Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Parameter Volume 27 No.

2 107
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS


UNTUK PROGRAM EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH
DASAR
Hanip Pujiati
Aisah

Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta hanifpujiati@yahoo.com


Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta ais_ye@yahoo.com

Abstract: The objective of this research was to develop a English learning material model for an
Extracurricular Program in Elementary Schools. A Research and Development methodology was
used involving the following steps: analyzing students’ and teachers’ needs, evaluating the existing
learning materials, designing a new learning materials, validating the learning materials by
experts, revising learning materials, trying out the learning materials, and revising learning
materials. It was found that the existing learning materials were not appropriate for the students’
characteristics and were not organised in a systematic way. Students and teachers indicated that
they appreciated enjoyable English language learning materials such as songs, stories and games.
Based on these findings a new model for developing materials was developed for Extracurricular
English Program in Elementary Schools.

Keywords: learning material, extracurricular, Elementary Schools.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran materi
bahasa Inggris untuk Program Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar. Metodologi Penelitian dan
Pengembangan digunakan melibatkan langkah-langkah berikut: menganalisa kebutuhan siswa dan
guru, mengevaluasi materi pembelajaran yang ada, merancang materi pembelajaran baru,
memvalidasi materi pembelajaran oleh para ahli, merevisi materi pembelajaran, mencoba bahan
pembelajaran, dan merevisi materi pembelajaran. Ditemukan bahwa materi pembelajaran yang ada
tidak sesuai untuk karakteristik siswa dan tidak terorganisir secara sistematis. Siswa dan guru
menunjukkan bahwa mereka menghargai dan menyenangi materi pembelajaran bahasa Inggris
seperti lagu, cerita, dan permainan. Berdasarkan temuan ini model baru untuk mengembangkan
bahan dikembangkan untuk Ekstrakurikuler Program Bahasa Inggris di Sekolah Dasar.

Kata kunci: bahan belajar, ekstrakurikuler, Sekolah Dasar.


108 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

PENDAHULUAN very young learners yaitu usia 3 sampai 6


tahun dan anak usia Sekolah Dasar dibagi
Pembelajaran Bahasa Inggris dalam menjadi dua kategori yaitu young
program ekstrakurikuler berbeda dengan learners, usia 7 sampai 9 tahun, dan old
pembelajaran Bahasa Inggris di kelas. younglearners, usia 10 sampai 12 tahun.
Beberapa fenomena empiris tentang Usia very young learners (3 – 6 tahun)
pembelajaran bahasa Inggris sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut: a).
program ekstrakurikuler adalah program ini memiliki tempo kosentrasi yang rendah
tidak disusun secara sistematis dari kelas 1 artinya dalam waktu singkat dia cepat
beralih pada fokus yang berbeda, b).
sampai kelas 6 SD, pengelola program mudah tertarik pada hal-hal yang baru, c)
ekskul di sekolah menyerahkan sepenuhnya memiliki motivasi yang tinggi untuk
apa dan bagaimana pembelajaran bahasa melakukan sesuatu, d). memiliki
Inggris di ekskul kepada para instruktur keterlibatan yang tinggi, e). memiliki
atau guru yang mengajar, tidak ada evaluasi daya ingat yang rendah atau pendek, f)
yang memadai terhadap pelaksanaan mudah melupakan sesuatu, g) perlu
program maupun hasil belajar yang dicapai diulang-ulang dan dikoreksi h)
keterampilan motoriknya masih rendah,
siswa, dan tidak adanya materi atau bahan i). berpikir secara holistik. Usia young
ajar yang tersusun secara sistematis dari learners atau usia anak SD kelas rendah
kelas 1 sampai kelas 6 SD. Secara singkat yaitu 7 sampai 9 tahun memiliki
pelaksanaan program ekskul Bahasa karakteristik sebagai berikut: a) memiliki
Inggris belum terprogram dengan baik daya kosentrasi yang rendah atau tidak
dan belum memiliki kurikulum yang baik. lama, b) membutuhkan berbagai aktifitas,
Tujuan penyelenggaraan program c) memiliki memori atau daya ingat yang
pendek sehingga perlu diulang-ulang
ekskul Bahasa Inggris juga masih belum dalam proses pembelajarannya, d) anak
tersusun secara sistematis apakah untuk sering bertanya karena sudah memiliki
menambah keterampilan siswa berbicara daya pikir yang analitis dan logis, e).
Bahasa Inggris atau untuk menunjang mata kecenderungan untuk membagi
pelajaran Bahasa Inggris di sekolah. masalahnya dalam kelompok, f). rasa
Interpretasi guru pengajar program ekskul percaya diri mulai berkembang,
tentang tujuan pembelajaran Bahasa Inggris khususnya ketika mengekspresikan
di ekskul berbeda-beda. Hal ini dirinya, g) pengetahuan umumnya mulai
berimplikasi pada pilihan bahan ajar yang berkembang, h). keterampilan motorik
dipakai di ekskul. Beberapa guru kanan maupun kiri masih terbatas, i)
menggunakan buku Bahasa Inggris yang cenderung untuk rasional, j). menyukai
cerita, fantasi, imaginasi, menggambar
dipakai di kelas, beberapa guru mencari
dan mewarnai. Usia old young learners
materi dari berbagai sumber dan bahkan yaitu 10 sampai 12 tahun adalah usia
ada yang tidak memiliki bahan ajar untuk anak SD kelas tinggi. Adapun ciri-cirinya
pegangan. Selain itu, materi ajar dan adalah: a). memiliki daya kosentrasi yang
metode yang dipakai oleh guru tidak sesuai lebih panjang meskipun masih dalam
dengan karakteristik siswa SD. yang kategori anak-anak, b). sudah mulai
senang bermain, bernyanyi, belajar secara serius, c). memiliki
bergerak, berimaginasi, berkelompok, dan pengetahuan yang cukup luas, d) senang
bercerita. belajar secara kelompok dan
Berdasarkan keprihatinan terhadap berpasangan, e). mulai berkembang
fenomena tersebut, maka penelitian ini keterampilan sosial, motorik dan
bertujuan untuk mengembangkan model intelegensi, f) berbagai strategi belajar
bahan ajar bahasa Inggris untuk program dan pengembangan strategi belajar
ekstrakurikuler SD yang sesuai dengan (Erzos, 2007).
karakteristik siswa. Pembelajaran bahasa Inggris sebagai
Karakteristik anak sekolah dapat bahasa asing di Sekolah Dasar
diklasifikasikan usia pra sekolah atau dikenal mempertimbangan karakteristik usia
dengan anak usia dini dan anak usia Sekolah anak dan tujuan pembelajaran. Tujuan
Dasar. Anak usia pra sekolah disebut dengan utama pembelajaran bahasa Inggris di
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 109
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

Sekolah Dasar adalah untuk memperkenalkan Cerita (Song, Games, Story)


bahasa Inggris bagi anak- anak Indonesia agar Lagu
termotivasi untuk dapat menguasai bahasa Lagu dapat dijadikan salah satu
Inggris sebagai bahasa Internasional. media pemelajaran bahasa Inggris yang
Karakteristik anak usia Sekolah Dasar menarik untuk anak, di dalam lagu, selain
khususnya untuk usia kelas tinggi yaitu kelas terdapat unsur bahasa berupa kata, lagu
4,5, dan 6, menjadi dasar menentukan metode juga selalu diiringi oleh musik. Murphey
dan bahan ajar pembelajaran bahasa Inggris di (1992:134) menyatakan bahwa lagu
SD. Hawkins dalam Hanbook of research in dapat digunakan untuk melatih
Second Language Learning, dalam tulisannya kemampuan menyimak dan pengucapan
yang berjudul ESL in Elementary Education yang ada yang pada akhirnya dapat
menyatakan ada tujuh kunci pembelajaran membantu anak dalam keterampilan
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau berbicara mereka. Melalui lagu
bahasa asing, yaitu: pertama, adanya pemelajaran bahasa Inggris untuk anak
komunitas siswa untuk mempraktekkan bahasa, SD dapat berlangsung menyenangkan
khususnya lingkungan sekolah sebagai tempat sehingga memudahkan anak SD
untuk ptaktek berbahasa, kedua, zone of mengingat apa yang dipelajarinya
proximal development artinya adanya setiap (Chong & Gan, 1997). Di dalam lagu
siswa memiliki kemampuan untuk belajar terdapat lirik yang berulang-ulang dan
secara mandiri dan juga memiliki potensi untuk diucapkan dengan kecepatan rendah
belajar dengan bantuan orang lain. Artinya, sehingga dapat lebih mudah dimengerti
belajar adalah sebuah proses praktek sosial dan diingat oleh anak SD (Murphy,
yang dibantu oleh guru dan teman sejawat. 1992). Strategi ini sangat tepat untuk
Ketiga, identitas, yaitu partisipant memiliki pembelajaran vocabulary dan
pengalaman sosiokultural yang berbeda beda pronounciation. Anak berulang-ulang
yang mempengaruhi pada proses interaksi. mengucapkan beberapa kosa kata yang
Keempat, power atau status, makna dan sama untuk memproduksi ucapan atau
hubungan sosial itu saling tergantung artinya, pronounciation yang tepat. Selain itu, pada
interaksi sosial itu terjadi pada konteks tertentu. pembelajaran vocabulary, dimungkinkan
Kelima, multibahasa, anak tanpa disadarinya memperkaya
artinya tidak ada bahasa yang berdiri sendiri beberapa kosa kata lewat lagu yang
dinyanyikan. Lirik lagu sebagai konten
tetapi terbentuk dari berbagai bahasa sosial
bahan ajar dan menyanyikan lagu sebagi
yang berbeda. Keenam, Multiple literacy,
strategi belajar.
artinya pengetahuan dan keterampilan yang
disyaratkan untuk mengirim dan Berdasarkan karakteristik anak usia
menginterpretasikan pesan melalui media lokal SD, bernyanyi merupakan kegiatan yang
maupun internasional. Ketujuh, kelas sebagai menyenangkan bagi anak-anak. Anak
sistem ekologi dimana proses pembelajaran bisa bernyanyi sambil memperagakannya
dilaksanakan. sehingga anak tidak merasa bosan saat
belajar. Bernyanyi dapat dilakukan
Berdasarkan tujuh prinsip pembelajaran secara individu, berpasangan maupun
bahasa asing tersebut, maka pembelajaran berkelompok. Anak secara berpasangan
bahasa Inggris di Sekolah Dasar di Indonesia maupun berkelompok juga dapat
dapat diadaptasi sebagai berikut: a). sekolah mendiskusikan isi lagu bersama teman-
sebagai komunitas anak belajar bahasa Inggris, temannya karena pesan yang ada pada
b). Setiap siswa SD dapat belajar bahasa Inggris lagu bermanfaat bagi mereka.
secara mandiri dan bantuan orang lain, c) setiap
siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda
Permainan (Games)
sehingga dapat mempengaruhi proses interaksi
dalam belajar bahasa Inggris, d).siswa SD Permainan sebagaimana yang dinyatakan
memiliki saling ketergantungan dalam belajar, oleh Jones (1986) dalam Khan (1991)
e). Kelas sebagai sebuah ekologi bagi siswa SD adalah suatu kegiatan di mana satu atau
untuk belajar bahasa Inggris. lebih orang berkompetisi atau
berkolaborasi berdasarkan aturan yang
sudah ditetapkan. Sedikit berbeda dari
Pengembangan Materi Bahasa Inggris
Jones Khan (1991) menekankan bahwa
SD berbasis Lagu, Permainan dan
pemelajaran Bahasa Inggris dengan
110 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

menggunakan permainan harus menekankan mana bahan atau materi ysang tepat
unsur bermain sebagai hal utama dalam sebuah untuk disampaikan melalui games,
permainan. Artinya, permainan semestinya karena tidak semua materi tepat diajarkan
mampu membuat anak bermain dan senang melalui games. Games yang banyak
akan apa yang dilakukannya karena pada mengeksplorasi penggunaan bahasa
dasarnya anak senang bermain. Dengan dalam proses implementasi games sangat
demikian, mereka akan termotivasi untuk penting karena anak mempraktekkan
belajar melalui permainan tersebut. Berbeda bahasa Inggris secara natural dalam
dari orang dewasa, motivasi instrinsik lebih proses bermain. Pilihan jenis games yang
mampu mendorong anak melakukan sesuatu tepat untuk pembelajaran bahasa adalah
atau mempelajari sesuatu dibandingkan faktor games yang dapat meningkatkan
motivasi eksternal atau sosial. motivasi, dan praktek penggunaan bahasa
Menggunakan permainan dalam Inggris, sesuai dengan usia anak, sesuai
pemelajaran Bahasa Inggris dapat menciptakan dengan fokus pembelajaran misalnya
situasi di mana anak terdorong untuk pembelajaran speaking, listening,
berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa reading, atau writing, sesuai dengan
Inggris, bekerja sama untuk menyelesaikan waktu pelaksanaan, aman bagi anak-
tugas tertentu, sehingga pemelajaran Bahasa anak, dan mengajarkan sikap positif bagi
Inggris tidak semata-mata untuk penguasaan anak.
bahasa tetapi bahasa Beberapa pertimbangan yang harus
dijadikan alat untuk pencapaian tujuan dihindari dalam pelaksanaan games
permainan (Khan, 1991). Prinsip adalah terlalu lama bermain sehingga
permainan yang komunikatif menurut menimbulkan kebosanan, games yang
Palmer dan Rodger (1983) dalam Khan sama diulang-ulang, menyebabkan
(1991) adalah adanya interaksi, informasi kegaduhan yang sulit dikontrol. (Lewin:
yang tak terduga, tujuan dan konteks 1999).
kegiatan jelas, setiap pemain aktif dan Games dapat dijadikan strategi
memiliki peran tertentu. pembelajaran reading, speaking, listening
Permainan mengandung unsur dan writing. Ketika anak membaca
bersenang senang yang mengakibatkan flashcard atau informasi yang ada dalam
anak suka memainkannya. Dalam kartu saat permainan berlangsung
pembelajaran Bahasa Inggris sebagai merupakan contoh pembelajaran reading
bahasa asing, bermain games adalah lewat game. Anak melakukan proses
penting dan bagian dari proses belajar permainan dengan menggunakan
secara alami. (Lewis:1999). Melalui instruksi bahasa Inggris merupakan
permainan, anak dapat bereksperiment, contoh pembelajaran speaking dan
menemukan, berinteraksi dengan listening lewat games, dan ketika anak
lingkungannya. Permainan bisa dilakukan menuliskan dalam kertas tentang
dengan bervariasi yang dapat instruksi atau jawaban dari pertanyaan
meningkatkan motivasi siswa untuk dalam game merupakan contoh
pencapaian tujuan pembelajaran. pembelajaran writing dalam game.
Permainan sebagai stimulus untuk
meningkatkan kemampuan belajar bahasa
asing. Story (cerita)
Lewis juga menambahkan bahwa Ellis dan Brewster (2002) memberikan
permainan dalam pembelajaran bahasa asing batasan-batasan untuk pemilihan buku
berbeda-beda. Perbedaan tersebut ada pada cerita bagi pembelajar pemula (young
aturan pelaksaan permainan dan strategi learners) yaitu: 1). Buku cerita yang
permainan yang dilakukan oleh siswa. otentik. Siswa memiliki kemampuan
Prinsipnya aturan permainan dalam untuk menangkap makna cerita
pembelajaran harus mudah dipahami, jelas, dan meskipun dia tidak mengerti arti semua
memiliki unsur menyenangkan dan menjadikan kata yang ada. Siswa dapat menangkap
belajar menjadi lebih mudah. Selain itu, Lewis makna cerita melalui clues yang
menambahkan bahwa permainan juga harus diterimanya, seperti intonasi, mimik,
terintegrasi dalam silabus artinya aspek gestur, konteks, dan visual pendukung.
kebahasaan apa yang ada dalam silabus dan 2). Jenis buku cerita yang sesuai dengan
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 111
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

siswa. Cerita yang dikenal siswa, cerita yang membaca, berbicara dan menulis
bersifat humor, cerita yang memiliki nilai dengan menggunakan teknik yang
fantasi, cerita tentang binatang, cerita tentang berbeda-beda. Dengan menceritakan
kehidupan sehari-hari, dan cerita yang kembali cerita yang disimaknya,
bersumber dari budaya siswa. 3). Buku cerita anak dapat melatih kemampuan
yang mengembangkan kemampuan membaca berkomunikasinya dengan
visual. Jika siswa melihat gambar-gambar yang menggunakan Bahasa Inggris.
ada dalam buku cerita, maka siswa dapat Pembelajaran bahasa Inggris melalui
menerka apa yang ada dalam cerita melalui cerita dapat dipakai untuk pembelajaran
gambar. Ellis dan Brewster (2002) secara reading, listening, speaking dan
spesifik memberikan kriteria pemilihan buku writing. Teks cerita yang panjang yang
cerita. Ada 9 kriteria untuk mengukur dibacakan oleh guru dan dijelaskan
buku cerita yang baik yaitu level, literacy isinya oleh guru merupakan salah satu
devices, isi, layout atau illustration, cara pembelajaran listeing lewat cerita.
educational potential, motivation, valuers, Teks cerita pendek dan dibaca oleh
global issues, dan language content. siswa kemudian dibahas isinya
Artinya cerita yang dipilih sebagai bahan merupakan cara pembelajaran reading
ajar mengajarkan makna nilai-nilai lewat cerita. Retelling story secara
kemanusiaan dan budi pekerti kepada sederhana merupakan contoh
siswa. Beberapa cerita yang bertemakan pembelajaran speaking lewat cerita.
inspring stories sangat tepat untuk bahan Menulis atau menjawab pertanyaan
ajar siswa. Ellis dan Brewster (2002) juga secara tertulis sesuai dengan isi cerita
menambahkan bahwa buku cerita yang adalah salah satu cara pembelajaran
baik meliputi aspek kebahasaan, psikologi, writing lewat cerita.
sosial dan budaya. Penjelasan Ellis dan
Brewster tersebut dapat dijadikan acuan METODOLOGI PENELITIAN
untuk mendesain materi ajar bahasa
Inggris untuk cerita atau story. yaitu: Tempat penelitian ini adalah SDIT
Al-Ishlah Cibinong Bogor pada tahun
apakah buku cerita sesuai dengan tingkatan
2014 . Subjek penelitian ini adalah Siswa
siswa, Apakah ada perangkat literal,
SDIT Al-Ishlah Cibinong Bogor kelas 5
bagaimana layout dan ilustrasinya,
dan 6 SD. Jumlah peserta yang dijadikan
bagaimana aspek edukasi yang ada, apakah
subjek penelitian ada 2 kelas untuk kelas
dapat memotivasi siswa, nilai-nilai apa
5 dan 2 kelas untuk kelas 6 dan masing
yang terkandung dalam cerita, apakah masing ada 30 siswa Ada 4 guru yang
berisi tentang isu global, dan bagaimana mengajar pada 4 kelas tersebut.
pemakaian bahasanya. Ziskind
memberikan kriteria buku cerita bagi anak Metode penelitian ini adalah
secara lebih sederhana yaitu pendek, penelitiang pengembangan dengan
simpel, mudah dipahami, banyak gambar langkah-langkah penelitian
dan sedikit teks, Wright(2004) menyatakan pengembangan mengacu pada desain
penggunaan cerita efektif dalam penelitian pengembangan yang ditulis
pemelajaran Bahasa Inggris jika cerita oleh Sugiono (2009: 408-427) yaitu:
tersebut dapat memberikan motivasi, pertama, studi pendahuluan untuk
kebermaknaan, fluency, dan kesadaran mengevaluasi keberadaan bahan ajar
bahasa, dan komunikasi. Anak menyukai yang sedang dipakai di sekolah dan
cerita dan cerita tersebut dapat dijadikan persoalan yang muncul. Hasil kajian
media untuk membawa serta pembelajaran terhadap masalah yang ada berupa hasil
anak sehingga anak termotivasi untuk evaluasi terhadap bahan ajar yang ada,
mengetahui cerita tersebut pada saat kesesuaian dengan silabus atau
bersamaan belajar bahasa. Di dalam cerita kurikulum, dengan kondisi siswa dll.
terdapat nilai-nilai moral, budaya tidak kedua, analisis kebutuhan bahan ajar
yang diperlukan oleh siswa. Analisis
hanya budaya local tetapi juga budaya
kebutuhan utamanya akan ditanyakan
Inggris dan hal ini dapat dipelajari siswa
kepada siswa sebagai pemakai dan juga
pada saat bersamaan ketika belajar bahasa.
kepada guru yang mengerti betul kondisi
Cerita juga dapat melatih siswa untuk
siswa sebagai informasi tambahan yang
meningkatkan kemampuan menyimak,
112 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

dirasa sangat perlu khususnya berkaitan dengan dan soal-soal yang berkaitan dengan
aspek pengembanagn kepribadian atau karakter tema lagu seperti menanyakan jumlah
siswa, ketiga, membut desain bahan ajar, keluarga, nama-nama anggota keluarga,
keempat, validasi oleh ahli, kelima, merevisi dan mendeskripsikan keluarga. Kegiatan
bahan ajar, keenam, melakukan ujicoba, dan siswa berupa praktek membaca dialog.
terakhir, merevisi bahan ajar. Diikuti dengan cerita yang dibacakan
oleh siswa untuk pembelajaran listening,
HASIL DAN PEMBAHASAN Model pertama tersebut diperbaiki
setelah ada masukan dari pakar yaitu
Kebutuhan siswa terhadap Bahasa Inggris dengan pengurutan materi, penambahan
untuk program ekstrakurikuler SD
latihan dan teks cerita., mengatur materi
Hasil analisis kebutuhan siswa terhadap untuk tiap pertemuan. Model bahan ajar
materi ajar bahasa Inggris adalah: pertama, hasil revisi dari pakar akan diujicobakan
siswa memerlukan materi ajar bahasa Inggris mengikuti kalender pendidikan yang
khususnya tema-tema yang berkaitan dengan berlaku di sekolah tempat penelitian ini
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan dilaksanakan. Model pertama memiliki
keluarga, tetangga maupun sekolah. Siswa juga karakteristik khas yaitu keterkaitan antar
menginginkan cerita cerita menarik yang dapat materi ajar atau learning materials dan
menginspirasi atau memotivasi mereka. Kedua, learning strategy. Keterkaitan antara
Learning strategy yang mereka perlukan adalah song, story, dan games.
belajar yang menyenangkan dan tidak
membosankan. Mereka senang belajar sambil Berikut ini gambaran model yang
bermain. Secara konkrit berdasarkan pilihan sudah rumuskan berdasarkan hasil
analisis kebutuhan: Pertama: song, story,
yang mereka sampaikan, siswa senang belajar
dan games menjadi bahan ajar sekaligus
bahasa Inggris melalui lagu, cerita, dan
stategi belajar yang saling berkaitan satu
permainan atau game.
sam lain, kedua, ketiga materi ajar dan
strategi belajar tersebut saling
Hasil analisis bahan ajar Bahasa menggerakkan artinya dalam games ada
Inggris untuk program lagu, dalam lagu ada cerita, dalam cerita
ekstrakurikuler SD ada menyanyi dan saling berkaitan satu
Bahan ajar yang dipakai di program sama lain. Berikut model pertama:
ektrakurikuler di kelas 5 dan 6
dikembangkan oleh guru sendiri. Masing
masing guru menyampaikan materi yang song
Song
berbeda satu sama lain meskipun ada
Story
beberapa yang sama. Buku acuan utama
Game Story game
mereka adalah buku mata pelajaran bahasa
Inggris untuk kelas 5 dan 6 dari berbagai
penerbit. Karena waktu pelaksanaan
program ekskul hanya 60 menit untuk
setiap kali tatap muka maka materi yang
disampaikan sederhana dan banyak Game
mengerjakan latihan. Hali ini dilakukan Song

untuk menunjang kemampuan


bahasaInggris anak di kelas.
Learning
Model Bahan Ajar Materials and learning
strategies

Hasil yang dicapai dalam tahun kedua Model pertama di atas direvisi
adalah berupa model bahan ajar dan bahan menjadi model kedua dengan
ajar bahasa Inggris untuk kelas 5 dan 6 SD. menambahkan beberapa kegiatan untuk
Model bahan ajar berdasarkan need setiap lagu dan cerita. Berikut ini model
analysis dan berdasarkan masukan pakar. 2:
Dari model yang diperoleh kemudian
dikembangkan dalam bentuk bahan ajar.
songs
Model bahan ajar hasil dari data Songs
Stories
analisis kebutuhan adalah model bahan
Games Stories
ajar yang berisi lagu tentang my family games
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 113
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

tema utama yaitu tema tentang My


Family, My Friend, dan My Teacher.
Tiga tema ini dipilih berdasarkan pada
tujuan pembuatan bahan ajar khususnya
tentang mengenalkan tema-tema terdekat
Games dalam kehidupan siswa yaitu keluarga,
Songs
tetangga dan sekolah. Tiga tema ini juga
dipilih berdasarkan karakteristik siswa
dan keberlanjutan dengan tema yang ada
Learning pada level satu dan level dua.
Materials and learning
strategies Bahan ajar untuk level 3 ini
merupakan kelanjutan level 1 dan 2.
Model kedua ini diujicobakan kemudian Materi ajar ini difokuskan pada
menghasilkan model 3 dengan menambahkan pengenalan tema My Family, My Friend,
beberapa lagu, cerita, kegiatan, dan latihan- dan My Teacher . Tema tersebut sebagai
latihan. kelanjutan materi my family yang sudah
songs
dibahas pada level 1 dan my school yang
Songs
sudah dibahas pada level 2. Tema my
Stories
family memiliki sub tema my father and
Games Stories games
mother serta my brother and sister.
Kedua sub tema tersebut membahas
tentang hobby, pekerjaan serta aktivitas
mereka sehari-hari. Tema kedua adalah
my friend, tema ini memiliki sub tema
Games
my classmates and my neighbour. Kedua
Songs sub tema ini membahas tentang
describing people. Tema ketiga adalah
my teacher dengan sub tema my
Learning
favourite teacher and my experiences.
Materials and learning
strategies
Pertama, desain bahan ajar hasil
analisis kebutuhan. Bahan ajar ini dibuat
Bahan Ajar untuk 24 kali pertemuan. Setiap sub
Tujuan bahan ajar untuk Level tiga topik materi dibahas selam dua kali
atau untuk kelas 5 dan 6 SD adalah untuk pertemua, materi bahan ajar terdiri dari
memotivasi siswa belajar bahasa Inggris, lagu, cerita dan game. Disertai berbagai
untuk mengenalkan ekspresi sederhana latihan. Kedua, desain bahan ajar hasil
dalam bahasa Inggris sehari-hari, dan masukan pakar. Bahan ajar hasil revisi
mengenalkan siswa tema-tema tentang pakar memuat beberapa perubahan
lingkungan terdekat yaitu keluarga, yaitu:pertama, setiap materi untuk satu
tetangga dan sekolah dalam bahasa Inggris kali pertemuan. Setiap semester ada 10
secara menyenangkan. kali pertemuan sehingga untuk satu tahun
atau 2 semester diberika 20 pertemuan.
Sistematika bahan ajar level 3 untuk
Kedua, memuat beberapa tambahan
kelas 5 dan 6 ini mengikuti model yang
aktifitas dan latihan, ketiga,
telah didesain yaitu berdasarkan urutan
pengorganisasian materi diperbaiki.
lagu, kegiatan siswa, cerita, kegitan siswa
Ketiga, desain bahan ajar hasil uji coba.
dan game. Perbedaan draft bahan ajar hasil
Bahan ajar hasil revisi setelah uji coba di
analisis dan draft bahan ajar hasil masukan
kelas dan berikut ini beberapa masukan
para pakar terletak dalam jumlah kegiatan
dari para guru dan siswa berkaitan
siswa yang berkaitan dengan lagu lebih
bervariasi, jumlah cerita lebih dari satu dan dengan materi ajar yang dipraktekkan
jumlah kegiatan siswa lebih bervariasi Berikut ini masukan dari para guru.
serta jumlah game yang digunakan lebih Secara umum materi ajar sudah cukup
dari satu. baik namun ada beberapa yang perlu di
perbaiki atau ditambahkan yaitu
Draft Bahan ajar bahasa Inggris level penambahan latihan pada setiap
lanjut untuk kelas 5 dan 6 SD terdiri dari tiga pertemuan, pemberian materi latihan
114 Jurnal Parameter Volume 27 No.2
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

untuk meriview, memberikan beberapa contoh. Harmer, Jeremy. 2001, The Practice of
English Language Teaching.
KESIMPULAN New York: Pearson Ltd.
Hinkle, Eli, (ed), 2005, Handbook of
Kesimpulan penelitian ini adalah siswa dan
Research in Second Language
guru memerlukan bahan ajar bahasa Inggris Teaching and Learning, New
berkaitan dengan tema yang ada dalam Jersey: Lawrence Erlbaum
lingkungan terdekat seperti family, friend, Associate, Publishers.
teachers atau lingkuangan keluarga, tetangga
Huitt, W. (2004). Moral and character
dan sekolah. Materi tersebut terintegrasi dengan
development. Educational
learning strategy. Bahan ajar disusun sesuai
Psychology Interactive.
dengan karakteristik siswa melalui learning
Valdosta, GA: Valdosta State
strategy lagu, cerita dan permainan yaitu University. Retrieved [date],
keterkaitan antara materi ajar dan strategi from
belajar. Keterkaitan ini direpresentasikan http://www.edpsycinteractive.org
dengan bahan ajar yang terdiri dari songs, /morchr /morchr.html
stories, dan games.
Lewis, Gordon, 1999, Games for
Saran penelitian ini adalah mengenai Children, New York: Oxford
waktu penelitian yang sangat terbatas. Karena University Press.
penelitian ini adalah penelitian lapangan yang Nucci, Larry, Moral Development and
dilakukan di sekolah maka banyak kendala Character Formation In Walberg,
waktu yang dialami oleh peneliti. Oleh karena H. J. & Haertel, G. D. (1997).
itu saran untuk para peneliti lain apabila Psychology and educational
melaksanakan penelitian di sekolah practice. Berkeley: MacCarchan.
hendaknya mempertimbangkan jadwal secara p.127-157.www. tigger.uic.edu/
lebih detil sehingga dapat melaksanakan ~lnucci/.../nuccimoraldev. Paul,
penelitian sesuai dengan jadwal. D. 2003. Teaching English to
Children in Asia. Quarry Bay,
DAFTAR PUSTAKA Hong Kong: Pearson longman
Borg, Walter R. dan Gall,Meredith Damien, Asia ELT.
1989, Educational Research: An Richards, Jack.C. 2001. Curriculum
Introduction. New York: Longman. Development in Language
Brewster, J., Ellis, G dan Denis Girard. 2003, Teaching. Cambridge:
The Primary English Teacher’s. Harlow, Cambridge University Press.
Essex, England: Peorson Aducation Richey, Rita C. dan Klein, James
Limited. D.2007. Design and
Development Research. New
Brown, H Douglas.2001. Teaching by
Jersey: Lawrence Erlbaum
principles: An Interactive Approach to Associates, Inc., Publishers.
Language Pedagogy. New York: A
Pearson Education. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian
Curtain, Helena A, dan Pesola, Carol, A.1988. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Languages and Children Making the
Match. Foreign Language Instruction
in the Elementary School. New York:
Addison-Wesley Company, Inc.
E.Sadtono (editor).1997 . The Development of
TEFL in IndonesiA. National Seminar
Papers. Malang: Penerbit IKIP
Malang.
Emzir, 2010, Metodologi Penelitian
Pendidikan; Kuantitaif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Erzos, 2007, Teaching English to Young
Leraners, Ankara: EDM Publishing
Feez, Susan dan Joyce, Helen , 1998.
Text-Based Syllabus Design. Sidney:
Macquarie University.
Jurnal Parameter Volume 27 No.2 115
DOI : doi.org/10.21009/parameter.272.02
P-ISSN : 0216-26IX

Anda mungkin juga menyukai