit serius bilamana obat yang lebih
aman tidak digunakan atau tidak efektif).
5. Kategori X
Studi pada manusia atau binatang percobaan memperlihatkan
adanya abnormalitas pada janin, atau terdapat bukti adanya resiko
pada janin. Dan besarnya resiko jika obat ini digunakan pada ibu
hamil jelas-jelas melebihi manfaat terapeutiknya. Obat yang masuk
dalam kategori ini dikontraindikasikan pada wanita yang sedang
atau memiliki kemungkinan hamil.
d. Penggunaan Obat Terapeutik dalam Kehamilan dan Pengaruhnya pada
Janin
1. Asam Folat
Selama kehamilan asam folat (vitamin B9, folasin) diperlukan
dalam jumlah yang lebih banyak. Defisiensi asam folat di awal
kehamilan dapat menyebabkan absorbsi spontaneous atau defek
kelahiran (misal defek pada tabung saraf), kelahiran prematur, berat
badan lahir yang rendah, dan salurio plasenta (pelepasan plasenta
yang lebih dini dari seharusnya). Kebutuhan asam folat yang
direkomendasikan untuk sehari adalah 180 mcg. Untuk kehamilan
diperlukan asam folat sebanyak 400 sampai 800 mcg.
2. Asetaminofen
Asetaminofen (Tylenol, Datril, Panadol, Parasetamol) merupakan
obat kehamilan grub B. Obat ini adalah obat yang paling sering
dipakai selama kehamilan. Dipakai secara rutin pada semua
trimester kehamilan untuk jangka waktu yang pendek, terutama
untuk efek analgesik dan terapetiknya. Obat ini tidak memiliki efek
anti inflamasi yang berarti. Asetaminofen menembus plasenta
selama kehamilan, ditemukan juga dalam air susu ibu dalam
konsentrasi yang kecil. Saat ini tidak ditemukan bukti nyata
abnirmaly janin akiba pemakaian obat ini. Pemakaian asetaminofen
selama kehamilan tidak boleh melebihi 12 tablet dalam 24 jam dari
formulasi 325 mg(kekuatan biasa) atau 8 tablet dalam 24 jam untuk
tablet yang mengandung 500 mg (kekuatam ekstra), obat ini harus
dipakai dengan jarak waktu 4-6 jam.
3. Vitamin
Salah satu faktor utama untuk mempertahankan kesehatan selama
kehamilan dan melahirkan janin yang sehat adalah masukkan zat-
zat gizi yang cukup dalam bentuk energi, protein, vitamin dan
mineral. Penting untuk diketahui bahwa kondisi hipervitaminosis
dapat menyebabkan kelainan teratogenik,misalnya hipervitaminosis
vitamin A oleh karena pemberian berlebihan pada kehamilan.
Kelainan janin yang terjadi biasanya pada mata, susunan saraf
pusat, palatum dan alat urogenital. Ini terbukti jelas pada hewan
percobaan sehingga pemberian vitamin A selama kehamilan tidak
melebihi batas yang ditetapkan. Pemberian vitamin A dengan dosis
melebihi 6000 IU/hari selama kehamilan tidak dapat dijamin
kepastian keamanannya. Vitamin A (retinol) memberikan kerja
yang terarah pada defisiensi jaringan normal. Beberapa analog
vitamin A (isotretinoin, itetinat) merupakan teratogen kuat,
menunjukkan bahwa analog tersebut dapat merubah proses
diferensiasi normal. Penambahan asam folat selama kehamilan
dimaksudkan untuk menurunkan terjadinya kelainan pembuluh
saraf.
4. Antiemetik
Mual dan muntah selama masa kehamilan paling banyak
dikeluhkan oleh ibu hamil (kira – kira 80 %) kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan kadar gonadotropik korionik manusia.
Perubahan- perubahan dalam metabolisme karbohidrat, dan
perubahan–perubahan emosi. Hiperemasis gravidarum adalah
muntah-muntah pada wanita hamil yang dapat berakibat fatal.
Penderita hiperemis gravidarum mengalami muntah terus–menerus
sehingga cadangan karbohidrat, protein dan lemak terpakai untuk
energi dan mengakibatkan tubuh menjadi kurus. Disamping itu
tubuh akan menyebabkan berkurangnya proses penyerapan zat-zat
makanan dan derigen ke jaringan-jaringan vital sehingga pasien
perlu dirawat di Rumah Sakit karena biayanya memerlukan
penggantian cairan tubuh dan obat anti muntah parenteral.
5. Antibiotik
Antibiotik digunakan luas dalam kehamilan. Perubahan kinetika
obat selama kehamilan menyebabkan kadarnya dalam serum lebih
rendah. Antibiotik dengan bobot molekul rendah mudah larut
dalam lemak dan ikatannya dalam protein lemak mudah menembus
uri. Kadar puncak antibiotik dalam tubuh janin pada umumnya
lebih rendah dari kadar yang dicapai dalam tubuh ibunya.
Amoxicillin diabsorpsi secara cepat dan sempurna baik setelah
pemberian oral maupun parenteral. Amoxicillin merupakan
alternatif yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih jika dibutuhkan
pemberian oral pada ibu hamil. Kadar amoksisilin dalam darah ibu
maupun janin kadarnya sekitar seperempat sampai sepertiga kadar
disirkulasi ibu.
6. Anti fibrinogen
Selama kehamilan ibu mungkin mengalami tromboemboli vena.
Dalam keadaan seperti ini anti koagulan mampu menghambat
pembentukan atau fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Mekanisme kerja asam traneksamat sehingga antifibrinogen adalah
untuk membentuk ikatan kompleks yang reversibel dengan
plasminogen sehingga plasmin tidak dapat terikat dengan fibrin dan
mekanisme fibrinolisis dihambat Asam traneksamat menyebar
dalam berbagai jaringan dan juga masuk dalam sistem susunan
saraf pusat. Cairan sinovia (cairan sendi) dan membran sinovia.
Obat ini dapat menembus sawar uri (plasenta) sehingga
penggunaannya pada kehamilan perlu dipertimbangkan kembali.
7. Zat besi
Selama kehamilan, kira-kira jumlah zat besi yang diperlukan 2 kali
keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan setiap hari bagi ibu
dan janin. Jika kehamilan dimulai dengan keadaan tidak menderita
anemia, mungkin tidak memerlukan suplemen besi sampai
trimester kedua, karena suplemen zat besi yang tidak diperlukan
mungkin dapat menyebabkan mual, muntah dan sembelit.
Kebutuhan tertinggi adalah pada trimester ketiga, karena
diperlukan pada proses persalinan dan menyusui.
2.6 Penggunaan Obat pada Masa Menyusui

Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan


memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada
ibu maupun bayinya:

 Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak
membahayakan. Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur)
mempunyai risiko lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini
disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga
berisiko terjadi penimbunan obat.
 Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan
jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi.
 Hindari atau hentikan sementara menyusui.
 Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau
secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi.
 Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data
A. Daftar Vitamin dan Mineral yang Sering Digunakan
No Generik FDA S P Keterangan
1 Etretinate X 2 1-2 Teratogenik pada jantung CNS &
craniofacial malformasi
2 Vitamin A C 3 2-3 kasus anomali saluran kencing janin.
Dosis tinggi (kontraindikasi) ibu hamil
yang
mengalami defisiensi vitamin A :
teratogenik . bila dipakai terus menerus
dengan dosis
> 25.000 IU/hari dapat menyebablan
craniofacial, cardiac defec, facial palsy,
limb
reduction, atresia saluran pencernaan,
urinary tract defect.

3 Folic acid A 5 Memberikan efek proteksi bila diberikan


selama 1,5 bulan pertama sebanyak 4
mg/hari.
Kalau defisiensi asam folat pada awal
kehamilan dapat menyababkan congenotal
malformasi, terutama neural tube defect

4 Vitamin 4 3 Hiperkalsemia neonatal. Vitamin D untuk


D/kolekalsiferol hipoparatiroid tidak ada efek pada janin

5 Piridoxin Aman
6 Isotretinoin Teratogenik, keguguran spontan,
mikrosefalis, frontal bossing, hidrosefalis,
hipertelorism, mikrophtamia, depressed
nasal bride, limb reduction defact,
bermacammacam
kelainan pada telinga, cleft palate, mulut
kecil, mikrognathia, trigonocephaly,
heart defect & retardasi mental. Gunakan
kontrasepsi sampai satu bulan setelah
menghentikan terapi

7 Menadione X Hiperbilirubinemia & kernicterus pada


bayi yang baru lahir. Bila perlu vitamin K
selama hamil gunakan phytonadione
8 Menadiol X Idem

Kode Signifikan :
1. Teratogenik pada manusia
2. Mungkin teratogenik pada manusia
3. Memiliki kemungkinan terjadi teratogenik pada manusia
4. Memiliki kemungkinan yang kecil untuk menyebabkan teratogenik pada manusia
5. Tidak teratogenik pada manusia
Kode Potensi :
1. Sering terjadi efek secara rutin
2. Kadang-kadang terjadi efek tetapi tidak rutin
3. Jarang terjadi efek
4. Tidak ada efek
B. Daftar Obat – obat yang Dipertimbangkan Kontraindikasi selama
Menyusui
Obat/ Gol.Obat Efek pada Bayi
Amfetamin Terakumulasi dalam ASI dan dapat menyebabkan
iritasi, dan pola tidur
yang jelek

Antineoplastik Menekan laktasi


Cocain Diekskresikan lewat ASI, kontraindikasi karena
CNS stimulan dan
intoksikasi

Ergotamin Potensial menekan laktasi, muntah, diare, dan


kejang telah dilaporkan

Etanol Kontraindikasi masih kontroversial, intake yang


tinggi pada ibu dapat
menyebabkan bayi yang disusui : sedasi, diaforesis,
deep sleep,
lemah,menghambat pertumbuhan danberat badan
abnormal. Paparan
yang kronik juga menimbulkan keterlambatan
perkembangan
psikomotor. Bayi dari ibu alkoholik menyebabkan
risiko yang potensial
hipoprotombin berat,perdarahan, dan pseudo
cushing sindrome. AAP
mengklasifikasikan compatible (dapat diterima),
tapi harus
dipertimbangkan kontraindikasinya. Satu review
menyarankan untuk
menunggu 1-2 hari setelah minum sebelum
menyusui

Heroin Kemungkinan adiksi jika jumlahnya mencukupi

Immunosupresan Potensial menekan sistem imun

Lithium Konsentrasi dalam serum dan ASI rata-rata 40 %


dari konsentrasi
serum plasma ibu menyebabkan reaksi toksik yang
potensial,
kontraindikasi

Asam lisergat dietilamida Kemungkinan diereksikan dalam ASI


(LSD) Mariyuana Diekskresikan dalam ASI

Misoprostol Ekskresi dalam ASI belum jelas, tapi kontraindikasi


karena potensial
terjadi diare berat pada bayi
Nicotin Kontraindikasi masih kontroversial, absorpsi
melalui perokok pasif
lebih tinggi dari pada melalui ASI. Merokok secara
umum tidak
direkomendasikan selama menyusui, menurunkan
produksi ASI

Pensiklidin Potensial bersifat halusinogenik

Fenidion Hematoma scrotal masiv, kontraidikasi

C. Daftar Pemilihan Obat Secara Umum untuk Ibu Menyusui


Obat/ Gol.Obat Efek pada Bayi
Acetaminophen Compatible Malulopapular rash pada bayi bagian
atas dan wajah pada
bayi telah dilaporkan

Acyclovir Compatible Terkonsentrasi dalam ASI


Alprazolam Withdrawal nyata setelah 9 bulan terpapar melalui
ASI. Penggunaan
obat lain yang termasuk golongan ini selama
menyusui
dipertimbangkan
Amiodaron Diekskresikan lewat ASI, tidak direkomendasikan
karena waktu paruh
eliminasi panjang

Amitriptilin Tidak ada efek samping yang dilaporka, tapi AAP


mempertimbangkan
Penggunaannya
Aminoglikosida Potensial mengganggu flora normal saluran cerna
bayi

Aspartam Dieksresikan lewat ASI, penggunaannya hati-hati


pada bayi dengan
Fenilketonuria
Aspirin Satu kasus terjadi keracunan salisilat berat (asidosis
metabolik),
potensial terjadi gangguan fungsi platelet dan rash,
AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan
perhatian.

Beta – blocker Amati pada bayi tanda-tanda blokade seperti


hipotensi , bradikardi, asebutolol, atenolol dan
nadolol terkonsentrasi dalam ASI

Bromfeniramin Amati gejala pada bayi: iritasi, gangguan pola tidur.


Bupropion Terakumulasi dalam ASI, penggunaan dengan hati-
hati

Caffein Akumulasi dapat terjadi jika ibu pengkonsumsi


berat, compatible
dalam jumlah biasa. Amati iritasi dan gangguan
tidur

Carbamazepin Compatible

Cephalosporin Potensial mengganggu flora normal usus,


considered compatible

Chloramfenikol Dieksresikan lewat ASI, potensial menekan


sumsum tulang. AAP
merekomendasikan penggunaannya dengan hati-
hati
Chlorpromazin Diekskresikan lewat ASI, ngantuk dan lemas
teramati pada bayi. AAP
mempertimbnagkan penggunaannya karena efek
dan potensial
galaktore

Cimetidin Dapat terakumulasi dalam ASI, potensial menekan


asam lambung,
menghambat metabolisme obat, dan CNS stimulan.
Compatible

Clindamisin Considered Compatible

Codein Compatible

Diazepam Letargin dan kehilangan berat badan dilaporkan,


amati akumulasi pada
bayi, pertimbangkan penggunaannya

Digoxin Eksresi lewat ASI, compatible

Difenhidramin Eksresi lewat ASI, tidak ada efek yang dilaporkan

D. Pedoman untuk Pengobatan dan Pemberian ASI


Kategori
Pengobatan Catatan
A B C D
Asetamonifen (Tylenol) √ Analgesik non-narkotika. Digunakan postpartum
Digunakan untuk herpes. Konsentrasi rendah di
Asiklovir (Zovirax) √
dalam ASI
Albuterol (Proventil) √ Pencegahan terhadap bronkospasme
Alprazolam (Xanax) √ Gunakan obat pengganti. Risiko akumulasi
Observasi adanya iritabilitas dan insomnia pada
Aminofillin √
bayi
Amoksisilin √ Masuk ke dalam ASI secara lambat
Konsentrasi dalam ASI rendah
Ampisillin √ √
Amitriptilin (Elavil) √ Tidak terdeteksi dalam urin bayi
Antimetabolit √ Aktivitas anti DNA
Aspirin √ Dosis analgesik biasa (300-600 mg) biasanya
aman. Obat
pilihan untuk diagnosa. Artritis jangka panjang

Dilaporkan adanya bayi yang mengalami sianosis


dan
Atenolol √
bradikardi pada terapi maternal

Cocok untuk laktasi


Azitromisin √
Bromokriptin (Parlodel) √ Tidak digunakan untuk menekan produksi ASI
Butorfanol (Stadol) √ Aman dalam dosis tunggal
Jika dosis ibu tinggi, bayi menjadi peka dan
Kafein √
lemah
Antihipertensi jumlahnya sedikit dalam ASI
Kaptopril (Captoem) √
Karbamazepin
√ Antikonvulsan, akumulasi tidak terlihat
(Tegretol)

Sefalosporin (Cefaclor,
Cefamandole, Cefazolin, Masuk ke dalam ASI dengan konsentrasi rendah.
Cefotaxime, Cefoxitin, √ Umumnya dianggap aman
Cephalexin)

Risiko kecil terhadap supresi sumsum tulang


Kloramfenikol terdapat

(Chloromycetin) efek merugikan

Antimalaria
Klorpromazin
√ Obat penenang, observasi sedasi pada bayi
(Thorazine)
Simetidin (Tagamet) √ Antagonis H-2, menurunkan produksi asam
Quinolone, terjadinya artopati dan kartilago pada
hewan
Siprofloksasin (Cipro) √
yang imatur

Klindamisin (Cleocin) √ Berbentuk krim vagina, oral dan dapat diinjeksi


Aman untuk kesehatan, pada bayi untuk
pemakaian yang
Kodein √
singkat

Kontrasepsi, hanya Tunggu sampai laktasi telah terbentuk dengan


progestin baik 4-6

oral minggu

Kontrasepsi, oral
(dengan
√ Biasanya akan menurunkan pasokan ASI
estrogen)

Gunakan hanya untuk waktu yang singkat dan


dengan
Kortikosteroid √
dosis yang rendah
Digunakan untuk skabies. Aman dan efektif
untuk wanita
Krotamiton 10 % √
yang menyusui

Tidak ada obat yang terdeteksi di dalam urin


bayi.
Desipramin (Norpramin) √
Pilihan antidepresan untuk wanita manyusui

Diazepam (Valium) √ Gunakan obat pengganti, risiko akumulasi


Dikloksasilin
√ Resisten – penisilin, antistafilokokus
(Dynapem)
Obat antiaritmia. Paparan terhadap bayi
Digoksin (lanoxin) √ kemungkinan
tidak bermakna
Komponen yang biasa digunakan dalam
campuran obat
Efedrin √
batuk dan obat demam yang dijual bebas

Menekan produksi ASI. Masa postpartum singkat


dapat
Ergonovin √
menjadi aman

Digunakan untuk migren. Menekan suplai ASI.


Dapat
Ergotamin √
menyebabkan muntah, diare, konvulsi

Tidak boleh diberikan pada usia kurang dari 1


Eritromisin √ bulan jika
berisiko ikterik
Antikonvulsan. Masuk dengan bebas ke dalam
ASI.
Etosuksimid (zarontin) √
Pertimbangkan penggunaan obat pengganti

Terdapat dalam ASI dengan jumlah kecil. Tidak


Fentanil (Sublimaze) √ dapat
dideteksi setelah 10 jam
Digunakan untuk mengobati kandidiasis. Aman
Flukonazol (Diflucan) √ digunakan untuk anak-anak

Fluoksetin (Prozac) √ Dapat menyebabkan gejala kolik


Antibiotik aminoglikosida. Dapat diberikan pada
Furosemid (Lasix) √
bayi
Gentamisin (Garamycin) √ Perpindahan minimal
Obat penenang
Haloperidol (Haldol) √
Heparin √ Tidak diekskresi ke dalam ASI
Biasanya digunakan untuk nyeri postpartum.
Ibuprofen (Motrin) √
Perpindahan minimal
Imipramin (Tofranil) √ Antidepresan
Vaksinasi maternal dianggap tidak menyebabkan
risiko
Vaksin influenza √
terhadap bai yang disusui
Tidak diekskresikan ke dalam ASI dengan berat
molekul
Insulin √
yang besar

Mudah diabsorpsi dan terkonsentrasi dalam ASI;


dapat
menyebabkan supresi tiroid; dosis 15 % dapat
Yodium √
masuk ke
dalam ASI dalam 3 hari

Suplemen tidak mengubah kadar zat besi pada


ASI dalam
Zat besi √
jumlah besar

Antituberkular. Sampai saai ini tidak dilaporkan


adanya
Isoniazid (INH) √ efek merugikan pada bayi. Mungkin baik untuk
memantau tanda-tanda keracunan pada bayi

Digunakan untuk mengobati kanddiasis yang


Ketokonazol (Nizoral) √
berat
Kontrasepsi yang efektif. Efek pada suplai ASI
Levonogestrel tidak

(NORPLANT) meyakinkan

Secara klinis jumlahnya tidak bermakna (30


g/ml) dalam
Lindan (Kwell) √
ASI. Membutuhkan informasi lebih

Pantau kadar serum bayi. Pilih obat alternatif jika


Litium (Eskalith) √ mungkin

Terdeteksi di dalam urin semua bayi yang diteliti.


Asam mandelik √ Efeknya belum diketahui

Dapat menghambat masuknya ASI


Magnesium sulfat √
Medroksiprogesteron Didapat pada ASI dalam jumlah yang tidak
(Depo- bermakna.

Provera) Akumulasi tidak merupakan masalah

Dapat menyebabkan depresi neurobehavioral


pada
neonatus. Anjurkan untuk digunakan pada
Meperidin (Demerol) √
periode awal
postpartum

Mesoridazin (Serentil) √ Fenotiazin digunakan sebagai antipsikotik


Metaproterenol
√ Digunakan untuk asma bronkhial
(Alupent)
Metformin (Glucophage) √ Antidiabetik baru. Efeknya belum diuji
Antiinfeksi urinarius. Tidak ada efek merugikan
Metenamin yang

(Mandelamin) dilaporkan
Digunakan untuk mengobati adiksi heroin.
Kadarnya
Metadon (Dolophine) √
minimal dalam ASI

Untuk hipertiroid. Rasio S.P lebih tinggi dari


Metimazol (Tapazol) √
Propiltiourasil
Metildopa (Aldomet) √ Antihipertensi
Digunakan untuk meningkatkan ASI; dosis 10
mg 3 x
Metoklopramid (Reglan) √
sehari

Mengacu pada tindakan menghambat, pantau


bayi jika
Metoprolol (Lopressor) √
digunakan dalam jangka lama

Aman untuk digunakan dalam jangka waktu


pendek
untuk mengendalikan nyeri. Bayi akan lebih
Morfin √ waspada dan
orientasinya lebih baik daripada jika ibu
menerima meperidin

Hindari jika bayi masih muda dan/atau


dibutuhkan dosis
Nadolol (Corgard) √
yang tinggi

Analgesik non narkotik. Aman dalam dosis


Nalbufin (Nubain) √
tunggal
Masuk ke dalam ASI dengan jumlah kecil
(0,26% dari
Naproksen √
dosis maternal. Rasio M/P kira-kira 0,10)

Dosis rendah digunakan untuk engobati


vasospasme
Nifedipin √ puting; dosis maternal <5 % yang ditransfer ke
bayi

Digunakan untuk mengobati infeksi traktus


Nitrofurantoin √
urinarius
Nortriptilin (Pametor) √ Tidak terdeteksi di dalam serum bayi
Nistatin (Mycostatin) √ Aman digunakan untuk kandidiasis
Antibiotik fluorquinolone yang mirip dengan
Ofloksasin (Floxin) √ siprofloksasin

Oksasilin (Prostaphlin) √ Antistafilokokus


Oksikodon (Percocet,
√ Aman untuk digunakan dalam waktu singkat
Percodan)
Antidepresan; <1% dosis harian yan ditransfer ke
Paroksetin (Paxii) √ bayi
yang mendapatkan ASI
Diekskresikan ke dalam ASI dalam konsentrasi
rendah.
Panisilin (Pen G, Pen V) √ Dapat terjadi modifikasi flora usus besar dan
kemungkinan repons alergenik
Digunakan untuk mengendalikan gangguan
kejang.
Fenazopiridin
√ Kadar dalam ASI <5% dosis terapeutik untuk
(Pyridium)
bayi

Digunakan untuk terapi kulit genital, jangan


digunakan
Podofilin √
selama menyusui

Propoksifen (Darvon) √ Aman bila digunakan dalam dosis tunggal


Pemaparan dalam waktu lama memerlukan
Propanolol (Inderal) √
pemantauan
Untuk mengobati hipertiroidisme, pantu fungsi
tiroid
Propitiourasil √
bayi jika digunakan untuk waktu lama.

Digunakan untuk mengobati pedikulosis.


Penyerapan
topikal buruk. Kecil kemungkinan terjadi
Piretrins √
toksisitas; lebih
disukai daripada Lindane 1 %

Quinidine √ Obat antiaritmia


Bayi memperoleh obat ini dalam jumlah sangat
kecil
Ranitidin (Zantac) √
melalui ASI

Antituberkular. Tidak dilaporkan adanya efek


Rifampin (Rimactane) √
merugikan
Sertralin (Zoloft) √ Antidepresan. Tidak ditemukan dalam serum bayi
Masuk ke dalam ASI dalam jumlah relatif banyak
meskipun tidak dilaporkan adanya efek yang
Sotalol (Betapace) √ merugikan.
Pantau efek samping pada bayi

Diberikan secara langsung pada bayi. Tidak lebih


dari
Streptomisin √
dua minggu

Pencahar berbentuk
√ Efek lokal
laksatif
Sulindak (Clinoril) √ Non-steroidal, anti-inflamasi
Hindari selama bulan pertama kehidupan.
Sulfonamid √ Mengganti bilirubin.

Dosis untuk bayi adalah 0,2 % dari dosis


maternal.
Gejala dari rangsangan beta-adrenergik tidak
Terbutalin (Brethaire) √
ditemukan
dalam penelitian terhadap bayi.

Digunakan untuk candidiasis. Berbentuk krim


vagina dan
Terkonazol (Terazol) √
supositoria.
Antihistamin. Jumlah yang ditentukanuntuk
dikonsumsi
oleh neonatus setelah ibu diberikan dosis yang
Terfenadin (seldane) √ dianjurkan cenderung tidak berakibat pada kadar
plasma
yang menghasilkan efek tidak baik.

Kurang dari 0,1 % muncul didalam ASI, kadang-


kadang
Teofillin (Tho-Dur,Slo-
√ dapat mengakibatkan iritabilitas pada bayi baru
Phyllin)
lahir.

Tioridazin (Mellari) √ Fenotiazin digunakan sebagai anti-psikotik.


Tiroid dan tiroksin Dapat meningkatkan volume ASI bila ibu

(synthoroid) hipotiroid.
Tranilsipromin (parnate) √ Inhibitor MAO digunakan sebagai anti-depresan
Tidak ada obat yang ditemukan dalam plasma
Verapamil (Isoptin) √
bayi.
Ket. Kategori :
A : Relatif Aman C : Tidak diketahui
B : Membutuhkan Perhatian D : Kontraindikasi

E. Obat Antimikroba dan Kemungkinan Efek Buruknya

Efek buruk pada janin


Obat Penggunaan Trimester
Trimester
kedua & Komentar
pertama
ketiga
Penisilin Kemungkinan Alergi : Semua bentuk β-
(benzilpenisilin & aman kemungkinan laktam yang biasa
fenoksimetil penisilin mensensitisasi dipakai
Penisilin kerja lama janin dinyatakan aman.

Kemungkinan Alergi ; Hanya ada sedikit


aman kemungkinan informasi tetapi
mensensitisasi tidak ada yang
janin mengesankan
peningkatan
toksisitas
Ampisilin Alergi ; Sedikit informasi
Kemungkinan kemungkinan yang ada. Masuk
Prodrug ampisilin : aman mensensitisasi akal untuk
Talampisilin, janin menghindari
pivampisilin, formulasi prodrug
bakampisilin dan
menggunakan
ampisilin induk
Amoksisilin Kemungkinan Alergi ; Sedikit informasi
aman kemungkinan yang ada. Masuk
mensensitisasi akal untuk
janin menghindari
formulasi prodrug
dan
menggunakan
ampisilin induk
Amoksisilin dan asam Kemungkinan Alergi ; Hanya ada sedikit
Klavulanat(Augmentin) aman kemungkinan informasi. Paling
mensensitisasi baik
janin dihindari sampai
ada laporan yang
lebih
berpengalaman
Penisilin Kemungkinan aman Alergi ; Hanya ada sedikit
antipseudomonas : aman kemungkinan informasi.
Karbenisilin, mensensitisasi Disediakan untuk
mezlosisilin, janin terapi infeksi serius
azlisilin, yang disebabkan
tikarsilin, oleh bakteri
piperasilin yang rentan
Penisilin Kemungkinan Alergi ; Kemungkinan
antistafilokokus : aman kemungkinan mensensitisasi
Flukosasilin dan mensensitisasi janin
Klosasilin janin
Sefalosporin oral : Kemungkinan Alergi ; Hanya ada sedikit
Sefaleksin, aman kemungkinan informasi
sefaklior, mensensitisasi khususnya untuk
sefradin janin obat yang baru
diperkenalkan
(sefiksim,
sefpodoksim)

Sefalosporin injeksi Kemungkinan Alergi ; Informasi sedikit.


aman kemungkinan Agen ini mungkin
mensensitisasi aman dan
janin mungkin
merupakan pilihan
yang cukup masuk
akal untuk
mengibati infeksi
berat. Obat yang
mengandung rantai
samping N-
metiltiotetrazol
hendaknya
dihindari atas dasar
pemikiran teoritis
– yakni, gangguan
pada metabolisme
vitamin K
(sefamandol di
Inggris)
Sulfonamid : Kemungkinan Hindari Resiko lebih besar
Semua bentuk aman Pada (dalam dua untuk obat yang
trimester hari setelah lebig erat
pertama; melahirkan); terikat pada
hindari dalam kernikterus protein, misalnya
2 hari sulfafurazol,
setelah daripada
melahirkan sulfametoksazol
Trimetroprim Kemungkinan Risiko teoretis
aman teratogenik dari
antagonis asam
folat. Risiko
anemia
megaloblastik
dapat diegah
degan asan folinat
Ko-trimoksasol Kemungkinan Kernikterus Banyak sekali
(trimetoprim dan aman pengalaman
sulfametoksasol) (tetapi lihat tentang
pada keamanannya
sulfonamid di dalam trimester
atas) pertama
Tetrasiklin : semua Hindari Perubahan Kemungkinan
Bentuk warna dan hepatotoksisitas
displasia pada ibu
gigi dan
tulang;
katarak
Aminoglikosida : Hindari Otoksisitas Sedikit alasan
Streptomisin untuk
menggunakannya.
Pilihan
yang lebih baik
dapat dibuat pada
tuberkulosis
dan sepsis yang
serius
Gentamisin, Hati – hati Ada kesan Efektif pada sepsis
tobramisin, netilmisin, risiko teoritis serius; diperlukan
amikasin ototoksisitas pengujian
yang teratur
Spektinomisin Kemungkinan Alergi ; Disediakan untuk
aman kemungkinan terapo ginire kalau
mensensitisasi ada masalah
janin resistensi atau
alergi penisilin
Asam fusidat Kemungkinan
aman
Kuinolon : asam Hati – hati Banyak
Nalidiksat pengalaman
mengesankan
keamanannya.
Deposisi dalam
tulang yang sedang
bertumbuh
pada binatang
tertentu dan di
dalam gigi pada
anak kecil.
Mengganggu DNA
bakteri; risiko
bersifat teoritis
pada manusia

Obat ynag baru-baru Hindari Tidak ada


ini dikembangkan : pengalaman pada
Siprofloksasi kehamilan – lihat
norfloksasin, asam nalidiksat
enoksasin, ofloksasin,
pefloksasin
Nitrofurantion Kemungkinan Risiko teoritis
aman hemolisis pada
defisiensi glukosa-
6-fosfat
dehidrogenase.
Penggunaan
profilaksis
Vankommisin, Hati –hati Tidak ada data
Teikoplanin keamanan pada
manusia.
Disediakan untuk
terapi sepsis
stafilokokus berat
Makrolida dan Kemungkinan Hepatotoksisitas
linkosamida : aman pada ibu pada
Eritromisin basa Hindari kehamilan
stearat Lanjutan
Eritroimisin
Estolat
Klaritomisin, Hindari Kolitis
azitromisin, linkomisin pseudomembranosa
dan klindamisin pada ibu. Hindari
kecuali kalau tidak
tersedia obat lain
yang cocok
Metronidazol Hati – hati Risiko teoretis Tidak ada bukti
teratogenesis tentang
teratogenisitas pada
manusia.
Keuntungan
mungkin lebih
besar dari
pada risiko pada
sepsis anaerobik
yang serius
Kloramfeniko Hindari Sindrom bayi kelabu Bukti yang
kelabu sedikit tentang efek
janin
pada kehamilan
awal. Ingat akan
kemungkinan
diskrasia darah
pada ibu. Biasanya
pilihan yang
lebih aman dapat
dibuat
Obat antituberkulosis : Hati – hati Perdarahan Hindari pada ibu
Rifampisin Kemungkinan pascanatal yang menderita
Isoniazid aman penyakit hati.
Ethambutol Kemungkinan Teratogenisitas
Asam paraaminosalisilat aman dosis tinggi pada
Pirazimanid Kemungkinan binatang.
aman Keuntungan
Hati - hati mungkin lebih
besar daripada
risiko.
Hendaknya
diberikan vitamin
K pada ibu dan
neonatus
Amati ikterus pada
ibu
Sekarang sedikit
digunakan
Hanya ada sedikit
informasi
Obat antifungi : Hati – hati Teratogenik Informasi sedikit;
Amfoterisin Hindari pada keamanan belum
Flusitosin Hati – hati binatang pasti
Ketokonazol, Hati – hati Teratogenik Informasi sedikit;
flokunazol Hindari pada keamanan tidak
Mikonazol Keungkinan Binatang terjamin
Griseofulvin aman Diabsorpsi dari
Nistatin (topikal) penggunaan topikal
vagina
Obat antimalaria : Kemungkinan Mungkin Keamanan terjamin
klorokuin aman menyebabkan dalam dosis
Kina Hindari keguguran rendah, kecuali
Proguanil Kemungkinan untuk laporan yang
Pirimetamin dan aman jarang tentang
dapson Hindari gangguan
(maloprim) Hindari pendengaran pada
Pirimetamin dan anak-anak
slfadoksin
(fansidar) Teratogenisitas
dilaporkan pada
tikus, tetapi tidak
ada bukti yang
meyakinkan pada
manusia.
Mamloprim dan
fansidar telah
dikaitkan dengan
Kematian
Obat antiparasit : Kemungkinan Kemungkinan Keamanan tidak
Piperazin aman teratogenik Dibuktikan
Mebendazol Hindari
Tiabendazol Hati – hati
Prazikuantel Hati – hati
Keamanan
tidak
dibuktikan
Obat antivirus : Hindari Embriotoksik Kecuali bila ada
Amantadin Kemungkinan pada infeksi yang
Asiklovir aman, binatang mengancam jiwa
Vidarabin tetapi Risiko pada ibu, obat
Zidovudin gunakan teoretis. antivirus paling
hanya Bekerja baik dihindari
kalau sebagai pada kehamilan
keuntungan “pengakhir Bukti tentang
rangkaian” menurunnya
Teratogenik transmisi vertikal
pada HIV
binatang

Hanya edikit
bukti
tentang
teratogenisi
F. Infeksi Umum pada Kehamilan dan terapi yang di Anjurkan

Kondisi Terapi pilihan pertama Terapi pilihan kedua Terapi pilihan ketiga
Bakteri uri Ampisil ,amoksisilin Nitrofurantoin, Pada bekteriiria
asemtomatok atau ,(kalau isolat sulfonamid, asimptomatik, terapi
sistitis biasa sensitive)atau atau trietroprim (atau hendaknya
sefaliksin peroral kotrimoksasol) berkangsung selama
7 – 10 hari. Sistitis
akut sederhana
mungkin mamberi
respons terhadap
dosis tunggal atau
pemberian jangka
pendek
Pielonefritis akut Sefuroksim, ampisilin Gentamisin intravena
intravena

(bila isolat sensitif)

Faringitis Benzilpenisilin Eritromisin basa Catatan : 70 – 80 %


intravena (kalau kasus faringitis
disebabkan oleh virus
isolat ensitif), prokain
penisilin

intramuskular, atau
fenoksimetil

penisilin per oral

Bronkitis Ampisilin per oral atau Eritromisin

amoksisilin

Pneumonia lobaris Benzilpenisilin Eritromisin Kalau bukan


pneumokokus,
mungkin diperlukan
perubahan terapi

Penyakit Eritromisin plus


legionnaires rifampisin

Profilaksis Amoksisilin per oral Eritromisin Menurut anjuran


endokarditis kelompok kerja
Terapi endokarditis :

Terapi endokarditis :
Streptokokus Benzilpenisilin +
Stafilokokus gentamisin
Flukloksasilin + asam Vankomisin
fusidat

Gonore Benzilpenisilin Sefuroksi atau kalau pasien alergi


intramuskular spektinomisin terhadap β-
Spektinomisin
Infeksi yang Eritromisin per or hendaknya diberikan
disebabkan Eritromisin per oral selama 7 –
oleh Chlamydia 10 hari
trachomatis :

Profilaksis untuk 1 dosis sefazolin 1 dosis ko-trimosasol


operasi abdomen : 1 – 3 dosis amoksisilin 1 – 3 dosis gentamisin
Lambung atau dan asam plus
empedu klavulanat metronidazol
Appendikektomi (Augmentin)
atau kolon

Tuberkulosis Rifampisin + isoniazid Rifampisin dan


+ isoniazid hendaknya
etambutol diberikan selama 9
bulan dan ethambutol
selama 3 bulan.
Tambahan piridoksin
hendaknya diberikan
dengan isoniazid

Klorokuin Lihat teks

Sepsis serius yang Gentamisin intravena Sefalosporin spektrum Untuk menegakkan


tak plus luas patogen penyabab
terdiagnosis penisilin intravena (seperti ada
antipseudomonas sefuroksim kemungkinan untuk
intravena, mungkin atau seftazidim) menghilangkan
ditambah gentamisin kalau
dengan metronidazol organisme rentan
terhadap
penisilin
antipseudomonas dan
pasien telah
memperlihatkan
respons yang
memuaskan

G. Daftar Pilihan Obat Untuk Kasus-kasus yang Sering Terjadi


Efek
Jenis Terapi Obat Dosis Indikasi Keterangan
Samping
Analgetik Aspirin 􀂃 Aspirin 􀂃 Aspirin
dosis dengan bebas
rendah selama disalurkan
hamil bisa melintasi
untuk plasenta dan
mencegah diekskresikan
hipertensi yang oleh bayi baru
diinduksi lahir
kehamilan dan dengan
retardasi kecepatan yang
pertumbuhan lebih lambat
intrauteri daripada
orang dewasa
karenajalur
ekskresi masih
belum
matang
􀂃 Bayi dari
seorang wanita
yang mendapat
dosis
terapi aspirin
secara teratur di
sepanjang
kehamilan
memerlukan
waktu 5 hari
untuk
membuang obat
tersebut
􀂃 Aspirin dosis
rendah tidak
terlihat
mempunyai
efek buruk
apapun pada
perkembangan
sistem
kardiovaskular
janin
Parasetamol 􀂃 Efek
parsetamol
semasa
kehamilan belum
diteliti
secara luas tetapi
penelitian pada
binatang telah
memperlihatkan
tidak ada efek
merugikan pada
pertumbuhan
janin dan
plasenta.
􀂃 Dianjurkan
sebagai analgetik
ringan pilihan

Mual dan Antihistamin 􀂃 Meklozin dan


muntah siklizin sudah
luas digunakan
dan
tampaknya aman
tetapi mingkin
ada suatu
hubungan yang
renggang antara
meklozin dan
cacat mata
bawaan
􀂃 Prometazin
mungkin
berkaitan dengan
tingginya
insidensi
dislokasi panggul
bawaan

Metokloperamid 􀂃 Obat ini 􀂃 Kombinasi


telah metoklopramid
digunakan dan omeprazol
pada telah
kehamilan diteliti dalam hal
lanjut efek pencegahan
dan dalam aspirasi
penanganan lambung dalam
hiperemesis anestesi obstetri
gravidarum 􀂃 Omeprazol
􀂃 oral dengan
Metoklopramid metoklopramid
digunakan parenteral
dalam umumnya
persalinan dan berhasil
sebelum mengurangi
pemberian keasaman
anestesi. asamlambung
dan volumenya
sebelum
diberikan
anestesi

Nyeri Ulu Antasida Antasida 􀂃 Antasida yang


Hati & aluminium tak dapat diserap
Disepsia yang seperti
diberikan alumunium
sendirian hidroksida atau
dapat magnesium
menimbulkan trisilikat
sembelit boleh digunakan,
meskipun
􀂃 Antasida aman
kalau diminum
pada trimester
kedua atau
ketiga.

Antagonis 􀂃 Untuk 􀂃 Antagonis


Reseptor H2 menangani reseptor – H2
ulkus peptikum telah dengan
dalam praktek berhasil
non-obstetri digunakan
sebelum
pemberian
anestesi umum
untuk seksio
sesarea untuk
mengurangi
keasaman
lambung dan
mencegah aspirsi
asam lambung ke
paru-paru
􀂃 Simetidin dan
ranitidin
diekskresikan ke
dalam
ASI, tetapi tidak
ada data yang
mengesankan
adanya efek
berbahaya begi
bayi
Sukralfat 􀂃 Sukralfat
sudah tidak
banyak lagi
digunakan pada
kehamilan di
Inggris, tetapi
obat ini
merupakan
terapi yang
efektif untuk
ulkus peptikum
dan telah
dianjurkan untuk
digunakan pada
kehamilan di
Amerika Serikat
karena tidak
diabsorpsi.
H. Daftar Indeks Keamanan Obat pada Kehamilan dan Petunjuk
Penggunaan Obat

No Generik Cara Pemberian KAT No Generik Cara KAT


Pemberian
1 Abacavir Oral C 39 Amiodipine Oral C

2 Abciximab Parenteral C 40 Amonium Oral B


klorida
3 Acarbose Oral B 41 Amobarbital Oral D
Parenteral D

4 Acabutolol Oral C 42 Amoxapine Oral C


Parenteral C

5 Acetazolamid Oral C 43 Amoxicillin B


e
6 Acetohexami Oral C 44 Amphoterisi Parenteral B
de Topikal B

7 Acethylcholin Opthalmik C 45 Ampicilin Oral B


e
chlorida

8 Acetylsystein Inhalasi B 46 Amprenavir Oral C


e
9 Aceclovir Oral B 47 Amrinone Parenteral C
Parenteral B
Opthalmik B
Topikal C

10 Acitretin Oral B 48 Anagnelide Oral C

11 Acrivastine Oral B 49 Anastrozole Oral C

12 Adapalene Topikal C 50 Antazoline C


13 Adenosine Parenteral C 51 Anti Inhibitor Parenteral C
Coagulant
Complex

14 Albendazole Oral C 52 Anti Parenteral C


thrombin III
15 Albumin Parenteral C 53 Apraclonidin Opthalmik C
e
16 Alclomethaso Topikal C 54 Aprotinin Parenteral B
ne
17 Aldesleukin Parenteral C 55 Ascorbic acid A

18 Alendronic Oral C 56 Asparaginase Parenteral C


acid
19 Alfentanil Parenteral C 57 Aspartame B&
C
20 Algluserase Parenteral C 58 Aspirin Oral C&
........
...
21 Allopurinol Oral C 59 Astemizole Oral C
22 Alosetron Oral B 60 Atazanavir Oral B
Hydroklorida

23 Alprazolam Oral D 61 Atenolol Oral D

24 Alprostadil Parenteral X 62 Atomoxetine Oral C


Urethal C

25 Alteplase Parenteral C 63 Atorvastatin Oral X

26 Altretamine Oral D 64 Atovaqucine Oral C

27 Almunium Oral C 65 Atracurium Perenteral C


Hidroksida besilate

28 Amentadine Oral C 66 Atropine Ophtalmic C


Oral C
Parenteral C

29 Amcinodine Topikal C 67 Auraline Oral C

30 Amfepramon - B 68 Azatadine Oral B


e
31 Amifostine Parenteral C 69 Azathioprine Oral Parenteral D
D

32 Amikasin Parenteral D 70 Azelaic Acid Topikal B


33 Amilorid Oral B, D 71 Authromicyn Oral B
Parenteral B

34 Aminocaproic Oral C 72 Aztreonam Parenteral D


acid Parenteral C

35 Aminogluteth Oral D 73 Bacampilin Oral B


iamide
36 Aminophyllin Oral C 74 Bacitrasin Oral C
e Parenteral C Prenteral C
Rectal C Topikal C

37 Amiodarone Oral D 75 Baclofen Oral C


Parenteral D Parenteral C

38 Amitripthylin Oral C 76 Basiliximab Parenteral B

77 Beclomethaso Inhalasi C 125 Ca Acorbate C


n Nasal C

78 Belladona C 126 Ca Carbonate C


79 Benazepril Oral C& 127 Ca Clorida Parenteral C
D
80 Bendroflumet Oral C 128 Ca Citrate C
hiazole
81 Benzathine Oral C 129 Ca Folinate Oral Parenteral C
benzylpenicili C
n

82 Benzatropin Oral C 130 Ca C


mesilate Parenteral C Glucohepton
ate
83 Benzocaine C 131 Ca Gluconate Parenteral C

84 Benzoyl Topikal C 132 Ca Lactate C


peroxida
85 Benzylpenicil Parenteral B 133 Ca Phosphate C
in
86 Betamethason Oral C& 134 Ca Oral C
e Parenteral D Polistilene Rectal C
Topikal C& sulfonate
D
C&
D

87 Betaxolol Ophthalmik C 135 Camphora C


Oral C&
D

88 Bethanechol Oral C 136 Candesartan Oral C&


klorida Parenteral C D

89 Bicaketamide Oral X 137 Capecitabine Oral D

90 Bimatropost Ophthalmik C 138 Captopril Oral C&


D
91 Biperiden Oral Parenteral C 139 Carbachol Opthalmik C
C

92 Bisacodyl Oral B 140 Carbamazepi Oral D


Rectal B ne

93 Bismuth C 141 Carbasone D


salisylate
94 Bisoprolol Oral C 142 Carbenicillin Oral B

95 Bleomycin Parenteral C& 143 Carbidopa Oral C


D
96 Bortezomb Parenteral D 144 Carbimazole Oral D
97 Bosentan Oral X 145 Carbinoxami Oral C
ne
98 Bretylium Parenteral C 146 Carboplatin Parenteral D
tosilate
99 Brimonidin Ophthalmik B 147 Carboprost Oral C
100 Brinzolamide Ophthalmik C 148 Carisoprodol Parenteral C
101 Bromocriptin Oral C 149 Carmustine Oral D
e
102 Bromophenir Oral C 150 Carnitin Oral B
amine Parenteral B

103 Baclizine Oral C 151 Carfeolol Oral C&


D
104 Budesonide Inhalasi B 152 Carvadiol Oral C&
Nasal B D
Oral C
Rectal C

105 Bumetanide Oral C 153 CasantharoL C


Parenteral C

106 Buphenine C 154 Cascara C


107 Buplavacaine Parenteral C 155 Caspofungin Parenteral C
Cefaclor Oral
B

108 Buprenorphin Parenteral C 156 Cefaclor Oral B


e
109 Bupropion Oral B 157 Cefadroxyl Oral B.
hydroklorida
110 Buspiron Oral B 158 Cefalexin Oral B
111 Busulfan Oral D 159 Cefalotin B
Butalbital
112 Butalbital Oral C& 160 Cefamandole Parenteral B
D
113 Butaconazole Vaginal C 161 Cefapiri - -B

114 Butorphanol Nasal C& 162 Cefatrizi - B


tartrate Parenteral D
C&
D

115 Butriptylin D 163 Cefazolin Parenteral B

116 Butropium C 164 Cefdinir Ora B


bromide
117 Cabergolin Oral B 165 Cefditoren Oral B
118 Caffein B 166 Cefapim Parenteral B

119 Calcifedol C& 167 Cefixime Oral B


D
120 Calcipotriol C C 168 Ce fmeta zole B

121 Calciton in Nasal C 169 Cefonicid B


Parenteral C

122 Calcitriol Oral C& 170 Cefoperazone Parenteral B


Parenteral D
C&
D
123 Calcium B 171 Ceforadine B
124 Ca Asetat Parenteral C 172 Cefota xime Parenteral B

173 Cefotelan Parenteral B 215 Cinnarizine Oral C


disodium

174 Cefoxitin Parenteral B 216 Ciprofloxacin Ophthalmik C


Parenteral B
216
Ciprofloxacin
Ophthalmik C

175 Cefpodoxime Oral B 217 Cisapride Oral C

176 Ceprozil Oral B 218 Cisatracuriu Parenteral B


m
177 Cefradin Oral B 219 Cisplatin Parenteral D
178 Ceftazidime Parenteral B 220 Citalopram Oral D

179 Ceftibutan Oral B 221 Clatribine Parenteral D

180 Ceftizoxime Parenteral B 222 Clarithromysi Oral C


n Parenteral

181 Ceftriaxone Parenteral B 223 Clavulanic - B


acid
182 Cefuroxime Oral B 224 Clemastine Oral B
Parenteral

183 Celecoxib Oral C& 225 Clidinium - C


D bromida
184 Celiprolol - B& 226 Clindamysin Oral B
D Parenteral
Topical
Vaginal

185 Cerivastatin Oral C 227 Clobetasol Topikal C


Sodium
186 Cetirizine Oral B 228 Clofazimine Oral C
187 Cheno - C 229 Clofibrate Oral C
Deoxycholic
acid

188 Chlorahidrat - C 230 Clomifene X

189 Chlorambucil Oral D 231 Clomipramin Oral C


e
190 Chlorampenic Opthalmik C 232 Clanazepam Oral D
ol Otic Parenteral D
Parenteral

191 Chlorcyclizin C 233 Clonidine Epidural C


e Oral C
Parenteral C
Transdermal C

192 Chlordiazepo Oral D 234 Clopidogrel Oral B


xide Parenteral
193 Chloehexidin Mouth /throat B 235 Clorazepat Oral D
e Mouth Inhalasi C
/throat Peridental

194 Chlormethine D 236 Clotrimazole Topical B


Vagina

195 Chloroquin Oral C 237 Cloxacilin Oral B


Parenteral

196 Chlorothiazid Oral C& 238 Clozapine Oral B


e D
197 Chlorthianise - C 239 Co- Oral C&
ne trimoxazole Parenteral D
(sulfamethok
sazole
(SMZ) dan
trimethoprim
TM )

198 Chlopenamin Oral B 240 Codein Oral C&


e Parenteral D
C&
D

199 Chlopromazin Oral C 241 Colchicine Oral D


e Parenteral Parenteral D

200 Chlopropami Oral C 242 Colcalciferol C&


de D

201 Chloprothixe - C 243 Colestipol Oral B


ne
202 Chlotalidone Oral B& 244 Colestyramin Oral B
D e

203 Chlortetrasikl Ophthalmik D 245 Colistiethate C


in sodium
Ophthalmik
2o4 Chlorzoxazon Oral C 246 Corticotrophi Parenteral C
e n
205 Cholin - C& 247 Cortisone Oral C&
magnesium D Parenteral D
trisalysilate C&
D

206 Cholin - C 248 Coumarine Oral X


Theophilinate
207 207 Parenteral X 249 Crotamiton Topical C
Chorionic
gonadotropin
e

208 Ciclacillin - B 250 Cyanocobala C


min
209 Ciclopirox Topical B 251 Cyclandelate C

210 Cidafovir Parenteral C 252 Cyclizine B

211 Cilostatin Parenteral C 253 Cyclobe Oral B


nzaprin
212 Zilazapril Oral D 254 Cyclophenthi C&
azide D
213 Cilostazol Oral C 255 Cyclopentola Ophthalmik C
te
256 Cyclophospha Oral D 301 Diltiazem Oral C
mida Parenteral D Parenteral

257 Cycloserine Oral C 302 Efalizumab Parental C

258 Cyclosporin Oral C 303 Efavirenz Oral C


Parenteral C

259 Cyproheptadi Oral B 304 Emedastine Oral V


ne
260 Cytarabine Parenteral D 305 Enalapril Oral C&
D
261 Dacarbazine Parenteral C 306 Enflurane Inhalasi B

262 Dactinomycin Parenteral C 307 Enfuvirtide Parental B


263 Dalteparin Parenteral B 308 Enoxacin - C
sodium
264 Danaparoid Parenteral B 309 Enoxaparin Parental B
sodium
265 Danazol Oral X 310 Entacapon Oral C

266 Dantrolene Oral Parenteral C 311 Ephedrin C

267 Daptomycin Parenteral B 312 Epineprine Nasal C


Ophthalmic
Parenteral

268 Dapsone Oral C 313 Epirubicin Parenteral D

269 Daurorubicin Parenteral D 314 Epoetin Parenteral C


270 Deferoxamine Parenteral C 315 Epprostenol Parenteral B
B

271 Delavirdine Oral C 316 Eftifibatide Parenteral B


272 Demeclicycli Oral D 317 Ergocalsifero Oral
ne l Parenteral
273 Deserpidine C 318 Ergotamine Buccal X
Oral
Rektal

274 Desflurane Inhalasi B 319 Ertapenam Parenteral B

275 Desipramine Oral C 320 Erythromycin Oral B


Parenteral

276 Deslanoside C 321 Erythropolrti Parenteral C


n
277 Desmopresin Nasal B 322 Escilatopram Oral C
Oral B
Parenteral B

Desogrestel - X 323 Esmolol Parenteral C


278
279 Desonide C 324 Esomeprazol Oral B
e
280 Desoximetaso C 325 Estazolam Oral X
ne C 325
Estazolam
Oral
271 Delavirdine Oral C 316 Eftifibatide Parenteral B

272 Demeclicycli Oral D 317 Ergocalsifero Oral A&


ne l Parenteral D

273 Deserpidine C 318 Ergotamine Buccal X


Oral
Rektal

274 Desflurane Inhalasi B 319 Ertapenam


Parenteral
275 Desipramine Oral C 320 Erythromycin Oral B
Parenteral

276 Deslanoside C 321 Erythropolrti Parenteral C


277 Desmopresin Nasal B 322 Escilatopram Oral C
Oral B
Parenteral B

278 Desogrestel - X 323 Esmolol Parenteral C

279 Desonide C C 324 Esomeprazol Oral B


324 e
Esomeprazole
Oral B

280 Desoximetaso C 325 Estazolam Oral X


ne
281 Dexamethaso Opthalmik C& 326 Estradiol Oral X
ne Oral D Mouth/troat Transdermal
Parenteral C& Vaginal
D
C&
D

282 Dexbrophenir Oral C 327 Estriol -


amine succinate X

283 Dexchlorphen Oral B 328 Estrone Parenteral X


iramine
284 Dexflunflura Oral C 329 Estropipate Oral X
min Vagina
285 Dexmedetomi Parenteral C 330 Etacrynic - B
dine acid
286 Dextran Parenteral C 331 Parenteral B
Etanercept

287 Dextromethor Oral C 332 Ethambutol Oral B


phan
288 Diazepam Oral D 333 Ethinyl Oral X
Parenteral estradiol
Rectal

289 Diazoxide Oral


Oral Parenteral
Parenteral

290 Dibenzepine - D 335 Ethoheptazin - C


e
291 Dichlorphena - C 336 Ethosuximide - C
mide

292 Diclofenac Ophthamic B 337 Etidronate Oral B


Parenteral B& Parenteral
Topical D

293 Dicloxacillin Oral B 338 Etodolac Oral C&


D

294 Didanosine B 339 Etomidate Parenteral C


Oral

295 Dienestrol - X 340 Etoposide Parenteral D


296 Diethylstilbes - X 341 Etretinate - X
trol
297 Diflunisal Oral C& 342 Exemestane Oral D
D
298 Digitoxin Oral C 343 Ezetimide Oral C
299 Digaxin Oral C 344 Factor IX Parenteral C
300 Dihydrotachy - C 345 Factor VIII Parenteral C
sterol
346 Factor XIII Parenteral C 393 Gabapentin Oral C
347 Famcoclovir Oral B 394 Gadopentetic C
acid
348 Famotidine Oral B 395 Galantamine Oral B
349 Felodipine Oral C 396 Gamma Parenteral C
globulin
350 Fenfluramine Oral C 397 Ganciclovir Oral
Intraokular Parenteral C

351 Fenofibrate Oral C 398 Ganirex Parenteral X


352 Penoprofen - B& 399 Gatifloxacin Opthalmik C
D Oral
Parenteral

353 Fenoterol - B 400 Gefitinib Oral D

354 Fentanyl Buccal C& 401 Gemcitabine Parenteral D


Parenteral D
Transdermal

355 Fexofenadine Oral C 402 Gemfibrozil Oral C

356 Filgrastim Parenteral C 403 Getamicin Ophthalmik C


Otic
Parenteral
Topikal
357 Finasteride Oral X 404 Hydrochlotia - C&
zide D

358 Flavoxate Oral B 405 Hydrocodone - C&


D

359 Flecainide Oral C 406 Hydrocortiso Ophthaimik C&


ne Oral D
Otic
Parenteral

360 Floxuridine Parenteral D 407 Hydroflumet


Parenteral D hiazide
407
Hydroflumeth
iazide
361 Fluconazole Oral C 408 Hydromorph Parenteral C
Parenteral on

362 Flucortolone Topikal C 409 Hydroxocoba - A&


Topikal C lamine C
409
Hydroxocobal
amine - A &
C

363 Flucytosine Oral C 410 Hydroxyclor Oral C


oquin
364 Fludarabine Parenteral D 411 Hydroxyprog Parenteral D
Phospate esterone
caproate
365 Fludrocortiso Oral C 412 Hydroxy Oral D
ne
366 Flumazenil Parentera C 413 Hydroxyzine Oral C
367 Flunisolide Inhalasi, Nasal C 414 Hya Oral, C
ocin Parenteral

368 Flunitrazepa - D 415 C - C


m
369 Fluocinolone Topikal C 416 Ibuprofen Oral B&
D
370 Fluocinonide Topikal C 417 Idarubicin Parenteral D

371 Fluocortolone Topikal C 418 Idoxuridine Ophthalmik C

372 Fluoromethol Ophthaimik C 419 Ifosfamide Parenteral D


one
373 Fluorourasil Parenteral X 420 Imiglucerase parenteral C
Topikal

374 Flucetine Oral C 421 Imipenem Parenteral C


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau
fetus di dalam tubuhnya. Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravinda,
sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan
kemudian janin (sampai kelahiran). Masalah yang sering terjadi saat
kehamilan toksioplasmosis, sifilis, hiv/aids, rubella dan masalah yang terjadi
saat menyusui mastitis, sariawan, cacar air, cytomegalovirus (CMV), hepatitis
B (HBV), hiv/aids.
Penggunaan Obat pada ibu hamil berdasarkan kategori yakni kategori
A,B,C,D dan X. Penggunaan obat yang umum digunakan pada masa
Kehamilan dan menyusui adalah Asam Folat, Asetaminofen, vitamin,
antiemetik, antibiotik, anti fibrinogen dan zat besi.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap agar pembaca bisa lebih
mengetahui tentang penggunaan obat pada ibu hamil dan menyusui.

Anda mungkin juga menyukai