BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Buah bentuk buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang 3,5 sampai 7 cm,
dinding buah berserabut, warna merah jingga jika masak. Bentuk biji seperti
kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan satu
lekukan dangkal, panjangnya 15 sampai 30 mm, permukaan luar berwarna
kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala
dengan warna yang lebih muda; pada pangkal biji sering terdapat bagian-
bagian dari kulit buah berwarna putih. Pada bidang irisan biji tidak beraturan
menembus endosperm yang berwarna agak keputih-putihan.
Unggutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedangkan buahnya
merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih. Pinang merupakan tanaman
penghasil zat samak. Pelepah daun (sunda: upih), digunakan untuk
membungkus makanan dan bahan campuran untuk pembuatan topi
perbanyakan dilakukan dengan biji (Dalimartha, 2006).
2.1.3 Kandungan Kimia
Biji pinang mengandung 0,3 sampai 07% alkaloid yang bekerja
kolinergik, seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidin, arekain, gufakolin,
gufasin, homoarekolin, dan isogufasin. Selain itu mengandung tannin
terkondensasi 15% arecaret, lemak 14% (palmitic, oleic, linoleic, palmitoleic,
stearic, caproic, caprylic, lauric, miristic acid), saponin (diosgenin), steroid
(kryptogenin, betasitosterol), asam amino, kolin, dan katekin. Biji segar
mengandung sekitar 50% lebih banyak alkaloid dibandingkan biji yang telah
diproses (Dalimartha, 2006).
2.1.4 Khasiat
Rasa biji pahit pedas, bersifat hangat dan astringen. Berkhasiat
meruluhkan cacing usus (antelmintik), karminatif, meluruhkan haid,
meruluhkan kencing (diuretik), meluruhkan dahak, memperbaiki pencernaan
(digestan), pencahar (laksatif), dan menghentikan serangan malaria.
Mengunyah pinang dapat merangsang keluarnya air liur dan cairan lambung
untuk meningkatkan fungsi pencernaan. Daunnya berkhasiat menambah nafsu
makan. Rasa sabut atau kulit buah pahit, bersifat hangat dan sedikit astringen.
Berkhasiat melancarkan sirkulasi darah, meluruhkan kencing (diuretik) dan
pencahar (Dalimartha, 2006).
2.2. Katekin
2.2.1 Struktur dan sifat fisikokimia katekin
5
(Syah, 2006)
2.3 Ekstraksi
2.3.1 Metode Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai
kemudian semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes
RI,1995). Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, perpindahan mulai
terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi ke dalam pelarut.
Maserasi
Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur kamar (Ditjen POM, 2000).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana. Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaannya yang lama dan penyariannya kurang sempurna. Pada
penyarian dengan cara maserasi, perlu dilakukan pengadukan untuk
meratakan konsentrasi larutan di luar butir serbuk simplisia.
2.4 Analisis Senyawa
2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi ini menggunakan prinsip adsropsi. Pada prosesnya
melibatkan dua fasa yaitu fasa diam sebagai adsorben dan fasa gerak. Fasa
gerak dapat berupa pelarut atau eluen murni ataupun campuran. Fasa diam
yang berupa selapis tipis silica gel dengan ketebalan 0,25 mm atau dapat
berupa adsorben yang lain seperti alumina atau selulosa.
Proses KLT sangat mudah dan cepat sehingga bisa digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu senyawa organik. Selain itu, KLT juga
digunakan untuk menampakkan jumlah senyawa dalam sampel berdasarkan
jumlah noda atau bercak yang muncul.
KLT dapat digunakan untuk uji identifikasi senyawa baku. Parameter
pada KLT digunakan untuk uji identifikasi adalah nilai Rf. Dua senyawa
dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada
kondisi KLT yang sama.
7
2.5 Gigi
8
Gigi adalah bagian keras yang terdapat didala mulut. Fungsu utama dari gigi
adalah untuk merobek dan mengunyah makanan. Gigi tertanam di dalam tulang
bawah dan atas serta tersusun dalam dua lengkung. Lengkung rahang atas lebih
besar dari pada lengkung rahang bawah. Gigi tetap berjumlah 32 pada setiap
setengah rahang terdapat 8 buah gigi, yaitu 2 gigi sisivus, 1 gigi kaninus dan 2
gigi premolar yang menggantikan kedua molar gigi susu dan tambahan 3 molar
lagi di bagian posterior (Rahman, 2009).
Orgnoleptik:
a) Keadaan Harus lembut, serba sama
(homogen) tidak terlihat adanya
9 gelembung udara, gumpalan
dan partikel yang terpisah.
Tidak tampak
b) Benda asing
e. Bahan pengawet
Bahan pengawet dalam pasta gigi berfungsi mencegah
kontaminasi bakteri dan mempertahankan keaslian produk. Jumlah
bahan pengawet dalam pasta gigi diatas 7 dari 1%. Contoh bahan
pengawet yang digunakan dalam pasta gigi antar lain formalin,
alcohol, natrium benzoate.
f. Bahan pewarna atau bahan pemberi rasa
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan
pewarna dan bahan pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa
bahan-bahan lain yang kurang enak, terutama SLS dan juga
memenuhi selera pengguna seperti rasa mint, strawberry dan ras
permen karet pada pasta gigi anak-anak. Contoh bahan ini antara lain
peppermint atau spearmint, menthol, eucalyptus, aniseed dan
sakharin.
g. Air
13
a. Konsistensi
Konsistensi menggambarkan reologi dari pasta. Konsistensi ideal
dari pasta yaitu mudah dikeluarkan dari tube, cukup keras sehingga
dapat mempertahankan bentuk pasta minimal dalam 1 menit.
Konsistensi dapat diukur melalui densitas, viskositas dan kelarutan.
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Maka
besar resistensi suatu zat cair untuk mengalir, maka semakin besar
oula viskositasnya.
b. Kemampuan mengosok
Pasta gigi dapat memiliki kemampuan menggosok yang sangat
bervariasi. Pasta gigi yang harus memiliki kemampuan menggosok
yang cukup untuk dapat dibersihkan dan membersihkan partikel atau
noda dan mengkilatkan permukaan gigi.
c. Penampilan
Pasta gigi yang disukai biasanya lembut, homogeny, mengkilat,
bebas dari gelembung udara dan memiliki warna yang menarik.
d. Pembentikan busa
15