Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI KASUS

MODUL LESI ORAL


XEROSTOMIA SEBAGAI MANIFESTASI ORAL

Nama : Heksika Suryanti


NIM : 20070340040
Kelompok :I

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PRODI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012

1
I. DESKRIPSI KASUS

Pemeriksaan Subjektif:

 Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan mulutnya kering, terutama pasca menggunakan inhaler
 Riwayat perjalanan penyakit :
Pasien adalah seorang mahasiswa,pasien memiliki riwayat penyakit asma
sejak kecil. keluarga (kakek,adik) juga memiliki riwayat sakit asma. Pasien tidak
mengkonsumsi obat rutin,namun saat asma kambuh pasien menggunakan inhaler,
terakhir asma kambuh 3 minggu yang lalu. pasien mengeluhkan mulut dan
tenggorokannya sangat kering pasca menggunakan inhaler, namun pasien langsung
minum air putih, dan rasa mulut keringnya reda. Asma tersebut kambuh saat terkena
debu dan aktifitas tinggi. Dalam keseharian pasien juga megeluhkan terkadang
mulutnya kering.
Rata – rata asma kambuh kira - kira 3 kali selama satu bulan. Biasanya asma
kambuh sekitar 1 jam, dan selama satu jam tersebut pasien bernafas melalui
mulut.Pasien mengaku bernafas melalui hidung saat tidur dan beraktifitas sehari-hari.
Dahulu saat kecil pasien mengkonsumsi obat oral untuk mengatasi jika asma nya
kumat, namun semenjak SMP pasien mulai menggunakan inhaler dan mulai merasa
mulutnya kering. Pasien menggunakan inhaler merc berotec dengan kadungan
fenoterol hydrobromide, ethyl alcohol. Sekali pakai pasien menggunakan 2 kali
semprot.
Vital Sign :
 Tekanan darah: 100/70 mmHg
 Nadi : 60x/menit
 Respirasi : 16x/menit
 Suhu : Afebris

Pemeriksaan Objektif:

 Pemeriksaan Ekstra Oral:


o Tidak ada kelainan/ keluhan pada jaringan sekitar kepala, leher, TMJ dan
jaringan limponodi pasien. Curah saliva. Dengan pengukuran saliva dikumpulkan
dalam waktu 5 menit tanpa ada rangsangan, setelah dikumpulkan dan dibagi 5
didapatkan curah saliva 0,2 ml/menit
2
 Terdapat palatum yang tinggi
o Status kebersihan mulut baik.
Assesment :
Xerostomia sebagai manifestasi oral
Planning :
DHE berupa edukasi untuk konsumsi air putih yang banyak dan menghindari
penyebab penyakit asma kambuh.

I. PERTANYAAN KRITIS
1. Jelaskan definisi xerostomia ?
2. Bagaimana etiologi dari xerostomia ?
3. Apa saja tanda klinis dari xerostomia ?
4. Bagaimana mekanisme terjadinya xerostomia pada kasus di atas?
5. Apakah diagnosa pada kasus di atas sudah benar ?
6. Apa saja perawatan xerostomia ?
7. Bagaimana perawatan xerostomia ?

II. LANDASAN TEORI DAN REFLEKSI

1. Pengertian xerostomia
Secara harfiah xerostomia berarti “ mulut kering “ ( xeros = kering dan stoma
= mulut ). Mulut kering dapat disebabkan karena pernafasan melalui mulut yang
terus menerus, tetapi dapat pula disebabkan oleh gangguan fungsi kelenjar ludah
mayor. Kondisi ini dapat mengakibatkan ketidaknyamanan, gangguan bicara dan
menelan, membuat gigi palsu sulit dikenakan sulit, menyebabkan halitosis (bau
mulut), dan merusak kebersihan mulut dengan menyebabkan penurunan pH oral
dan peningkatan pertumbuhan bakteri. Xerostomia dalam waktu lama dapat
mengakibatkan kerusakan gigi yang parah dan kandidiasis mulut. Xerostomia
adalah keluhan umum di kalangan lanjut usia, memengaruhi sekitar 20% dari
mereka.
Curah saliva normal diproduksi 500 – 600 ml setiap hari. Bila sekresi ludah
besarnya 20 – 90 ml/ hari maka disebut hiposialia. Pada sekresi ludah kurang dari
0,06 ml/menit ( = 3 ml/jam ) akan timbul keluhan mulut kering. Bila produksi
kurang dari 20 ml/hari dan berlangsung dalam waktu yang lama, maka keadaan ini
disebut xerostomia ( amerongen,1992 )
3
2. Etiologi xerostomia
1. Kesehatan menurun
Gangguan dalam pengaturan air dan elektrolit, yang diikuti oleh terjadinya
keseimbangan air yang negatif, dapat menyebabkan turunnya sekresi ludah,
sehingga kebutuhan pembasahan mulut meningkat. Pada dehidrasi dapat
timbul karena berbagai sebab seperti, berkeringat yang berlebihan yang
disebabkan oleh temperatur luar yang tinggi atau oleh demam, diare yang lama
atau pengeluaran urin yang melampaui batas, misal pada penderita diabetes.
Kesehatan yang menurun pada penderita – penderita lanjut usia dapat
pengakibatkan miningkatkan resiko terhadap radang mulut.
2. Gangguan sistem syaraf
Sekresi ludah dapat dipengaruhi oleh sekresi hormonal. Gangguan pada sistem
syaraf pusat ataupun periferoleh karenanya dapat mempunyai akibat juga bagi
kecepatan sekresi ludah. Kelainan syaraf yang diikuti gejala degerenasi seperti
sklerosis multiple, juga dapat meurunkan sekresi ludah. Sebaliknya gangguan
pada sistem syaraf pusat dapat mengakibatkan naiknya sekresi ludah,
contohnya adalah penyakit parkinson.
3. Penggunaan obat – obatan
Obat – obatan dapat memblokade sistem syaraf yang akan menghambat
sekresi saliva, oleh karena sekresi air dan elektrolit terutama diaturnoleh
sistem syaraf parasimpatis. Obat – obatan dengan pengaruh antikolinergik
akan menghambat paling kuat pengeluara ludah. Obat – obatan dengan
pengaruh anti beta-adrehergik ( beta bloker ) terutama akan menghambat
sekresi ludah mukus. Pada umumnya obat – obatan yang termasuk kelas –
kelas berikut menyebabkan penurunan sekresi ludah :
- Antikolinergika
- Hipnotik
- Sedativa
- Obat penenang ( tranquilizer )
- Antidepresiva
- Apasmolitika
- Anti-epiliptika
- Antihipertensiva
- Antihistaminka.

4
4. Gangguan kelenjar ludah
Gambaran penyakit sengan sel – sel asinar dan sel – sel duktus kelenjar ludah
yang berkurang atau mengecil, megakibatkan penurunan sekresi ludah seperti :
- Aplasi atau hipoplasi kelenjar ludah mayor pembawaan
- Atrofi kelenjar ludah karena ketuaan atau penyinaran
- Penyumbatan muara pembuangan oleh batu ludah, tumor dll
- Penyakit autoimun seperti sindroma sjogren, gangguan limfogen epitelial
jinak ( BEL ) diantaranya sindroma Milkulicz
- Radang kelenjar ludah misalnya parotitis, sindroma heerfordt,
tuberkulosis, aktinomikosis.
5. Penyinaran daerah kepala-leher
Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar ludah tergantung dosis dan
lamanya penyinaran. Perusakan kelenjar ludah paling parah adalah di dalam
asinus serus. Ini berarti gladula parotis adalah yang paling peka terhadap
penyinyaran, sedang kelenjar lunak mukus seperti glandula sublingualis yang
paling kurang peka ( amerongen, 2002 )

3. Tanda Klinis xerostomia


Tanda – tanda klinis penderita xerostomia antara lain adalah ditemukannya
saliva berbusa, kental, bibir kering, rasa terbakar, lidah berfisura dan berlobul, pipi
yang kering dan pucat, kelenjar saliva bengkak atau nyeri, mukosa berubah
menjadi daerah kering dan berfisura.
A. Bibir yang kering dan pecah
B. Lidah yang kering, berfisura, dan berlobul

4. Mekanisme Terjadinya xerostomia pada kasus ini.


Pasien mengkonsumsi obat anti asma berupa berotec dengan komposisi
fenoterol hydrobromide dan ethyl alcohol. Ethyl alcohol ( etanol ) merupakan zat
sedatif hipnotik yang biasa dalam minuman beralkohol. Efek alkohol tidak sama
pada setiap indivudi tetapi tergantung pada keadaan fisik, mental dan lingkungan.
Akibat yang timbul oleh alkohol dapat berupa depresi pada sistem syaraf pusat
namnun tingkat depresi yang timbul berbeda – beda sesuai dengan kadar alkohol
yang masuk ke dalam tubuh.

5
5. Diagnosa
Berdasarkan pemeriksaan subyektif, pasien mengeluhkan mulutnya kering
sehari - hari, terutama pasca menggunakan inhaler , pasien memiliki riwayat
penyakit asma sejak kecil. Pada pemeriksaan obyektif berupa pengukuran curah
saliva. Dengan pengukuran saliva dikumpulkan dalam waktu 5 menit tanpa ada
rangsangan, setelah dikumpulkan dan dibagi 5 didapatkan curah saliva 0,2
ml/menit. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami xerostomia sebagai
manifestasi oral.
6. Perawatan xerostomia

Terapi yang diberikan juga tergantung pada berat dan ringannya keadaan
keluhan mulut kering. Pada keadaan ringan dapat dianjurkan untuk sering
berkumur atau mengunyah permen karet yang tidak mengandung gula. Bila
keluhan mulut kering disebabkan pemakaian obat – obatan, maka mengganti obat
dari kategori yang sama mungkin dapat mengurangi pengaruh mulut kering . Pada
keadaan berat dapat digunakan zat perangsang saliva dan zat pengganti saliva.
Obat perangsang saliva hanya akan membantu jika ada kelenjar saliva yang
masih aktif. Mouth lubricant dan lemon mucilage yang mengandung asam sitrat
dan dapat merangsang sangat kuat sekresi encer yang menyebabkan rasa segar di
dalam mulut. Tetapi obat ini mempunyai pH yang rendah sehingga dapat merusak
email dan dentin. Mentol dalam kombinasi dengan zat – zat manis dapat
merangsang baik sekresi seperti air maupu sekresi lendir, memberi rasa segar
dalam mulut .
Bila zat perangsang saliva tidak memadai untuk mengatasi keluhan mulut
kering, maka digunakan zat pengganti saliva. Berbagai persyaratan untuk zat ini
bersifat reologis, rasa menyenangkan, pengaruh buffer, peningkatan remineralisasi
dan menghambat demineralisasi, menghambat pertumbuhan bakteri dan sifat
pembasahan yang baik. Pengganti saliva ini tersedia dalam bentuk cairan, spray
dan tablet hisap.
Salivix®, yang berbentuk tablet hisap berisi asam malat, gumarab, kalsium laktat,
natrium fosfat, lycasin dan sorbitol akan meangsang produksi saliva. Permen karet
bebas gula atau mengandung xylitol dapat menginduksi sekresi saliva encer
seperti air.
V.A Oralube®, bentuk cairan, pH 7, merupakan zat pengganti saliva untuk
merangsang viskositas dan elektrolit seluruh saliva. Saliva Orthana®, bentuk

6
spray, pH 7, mengandung musin untuk memperoleh viskositas. Juga digunakan
Glandosan®, pH 5,1, tetapi tidak dianjurkan untuk penderita yang masih
mempunyai gigi .
Obat – obatan sistemik yang biasa digunakan adalah pilocarpin. Obat ini bersifat
parasimpatis dan dosis yang diberikan 5 – 10 mg satu jam sebelum makan atau 3
kali sehari. Dari penelitian yang telah dilakukan 54% pasien mengalami perbaikan
xerostomia secara menyeluruh . Obat lain yang dapat digunakan adalah anethole-
trithione. Dosis pemakaiannya 25 mg 3 kali sehari. Obat ini telah diteliti dan
menimbulkan efek sinergis bila digunakan bersama dengan pilocarpin.
Penggunaan obat kumur yang mengandung sodium klorida dan sodium bikarbonat
dapat dianjurkan untuk meringankan xerostomia dan menjaga kebersihan mulut .

( amerogen, 1992)

III. KESIMPULAN
Dalam kasus ini, pasien memiliki riwayat sakit asma sejak kecil, pasien
terbiasa menggunakan inhaler untuk mengobati asma dan kebersihan mulut pasien
baik. Berdasarkan pemeriksaan curah saliva didapatkan hasil 0,2 ml/menit., maka
dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini xerostomia sebagai manisfestasi oral.

7
IV. DAFTAR PUSTAKA
.
Amerogen. A. V, (1992) Ludah dan kelenjar ludah. UGM . Yogyakarta
Rahayu F, Handajani J, ( 2010 ) Mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menurunkan
derajat keasaman dan volume saliva. Dentika dental jurnal vol 15 no.1

Anda mungkin juga menyukai