Anda di halaman 1dari 53

C.

Pusat Kesehatan Masyarakat


1. Pendahuluan
Pusat Kesehatan Masyarakat, yang biasa disingkat Puskesmas, adalah Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan
upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan demikian,
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan
Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya kesehatan wajib memberikan daya
ungkit yang besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan melalui peningkatan
indeks pembangunan manusia (IPM) serta merupakan kesepakatan nasional maupun
global. Sedangkan Upaya Kesehatan Pengembangan adalah upaya kesehatan yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan yang ditemukan di masyarakat setempat serta perlu
disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
Menurut rangkuman dari berbagai sumber informasi, ada 3 (tiga) fungsi utama yang
diemban puskesmas dalam melaksanakan Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) kepada
seluruh target sasaran masyarakat di wilayah kerjanya, yakni sebagai berikut:
a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
1) Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,
2) Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat:
1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat
untuk hidup sehat
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan
3) Ikut Menetapkan menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan
4) Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk hidup sehat
5) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
6) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan (kontinyu) mencakup:
1) Pelayanan kesehatan perorangan
2) Pelayanan kesehatan masyarakat
Melihat fungsi puskesmas yang sangat strategis sebagai penggerak pembangunan
kesehatan terdepan di tengah masyarakat, maka diperlukan kebijakan umum seperti
dukungan dana, anggaran, sarana dan tenaga yang berkompeten, dari para penentu
kebijakan berwenang yang dapat memberdayakan pelayanan puskesmas secara maksimal.
Selain itu, penyelenggaraan upaya kesehatan di Puskesmas dapat terlaksana secara
optimal dengan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan output Puskesmas secara efektif
dan efisien. Manajemen Puskesmas terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan di atas
merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan.
Perencanaan tingkat puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan
maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu tahun
agar Puskesmas mampu melaksanakan secara efektif, efisien dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2. Puskesmas Danurejan I
Gambar . Gedung Puskesmas Danurejan I

a. Keadaan Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Danurejan I adalah dalam I Kelurahan saja, yaitu
Kelurahan Tegal Panggung dimana memiliki luas wilayah 3505,75 Ha dengan batas
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman
Sebelah Timur : Kelurahan Bausasran, Kecamatan Danurejan
Sebelah Selatan : Kelurahan Purwokinanti, Kecamatan Pakualaman
Sebelah Barat : Kelurahan Suryatmajan, Kecamatan Danurejan
Gambar 20. Peta Wilayah Kerja Puskesmas
Ketinggian tanah dari permukaan laut : 114 M
Banyaknya curah hujan : 2000-3000mm/th
Topografi termasuk : Dataran rendah
Suhu rata-rata : 30o C

b. Demografi
Wilayah Kelurahan Tegal Panggung dibagi menjadi 16 RW dan 66 RT dusun
dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.805 KK. Jumlah penduduk di
wilayah kerja Danurejan I Berdasar hasil sensus penduduk Tahun 2010 adalah 4.8867
jiwa laki-laki, 4.899 perempuan seperti tampak pada grafik berikut:
Gambar 21. Grafik Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Wilayah Kerja Puskesmas
Danurejan I Tahun 2010-2012
c. Visi
Visi Puskesmas Danurejan I adalah:
Menjadi Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar yang
bermutu, merata dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
d. Misi
Misi Puskesmas Danurejan I adalah:
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, sesuai standar
2) Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepentingan pelanggan
3) Mendorong dan meningkatkan kesehatan individu, kelompok dan lingkungan.
e. Motto
“Mewujudkan Masyarakat Sehat dan Mandiri”
f. Kebijakan Mutu
a) Pelayanan masyarakat ditangani oleh tenaga kesehatan yang professional
b) Setiap Pegawai wajib memberikan pelayanan sebaik mungkin pada pelanggan
c) Kebutuhan pelanggan diidentifikasikan dan ditindaklanjuti
d) Menerima masukan dan kritikan dari masyarakat sebagai bahan peningkatan kualitas
pelayanan
e) Upaya peningkatan mutu terus menurus
g. Budaya Puskesmas
Berorientasi kepada kepuasan masyarakat :
 Professional :
 Tanggung jawab :
 Sadar mutu :
 Sadar waktu :
 Inisiatif :
Budaya Kerja : 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin)

h. Target Pembangunan Kesehatan


Target dari tujuan pembangunan kesehatan di wilayah Danurejan I adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Danurejan I,
dengan indikator-indikator sebagai berikut: menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI),
menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), menurunnya angka kesakitan dan
meningkatnya status gizi masyarakat serta peningkatan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan.

i. Pertumbuhan Penduduk
Kelurahan Tegal Panggung dengan luas wilayah 3505,75 Ha dan jumlah
penduduk 9.786 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki 4.887 jiwa, perempuan 4.899
jiwa. Dari data tersebut, dapat diperkirakan kepadatan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Danurejan I adalah 3 jiwa/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah kerja
Puskesmas Danurejan I merupakan daerah yang cukup padat.
j. Sosial Ekonomi
Salah satu variabel yang mempengaruhi hubungan antara lingkungan dan perilaku
masyarakat terhadapa masalah kesehatan adalah sosial ekonomi. Sosial ekonomi
masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain adalah rasio beban tnggungan
penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif. Berdasarkan data
penduduk tahun 2010 di wilayah kerja Puskesmas Danurejan I, penduduk usia
produktif berjumlah 13.369 jiwa dan penduduk usia non produktif berjumlah 11.251
jiwa. Hal ini mendekati ideal karena setiap 1 penduduk produktif menanggung 1 usia
non produktif, dan dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi di wilayah kerja
Puskesmas Danurejan I sudah cukup baik.
k. Struktur Organisasi
Terlampir
l. Sarana, Prasarana, Fasilitas Kesehatan dan Sekolah
Untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas Danurejan
I memiliki saran dan prasarana, serta fasilitas kesehatan dan sekolah, antara lain:

Tabel 12. Sarana, Prasarana, Fasilitas Kesehatan dan Sekolah


di Wilayah Kerja Puskesmas Danurejan I
Sarana, Prasarana, Fasilitas Kesehatan Jumlah
Puskesmas induk 1
Puskesmas pembantu 0
Dokter praktek swasta
Bidan praktek swasta
Posyandu Balita 18
Posyandu Lansia 16
TK 5
SD
SMP
Restaurant 1
Apotek 4
Hotel 4
Ambulan 1
Sepeda motor 4
Kamera Digital 2
Laptop 6
Printer 10
TV 4
Komputer beserta jaringan internet 11

m. Sumber Daya Manusia


Dalam melayani masyarakat di bidang kesehatan, Puskesmas Danurejan I
memiliki ketenagakerjaan sebagai berikut:
Tabel 13. Sumber Daya Manusia di Puskesmas Sedayu II
No. Jenis Ketenagaan Ada Kekurangan Keterangan
1 Kepala Puskesmas 1 -
2 Ka Sub Bag Tata Usaha 1 -
2 PNS dan
3 Dokter Umum 3 -
1 Tenaga Teknis
4 Dokter Gigi 1 -
5 Apoteker 1 - Tenaga Teknis
6 Bidan 2 -
7 Perawat 3 -
8 Perawat Gigi 1 -
9 Sanitarian 1 -
10 Nutrisionis 1 -
11 Analis Laboratorium 1 -
12 Surveilens 1 - Naban
13 Akuntan 1 - Tenaga Teknis
14 Pendaftaran 1 -
15 Kasir penerima 1 -
Pengadministrasian umum dan
16 1 -
pengurus barang
17 Pengurus Gaji dan Kepegawaian 1 -
18 Asisten Apoteker 1 -
19 Pengemudi 1 - Tenaga Teknis
20 Rekam Medis 1 -
21 Cleaning Service 3 - Tenaga Teknis
22 Jaga Malam 1 - Tenaga Teknis
Jumlah 28 -

n. Upaya dan Azas Penyelenggaraan Puskesmas


Menurut SK Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004, upaya dan azas
penyelenggaraan Puskesmas adalah sebagai berikut:
1) Upaya
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas, yakni
terwujudnya Kecamatan Sehata Menuju Indonesia Sehat, Puskesmas
bertanggungjwab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Upaya Kesehatan Wajib
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional
dan global, serta yang mempunyai daya ungkittinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh
setiap Puskemas yang ada di Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah:
i. Upaya promosi kesehatan
ii. Upaya kesehatan lingkungan
iii. Upaya kesehatan ibu dan anak, serta keluarga berencana
iv. Upaya perbaikan gizi masyarakat
v. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
vi. Upaya pengobatan
b) Upaya Kesehatan Pengembangan
Adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat, serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok.
Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas yang telah ada antara lain:
i. Upaya kesehatan sekolah
ii. Upaya kesehatan olah raga
iii. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
iv. Upaya kesehatan kerja
v. Upaya kesehatan gigi dan mulut
vi. Upaya kesehatan jiwa
vii. Upaya kesehatan mata
viii. Upaya kesehatan lanjut usia
ix. Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat, serta
upaya pencatatan pelaporan tidak termasuk pilihan karena ketiga upaya ini
merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya
pengembangan Puskesmas.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan pelayanan penunjang, baik
upaya wajib maupun upaya pengembangan. Apabila perawatan kesehatan
masyarakat menjadi masalah spesifik di suatu daerah, maka dapat dijadikan
sebagai salah satu upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan dapat pula bersifat upaya inovasi, yakni
upaya lain di luar Puskesmas yang disesuaikan dengan kebutuhan. Pengembangan
dan pelaksanaan upaya inovasi adalah dalam rangka mempercepat tercapainya
visi Puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan dilakukan oleh Puskesmas
bersama Dinas Kabupaten/Kota. Upaya kesehatan Puskesmas telah terlaksana
secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah
tercapai. Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan Puskesmas dilakukan
oleh Dinas Kabupaten/Kota. Dalam keadaan tertentu, upaya kesehatan
pengembangan Puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh Dinas
Kabupaten/Kota.
Apabila Puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pngembangan, padahal telah menjadi kebuthan masyarakat, maka Dinas
Kabupaten/Kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya
2) Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan
harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas.
Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upay Puskesmas, baik upaya waji,
maupun upaya pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
i. Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan
2) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya
3) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dnia usaha di wilayah kerjanya
4) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama secara merata dan
terjangkau di wilayahnya
5) Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama, seperti Pustu, Pusling,
bidan di desa, serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puseksmas pada
dasarnya merupkan realisasi dari pelaksannaa azas pertanggungjawaban
wilayah
a) Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini,
berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan masyarakat yang dapat
dilakukan adalah:
1) Upaya kesehatan ibu dan anak, seperti Posyandu, Polindes, Bina Keluarga
Balita
2) Upaya perbaikan gizi, seperti Posyandu, Panti pemulihan gizi
3) Upaya kesehatan sekolah, seperti dokter/dokter gigi kecil, saka bakti husada,
pos kesehatan pesantren
4) Upaya pembiaan tanaman obat, seperti taman obat keluarga, pembinaan
pengobatan tradisional
b) Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta memperoleh hasil yang
maksimal, penyelenggaraan upaya kesehatan Puskesmas dilakukan secara
terpadu. Dua macam keterpaduan yang harus diperhatikan adalah:
1) Ketepaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya yang memadukan
penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan menjadi tanggung jawab
Puskesmas, misalnya:
 Manajemen Terpadu Balita Sakit, merupakan keterpaduan antara KIA
dengan P2M, bagian gizi, promosi kesehatan dan pengobatan
 Upaya kesehatan sekolah, merupakan keterpaduan antara kesehatan
lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi,
kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa
2) Ketepaduan lintas sektoral
Keterpaduan lintas sektoral adalah upaya yang memadukan
penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) dengan
berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk ormas dan
dunia usaha, misalnya:
 Upaya kesehatan sekolah, merupakan keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan dan agama
 Upaya perbaikan gizi, merupakan keterpaduan antara sektor kesehatan,
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia
usaha dan PKK
c) Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan strata tingkat pertama, kemampuan yang
dimiliki Puskesmas terbatas. Padahal Puskesmas sering berhadapan langsung dengan
masyarakat dengan berbagai masalah kesehatannya. Untuk membantu dan
meningkatkan efisiensi, maka setiap penyelenggaraan upaya kesehatan yang
di;lakukan oleh Puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal maupun
secara horizontal. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan, maka terdapat dua jenis
rujukan, yaitu:
1) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Cakupan rujukan upaya kesehatan perorangan adalah kasus penyakit.
Apabila suatu Puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit
tertentu, maka dirujuk ke tenaga kesehatan lain yang lebih berkompeten.
Sebaliknya, pasien pasca rawat inap yang hanya memerlukan rawat jalan
sederhana, dirujuk ke Puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas 3 macam, yaitu:
 Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan dan tindakan medik
 Rujukan bahan pemeriksaan (sesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang
lebih lengkap
 Rujukan ilmu pengetahuan, antara lain mendatangkan tenaga yang lebih
kompeten untuk melakkan bimbingan tenaga Puskesmas dan atau
menyelenggarakan pelayanan medik di Puskesmas
2) Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
Cakupan rujukan upaya kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan
masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila suatu
Puskesmas tidak mampu melakukan upaya kesehatah masyarakat wjib dan
pengembangan, padahal upaya tersebut dibutuhkan oleh masyarakat. Rujukan
upaya kesehatan masyarakat dapat dibedakan menjadi:
 Rujukan saran dan logistik, antara lain peminjaman alat fogging, alat
laboratorium kesehatan, atau obat-obatan atau vaksin.
 Rujukan tenaga kesehatan, antara lain dukungan tenaga kesehatan saat ada
kejadian luar biasa, penyelesaian hukum kesehatan atau penyelesaian karena
bencana alam.
 Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan
tanggung jawab penyelesaian masalah masyarakat, misal usaha kesehatan
sekolah dan usaha kesehatan kerja kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Gambar 22. Pola Rujukan Sistem Kesehatan
3. Manajemen Puskesmas Danurejan I
Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan masyarakat yang
sesuai denga azas penyelenggaraan Puskesmas, maka sebuah Puskesmas harus memiliki
manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan luaran Puskesmas secara efektif dan
efisien. Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan dan
(3) penilaian pelaksanaan dan pengendalian , serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
berkesinambungan.
a. Perencanaan Puskesmas (P1)
Perencanaan Puskesmas adalah suatu proses penyusunan kegiatan, penetapan
tujuan, sasaran dan target program kesehatan dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia, seiring dengan visi dan misi Puskesmas.
Menurut penjelasan Departemen Kesehatan RI dalam buku pedoman Perencanaan
Tingkat Puskesmas tahun 1993, Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) diartikan
sebagai proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan
yang akan dilaksanakan oleh Puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan
cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi
masalah-masalah kesehatan di wilayah kerjanya.
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap, yaitu:
1) Tahap persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan PTP agar memperoleh kesmaan pandangan dan pengetahuan untuk
melaksanakan tahap-tahap perencanaan, yang dilakukan dengan cara:
a) Kepala Puskesmas membentuk tim penyusun PTP yang anggotanya terdiri dari
staf Puskesmas
b) Kepala Puskesmas memberikan penjelasan tentang pedoman Perencanaan Tingkat
Puskesmas
c) Kepala Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan
Tim yang terlibat dalam PTP di Puskesmas Sedayu II adalah:
Penanggungjawab : dr. H. Abdul Latief
Ketua : Sugiyanto, S.IP
Sekretaris :
Bendahara :
Seksi-Seksi:
Upaya Promosi Kesehatan :
Upaya Kesehatan Lingkungan :
Upaya Kesehatan Ibu Anak dan KB :
Upaya Bina Gizi Masyarakat :
Upaya P2 DBD :
Upaya P2 TBC :
Upaya P2 Diare :
Upaya P2 ISPA :
Upaya P2 Kusta :
Upaya P2 Imunisasi :
Upaya Surveilance :
Upaya Kesehatan Jiwa :
Upaya PHN :
Upaya Kesehatan Usila :
Upaya Pengobatan Tradisional :
Upaya Pengobatan :
Upaya Kesehatan Anak Sekolah :
Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut :
Upaya Kefarmasian :
Upaya Laboratorium Penunjang :
Upaya Kesehatan Kerja :
Upaya Kesehatan Mata :
2) Tahap analisa situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan
permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis terhadap data yang
dikumpulkan. Terdapat 2 kelompok data yang perlu dikumpulkan, yaitu:
a) Data Umum
 Peta Wilayah kerja serta fasilitas pelayanan
 Data sumber daya yang mencakup ketenagaan, obat dan bahan habis pakai,
peralatan, sumber pembiayaan, sarana prasarana
 Data peran serta masyarakat yang mencakup jumlah posyandu, kader, dan
tokoh masyarakt
 Data Penduduk dan sasaran program
 Data sekolah
 Data kesehatan lingkungan wilayah kerja Puskesmas yang mencakup rumah
sehat, tempat pembuatan makanan/minuman, tempat umum, tempat
pembuangan sampah, sarana air bersih.
b) Data Khusus
 Status kesehatan yang mencakup 3 hal yaitu data kematian, kunjungan
kesakitan, dan pola penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
 Kejadian luar biasa
 Cakupan progam pelayanan lesehatan 1 tahun terakhir ditiap desa/kelurahan,
dapat dilihat dari laporan penilaian kinerja Puskesmas
 Hasil Survey
3) Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
Penyusunan RUK terdiri dari 2 langkah yaitu, analisa masalah dan penyusunan
rencana usulan kegiatan.
a) Analisa masalah dilakukan melalui tahapan:
 Identifikasi masalah
 Menetapkan urutan prioritas masalah
 Merumuskan masalah
 Mencari akar penyebab masalah
b) Penyusunan RUK yang meliputi:
 Upaya kesehatan wajib
 Upaya kesehatan pengembangan
4) Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Langkah penyusunan RPK adalah sebagai berikut:
a) Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
b) Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang diusulkan
dan situasi pada saat penyusunan RPK
c) Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan
serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan.
d) Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan RPK
e) Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

b. Pengerakkan Pelaksanaan (P2)


Ditinjau dari fungsi manajemen yang terdiri dari 3 komponen, maka penerapan
dari fungsi pelaksanaan (P2) adalah lokakarya mini Puskesmas. Lokakarya mini
Puskesmas diselenggarakan dalam 2 tahap, yaitu:
1) Lokakarya Mini Bulanan yang Pertama
Lokakarya mini bulanan yang pertama merupakan penggalangan tim yang
diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat melaksanakan RPK.
Pengorganisasian dilaksanakan sebagai penentuan penanggungjawab dan pelaksana
setiap kegiatan serta untuk satuan wilayah kerja. Seluruh program kerja dan wilayah
kerja Puskesmas dilakukan pembagian habis kepada seluruh staf Puskesmas.
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan yang pertama adalah sebagai berikut:
a) Masukan
 Penggalangan tim
 Informasi tentang kebijakan, program dan konsep
 Informasi tentang tata cara POA Puskesmas
b) Proses
 Inventarisasi
 Analisis beban kerja
 Pembagian tugas baru
 Penyusunan POA
c) Keluaran
 Rencana POA tahunan
 Kesepakatan untuk melaksanakan POA
 Matriks pembagian tugas dan daerah binaan

2) Lokakarya Mini Bulanan Rutin


Tahap ini dilaksanakan sebagai lanjutan lokakarya mini yang pertama.
Pelaksanaan lokakarya mini bulanan rutin adalah sebagai berikut:
a) Masukan
 Laporan hasil kegiatan bulan lalu
 Informasi tentang hasil rapat di kabupaten
 Informasi tentang hasil rapat di kecamatan
 Informasi tentang kebijakan, program dan konsep baru
b) Proses
 Analisis hambatan dan masalah, antara lain dengan menggunakan PWS
 Analisis sebab masalah, khusus untuk mutu dikaitkan dengan kepatuhan
terhadap standar pelayanan
 Merumuskan alternatif pemecahan masalah
c) Keluaran
 Kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan
 Rencana kerja bulan yang baru.

c. Penilaian, Pengawasan dan Pengendalian (P3)


Merupakan proses pemantauan, dan penilaian terhadap penyelenggaran rencana
tahuna Puskesmas, baik rencana tahuna upaya kesehatan wajib maupun rencana
tahunan upaya kesehatan pengembangan dalam mengatasi masalah kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Pengorganisasian
Pengorganisasian yang pertama dilakukan berupa penentuan para penanggung
jawab dan para pelaksana kegiatan untuk setiap satuan wilayah kerja. Sedangkan
pengorganisasian yang kedua adalah penggalangan kerja sama tim secara lintas
sektoral.
2) Penyelenggaraan
Penyelenggaran yang dilakukan harus sesuai dengan rencana yang dilakukan.
Untuk dapat mencapai penyelenggaran yang baik, maka dilakukan:
a) Mengkaji ulang rencana pelaksanaan
b) Menyusun jadwal kegiatan bulanan
c) Menyelenggarakan kegiatan sesuai jadwal
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan adalah
a) Azas penyelenggaran Puskesmas
b) Berbagai standar dan pedoman pelayanan Puskesmas (standar dan pedoman
bangunan Puskesmas, standar dan pedoman peralatan Puskesmas, standar dan
pedoman ketenagaan Puskesmas, dan standar yang lain)
c) Kendali mutu
d) Kendali biaya
3) Pemantauan
Kegiatan pemantauan mencakup hal-hal sebagai berikut:
a) Melakukan telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
 Telaah internal, adalah telaah bulanan terhadap penyelenggaraan kegiatan dan
hasil yang dicapai Puskesmas dibandingkan dengan recana dan standar
pelayanan. Data yang digunakan berasal dari SIMPUS yang berlaku.
 Telaah eksternal, adalah telaah triwulanan terhadap hasil yang dicapai oleh
sarana kesehatan tingkat pertama lainya serta sektor terkait, yang ada di
wilayah kerja Puskesmas
b) Menyusun sarana peningkatan penyelenggaraan kegiatan
4) Penilaian
Merupakan kegiatan yang dilkaukan setiap akhir tahun anggaran. Kegiatan
yang dilakukan mencakup:
a) Melakukan penilaian terhadapa penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai,
dibandingkan dengan rencana tahunan dan standar pelayanan. Sumber data yang
digunakan dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer (berasal dari SIMPUS dan
berbagai sumber data lain yang terkait) dan sumber sekunder (berasal dari hasil
pemantauan bulanan dan triwulan)
b) Menyusun saran peningkatan penyelenggaraan kegiatan sesuai dengan
pencapaian serta masalah dan hambatan yang ditemukan untuk rencana tahun
berikutnya
5) Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Merupakan proses untuk memperoleh proses kepastian atas kesesuaian
penyelenggaraan dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan peraturan
perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang berlaku.
Pengawasan dibedakan atas 2 macam, yaitupengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan oleh atasan di Puskesmas, sedangkan pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta
berbagai institusi terkait lainnya. Cakupannya meliputi aspek administratif,
keuangan dan tehnis pelayanan. Apabial terdapat penyimpangan, maka dilakukan
pembinaan.
Pertanggungjawaban dilakukan oleh kepala Puskesmas yang berupa laporan
pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan
dan penggunaan berbagai sumber daya termasuk keuangan. Laporan disampaikan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, serta berbagai pihak terkait lainnya,
termasuk masyarakat melalui Badan Penyantun Puskesmas. Apabila terjadi
pergantian kepala Puskesmas, maka kepala Puskesmas yang laa wajib membuat
laporan pertanggungjawaban masa jabatannya.

4. Upaya Pelayanan Kesehatan dan Bagian-Bagian di Puskesmas Danurejan I


Upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Danurejan I adalah
upaya kesehatan wajib dan pengembangan. Upaya kesehatan wajib yang dilakukan adalah:
a. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Sebagai salah satu upaya kesehatan wajib yang dilakukan di Puskesmas
Danurejan I adalah program KIA. Program KIA di Puskesmas Danurejan I
dilaksanakan di BP KIA.

Gambar 23. Ruang dan Beberapa Pelayanan di BP KIA Puskesmas Danurejan I


Program yang dilakukan KIA yang dilakukan di Puskesmas Danurejan I terdiri
dari:
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk
ibu selama masa kehamilan, dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang
ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK), yang meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaaan laboratorium, serta intervensi khusus dan umum.
Dalam penerapannya dapat berupa:
 Pengukuran tinggi badan dan berat badan
 Pengukuran tekanan darah
 Nilai status gizi (lingkar lengan atas)
 Ukur tinggi fundus uteri
 Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin
 Pemberian tablet zat besi miimal 90 tablet selama kehamilan
 Konseling
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan darah,
hemoglobin, protein urine dan gula darah. Pemeriksaan seperti hepatitis B, HIV, atau
sifilis dilakukan kepada ibu yang beriso menderita penyakit tersebut.
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali
selama masa kehamilan, yaitu:
 Minimal 1 kali pada triwulan pertama
 Minimal 1 kali pada triwulan kedua
 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar pelayanan antenatal ditentukan untuk menjamin perlindungan kepada
ibu hamil berupa deteksi dini faktor resiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
2) Pertolongan Persalinan
Adalah pelayanan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih banyak penolongan bersalin
dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten dan dilakukan di luar fasilias pelayanan
kesehatan. Pada prinsipnya, penolongan persalinan harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
 Pencegahan infeksi
 Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
 Rujuk kasus yang tidak sesuai kompetensi
 Melaksanakan inisiasi menyusu dini
 Memberikan injeksi vitamin K dan salep mata pada bayi baru lahir
3) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Adalah pelayanan standar pada ibu mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca
bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaaan terhadap ibu nifas dengan melakukan
kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu:
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan
 Kunjungan nifas kedua pada masa 2 minggu setelah persalinan (8-14 hari)
 Kunjungan nifas ketiga pada masa 6 minggu setelah persalinan (36-42 hari)
Pelayanan yang diberikan adalah:
 Pemeriksaan vital sign
 Pemeriksaan tinggi fundus uteri
 Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnnya
 Pemeriksaan payudar dan anjuran ASI eksklusif selama 6 bulan
 Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2 kali
 Pelayanan KB pasca bersalin
4) Pelayanan Kesehatan Neonatus
Adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan kepada neonatus
minimal 3 kali selama periode 0 – 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan
atau kunjungan ke rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus berupa:
 Kunjungan neonatal ke-1 (KN-1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 jam setelah
lahir
 Kunjungan neonatal ke-2 (KN-2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai
hari ke-7 setelah lahir
 Kunjungan neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai
hari ke-28 setelah lahir
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi:
 Pemeriksaan dan perawatn bayi baru lahir
 Perawatan tali pusat
 Melaksanakan ASI eksklusif
 Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K1
 Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotik
 Pemberian imunisasi Hepatitis B-0
 Pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM)
 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterius, diare,
BB rendah dan masalah pemberian ASI
 Konseling terhadap ibu dan kelurga untuk memberikn ASI eksklusif, pencegahan
hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan buku
KIA
 Penanganan dan rujukan bila diperlukan
5) Deteksi dini faktor resiko dan komplikasi kebidanan dan neontus oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat
Adalah kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang memiliki
faktor resiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi
yang wajar, namun tetap meiliki resiok untuk terjadinya komplikasi. Sebagian besar
kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat di fasilitas
pelayanan kesehatan.
6) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapat
penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan pada tingakat dasar dan
rujukan. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi
kebidanan, maka diperlukan adanya fasilitas kesehatan yang mampu memberikan
pelayanan obstetri dan neonatal emergensi berjenjang mulai dari bidan, Puskesmas
mampu PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Dasar), sampai rumah sakit
PONEK (Pelayanan Obstetri Neonatus Esensial Komprehensif).
Pelayanan medis yang dilakukan di Puskesmas mampu PONED berupa:
 Pelayanan Obstetri
 Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas
 Pencegahan dan penanganan hipertensi dalam kehamilan
 Pencegahan dan penanganan infeksi
 Penanganan partus lama
 Penanganan abortus
 Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan
 Pelayanan Neonatus
 Pencegahan dan penanganan asfiksia
 Pencegahan dan penanganan hipotermia
 Penanganan bayi berat lahir rendah
 Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan-
sedang
 Pencegahan dan penanganan gangguan minum
 Stabilisasi komplikasi neonatus untuk rujukan dan transportasi rujukan
7) Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi
Adalah penanganan neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat
menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian.

8) Pelayanan Kesehatan Bayi


Adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikn oleh tenaga
kesehatan kepada bayi minimal 4 kali, selama periode 29 hari sampai 11 bulan
setelah lahir. Pelaksanaannya meliputi:
 Kunjungan bayi 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan
 Kunjungan bayi 1 kali pada umur 3 – 5 bulan
 Kunjungan bayi 1 kali pada umur 6 – 8 bulan
 Kunjungan bayi 1 kali pada umur 9 – 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan
kesehatan dasar pemeliharaan, pencegahan dan pertolongan kesehatan, yang berupa:
 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak)
sebelum bayi berumur 1 tahun
 Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
 Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 Bulan)
 Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda-tanda sakit
dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
9) Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan
mengacu pedoman stimulasi, deteksi dan intervensi tumbuh kembang anak yang
dilaksanankan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi
pelayanan pada anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan meliputi:
 Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam
buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan balita
setiap bulan yang tercatat pada buku KIA/KMS.
 Stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang minimal 2 kali dalam
setahun. Pelayanannya dapat berupa pemantauan perkembangan motorik
kasar,motorik halus, bahsaa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali dalam
setahun.
 Pemberian vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali setahun
 Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap balita
 Pelayanan anak balita sakit sesuai standar

10) Pelayanan KB Berkualitas


Adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak individu dalam
merencanakan kehamilan sehingga diharapkanan dapat berkontribusi dalam
menurunkan angka kematian ibu dan tingkat fertilitas bagi pasangan yang telah
cukup memiliki 2 anak, serta meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin
mempunyai anak. Pelayanan dapat berupa:
 KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus)
 KB hormonal (pil, suntik, susuk)
 KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi)

b. Upaya promosi kesehatan


Program ini ditujukan untuk memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat
agar mampu menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan
berbasis masyarakat. Kegiatan pokok yang dilaksanakan dalam program ini antara lain
meliputi:
1) Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi Komunikasi Informasi dan
Edukasi (KIE).
2) Pengembangan upaya kesehatan bersumber dari masyarakat (seperti pos pelayanan
terpadu, pondok bersalin desa, dan usaha kesehatan sekolah).
3) Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
4) Peningkatan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JKPM) secara kapitasi
dan pra upaya terutama bagi keluarga miskin.
5) Peningkatan pendanaan operasional Puskesmas dan revitalisasi Puskesmas sebagai
pusat promotive dan preventive bidang kesehatan
Gambar 24. Beberapa Kegiatan Promosi Kesehatan

c. Upaya kesehatan lingkungan


Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan lingkungan di wilayah Danurejan.
Program yang dilakukan berupa upaya penurunan angka kesakitan penyakit berbasis
lingkungan, meningkatkan pelayanan dasar kesehatan lingkungan, meningkatkan peran
serta masyarakat, serta meningkatan kerjasama lintas progam, lintas sektoral, dan
organisasi serta swasta perihal kesehatan lingkungan.
Kegiatan nyata yang dilakukan dapat berupa inspeksi sanitasi sarana air bersih,
inspeksi sanitasi sarana pengelolaan makanan, inspeksi sanitasi sarana pembuangan
sampah dan pemeriksaan lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Danurejan I.
Pembinaan kader dan masyarakat juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan lingkungan.
Gambar 25. Salah Satu Kegiatan Kesehatan Lingkungan Berupa Pemeriksaan
Jentik Nyamuk

d. Upaya perbaikan gizi masyarakat


Empat program pokok yang dilakukan adalah 1) Upaya Perbaikan Gizi Keluarga
2) Upaya Perbaikan Gizi Institusi 3) Penyuluhan Gizi Masyarakat, dan 4) Sistem
Kewaspadaan Pangan dan Gizi. Empat program pokok tersebut di realisasiakan dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Pemantauan pertumbuhan, merupakan kegiatan yang dilakukan di Posyandu 1 bulan
sekali. Pemantauan yang dilakukan adalah SDKN (Semua, Datang, KMS, Naik),
status gizi di bawah garis merah dan 2T (2 kali timbang tidak naik).
2) Pemantauan status gizi di Posyandu
3) Screening dan peninjauan ulang, merupakan kegiatan yang dilakukan atas dasar
tindak lanjut kegiatan pemantauan pertumbuhan dan status gizi (jika ditemukan gizi
buruk).
4) Konseling
5) Distribusi dan suplementasi Vitamin A
6) Distribusi dan suplementasi Vitamin A pada ibu nifas
7) Distribusi dan suplementasi Fe pada ibu hamil
8) Survey keluarga mandiri sadar gizi. Merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menilai kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi. Indikator yang digunakan
adalah anggota keluarga timbang berat badan secara teratur, anggota keluarga makan
beraneka ragam makanan (memenuhi kebutuhan gizi), keluarga menggunakan garam
beryodium, pemberian ASI eksklusif oleh ibu muda, suplementasi rutin, serta
rutinitas sarapan bagi anggota keluarga.
9) Screening ke sekolah bagi siswa baru
10) Memonitoring screening pemberian makanan bergizi bagi siswa TK
11) Screening ASI eksklusif

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


Program yang melaksanakan kegiatan pemberantasan penyalit menular dan tidak
serta penyakit potensial wabah lainnya. Upaya yang dilakukan adalah pengumpulkan
data, surveilans pemberantasan penyakit, mendeteksi adanya KLB (Kejadian Luar
Biasa), Penyelidikan Epidemologi (PE), serta pelaporan kegiatan pemberantasan
penyakit menular, laporan adanya KLB (W1), laporan PE dan laporan W2 (Laporan
Penyakit Potensial Wabah).
1) Upaya P2 DBD
2) Upaya P2 TBC
3) Upaya P2 Diare
4) Upaya P2 ISPA
5) Upaya P2 Kusta
6) Upaya Surveilance
f. Upaya pengobatan
Upaya pengobatan di Puskesmas Danurejan I merupakan segala bentuk pelayanan
pengobatan yang diberikan kepada seseorang untuk menghilangkan penyakit atau
gejala-gejalanya. Tujuan upaya pengobatan adalah:
1) Tujuan umum, yaitu meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
2) Tujuan khusus, yaitu menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita
seseorang, mengurangi penderitaan karena sakit, mencegah dan mengurangi
kecacatan, serta merujuk penderita kepada tenaga medis yang lebih berkompeten.
Upaya pengobatan dilakukan di BP umum. Kegiatan dasar yang dilakukan di BP
umum mencakup diagnosa dini, tindakan pengobatan dan tindakan rujukan. Selain itu,
BP umum juga memberikan pelayanan pengembangan (pemeriksaan jamah haji,
konsultasi medis) dan pemberian surat keterangan sehat atau sakit. Pada intinya,
program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan
obat dan perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional.
Puskesmas Danurejan I memiliki 6 orang tenaga medis di BP umum, yaitu 3
orang dokter umum dan 3 orang perawat.
Gambar 26. Ruang dan Pelayanan di BP Umum Puskesmas Danurejan I

Gambar 27. Alur Pasien Di BP Umum Puskesmas Danurejan I


Selain BP umum, upaya pengobatan dilakukan di Unit Gawat Darurat (UGD).
UGD di Puskesmas Danurejan I melayani pasien yang memerlukan tindakan perawatan
segera/kondisi darurat. Selain itu, pasien yang mendaftar di luar jam pendaftaran
Puskesmas, akan dilayani di UGD.
Gambar 28. Ruang UGD di Puskesmas Danurejan I

Alur pelayanan kesehatan di UGD adalah sebagai berikut:


Gambar 29. Alur Pasien di UGD Puskesmas Danurejan I

Upaya kesehatan pengembangan antara lain:


a. Upaya Kesehatan Jiwa
Meliputi kegiatan screening, konseling, rujukan, rawat jalan/home visit dan
pengobatan masyarakat yang menderita gangguan jiwa. Pelaporan yang dilakukan
adalah hasil screening, total pasien tahunan (baik rawat jalan ataupun rujukan), serta
pasien kontrol. Evaluasi yang dilaksanakan adalah total pasien sembuh, pasien
terkontrol dan kestabilan kiwa pasien yang telah medapat perawatan kejiwaan.
b. Upaya PHN
Merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan
oleh Puskesmas. PHN dilakukan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan
dasar. Pelaksanaannya bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga tercapai derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mengupayakan terbinanya kesehatan masyarakat, maka diharapkan 40
% keluarga rawan kesehatan memperoleh kunjungan rumah dan pembinaan kesehatan
oleh tenaga kesehatan melalui kegiatan PHN.
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan,
ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah
kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau
sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut. Fokus utama pada keluarga
rawan kesehatan yaitu keluarga miskin yang rentan dan keluarga yang termasuk resiko
tinggi.
c. Upaya Kesehatan Usila
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat usia lanjut
yang meliputi pelayanan medis, pencegahan penyakit degeneratif, serta kontrol dan
monitoring kondisi fisik dan mental. Kegiatan yang dilakukan berupa:
1) Promosi kesehatan usila
2) Pencatatan pasien usila yang meddapatkan pelayanan dalam gedung berdasarkan
tingkatan umur (pra usila, yaitu 45 – 59 tahun; usila, yaitu 60 – 69 tahun; dan usila
resiko tinggi, yaitu > 70 tahun)
3) Posyandu lansia
4) Kerjasama lintas sektoral. Misalnya dengan Pos Pendamping Sosial (PPS) Lansia
tingkat kecamatan yang merupakan badan di bawah komisi daerah Kabupaten
Bantul dalam upaya kesehatan masyarakat Usila
5) Mengadakan kegiatan seperti siraman rohani, senam sehat rutin, outbond dan
perawatan penyakit degeneratif
6) Pembentukan dan pelatihan kader
Pada saat ini Puskesmas Sedayu II memiliki 16 Posyandu lansia yang berfungsi
melakukan monitoring dan memberikan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia yang berfungsi sebagai kartu evaluasi kesehatan.
KMS Lansia berisi identitas pasien, catatan status kesehatan fisik dan mental, serta
anjuran untuk hidup sehat.
d. Upaya Pengobatan Tradisional
Bertujuan untuk membina masyarakat dalam penggunaan obat tradisional.
Memanfaatkan pekarangan kosong merupakan prinsip yang digunakan Puskesmas
Sedayu II dalam membina dalam upaya pengobatan tradisional. Hingga saat ini,
terdapat 6 komunitas jamu tradisional di Dusun Cawan dan 22 komunitas jamu
tradisional di Dusun Ngepek yang merupakan binaan dari Puskesmas Sedayu II.
Program yang dilaksanakan meliputi:
1) Pembinaan cara budidaya tanaman tradisional
2) Pembinaan pengelolaan hasil panen tanaman tradisional
3) Pembinaan pembuatan jamu dari tanaman tradisional dan cara pemanfaatannya
untuk kesehatan
Selain itu, kerja sama dengan pihak luar juga dilakukan untuk menunjang
program ini, misalnya dengan Fakultas Farmasi UGM yang mengadakan kegiatan
pelatihan dan promosi penggunaan tanaman tradisional sebagai obat-obatan.
e. Upaya Kesehatan/Kesehatan Gigi Anak Sekolah
Meliputi kegiatan screening kesehatan umum (mata, berat badan, tinggi badan,
gizi) dan kesehatan gigi (karies) pada siswa TK, SD dan SMP baru disetiap bulan juli
(disesuaikan dengan tahun ajaran baru), serta kegaiatan kontrol yang dilakukan setiap
bulan Maret dan November. Pada kegiatan UKS/UKGS, setiap siswa diberikan buku
sehat yang akan dipantau guru di sekolah untuk dilakukan tindak lanjut pelayanan
kesehatan di Puskesmas Sedayu II jika pada saat pemeriksaan di sekolah ditemukan
masalah kesehatan.
Gambar 30. Kegiatan Pemeriksaan Gigi di UKGS
f. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (BP Gigi)
BP gigi di Puskemas Sedayu II memiliki 2 orang dokter gigi dan 3 orang perawat
gigi. Rata-rata jumlah pasien per hari adalah 9-10 orang. Jenis pelayanan yang
dilakukan di BP gigi adalah:
1) Pembersihan karang gigi 7) Pengobatan periodontal
2) Tumpatan gigi decidui 8) Perawatan kelainan pulpa dan
3) Tumpatan gigi permanen jaringan periapikal
4) Pencabutan gigi decidui 9) Perawatan gusi
5) Pencabutan gigi permanen 10) Penerimaan rujukan dari Bagian
6) Pengobatan pulpa gigi pengobatan lain
Dalam melayani kesehatan gigi masyarakat, BP gigi memiliki 2 dental chair, alat
diagnostik, set alat ekstraksi (tang, bein, cryer), alat perawatan konservasi gigi,
peralatan bedah minor, ultrasonic scalleer, light cure, bur set dan alat proteksi operator.
Bahan yang tersedia antara lain GIC Fuji II, cavit, eugenol, resin komposit, 3 mix, dan
larutan anantesi.
Sterilisasi alat dilakukan dengan cara mencuci alat dengan detergen, kemudian
dibilas dan dikeringkan. Alat akan disterilkan di sterilisasi ultraviolet yang berada di
ruang UGD pada saat pelayanan BP gigi selesai setiap harinya untuk dipakai di hari
berikutnya. Limbah medis dan non medis dibuang di tempat sampah yang berbeda,
sedangkan limbah medis yang tajam dibuang di safety box yang terbuat dari karton
tebal.
Jumlah pasien selama 6 hari saat mahasiswa jaga di BP gigi adalah sebagai
berikut:
Tabel 14. Data Kunjungan Pasien di BP Gigi Puskesmas Sedayu II
No. Waktu Kegiatan Jumlah Pasien Kasus Tindakan
1 13 Februari 2012 14 orang Radixes, Ekstraksi,
Karies media, Tumpatan
Gangren pulpa, sederhana,
Persistensi, Antibiotik
Periodontitis profilaksis
2 17 Februari 2012 7 orang Radixes, Tumpatan
Karies media, sederhana,
Periodontitis Antibiotik
profilaksis
3 18 Februari 2012 8 orang Gangren pulpa, Ekstraksi,
Persistensi, Antibiotik
Periodontitis profilaksis
4 21 Februari 2012 9 orang Radixes, Ekstraksi,
Gangren pulpa, Antibiotik
Periodontitis profilaksis
5 27 Februari 2012 12 orang Radixes, Ekstraksi,
Karies media, Tumpatan
Gangren pulpa, sederhana,
Periodontitis Antibiotik
profilaksis
6 8 Maret 2012 14 orang Radixes, Ekstraksi,
Gangren pulpa, Antibiotik
Persistensi, profilaksis
Periodontitis

Gambar 31. Sarana dan Prasarana di BP Gigi Puskesmas Sedayu II


Alur pasien di BP gigi adalah sebagai berikut:
Gambar 32. Alur Pasien di BP Gigi Puskesmas Sedayu II
g. Upaya Kefarmasian
Sumber daya yang dimiliki adalah 1 orang apoteker yang dibantu 2 orang
pekarya. Apoteker bertanggung jawab atas kegiatan pelayanan bidang kefarmasian
yang meliputi:
1) Pelayanan pemberian obat di apotek berdasarkan resep dari poli di Puskesmas
Sedayu II
2) Mencatat petugas keadaan obat gudang obat dalam memonitor obat di apotek
(LPLPO).
3) Membantu, menyediakan dan memonitor obat di Pustu, Posyandu dan Puskesling.
4) Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat perencanaan kebutuhan obat
Puskesmas.
5) Membina unit apotek dalam pelaksanaan Quality Assurance.
6) Entry data SIMPUS.
Pelaporan yang dilakukan adalah pemakaian obat per bulan, penggunaan obat
rasional dan penggunaan persentase penggunaan obat generik. Obat-obatan yang
terdapat di Puskesmas Sedayu II berasal dari Dinak Kesehatan Kabupaten Bantul.
Pengajuan jenis dan jumlah obat yang dilaksanakan di Puskesmas Sedayu II didasarkan
atas data dan prediksi bulan sebelumnya.
Gambar 33. Pelayanan di Ruang Obat

h. Upaya Laboratorium Penunjang


Tugas pokok bagian laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Membuat perencanaan kebutuhan alat/sarana, reagensia dan bahan habis pakai
lainnya yang dibutuhkan selama 1 tahun.
2) Membuat perencanaan pengembangan kegiatan laboratorium.
3) Melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur.
4) Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan laboratorium.
Sumber daya manusia yang dimiliki Puskesmas Sedayu II adalah 1 orang laboran
yang bertugas melayani pemeriksaan penunjang laboratorium. Tarif yang dikenakan
kepada pasien disesuaikan dengan pemeriksaan yang dilakukan. Untuk pasien
pemegang jaminan kesehatan tetap dikenakan retribusi jika pemeriksaan yang
dilakukan atas kehendak sendiri dan bukan dari rujukan tenaga medis.
Alur pasien adalah pasien mendaftar di loket pendaftaran dan membawa nota
pemeriksaan laboratorium, baik rujukan dari poli maupun pemeriksaan permintaan
sendiri, dan menyerahkan ke bagian laboratorium. Pasien dicatat di buku register harian
laboratorium dan dilakukan tes lab sesuai dengan surat pengantar rujukan/permintaan
sendiri. Hasil pemeriksaan lab akan dicatat di buku register harian dan rekam medis
pasien, kemudian petugas lab memberikan surat hasil pemeriksaan untuk pasien dan
dibawa oleh pasien ke bagian poli yang merujuk atau untuk surat keterangan hasil lab
bagi pasien.
Gambar 34. Pelayanan Pemeriksaan Gula Darah di Laboratorium
Puskesmas Sedayu II
i. Upaya Kesehatan Kerja
Menjamin kesehatan kerja bagi buruh, petani dan wiraswasta di wilayah kerja
Puskesmas Sedayu II. Upaya yang dilakukan meliputi pembentukan pos-pos di dekat
kumpulan bekerja yang berfungsi sebagai pemberian pertolongan awal sebelum dibawa
ke Puskesmas. Pos dilengkapi dengan alat dan bahan medis dasar, seperti kasa, kapas,
dan betadine.
Setiap pos mencakup 15-30 orang pekerja dan dimonitor oleh petugas dari
Puskesmas. Pelatihan dan kaderisasi juga dilakukan untuk memberikan pengetahuan
terhadap pemahaman tentang pertolongan awal pada kecelakaan kerja.
j. Upaya Kesehatan Mata
Meliputi program yang meliputi kegiatan screening di dalam dan di luar gedung,
pemeriksaan siswa prasekolah dan sekolah, sera pemberian vitamin A (kolaborasi
dengan KIA dan unit gizi). Data yang didapat dilaporkan setiap bulan kepada Dinas
Kabupaten/Kota.
Jika data yang dilaporkan terdapat pasien yang harus dilakukan perawatan
kompleks, seperti operasi katarak, maka petugas Puskesmas akan mengajukan operasi
gratis kepada badan penyelenggara kegiatan operasi dan mendata ulang masyarakat
yang membutuhkan tindakan perawatan
k. Upaya Kesehatan Haji
Bertujuan untuk membantu masyarakat calon haji untuk mempersiapkan fisik dan
mental. Screening, konseling dan pemeriksaan kesehatan umum tahap pertama
dilakukan 8 bulan sebelum keberangkatan haji. Masyarakat yang tidak ada masalah
kesehatan diberi edukasi kesehatan, sedangkan masyarakat yang memiliki masalah
kesehatan dilakukan pengobatan, kemudian dilakukan kontrol tahap kedua 3 bulan
sebelum keberangkatan.
Dalam menjalankan fungsi Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan,
baik upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan yang telah dijelaskan di
atas, Puskesmas Sedayu II memiliki bagian-bagian yang berperan dalam menunjang
proses upaya kesehatan di Puskesmas Sedayu II. Bagian-bagian tersebut antara lain:
a. Loket Pendaftaran dan Rekam Medis
Loket pendaftaran dan rekam medis di Puskesmas Sedayu II terletak di bagian
depan pintu masuk utama. Pelayanan kesehatan dilakukan selama 6 hari kerja, yaitu
Senin sampai Sabtu dengan waktu pelayanan sebagai berikut:
Hari Senin – Kamis : Pukul 07.30 – 14.30
Hari Jumat : Pukul 07.30 – 11.30
Hari Sabtu : Pukul 07.30 – 13.00
Sedangkan waktu pendaftaran pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
Hari Senin – Kamis : Pukul 07.30 – 12.00
Hari Jumat : Pukul 07.30 – 10.30
Hari Sabtu : Pukul 07.30 – 11.30
Gambar 35. Suasana di Loket Pendaftaran Puskesmas Sedayu II

Seluruh pasien yang datang akan dilakukan pendataan pasien lama dan pasien
baru. Seluruh pasien wajib mengambil nomor antre. Pasien baru akan diberikan kartu
tanda (kartu berobat) yang baru, sedangkan pasien lama didata dengan menyerahkan
kartu tanda pengenal (kartu berobat) yang telah didapatkan pada kuunjungan
sebelumnya. Bagi pasien yang memiliki kartu jaminan kesehatan, wajib menunjukkan
kartu tersebut kepada petugas untuk direkap nomor jaminan kesehatan. Data pasien dan
nomor jaminan kesehatan akan diregister dan diinput ke sistem informasi kesehatan
(komputer) dan data pasien dapat diakses di masing-masing bagian pelayanan.
Petugas akan menyiapkan rekam medis sesuai dengan nomor antre dan
memberikan nomor antre baru sesuai dengan bagian pelayanan yang dituju. Kemudian
petugas akan membawa rekam medis ke bagian pelayanan sesuai dengan tujuan dan
keluhan pasien, sedangkan pasien menunggu di ruang tunggu masing-masing bagian
pelayanan untuk dipanggil sesuai antrean baru.
Rekam medis di Puskesmas Sedayu II memiliki warna map yang berbeda untuk
setiap desa tempat tinggal pasien, yaitu warna merah untuk Desa Argorejo, warna hijau
untuk Desa Argodadi, warna kuning untuk Desa Argosari dan Argomulyo, serta warna
biru untuk luar Kecamatan Sedayu.
Alur pasien di Puskesmas Sedayu II adalah:
Gambar 36. Alur Pasien di Puskesmas Sedayu II

Gambar 37. Suasana Ruang Tunggu Pasien di Puskesmas Sedayu II

b. Tata Usaha
Sumber Daya Manusia yang dimiliki Bagian Tata Usaha (TU) Puskesmas Sedayu
II adalah 1 orang yang merupakan Kepala Bagian Tata Usaha dan dibantu tenaga
fungsional yang merangkap sebagai petugas TU. Fungsi Bagian TU di Puskesmas
Seday II adalah pengelola keuangan (melalui bendahara Puskesmas), perencana
program dan perencanaan melalui PTP, penyedia logistik (bagian umum), serta sebagai
pengurus administrasi dan kepegawaian.
c. Kasir
Pada bagian kasir, Puskesmas Sedayu II memiliki 1 orang petugas. Untuk
membantu kinerja petugas kasir, terdapat beberapa petugas yang diperbantukan untuk
melayani pasien.
Kasir berfungsi menerima iuran pasien umum dan mencatat nomor registrasi
pasien pemegang jaminan kesehatan yang akan di klain setiap bulan. Total iuran setiap
harinya direkap dan dilaporakn ke bendahara harian, kemudian ditransfer ke Dinas
Kabupaten/Kota melalui BPD.
Gambar 38. Pelayanan Kasir di Puskesmas Sedayu II

5. Pembiayaan dan Keuangan Puskesmas Sedayu II


Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai penyelenggara upaya
kesehatan perorangan dan upakaya kesehatan masyarakat, Puskesmas Sedayu II perlu
ditunjang oleh pembiayaan yang memadai. Pada saat ini, sumber pembiayaan Puskesmas
Sedayu II adalah:

a. Pemerintah
Sumber pembiayaan yang pertama adalah dari pemerintah Kabupaten/Kota.
Sumber dana ini berasal dari PAD. Di samping itu Puskesmas masih menerima dana
yang berasal dari pemerintah propinsi dan pemerintah pusat. Dana yang disediakan oleh
pemerintah dibedakan atas dua macam, yaitu:
1) Dana anggaran pembangunan yang mencakup dan pembangunan gedung, pengadaan
peralatan serta pengadaan obat.
2) Dana anggaran rutin yang mencakup gaji karyawan, pemeliharaan gedung dan
peralatan, pembelian barang habis pakai serta biaya operasional
Setiap tahun kedua anggaran tersebut disusun oleh Dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk diajukan dalam Daftar Usulan Kegiatan ke pemerintah
kabupaten/kota untuk seterusnya dibahas bersama DPRD kabupaten/kota. Puskesmas
diberikan kesempatan mengajukan kebutuhan untuk kedua anggaran tersebut melalui
Dinas kesehatan kabupaten/kota.
Anggaran yang telah disetujui yang tercantum dalam dokumen keuangan
diturunkan secara bertahap ke Puskesmas melalui dinas kesehatan kabupaten/kota.
Untuk beberapa mata anggaran tertentu, misalnya pengadaan obat dan pembangunan
gedung serta pengadaan, anggaran tersebut dikelola langsung oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota atau oleh pemerintah kabupaten/kota.
Penanggungjawab penggunaan anggran yang diterima oleh Puskesmas adalah
Kepala Puskesmas, sedangkan administrasi keuangan dilakukan oleh pemegang
keuangan Puskesmas yakni seorang staf yang ditetapkan oleh Dinas kesehatan
kabupaten/kota atas usulan Kepala Puskesmas. Penggunaan dana sesuai dengan usulan
kegiatan yang telah disetujui dengan memperhatikan berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Pendapatan Puskesmas (Pasien Umum)
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2009 tentang
retribusi pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), masyarakat
dikenakan kewajiban membiayai upaya kesehatan perorangan yang didapatkan. Untuk
penduduk Kabupaten Bantul, retribusi yang harus dibayarkan adalah Rp 5.500,
sedangkan penduduk luar Kabupaten Bantul, retribusi yang harus dibayarkan adalah Rp
9.000. Untuk pelayanan di UGD, tarif yang dikenakan ntuk penduduk Kabupaten
Bantul adalah Rp 11.000, sedangkan penduduk luar Kabupaten Bantul adalah Rp
18.000. Retribusi tambahan disesuaikan dengan pelayanan kesehatan yang didapatkan
oleh pasien.
Hasil dari pasien umum akan direkapitulasi di bagian kasir dan akan disetor ke
Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul setiap hari melalui rekening BPD. Dana ini akan
dikembalikan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul ke Puskesmas sesuai dengan
pengajuan anggaran di awal tahun pada bulan berikutnya untuk keperluan operasional
Puskesmas Sedayu II. Setiap bulan, Puskesmas Sedayu II wajib melaporkan kegiatan
keuangan ke Bagian Keuangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
c. Dana Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
Dana dari Jamkesmas berasal dari klaim yang dilakukan bendahara Puskesmas
Sedayu II setiap bulannya ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Dana Jamkesmas
adalah dana APBN yang disalurkan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten. Klaim yang
dilakukan harus menunjukkan rekapitulasi yang berisi data dan tanda tangan peserta
Jamkesmas (pemegang kartu Jamkesmas) yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Sedayu II. Setiap bulan, Puskesmas Sedayu II wajib melaporkan kegiatan
keuangan hasil Jamkesmas ke Seksi Pembiayaan Kesehatan dan Kemitraan Kabupaten
Bantul.
d. Dana Jaminan Kesehatan Sosial (Jamkesos)
Dana dari Jamkesos berasal dari klaim yang dilakukan bendahara Puskesmas
Sedayu II setiap bulannya ke Badan Penyelenggara Jamkesos. Dana Jamkesos adalah
dana APBD I. Klaim yang dilakukan harus menunjukkan rekapitulasi yang berisi data
dan tanda tangan peserta Jamkesmas (pemegang kartu Jamkesmas) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Sedayu II. Setiap bulan, Puskesmas Sedayu II wajib
melaporkan kegiatan keuangan hasil Jamkesmas ke Seksi Pembiayaan Kesehatan dan
Kemitraan Kabupaten Bantul.
e. Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan yang dilakukan menggunakan sistem kapitasi. Setiap bulan,
Puskesmas Sedayu II yang merupakan PPK mendapatkan data anggota terbaru dari
Badan Penyelenggara dan dana iuran dari peserta asuransi kesehatan. Setiap bulan,
Puskesmas Sedayu II wajib melaporkan kegiatan keuangan hasil asuransi kesehatan ke
Bagian Pelayanan Kesehatan Kabupaten Bantul.
f. Bantuan Operasioanal Kesehatan (BOK)
Bantuan Operasional Kesehatan adalah bantuan dana dari pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan
pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
dengan fokus pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) melalui
peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.
Tujuan umum dari BOK adalah meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat utamanya kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan
pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan
dengan fokus pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun
2015.Sedangkan tujuan khusunya adalah meningkatnya cakupan Puskesmas dalam
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif, tersedianya dukungan biaya
untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat,
serta terselenggaranya proses Lokakarya Mini di Puskesmas dalam perencanaan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Dari sekian banyak upaya kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas, dana BOK
utamanya digunakan untuk mendukung upaya kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif yang meliputi:
1. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk Keluarga Berencana
2. Imunisasi
3. Perbaikan Gizi Masyarakat
4. Promosi Kesehatan
5. Kesehatan Lingkungan
6. Pengendalian Penyakit
Kegiatan yang dapat dibiayai BOK adalah:
1. Pendataan sasaran (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita, kasus risiko tinggi,
rumah tangga, siswa, sekolah, pasangan usiasubur, wanita usia subur, tempat-tempat
umum, dll)
2. Surveilans (gizi, KIA, imunisasi, penyakit menular, penyakit tidak menular, vektor,
dll)
3. Kunjungan rumah/lapangan (kasus drop out, kasus risiko tinggi, perawatan
kesehatan masyarakat, pendampingan minum obat, pemasangan stiker P4K, ANC,
PNC dll)
4. Pelayanan di Posyandu (penimbangan, penyuluhan, pelayanan KIA, KB, imunisasi,
gizi dll)
5. Kegiatan sweeping, penjaringan, pelacakan, dan penemuan kasus
6. Pengambilan spesimen
7. Pengendalian dan pemberantasan vektor (fogging, spraying, abatisasi, pemeriksaan
jentik, pembagian kelambu, dll)
8. Kegiatan promosi kesehatan termasuk untuk mendukung program prioritas
(penyuluhan, konseling luar gedung, pembinaan Poskesdes dan Posyandu, dll)
9. Kegiatan pemantauan (sanitasi air bersih, rumah, tempat-tempat umum, pengelolaan
sampah, dll)
10. Pengambilan vaksin
11. Transport Rujukan dari Poskesdes ke Puskesmas dan atau dari Puskesmas ke Rumah
Sakit terdekat untuk kasus KIA risiko tinggi dan komplikasi kebidanan bagi peserta
Jampersal
12. PMT penyuluhan dan PMT pemulihan untuk balita 6-59 bulan dengan gizi kurang
Kegiatan yang tidak dapat dibiayai BOK adalah:
1. Upaya kuratif dan rehabilitatif
2. Gaji, uang lembur, insentif
3. Pemeliharaan gedung (sedang dan berat)
4. Pemeliharaan kendaraan
5. Biaya listrik, telepon, dan air
6. Pengadaan obat, vaksin, dan alat kesehatan
7. Biaya konsumsi untuk penyuluhan
8. Pencetakan
9. ATK dan penggandaan untuk kegiatan rutin Puskesmas
Puskesmas yang mendapatkan dana BOK wajib melaporkan penggunaan dana
BOK berupa penerimaan dan realisasi dana BOK, serta Surat Pernyataan Tanggung
Jawab Belanja (SPTB) ke sekretariat BOK di Dinas Kabupaten/Kota

6. Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas Sedayu II


Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada
pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan
terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan
informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar.
Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi,
karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan
organisasi tersebut.
Pencatatan harian masing-masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan
terpadu puskesmas atau yang disebut dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP). SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana,
tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang bertujuan agar didapatnya
semua data hasil kegiatan Puskesmas dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data
tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan
teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
Pelaporan terpadu Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari bulan Januari
sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Adapun formulir Laporan yang
digunakan untuk kegiatan SP2TP adalah:
a) Laporan bulanan, yang mencakup:
1) Data Kesakitan (LB.1)
2) Data Obat-Obatan (LB.2)
3) Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit menular (LB.3)
4) Data Kegiatan Puskesmas (LB.4)
b) Laporan Sentinel, yang mencakup:
1) Laporan Bulanan Sentinel (LB1S)
2) Laporan Bulanan Sentinel (LB2S)
c) Laporan Tahunan, yang mencakup
1) Data dasar Puskesmas (LT-1)
2) Data Kepegawaian (LT-2)
3) Data Peralatan (LT-3).
Tata cara pelaporan adalah sebagai berikut:
a) Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap bulan dan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya, dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten.
b) Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan berikutnya dikirim
ke Dinas Kesehatan Kabupaten, Provinsi dan Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM dan
LB2S ke Ditjen Binkesmas)
c) Laporan Tahunan (LT) dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 januari tahun
berikutnya. Khusus untuk laporan LT-2 (data Kepegawaian) hanya diisi bagi pegawai
yang baru/belum mengisi formulir data kepegawaian
Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk pengorganisasian
yang terdiri dari:
a) Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)
Tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP
dan para pelaksana kegiatan di Puskesmas.
b) Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)
Koordinator SP2TP bertugas:
1) Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan.
2) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
3) Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan
mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul paling lambat
31 Januari tahun berikutnya.
4) Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan.
5) Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada Kepala Puskesmas.
6) Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala
Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelaksanaan kegiatan
SP2TP.
c) Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)
Pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:
1) Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada.
2) Mengadakan bimbingan terhadap Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
3) Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan Puskesmas Pembantu
serta Bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/membuat laporan SP2TP.
4) Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-
masing dalam 2 rangkap dan disampaikan kepada koordinator SP2TP Puskesmas.
Dengan rincian satu rangkap untuk arsip koordinator SP2TP Puskesmas dan satu
rangkap oleh Koordinator SP2TP Puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul
5) Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya.
6) Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.
D. Dokter Gigi Keluarga
1. Pendahuluan
Penyakit gigi dan mulut dapat mengganggu dan menyerang sistem stomatognasi dan
bersifat kroni dengan masa laten yang panjang. Bila dokter gigi hanya memberikan
pelayanan dasar atas keluhan pasien atau hanya menunggu rujukan dari tenaga medis lain,
biasanya penyakit sudah dalam tahap lanjut sehingga penanggulangan menjadi lebih
kompleks, baik dari segi biaya, segi waktu, maupun dari segi tahap perawatan. Sehingga
konsep dokter gigi pada saat ini mulai dikembangkan.
Dokter gigi keluarga adalah dokter gigi yang mampu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan gigi yang berorientasi pada komunitas dengan keluarga sebagai sasaran
utama,dan memandang individu-individu baik yang sakit maupun sehat sebagai bagian
dari unit keluarga serta komunitasnya (SK Menkes No.1415/Menkes/SK/X/2005). Oleh
karena itu, seorang dokter gigi keluarga diharapkan mampu mengidentifikasi masalah
kesehatan dengan berbagai macam pendekatan, sehingga diharapkan permasalahan
kesehatan gigi ditemukan dan diantisipasi sejak dini.
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan,
yakni:
a. Pendekatan logis yaitu identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan melihat
prevalensi dan insidensi karies dan indeks tingkat kebutuhan perawatan periodontal
yang diderita oleh masyarakat.
b. Pendekatan pragmatis, yaitu identifikasi kesadaran masyarakat yang ingin bebas dari
rasa sakit dan rasa tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan untuk datang ke
pelayanan kesehatan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu masalah gangguan
kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk memperoleh pengobatan,
misalnya jumlah orang yang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
c. Pendekatan politis yaitu identifikasi masalah yang diukur atas dasar pendapat orang-
orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat).
2. Proses Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dapat dilakukan dengan 3 cara. Dari 3 cara pendekatan
yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan, maka proses yang telah
dilakukan mahasiswa adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan pragmatis merupakan identifikasi yang berupa gambaran upaya masyarakat
untuk memperoleh pengobatan. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah mengamati
dan mengambil data kunjungan masyarakat ke suatu pelayanan kesehatan gigi. Data
diambil dari kunjungan BP Gigi Puskesmas Sedayu II pada tahun 2011, data tersebut
adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Data Kunjungan 10 Besar Penyakit di BP Gigi Puskesmas Sedayu II
Tahun 2011
No. Kode Jenis Pelayanan Diagnosa Total
1. K.04 Penyakit pulpa dan jarigan keras gigi 366
2. K.06 Gangguan gusi dan edentulous alveolar ridge 285
3. K.05 Gingivitis dan penyakit periodontal 284
4. K.00.6 Disturbance in tooth eruption 267
5. K.02 Karies dentin 224
6. K.03 Penyakit jaringan keras gigi lain 91
7. K.08 Gangguan geligi dan jaringan penunjang lain 67
8. K.04.1 Nekrose pulpa 49
9. K.04.7 Periapical abses 41
10. K.08.1 Retain dental root 25

Berdasarkan data di atas, dapat diambil 3 besar penyakit, yaitu penyakit pulpa dan
jarigan keras gigi, gangguan gusi dan edentulous alveolar ridge, serta gingivitis dan
penyakit periodontal, yang merupakan permasalahan utama keluhan gigi dan mulut
masyarakat.

3. Menetapkan Prioritas Masalah


Penentuan prioritas masalah dilakukam dengan metode matrik yang secara umum
dibedakan 3 macam, yaitu:
a. Pentingnya masalah, ukuran pentingnya masalah antara lain:
1) P (prevalence) : besarnya masalah
2) S (severity) : akibat yang ditimbulkan masalah
3) RI (rate of increaseI) : kenaikan besarnya masalah
4) DU (degree of unmeet need) : derajat keinginan masalah yang tak terpenuhi
5) SB (social benefit) : keuntungan sosial karena selesainya masalah
6) PB (public concern) : rasa prihatin masyarakat terhadap masalah
7) PC (political climate) : suasana politik
b. Kelayakan teknologi (T)
Technical feasibiliy yang tinggi makin prioritas, maka menunjuk penguasaan iptek yang
sesuai
c. Sumber daya yang tersedia (R) Resources availability, terdiri dari tenaga (man), dana
(money) dan sarana (material)
Penentuan prioritas masalah menggunakan nilai jangkauan dari 1-5 yang artinya
nilai 1 (sangat tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting). Berdasarkan data
sekunder yang didapat, maka berikut disajikan analisis masalah kesehatan gigi dan mulut
di Puskesmas Sedayu II adalah:
Tabel 18. Prioritas Masalah
Indikator
No Daftar Masalah T R Jumlah
P S RI DU SB PB PC
Penyakit pulpa dan jarigan
1. 5 5 4 3 3 3 4 4 3 129600
keras gigi
Gangguan gusi dan
2. 3 3 5 4 4 4 2 3 2 34560
edentulous alveolar ridge
Gingivitis dan penyakit
3. 4 4 3 5 2 2 3 2 4 23040
periodontal

Kesimpulan dari matrik penetapan masalah di atas adalah prioritas masalah


kesehatan gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Sedayu II adalah Penyakit pulpa dan
jarigan keras gigi. Penyakit pulpa dan jarigan keras gigi dapat disebabkan pola diet
masyarakat, infeksi bakteri dan trauma pada gigi.

4. Menetapkan Prioritas Jalan Keluar


Berdasarkan penentuan prioritas masalah yang telah dijabarkan di atas, maka
penyakit pulpa dan jarigan keras gigi dapat disebabkan pola diet masyarakat, infeksi
bakteri dan trauma pada gigi menjadi masalah prioritas dan ditentukan prioritas jalan
keluar. Untuk menentukan prioritas jalan keluar, maka dapat ditentukan melaui tabel
sebagai berikut:
Tabel 19. Prioritas Masalah dan Alternatif Jalan Keluar
No. Prioritas Masalah Penyebab Alternatif Jalan Keluar
1. Penyakit pulpa dan a. Pola diet masyarakat a. Mengadakan penyuluhan
jarigan keras gigi tentang pola diet di
sekolah, posyandu, PKK
dan tempat-tempat
strategis lain
b. Infeksi bakteri b. Perawatan saluran akar
atau ekstraksi
c. Trauma c. Pemeriksaan ulang untuk
memastikan diagnosa dan
perawatan lanjutan
(perawatan saluran akar,
ekstraksi, atau tumpatan)
Berdasarkan tabel penentuan alternatif jalan keluar di atas, maka dapat ditentukan
prioritas alternatif jalan keluar yang dilakukan melalui tabel berikut:
Tabel 20. Prioritas Jalan Keluar
Efektivitas Efisiensi Jumlah
Daftar Alternatif Jalan
No. MxIxV
Keluar M I V C
C
1. Mengadakan penyuluhan
tentang pola diet di
sekolah, posyandu, PKK 2 4 4 2 16
dan tempat-tempat strategis
lain
2. Perawatan saluran akar atau
4 2 2 4 4
ekstraksi
3. Pemeriksaan ulang untuk
memastikan diagnosa dan
perawatan lanjutan 3 3 3 3 9
(perawatan saluran akar,
ekstraksi, atau tumpatan)
Keterangan:
M : magnitute (besarnya masalah yang dapat diatasi)
I : importancy (pentingnya kelanggengan hasil)
V : vulnerability (sensitifitas masalah/kemampuan melenyapkan masalah)
C : cost (biaya)
Dari tabel alternatif jalan keluar dan tabel prioritas jalan keluar di atas, maka
program yang diharapkan menyelesaikan permasalahan yaitu mengadakan penyuluhan
tentang pola diet di sekolah, posyandu, PKK dan tempat-tempat strategis lain.

5. Penyusunan Program
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan program mengadakan penyuluhan tentang pola diet di
sekolah, posyandu, PKK dan tempat-tempat strategis lain pada masyarakat meliputi
materi-materi edukasi dan penyuluhan, penentuan target, serta indikator pencapaian
program. Hal ini dilakukan agar program dapat berjalan dengan baik dan dapat
dievaluasi. Berikut hal-hal yang terkait dengan tahap perencanan:
1) Materi edukasi dan penyuluhan adalah pola diet yang baik terhadap kesehatan gigi,
riwayat perjalanan penyakit gigi dan mulut, serta akibat dan bahaya yang dapat
ditimbulkan akibat penyakit gigi dan mulut. Penyampaian edukasi dan penyuluhan
dapat menggunakan model dan gambar/video yang dapat menarik perhatian
masyarakat, serta pembuatan poster.
2) Target yang akan didapatkan adalah peserta posyandu (lansia dan anak), siswa TK,
SD, dan SMP melalui UKGS, PKK, dan perkumpulan/paguyuban masyarakat.
3) Indikator yang berusaha dicapai adalah bertambahnya tingkat kesadaran dan
wawasan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya kunjungan untuk upaya preventif atau kuratif (misal tumpat sederhana
dan fissure sealant).
b. Tahap Pengorganisasian dan Pelaksanaan
Tahap pengorganisasian dalam pelaksanaan program kesehatan meliputi
penentuan SDM (penanggung jawab, pelaksana dan pengawas program), pembagian
tugas, serta rekapitulasi kebutuhan oleh pelaksana.
Pelaksanaan program pada kegiatan ini tidak hanya melibatkan dokter gigi dan
perawat gigi. Pembagian tugas yang dilakukan adalah:
1) Dokter Gigi dan Perawat Gigi
a) Mengkaji masalah kesehatan gigi masyarakat dengan melakukan pengumpulan
data, analisa masalah dan perumusan masalah serta prioritas masalah.
b) Melaksanakan kegiatan
c) Melakukan rekapitulasi kebutuhan alat dan bahan
d) Bertanggungjawab terhadap penilaian dan pemantauan hasil kegiatan
e) Pencatatan dan pelaporan
2) Ahli Gizi/Petugas Posyandu
a) Berperan sebagai penyuluh/tenaga promosi kesehatan terutama bidang gizi dan
diet makanan
b) Membantu pencatatan masalah kesehatan gigi di tempatnya bertugas (posyandu,
pusling, pustu)
3) Kader Kesehatan
a) Berperan sebagai motivator pembimbing, pengajar dan pelatih dalam
meningkatkan derajat pengetahuan kesehatan gigi
b) Memonitor sikap dan perilaku masyarakat tentang kesehatan gigi

Masyarakat yang telah dilakukan penyuluhan disarankan untuk berkunjung ke


pemberi pelayanan kesehatan untuk dilakukan perawatan lanjutan. Dengan adanya
edukasi dan penyuluhan yang dilakukan, diharapkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan gigi dapat meningkat. Indikator peningkatan kesadaran
masyarakat yang dapat digunakan setelah program edukasi dan penyuluhan adalah
meningkatnya jumlah kunjungan masyarakat ke pemberi pelayanan kesehatan gigi,
meningkatnya pelayanan perawatan promotif (misal, fissure sealant, topikal aplikasi
fluor) dan kuratif (misal penambalan gigi atau pencabutan gigi), tanpa adanya keluhan
sakit dari masyarakat (paradigma sehat). Dengan meningkatnya jumlah kunjungan,
dapat diasumsikan kesadaran masyarakat setelah dilakukan edukasi dan penyuluhan
meningkat.
Tahap pengawasan dilakukan langsung oleh dokter gigi, yang berperan sebagai
manager serta pengawas pelaksanaan program. Tahap evaluasi dilakukan berdasarkan
pencatatan dan pelaporan yang telah dilakukan dan disusun menggunakan format yang
memudahkan tahap evaluasi. Pencatatan dengan cara pemeriksaan gigi masyarakat
antar kunjungan dalam rentang waktu tertentu (misal 3 bulan sekali) dapat dijadikan
sumber pada tahap evaluasi. Berikut contoh format yang dapat diterapkan dalam
pelaksanaan program:
Tabel 21. Jumlah Kunjungan Perawatan Gigi
Jenis Perawatan 3 bulan pertama 3 bulan kedua 3 bulan ketiga
Fissure sealant 14 22 29
Kasus tumpatan 21 30 42
Kasus pencabutan
(tidak ada riwayat 13 22 30
sakit)

Tabel 22. Data dan Follow Up Pemeriksaan Gigi (Individual)


Pemeriksaan 3 Bulan Perubahan
No. Pasien Intensitas
Awal Ke-1 Ke-2 Ke-3 (evaluasi)
Jumlah decay
berkurang dan
filling
D =4 D=3 D=2 D=1 bertambah,
1. Ali M=5 M=5 M=6 M=6 missing 3 kali
F =1 F=2 F=2 F=3 bertambah
karena tidak
dapat
direstorasi
Jumlah decay
D=6 D=5 D=4 D=2
berkurang dan
2. Inah M=2 M=2 M=2 M=2 4 kali
filling
F=0 F=1 F=2 F=4
bertambah
Tabel 23.Target Kunjungan Masyarakat
3 Bulan Pertama 3 Bulan Kedua 3 Bulan Ketiga
Jumlah Masyarakat
yang Mengikuti 300 420 500
Program
Target Kunjungan
Masyarakat yang 60 (20%) 105 (25%) 250 (30%)
Mengikuti Program
Jumlah Kunjungan
Masyarakat yang 24 (8%) 42 ( 10%) 65 (13%)
Mengikuti Program

Dari data contoh format dan data di atas dapat digambarkan pola perubahan status
kesehatan gigi masyarakat, yang dapat digunakan sebagai evaluasi pelaksanaan
program dan tindak lanjut program pada tahap selanjutnya.

6. Pembiayaan
Sistem pembiayaan yang digunakan adalah manage care. Sistem manage
care adalah sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan berbasis dokter gigi
keluarga yang menerapkan manajemen pengendalian utilisasi dan biaya tanpa
meninggalkan mutu untuk memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
Peserta jaminan diasumsikan berjumlah 2.000 orang dari total 24.264 penduduk.
Data yang akan digunakan untuk manage care ini adalah data bulan februari tahun 2012.
Pelayanan yang diselenggarakan oleh badan pelaksana adalah pelayanan dasar gigi dan
mulut yang meliputi penambalan sederhana (SIK dan RK), pencabutan gigi dewasa dan
pencabutan gigi anak. Berdasarkan data, maka dapat diketahui utilisasi pada bulan
desember di BP gigi Puskesmas Sedayu II yang dinyatakan dalam persentase adalah
sebagai berikut:
a. Utilisasi penambalan sederhana (SIK) = 23/24.264 x 100% = 0,09 %
b. Utilisasi penambalan sederhana (RK) = 8/24.264 x 100% = 0,03 %
c. Utilisasi pencabutan gigi dewasa = 48/24.264 x 100% = 0,20 %
d. Utilisasi pencabutan gigi anak = 58/24.264 x 100% = 0,24 %
e. Utilisasi konsultasi = 13/24.264 x 100% = 0,05 %
Perhitungan kapitasi adalah sebagai berikut:
Tabel 24. Perhitungan Kapitasi
No. Jenis Pelayanan Utilisasi (%) Unit Cost (Rp) Kapitasi
1 Penambalan SIK 0,09 90.000 81
2 Penambalan RK 0,03 103.000 30,90
3 Pencabutan gigi dewasa 0,20 90.000 18.0
4 Pencabutan gigi anak 0,24 79.000 189,6
5 Konsultasi 0,05 73.000 36,5
Total 356

Perhitungan besaran premi adalah sebagai berikut:


Premi (P) = Kapitasi (K) + Margin + Administrasi + Profit
Margin = 20% K
Administrasi = 30% P
Profit = 10% P (Profit sudah termasuk dalam unit cost)
Premi = Kapitasi + margin + administrasi + profit
P = 356 + 71,2 + 0,3 P + 0,1 P
0,6 P = 427,2
P = 712
Maka, anggaran yang akan dibayarkan badan pelaksana kepada pemberi pelayanan
kesehatan dengan sistem kapitasi adalah:
Rp. 712 x 2.000 = Rp. 1.424.000 setiap bulan

Anda mungkin juga menyukai