Anda di halaman 1dari 4

A.

Sejarah

Apotek Notria Farma didirikan pada tanggal 1 Juni 1998 oleh Ibu Dra. Hindun HS, Apt.

selaku pemilik sarana apotek dan apoteker pengelola apotek (APA) dengan nomor SIPA

19480605/SIPA_33.02/2017/2186 dan nomor SIA 101/SIA/BMS/P/II/2014. Nama apotek

notria farma diambil dari.

B. Visi dan Misi

Menjadi tempat praktik apoteker yang dibutuhkan masyarakat dengan aman, benar dan

rasional

C. Lokasi, Sarana dan Prasarana

Apotek Notria Farma berlokasi di Jl. DR. HR. Bunyamin No 85 Purwokerto. Lokasinya

yang strategis, terletak di kawasan yang ramai dan padat penduduk. Lokasi apotek berada di

pinggir jalan dua arah yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh

pasien.

Bangunan apotek terdiri dari ruang tunggu, ruang etalase, ruang konseling, ruang

penyimpanan, meja kerja apoteker, ruang peracikan yang dilengkapi dengan washtafel. Desain

ruangan Apotek Notria Farma selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

a. Ruang tunggu

Ruang tunggu di Apotek Notria Farma cukup luas serta dilengkapi dengan beberapa fasilitas

untuk menunjang kenyamanan pasien selama menunggu waktu penyiapan obat, seperti

televisi, Koran harian, papan informasi kesehatan, kursi duduk dan meja, dilengkapi dengan

alat pengukur tinggi badan dan tinggi badan serta terdapat penghias ruangan berupa kolam

ikan mini.
b. Etalase obat

Penataan obat di etalase obat dikelompokkan berdasarkan efek farmakologi dan

bentuk sediaan yang diurutkan secara alfabetis. Obat yang mengandung precursor dan obat

yang sering disalahgunakan diletakkan pada etalase belakang yang tidak terlihat langsung

oleh pasien. Penataan obat-obat konsinyasi diletakkan pada etalase khusus yang terlihat

langsung oleh pasien.

Selain etalase obat juga tersedia meja kasir yang digunakan untuk pembayaran dan

celah untuk penyerahan obat, pemberian informasi obat dan konseling kepada konsumen

atau pasien. Pencatatan keuangan di kasir dilakukan oleh apoteker yang berisi catatan uang

masuk dan uang keluar. Uang masuk pada kasir dicatat pada nota kontan apotek dan pada

lembar swamedikasi yang telah dibayar lunas.

c. Ruang Peracikan

Ruang peracikan berada di bagian dalam terpisah dari ruang tunggu, sehingga

terhindar dari pandangan langsung konsumen atau pasien. Peralatan yang terdapat dalam

ruang peracikan antara lain timbangan, mortar dan stemper, gelas ukur, gelas Erlenmeyer,

sudip kertas perkamen, botol kaca/plastic, pot obat, plastic obat beretiket, etiket putih dan

biru, copy resep dan tempat sampah.

Meja untuk penyiapan obat di ruang peracikan dibedakan menjadi 2 yaitu meja obat

racik dan obat non-racik. Penyiapan obat non-racik dilakukan pada meja yang digunakan

untuk menulis etiket dan copy resep, sedangkan penyiapan obat racikan dilakukan pada

meja terpisah yang dilengkapi dengan alat-alat racik seperti mortir, stemper, sudip, botol

obat, pot obat dan kertas perkamen. Meja obat racik terletak bersebelahan dengan meja

utnuk meletakkan timbangan dan dekat dengan washtafel yang dilengkapi dengan
pembersih. Mortir yang digunakan untuk meracik obat dalam dan obat luar dibedakan

dengan penandaan khusus.

Ruang peracikan dilengkapi dengan alat tulis untuk menulis etiket dan copy resep,

buku-buku obat (MIMS dan ISO), SPO penerimaan obat, terdapat rak khusus untuk

meletakkan Surat Pesanan (SP) obat, terdapat lafal sumpah apoteker.

d. Ruang penyimpanan

Obat disimpan dalam rak penyimpanan dan disusun berdasarkan bentuk sediaan secara

alfabetis dengan menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out). Ruangan ini juga

dilengkapi dengan kursi dan meja untuk administrasi obat, seperti pencatatan surat

pesanan dan penerimaan, pencatatan faktur masuk, pencatatan kartu stok dan buku bantu

pengeluaran. Kartu stok disimpan dalam map yang dikelompokkan sesuai alfabetis.

Ruang penyimpanan juga dilengkapi dengan kipas angin untuk menjaga suhu udara agar

tidak terlalu panas dan menjaga kualitas obat serta terdapat SPO pengadaan barang,

penerimaan barang, penerimaan faktur dan penyimpanan barang.

e. Ruang konseling

Ruang konseling dibuat untuk memberikan konseling kepada pasien yang benar-benar

perlu diberi konseling seperti pasien geriatric yang membutuhkan kepatuhan minum obat

dan pengobatan jangka panjang. Ruang konseling dilengkapi dengan buku-buku standar

seperti ISO, MIMS, Farmakopee dan Undang-Undang tentang kefarmasian.

f. Ruang pimpinan

Ruang pimpinan dilengkapi dengan meja dan kursi kerja apoteker. Lokasi untuk meja

kerja apoteker yang ideal harus dapat mengawasi seluruh elemen apotek, sehingga

apoteker dapat mengetahui segala kegiatan yang terjadi di apotek.


D. Struktur Organisasi

Apotek Notria Farma dipimpin oleh seorang apoteker sekaligus sebagai Pemilik Sarana

Apotek (PSA) yang memimpin apotek secara keseluruhan. Apotek nutria Farma memiliki

dua orang Apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di apotek, yaitu Apoteker

Pengelola Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping. Seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di apotek Notria Farma dilakukan oleh apoteker, sedangkan kegiatan non

kefarmasian seperti pembelian, pencatatan, pembayaran dan pelaporan pajak, dan pelaporan

penggunaan obat dibantu oleh bagian administrasi.

Penanggungjawab

Dra. Hindun HS., Apt

Apoteker Pendamping

Nugroho Adi S., S. Farm., Apt

Administrasi I Administrasi II

Bu Seno Vina

Gambar 1.1. Struktur Organisasi Apotek Notria Farma

Anda mungkin juga menyukai