PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang merupakan jaras yang membawa
impuls penglihatan ke otak mengalami peradangan serta sarung mielin yang membungkus
saraf tersebut mengalami kerusakkan (proses ini disebut juga demielinisasi). Terjadinya
sangat khas pada salah satu mata (70%) yang menyebabkan gangguan penglihatan yang
cepat dan progresif tetapi bersifat sementara. Sekitar 30% penderita terjadi pada kedua
mata. Neuritis optik cenderung menyerang dewasa muda dengan usia rata-rata 30-
an. Tujuh puluh lima persen penderita merupakan wanita.3
Neuritis optik merupakan inflamasi dari nervus optikus berupa demyelinasi nervus
optikus disertai penurunan penglihatan. Penyakit ini dapat mengenai pada satu atau kedua
mata. Penurunan penglihatan pada penyakit ini dapat menyebabkan penurunan
penglihatan sementara, bahkan sampai permanen jika tidak di mananage dengan baik.
Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan neuritis retrobulbar.
1
Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus
saraf optik intraokular dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Sedangkan tipe
neuritis retrobulbar merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik ekstraokular atau
intraorbital yang terletak pada bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan
diskus optik dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan.
Nervus Optikus adalah saraf yang membawa rangsang dari retina menuju otak,
saraf optikus ini seperti sebuah wayar listrik dimana setiap wayar membawa informasi
penglihatan menuju otak. Pada neuritis optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak
berfungsi sebagaimana mestinya. Penglihatan dapat saja normal atau berkurang,
tergantung pada jumlah saraf yang mengalami peradangan.1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Saraf Optik
2.1 Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik
Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang dan retina menuju otak.
Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel
ganglion retina yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik
berkisar antara 35-55 mm (rata-rata 40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi
segmen intaokular, intraorbital, intrakanalikular dan intakranial yang berakhir
sebagai kiasma optik.4
3
4) Intracranial (10 mm) : melintas di atas sinus kavernosus kemudian menyatu
membentuk kiasma optikum.4,9
4
4) Geniculatum Lateral merupakan traktus optikus bagian akhir.
5) Optic radiation (geniculocalcarine tracts). Serabut kuadran retina inferior yang
melewati lobus temporal kemuadian kuadran superior melewati lobus parietal
untuk menuju lobus oksipital
6) Primary visual area (Brodmann’s area):serabut syaraf divergen dengan area
visual primer
Nervus kranialis II merupakan indera khusus untuk penglihatan
1) Cahaya dideteksi oleh sel-sel batang dan sel kerucut diretina, (dapat dianggap
sebagai end-organ sensoris khusus penglihatan). badan sel dari reseptor-reseptor
ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang bersinap dengan sel bipolar (neuron
kedua dijaras penglihatan).sel – sel bipolar kemudian bersinap dengan sel-sel
ganglion retina.akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat syaraf pada
retina dan menyatu membentuk nervus optikus
5
Gambar 4 : Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal)
3) Masing-masing traktus optikus berjalan mengelilingi Pedunkulus Cerebri
menuju ke Nukleus Genikulatus Lateralis, tempat traktus tersebut akan
bersinaps
4) Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan pandang
tiap-tiap mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer
serebrum kiri. Demikian juga, separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada
hemisfer serebrum kanan.
5) 20 % serabut ditraktus menjalankan fungsi pupil.serabut-serabut ini
meninggalkan traktus tepat disebelah anterior nucleus dan melewati brachium
coliculli superioris menuju kenukleus pretectalis otak tengah.
6) Serat-serat lainnya bersinaps dinukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel
struktur ini membentuk traktus genikulokalkarina.
7) Traktus genikulo kalkarina berjalan melalui crus posterius capsula interna dan
kemudian menyebar seperti kipas dalam radiation optica yang melintasi lobus
temporalis dan parietalis dalam perjalanan kekorteks oksipitalis (korteks
kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer)
6
Gambar 5. Radiatio Optika
7
3) Lesi kiasma sentral.
Dicirikan oleh hemianopsia bitemporal dan kelumpuhan refleks pupil. Biasanya
diahului oleh atrofi optik pada sebagian akhir nervus optikus. Penyebab umum
lesi kiasma pusat adalah suprasellar aneurisma,tumor kelenjar hipofise,
craniopharyngioma, meningioma suprasellar, glioma ventrikel ketiga,
hidrosefalus akibat obstruktif ventrikel tiga, dan kiasma arachnoiditis kronis.
4) Lesi kiasma lateral.
Gambaran menonjol pada lesi ini yaitu hemianopia binasal dengan kelumpuhan
refleks pupil. Penyebab umum dari lesi tersebut diantaranya penggelembungan
dari ventrikel ketiga yang menyebabkan tekanan pada setiap sisi kiasma dan
ateroma dari carotis atau arteri communican posterior.
5) Lesi saluran optik.
Ditandai dengan hemianopia homonim terkait dengan reaksi pupil kontralateral
(Reaksi Wernicke). Lesi ini biasanya diahului oleh atrofi optik pada sebagian
akhir nervus optikus dan mungkin berhubungan dengan kelumpuhan saraf ketiga
kontralateral serta hemiplegic ipsilateral. Penyebab umum lesi ini diantaranya
lesi sifilis, tuberculosis, dan aneurisma dari cerebellar atas atau arteri serebral
posterior.
6) Lesi badan genikulatam lateral.
Lesi ini mengakibatkan hemianopia homonim dengan refleks pupil minimal, dan
mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial.
7) Lesi radiasi optik.
Gambaran berbeda-beda tergantung pada lokasi lesi. Keterlibatan radiasi optic
total mengakibatkan hemianopsia homonim total. Hemianopia quadrantic inferior
(pie on the floor) terjadi pada lesi lobus parietal (mengandung serat unggul
radiasi optik). Hemianopia quadratic superior (pie on the sky) dapat terjadi
setelah lesi dari lobus temporal (mengandung serat radiasi optik inferior).
Biasanya lesi dari radiasi optik terjadi akibat oklusi pembuluh darah, tumor
primer dan sekunder, serta trauma.
8) Lesi korteks visual
Kerusakan makula homonim pada lesi ujung korteks oksipital yang dapat terjadi
sebagai akibat cedera kepala atau cedera ditembak senapan. Refleks cahaya pupil
normal dan atrofi optik tidak diikuti lesi kortetk visual.
8
Gambar 7 : Lesi jalur visual
B. Neuritis Optik
2.1 Pengertian Neuritis Optik
Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optik akibat berbagai
macam penyakit.1 Neuritis optic dapat merupakan gejala permulaan penyakit
multiple sklerosis.2 Penyakit ini biasanya mengenai satu mata, dan sering pada
orang muda.3
2.2 Epidemiologi
Insidensi neuritis optik per tahun adalah per 100.000 penduduk. Ras kaukasian
lebih banyak terkena disbanding ras lain. Biasanya unilateral; dan lebih banyak pada
wanita (3:1), dengan predileksi umur dewasa muda 20-40 Tahun. Pada anka lebih
umum terkena bilateral dan timbul papilitis tapi dengan kecenderungan menjadi
sclerosis multiple yang lebih rendah. Kasus neuritis pada anak lebih jarang
disbanding kasus pada oran dewasa, kurang lebih 5% kasus.
2.3 Etiologi
Etiologi neuritis optik1 :
1) Demielinatif
Idiopatik
Sklerosis multiple
9
Neuromielitis optika
2) Diperantarai imun
3) Infeksi langsung
Sarkoidosis
Idiopati
Peradangan intraocular
Penyakit orbita,sinus dll
10
2.5 Patofisiologi
Dasar patologi penyebab Neuritis optikus paling sering adalah inflamasi
demielinisasi dari saraf optik. Patologi yang terjadi sama dengan yang terjadi pada
multipel sklerosis (MS) akut, yaitu adanya plak di otak dengan perivascular cuffing,
edema pada selubung saraf yang bermielin, dan pemecahan mielin.
Inflamasi pada endotel pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi
dan terkadang terlihat sebagai retinal vein sheathing. Kehilangan mielin dapat
melebihi hilangnya akson.
Dipercaya bahwa demielinisasi yang terjadi pada Neuritis optikus diperantarai
oleh imun, tetapi mekanisme spesifik dan antigen targetnya belum diketahui.
Aktivasi sistemik sel T diidentifikasi pada awal gejala dan mendahului perubahan
yang terjadi didalam cairan serebrospinal. Perubahan sistemik kembali menjadi
normal mendahului perubahan sentral (dalam 2-4 minggu). Aktivasi sel T
menyebabkan pelepasan sitokin dan agen-agen inflamasi yang lain. Aktivasi sel B
melawan protein dasar mielin tidak terlihat di darah perifer namun dapat terlihat di
cairan serebrospinal pasien dengan Neuritis optikus. Neuritis optikus juga berkaitan
dengan kerentanan genetik, sama seperti MS. Terdapat ekspresi tipe HLA tertentu
diantara pasien Neuritis optikus. 10
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya neuritis optik terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Papilitis
1) Pengertian Palpitis
Papilitis adalah radang pada serabut retina saraf optik yang masuk pada
papil saraf optic yang berada dalam bola mata dan tidak menunjukkan
kelainan2
11
2) Gejala dan Tanda Palpitis
Lapang pandangan menciut, bintik buta melebar, skotomasentral
sekosentral dan altitudinal.
Papil terdapat pendarahan, eksudat, kadang terlihat edema papil yang
berat yang menyebar ke retina sekitarnya, edema papil tidak melebihi 2-3
dioptri
Eksudat star figure yang menyebar dari papil ke makula.
Dalam waktu yang cepat visus akan sangat menurun, kadang-kadang
sampai buta. Keluhan ini disertai dengan rasa sakit dimata terutama saat
penekanan. Kadang-kadang disertai demam atau setelah demam biasanya
pada anak yang menderita infeksi virus atau infeksi saluran napas bagian
atas
Papil saraf optik menjadi pucat sampai putih, tapi tajam pengelihatan
masih normal.
Sel radang di dalam kaca, di depan papil saraf optik.
Tanda Relative Afferent Papilaris Defect ( RAPD) bila mengenai satu
mata, tidak sama berat pada kedua mata.Sering dijumpai dengan adanya
tanda pupil Marcus Gunn. Cara pemerikasaan, mata pasien secara
bergantian diberi sinar, pada sisi mata yang sakit pupil tidak mengecil
tetapi malah membesar. Kelainan ini menunjukan adanya lesi N.II pada
sisi tersebut.2
12
2. Neuritis Retrobulbar
1) Pengertian Neuritis Retrobulbar
Neuritis Retrobulbar merupakan peradangan saraf optik yang terdapat
dibelakang bola mata sehingga tidak menimbulkan kelainan fundus mata.3
2) Gejala dan Tanda
Berjalan akut, bisa mengenai satu mata atau kedua mata
Mengeluhkan bola mata bila digerakkan akan terasa berat dibagian
belakang bola mata. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan
yang disertai dengan sakit kepala.
Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama kelamaan
akan terlihat kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik
akibat degenerasi serabut saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat papil
pucat dengan batas tegas.
Gangguan lapang pandang pada neuritis retrobulbar dapat terjadi
sepanjang segmen intraorbita sampai segmen intracranial dan sesuai
dengan lokasinya. Gangguan tersebut dapat berupa skotoma sentral,
skotoma sentral unilateral, skotoma sentral bilateral, skotoma sentral pada
mata homolateral dan defek superior temporal pada kampus kontralateral
dan hemiopia bitemporal bila mengenai kiasma optika4
13
melebar dan berkelok, terdapat perdarahan, eksudat dan terdapat penonjolan
papil yang melebihi 3 dioptri. Tidak terdapat gangguan pada lapang pandang.
Keadaan ini biasanya ditemukan bilateral.5
Ablasi retina
Tumor orbita yang menekan saraf optik
Proses desak ruang (SOP)
Leber’s optik neuropati
2.8 Diagnosis
1) Anamnesis
a) Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut atau visus yang kabur,
kesulitan membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada terangnya
cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau
kaburnya visus untuk sementara. Pada anak, biasanya gejala penurunan
ketajaman penglihatan mendadak mengenai kedua mata. Sedangkan pada
orang dewasa, neuritis optik seringkali unilateral.
b) Terdapat riwayat demam atau imunisasi sebelumnya pada anak akan
mendukung diagnosis. Pada orang dewasa, terdapat faktor risiko sklerosis
multipel yang lebih besar.7
c) Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.
2) Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang (≥ 20
/ 60), maupun berat (≤ 20 / 70).
b) Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang pandang dapat
berupa: skotoma sentrosecal, kerusakan gelendong saraf parasentral,
kerusakan gelendong saraf yang meluas ke perifer, kerusakan gelendong
saraf yang melibatkan fiksasi dan perifer saja.
c) Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya langsung
yang menurun atau hilang.
d) Penglihatan warna.
3) Pemeriksaan Penunjang
1. Funduskopi
Terdapat beberapa stadium perubahan pada neuritis optikus disertai kelainan
pada bilik mata belakang, yaitu:
14
a) Perubahan awal
Papilitis dapat ditemukan dalam 38 % kasus. Diskus optikus normal dalam
44% kasus. Pucatnya bagian temporal menunjukkan adanya lesi optik
neuritis yang berat pada mata yang sama, hal ini dijumpai pada 18% dari
pasien yang menjalani pemeriksaan. Papilitis tahap awal di
karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan sedikit
hiperemis8
b) Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap
Adanya papiledema pada opthalmoskopi tidak memungkinkan untuk
menyatakan hal ini, ditandai dengan adanya pembengkakan, hilangnya
fisiologis cup, hiperemis dan perdarahan yang terpisah. Pembungkus vena
biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan dengan slit lamp untuk melihat
adanya sel pada vitreous adalah hal yang sangat penting. 8
c) Perubahan lanjut
Pada neuritis optikus retrobulbar, diskus yang normal dapat dijumpai
selama 4-6 minggu, saat dimana pucat dijumpai. Papilitis yang berlanjut
kadang-kadang didapati gambaran optik atropi sekunder. Pada keadaan ini
batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat jaringan glial pada diskus,
dan pucatnya diskus bagian stadium akhir optik neuritis. Pada stadium ini,
serabut saraf atropi dapat diamati pada retina dengan perangkat lampu
hijau merah8
15
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi
kerusakan myelin, yang mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya
sklerosis multipel. MRI juga dapat membantu menyingkirkan kemungkinan
tumor atau kondisi lain. Pada pasien yang dicurigai menderita neuritis optikus,
pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat suppression dan gadolinium
sebaiknya dilakukan dengan tujuan untuk konfirmasi diagnosis dan menilai
lesi white matter. MRI dilakukan dalam dua minggu setelah gejala timbul.
Pada pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat suppression dan gadolinium
menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus optikus. Lebih penting lagi,
MRI dipakai dengan tujuan untuk memutuskan apakah terdapat lesi ke arah
sklerosis multipel. Ciri-ciri resiko tinggi mengarah ke sklerosis multipel
adalah terdapat lesi white matter dengan diameter 3 atau lebih, bulat,
lokasinya di area periventrikular dan menyebar ke ruangan ventrikular.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu
sklerosis multipel. Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien dengan
pemeriksaan MRI normal
4. Test Visually Evoked Potentials
Test Visually evoked potentials adalah suatu test yang merekam sistem visual,
auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. Test
Visually evoked potentials menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat
mendeteksi konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan
daerah nervus
5. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan tes darah NMO-IgG untuk memeriksa antibodi neuromyelitis
optica. Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksan
ini untuk mendeteksi apakah berkembang menjadi neuromyelitis optica.
Pemeriksaan tingkat sedimen eritrosit (erythrocyte sedimentation rate (ESR))
dipakai untuk mendeteksi inflamasi pada tubuh, tes ini dapat menentukan
apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi arteri kranialis.
16
2.9 Penatalaksanaan
Terapi steroid : 1
- Methylprednison 1 g/hr iv selama 3 hari, bisa ditambah prednisolone oral
(tapering).
- Methylprednison 500 mg/hr oral selama 3-5 hari dengan atau tanpa
diikuti prednisolone.
- Prednisolone 1 mg/kg/hari oral, diturunkan perlahan dalam 10-21 hari.
Obati penyebabnya, seperti infeksi dll
2.10 Komplikasi
Penyulit pailitis yang dapat terjadi yaitu ikut meradangnya retina atau
terjadinya neurorenitis. Bila terjadi atropi papil pascapapilitis akan memperlihatkan
papil yang puscat dengan batas yang kabur akibat terdapatnya jaringan fibrosis atau
glia disertai dengan arteri yang menciut berat dengan selubung perivascular. Pada
proses penyembuhan kadang-kadang tajam penglihatan sedikit lebih baik atau sama
sekali tidak ada perbaikan dengan skotoma sentral yang menetap5.
Neurits optik yang disebabkan oleh sklerosis multipel memiliki ciri khas
kekambuhan dan remisi. Disabilitas yang menetap cenderung meningkat pada setiap
kekambuhan. Peningkatan suhu tubuh dapat memperparah disabilitas (fenomena
uhthoff) khususnya gangguan penglihatan.
2.11 Prognosis
Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna setelah 6-12
minggu. Sembilan puluh lima persen penglihatan pasien pulih mencapai visus 20/40
atau lebih baik. Dan sebagian besar pasien mencapai perbaikan maksimal dalam 1-2
bulan, meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat keparahan
kehilangan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan.
Meskipun penglihatan dapat pulih menjadi 20/20 atau bahkan lebih baik, banyak
pasien dengan acute demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada
penglihatan yang mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan
tajam penglihatan (15-30%), sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan warna (33-
100%), lapang pandang (62-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89-100%),
reaksi pupil afferent (55-92%), diskus optikus (60-80%), dan visual-evoked
potensial (63-100%).6
17
2.12 Pencegahan
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya bersifat
sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima minggu.
Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih
baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan mengalami
penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuritis optik dipicu
oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga
persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan
menyebabkan pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan
seseorang. Ada hubungan yang kuat antara neuritis optik dengan sklerosis
multipel. Pada orang yang tidak mengalami sclerosis multipel maka separuh dari
mereka yang mengalami gangguan penglihatan akibat neuritis optik akan
menderita penyakit ini dalam 15 tahun. Pemeriksaan mata secara teratur untuk
menjaga kesehatan mata. Pengobatan dini terhadap masalah penglihatan dapat
mencegah kerusakkan permanen pada saraf mata.5
18
BAB III
PENUTUP
Pasien pada neuritis optik memiliki keluhan penurunan ketajaman penglihatan secara
mendadak, kadang-kadang bisa sampai buta. Selain itu keluhan disertai rasa sakit di mata
terutama pada saat penekanan. Pada papilitis pada funduskopi didapati papil merah, batasnya
tidak tegas dan terjadi papil edema. Namun, pada neuritis retrobulbar tidak didapat kelainan
pada funduskopi oleh karena kerusakkan yang cukup jauh di belakang diskus optik. Oleh
karenanya dilakukanlah pemeriksaan penunjang seperti MRI, analisis cairan serebrospinal
dan serologi Diagnosis neuritis optikus didapatkan pada anamnesis : umumnya usia 20-40
tahun, keluhan gangguan penglihatan mendadak pada salah satu mata, rasa nyeri yang
memburuk dengan gerakan mata, pada pemeriksaan didapatkan : disfungsi nervus optikus,
penglihatan warna dan sensitifitas kontras berkurang, defek pupil afferpent, ketajaman
penglihatan berkisar dari 20/20 sampai dengan persepsi terhadap cahaya, ditemukan skotoma
sentral dan parasentral relatif dan atau absolut, pemeriksaan penunjang seperti MRI,
pemeriksaan cairan serebrospinal, test visually evoked potentials, pemeriksaan darah.
Diagnosis banding seperti compressive optic neuropathy, nonarteritic anterior ischemic optic
neuropathy, syndrome vira `1l dan post viral.
19
Neuritis optikus pada anak kebanyakan mengalami pemulihan ketajaman penglihatan
dengan sendirinya dan biasanya pemulihan berlangsung secara spontan sehingga tidak
diperlukan pengobatan secara khusus. Sedangkan pada orang dewasa neuritis optikus dapat
diobati dengan steroid intravena yang sangat direkomendasikan terutama pada pasien neuritis
optikus yang berat di kedua mata dan pasien yang memiliki risiko tinggi. Penelitian terakhir
menyatakan bahwa risiko mendapatkan serangan berulang dapat diturunkan dengan
memberikan pengobatan lain setelah pemberian steroid intravena pada pasien berisiko tinggi.
Proses penyembuhan dan pemulihan ketajaman penglihatan terjadi pada 92% pasien. Jarang
yang mengalami kehilangan penglihatan yang progresif. Meskipun demikian, penglihatan
tidak dapat sepenuhnya kembali normal.
20