Anda di halaman 1dari 3

BACKTESTING

Backtesting adalah istilah untuk proses pengecekan apakah model yang kita gunakan sudah sesuai dengan
realitas yang ada. Sebagai contoh, jika kita menghitung 99%VAR-1 hari, dan memperoleh angka
Rp500 juta. Back testing akan melihat seberapa sering kerugian yang dialami perusahaan di masa lalu
yang melebihi Rp500 juta. Jika kita menemukan bahwa kerugian di atas Rp500 juta adalah sekitar 1%
atau kurang, maka kita bisa mengatakan bahwa model kita cukup bagus, sesuai dengan kenyataan yang
ada. Tetapi jika kita menemukan bahwa kerugian di atas Rp500 juta mencapai 10% dari total observasi,
maka model VAR kita barangkali perlu diragukan. Model tersebut barangkali tidak sesuai dengan realitas
yang ada, dan perlu diperbaiki.

Backtesting Pada Value at Risk

Data Profit/Loss atau P/L dapat didefinisikan sebagai nilai asset (portofolio) pada periode-t dikurangi
nilai asset (portofolio) periode sebelumnya atau periode t -1. Jika data P/L bernilai positif menunjukkan
profit atau untung dan jika data P/L bernilai negatif menunjukkan rugi atau loss. Ketika mengestimasi
VaR, khususnya untuk backtesting terkadang lebih praktis menggunakan data dalam bentuk Loss/Profit
atau data L/P . Data L/P adalah bentuk transformasi sederhana dari data P/L. Dirumuskan :
L/P = -P/L bernilai positif menunjukkan rugi atau loss dan bertanda negatif atau bernilai negatif
menunjukkan untung atau profit. Data loss/profit L/P juga disimbolkan dengan
Lt .

Backtesting merupakan metode yang digunakan untuk menguji validitas atau keakuratan suatu model
Value at Risk yang dibangun berdasarkan realitas pasar sehingga dapat dilihat seberapa besar model
Value at Risk tersebut menggambarkan data aktual historis pasar yang ada.

Proses back testing bertujuan untuk:

a. Mengukur tingkat keakuratan dan keandalan Model Internal

b. Mengukur jumlah frekuensi penyimpangan yang terjadi karena data kerugian dalam laporan laba

rugi (trading outcomes) lebih besar dibandingkan hasil pengukuran VaR;

c. Menilai kecukupan modal Bank untuk mengantisipasi potensi kerugian yang timbul dari

aktivitas trading; dan/atau


d. Menilai teknik/model valuasi, khususnya jika harga pasar tidak tersedia sehingga Bank menggunakan

teknik/model valuasi dalam menetapkan nilai wajar suatu posisi

Proses back testing mencakup pengujian dan pengukuran terhadap penyimpangan dalam 250 (dua

ratus lima puluh) hari kerja.

 Proses back testing menganalisis apakah hasil pengukuran VaR berdasarkan tingkat

kepercayaan sebesar 99% (sembilan puluh sembilan persen) telah mencakup 99% (sembilan

puluh sembilan persen) dari data kerugian dalam laporan laba rugi.

 Proses back testing dilakukan dengan membandingkan data kerugian dalam laporan laba rugi

harian dan hasil pengukuran VaR harian berdasarkan 1 (satu) hari periode kepemilikan.

 Bank wajib melakukan proses back testing baik dengan menggunakan data kerugian dalam

laporan laba rugi aktual maupun laba rugi hipotesis. Penggabungan kedua pendekatan tersebut

dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara hasil pengukuran

VaR dan laba rugi.

 Yang dimaksud dengan laporan laba rugi aktual adalah laporan laba rugi harian yang timbul

dari aktivitas trading yang masuk dalam cakupan model VaR. Laporan laba rugi aktual dapat

dikalkulasi dengan :

- Mengeluarkan beberapa komponen dari laporan laba rugi, yaitu pendapatan fees dan komisi,

pendapatan bunga bersih, dan keuntungan dari transaksi baru yang dilakukan sepanjang hari;

dan

- Memperhitungkan penyesuaian valuasi (valuation adjustments) terhadap suatu posisi atau

portofolio.

 Yang dimaksud dengan laporan laba rugi hipotesis adalah laporan laba rugi yang timbul dari

perubahan nilai posisi atau portofolio yang disebabkan perubahan faktor pasar dimana posisi

dan komposisi portofolio diasumsikan tidak mengalami perubahan pada akhir hari.

 Dalam menetapkan Faktor Tambahan sesuai dengan Tabel Hasil Back Testing, Bank wajib

menggunakan hasil back testing terhadap Model Internal dengan menggunakan data kerugian

dalam laporan laba rugi hipotesis.

 Bank wajib memiliki prosedur dan dokumentasi yang terkait dengan penentuan data kerugian

dalam laporan laba rugi aktual dan hipotesis yang digunakan dalam proses back testing.
Dokumentasi tersebut setidaknya harus memuat pendekatan untuk mengkalkulasi data

kerugian dalam laporan laba rugi tersebut.

 Bank wajib memiliki unit kerja yang melakukan fungsi pemantauan dan distribusi data laporan

laba rugi harian yang terkait dengan penggunaan Model Internal dan proses back testing. Unit

kerja yang melakukan fungsi tersebut harus independen dari trading unit, pihak yang melakukan

valuasi, pihak yang melakukan validasi Model Internal, dan pihak yang melakukan

pengembangan Model Internal.

Anda mungkin juga menyukai