Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS

MODUL ENDODONTIK
PULPA CAPPING

NAMA MAHASISWA : LINA ROHMAWATI, SKG

NOMOR MAHASISWA : 20060340004

PRODI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2011
I. DESKRIPSI KASUS
Tanggal 11 April 2011

 Pemeriksaan Subjektif
Pasien mengeluhkan bahwa gigi sebelah belakang kanan bawah berlubang, terasa
ngilu dan sakit ketika lubang tersebut kemasukan makanan dan minuman dingin.
Dan sakit itu hilang ketika rangsangan dihilangkan. Keluhan tersebut sudah
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
 Pemeriksaan Obyektif
• Elemen gigi 47
Terdapat kavitas pada permukaan oklusal kedalaman dentin
Sondasi :+
Perkusi :-
Palpasi :-
CE : + (ngilu)

Elemen gigi 48
Terdapat kavitas pada permukaan oklusal kedalaman dentin
Sondasi :+
Perkusi :-
Palpasi :-
CE : + (ngilu)
 Fo.Rongen : Tampak Area radiolusen pada daerah oklusal hampir mendekati
tanduk pulpa,Tidak tampak area radiolusen pada daerah periapikal
 Dx: karies media dengan pulpitis reversibel

TP:

Pulpa capping indirect

Restorasi restorasi resin komposit


Tahapan perawatan pulpa capping

• Karies dihilangkan dengan bur bulat dari arah oklusal. Preparasi dilakukan dengan hati-
hati. Menghilangkan email yang tidak didukung dentin. Penghilangan karies juga dibantu
dengan menggunakan ekskavator kecil.

• Setelah karies sudah bersih, isolasi daerah kerja dengan menggunakan catton roll

• Kavitas dibersihkan dengan menggunakan cavity cleanser kemudian dikeringkan dengan


air syring

• Aplikasikan dycal pada kavitas paling sensitif dengan menggunakan ball aplikator

• Aplikasikan dentin konditioner selama 10 detik dengan menggunakan catton pellet,


kemudian cuci selama 10 detik denggan menggunakan cotton pellet yang dibasahi air lalu
dikeringkan (anggin-angin)menggunakan air syring

• Aplikasikan SIK tipe II LC kedalaman 1,5 mm. LC selama 20 detik

• Aplikasikan flecher

• Observasi 7 hari

Tanggal 4 Februari 2011

 Pemeriksaan subjektif
Pasien datang untuk control pasca perawatan pulpa capping. Selama observasi
pasca pulpa caping pasien tidak mengeluhkan apapun (rasa sakit dan ngilu spontan),
tetapi berdasarkan testimony pasien bahwa beberapa jam setelah dilakukan pulpa capping
ada rasa sakit atau rasa yang tidak nyaman tetapi itu hanya beberapa jam saja setelah itu
hilang dengan sendirinya

 Pemeriksaan objektif
Elemen gigi 47

Terdapat kavitas pada permukaan oklusal dengan kedalaman dentin

Sondasi :-

Perkusi :-

Palpasi :-
CE : + (ngilu)

Elemen gigi 48
Terdapat kavitas pada permukaan oklusal kedalaman dentin
Sondasi :-
Perkusi :-
Palpasi :-
CE : + (ngilu)
Dx: Gigi vital pasca pulpa capping

Perawatan : Restorasi Resin Komposit

Observasi

Tanggal 16 Maret 2011

 Pemeriksaan subjektif
Pasien datang untuk control pasca observasi. Pasien merasakan bahwa gigi yang
telah dilakukan perawatn pulpa capping dan ditambal tetap terseut kadang-kadang terasa
sakit saat digunakan untuk mengunyah .

 Pemeriksaan objektif
Elemen gigi 47

Terdapat tumpatan resin komposit pada permukaan oklusal yang masih baik, tidak
pecah dan tidak berubah warna

Sondasi :-

Perkusi :-

Palpasi :-

CE : + (ngilu)

Dx: Gigi vital pasca pulpa capping


Elemen gigi 48

Terdapat tumpatan resin komposit pada permukaan oklusal yang masih baik, tidak
pecah dan tidak berubah warna

Sondasi :-

Perkusi :-

Palpasi :-

CE : + (ngilu)

Dx: Gigi vital pasca pulpa capping

II. PERTANYAAN KRITIS

1. Apa perbedaan antara indirect Pulp Capping dan Direct Pulp Capping?
2. Apa indikasi dan kontraindikasi perawatan pulpa capping?
3. Factor apa yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pulpa capping?
4. Bagaimana mekanisme pembentukan dentin reparatif?

III. LANDASAN TEORI DAN REFLEKSI


Pulpa adalah organ formatif gigi dan membangun dentin primer selama
perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative sebagai respon
terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Berbagai bacteria, injuri baik fisis
maupun kimia dapat menyebabkan terjadinya penyakit pulpa. Salah satu penyakit pulpa
adalah pulpitis reversible, suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa masih mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk pulpitis reversible selain menghilangkan
penyebab adalah dengan pulp capping. Pulp capping dibagi menjadi dua, indirect pulp
capping dan direct pulp capping. Di dalam laporan tutorial kali ini akan dibahas tentang
indikasi, kontraindikasi, alat dan bahan, prosedur perawatan, factor kegagalan dan
keberhasilan dari masing-masing pulp capping.
Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya
dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan
atau sebentar seperti karies insipient, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagian besar
proses operatif, kuretase periodontium yang dalam dan fraktur email yang menyebabkan
tubulus dentin terbuka adalah factor-faktor yang dapat mengakibatkan pulpitis reversible.

Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh rasa sakit tajam yang hanya sebentar.
Lebih sering diakibatka oleh makanan dan minuman dingin daripada panas dan oleh
udara dingin. Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah
ditiadakan.

Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih material pelindung atau bahan
untuk perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya hidroksida kalsium yang akan
merangsang pembentukan dentin reparative. Tujuan pulp capping adalah untuk
menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa
dapat mempertahankan vitalitasnya. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan.

Kaping pulpa (pulp capping) dibagi menjadi dua, yaitu kaping pulpa indirek
(indirect pulp capping) dan kaping pulpa direk (direct pulp capping).

1. Kaping pulpa indirek


Prosedur kaping pulpa indirek digunakan dalam manajemen lesi karies yang
dalam yang jika semua dentin yang karies dibuang mungkin akan menyebabkan
terbukanya pulpa. Kaping pulpa indirek hanya dipertimbangkan jika tidak ada
riwayat pulpagia atau tidak ada tanda-tanda pulpitis irreversible.

2. Kaping pulpa direk


Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan yakni jika pulpa
terbukas ecara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies.
Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau
preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua
tipe terbukanya pulpa ini berbeda ; jaringan pulpanya masih normal pada kasus
pemajanan mekanis yang tidak sengaja, sementara pada pulpa yang terbuka
karena karies yang dalam kemungkinan besar pulpanya telah terinfalamsi.

Indikasi Indirect Pulp Capping


Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung dan gigi permanen muda yang kariesnya telah
luas dan sangat dekat dengan pulpa. Tujuannya adalah untuk membuang lesi dan melindungi
pulpanya sehingga jaringan pulpa dapat melaksanakan perbaikannya sendiri dengan membuat
dentin sekunder. Dengan demikian terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.

Indikasi
• Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak
mengenai pulpa.
• Pulpa masih vital.
• Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi permanen muda.

Kontra Indikasi
• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
• Pembengkakan.
• Fistula.
• Peka terhadap perkusi.
• Gigi goyang secara patologik.
• Resorpsi akar eksterna.
• Resorpsi akar interna.
• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
• Kalsifikasi jaringan pulpa.

Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp Capping


Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena karies atau trauma
tetapi kecil dan diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka itu tidak dalam keadaan
patologis. Dengan demikian pulpa dapat tetap sehat dan bahkan mampu melakukan upaya
perbaikan sebagai respons terhadap medikamen yang dipakai dalam perawatan pulp capping.
Indikasi
• Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari 1mm
persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada gejala.
• Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan lebarnya
tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala.
• Pulpa masih vital.
• Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30 tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur pada
waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.

Kontraindikasi
• Nyeri spontan – nyeri pada malam hari.
• Pembengkakan.
• Fistula.
• Peka terhadap perkusi.
• Gigi goyang secara patologik.
• Resorpsi akar eksterna.
• Resorpsi akar interna.
• Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
• Kalsifikasi jaringan pulpa.
• Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah memasuki jaringan pulpa.
• Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa.
• Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa.

Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Indirect Pulp Capping

Faktor keberhasilan
Keberhasilan perawatan pulp capping direct, ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta reaksi
sensitive terhadap rangsang panas atau dingin yang dilakukan pada pemeriksaan subjektif setelah
perawatan. Kemudian pada pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa yang tinggal akan tetap
vital, terbentuknya jembatan dentin yang dapat dilihat dari gambaran radiografi pulpa,
berlanjutnya pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai criteria jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan
perawatan karena jembatan dentin bertindak sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan
pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak mengalami inflamasi, tetap vital, membantu kelanjutan
pertumbuhan akar dan penutupan apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum sempurna.
Jembatan dentin terbentuk karena adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa yang terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium hidroksida terjadi pada hari pertama hingga minggu
kesembilan, sehingga pasien dapat diminta datang 2 bulan setelah perawatan untuk melakukan
control. Kemudian secara periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka waktu 2 sampai 4 tahun
untuk menilai vitalitas pulpa.

Faktor kegagalan
Pada saat pengeburan, ada kemungkinan mata bur membuat perforasi atap pulpa. Hal ini
perawatan pulp capping indirect berganti menjadi pulp capping direct.
Proses terjadinya Dentin Reparatif
Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier, disusun oleh pulpa
sebagai suatu respon protektif terhadap rangsangan yang membahayakan. Rangsangan ini dapat
diakibatkan karies, prosedur operatif, bahan restoratif, abrasi, erosi, atau trauma. Dentin reparatif
ditumpuk pada daerah yang dipengaruhi dengan rata-rata kecepatan yang meningkat dengan rata-
rata 1,5 µm tiap hari. Kecepatan, kualitas, dan kuantitas dentin reparatif yang ditumpuk
tergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas dan biasanya dihasilkan oleh
odontoblas “pengganti”.
Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode waktu yang panajang,
seperti abrasi, dentin reparatif mungkin ditumpuk pada suatu kecepatan lambat. Jaringan ini
ditandai oleh tubuli yang agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu
rangsangan mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih
sedikit dan lebih tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan
mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan
lebih tidak teratur. Bila odontoblas terkena injuri yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang
hancur akan meninggalkan tubuli kosong, yang disebut dead tract kecuali kalau pulpa terlalu
atrofik. Karena dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuli, meskipun kurang bermineral,
dentin reparatif mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan merintangi masuknya produk atau
zat yang membahayakan ke dalam pulpa. Bila karies berkembang dan bila lebih banyak
odontoblast terkena injuri yang tidak dapat di perbaiki, lapisan dentin reparatif akan menjadi
lebih lebih atubular dan dapat mempunyai inklusi ( inclusion) sel, yaitu odontoblast yang
terjebak. Inklusi selular tidak umum pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel mesenkim
daerah kaya sel akan berkembang menjadi odontoblast untuk mengganti yang mengalami
nekrosis. Odontoblast yang baru terbentuk ini dapat menghasilkan dentin yang teratur atau suatu
dentin amorfus, pengapurannya jelek dan permebel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder
dan dentin reparatif disebut garis kalsiotraumatik.
Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk keausan normal,
karies, prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini seringkali menyebabkan timbulnya respons
protektif melalui terdepositnya dentin reparatif, tetapi pembentukan dentin ini akan terbatas pada
tubulus yang berkaitan dengan daerah iritasi. Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder
adalah sama, dan keduanya hanya berbeda pada lokasi deposisinya.
Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya akan mati, sehingga
tubulus akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan tubulus-tubulus yang kosong, tubulus
akan kelihatan gelap pada gambaran mikroskopis dan disebut sebagai saluran yang mati. Ujung
pulpa dari tubulus biasanya tertutup oleh dentin reparatif, dan setelah waktu tertentu tubulus akan
terkalsifikasi dan pola tubular pada dentin yang terpotong akan tersumbat. Istilah lain yang
digunakan untuk menyebut tubulus yang mengalami kalsifikasi adalah dentin sklerotik.
Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk dentin reparatif yang
terdeposit dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses karies melebihi kecepatan dari
respons pulpa, dasar dentin keras tidak akan terbentuk. Atau jika kondisi ini parah, dentin lunak
berhubungan langsung dengan pulpa itu sendiri.
Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang nekrosis, akan menunjukkan
daerah dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal 0,5 mm) dan lunak, tetapi tetap utuh. Jika
lapisan dentin semi-solid ini disingkirkan dan bila pulpa berhasil menahan serangan proses karies
yang hebat, biasanya akan dijumpai selapis dentin yang keras dengan permukaan licin dan
mengkilap. Meskipun demikian, semua karies dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak harus
disingkirkan.

Pada kasus pulpa capping indirect dengan restorasi resin komposit, operator mendapat kendala,

diantaranya:

• Operator mengalami kesulitan dalam aplikasi dycal karena pasien hipersalivasi


• Operator kurang teliti dalam melakukan peawatan komprehensif karena operator tidak
memperhatikan kondisi gigi sebelahnya yang telah

Treatment:

1. Pulpa capping indirect


2. Restorasi Resin komposit

IV. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai