Misal : tentang penyebab frustasi dan dampak nya dg mencatat perilaku anak-2 setiap hari, misalnya agresif, dll. Hasil : susah menemukan hubungan yg berarti antara frustasi dg perilaku tertentu pd anak-2. Diperlukan prinsip kausalitas sesuai teori, mis : ttg variasi penyebab frustasi secara teoritis, yg muncul dr fenomena yg ditelaah. Penting utk menentukan jawaban apakah X ber dampak pada Y, krn penelitian yg dihasilkan oleh Lincoln dinamakan “saling memperajam secara simulkan”. Pembentukan teori banyak menggunakan generalisasi. Generalisasi akan menjadi perso alan bila mengadopsi pd konsep generalisasi paradigma ilmiah dan menerapkan dalam penelitian kualitatif generalisasi diperlu kan sebagai tujuan ilmu. 1. Konsep Dasar Generalisasi. Tujuan ilmu umumnya terkait dengan peramalan dan kontrol terhdap suatu kondisi. Utk melakukan hal tsb harus berlandaskan pd hukum / aturan dan pernyataan atau disebut “generalisasi nomologis” Generalisasinomologis : sejumlah ciri yang bersifat universal, tidak terbatas pada waktu dan tempat sehingga dapat menjadi landasan bagi berbagai kasus dimanapun.
Generalisasi menjadi konsep menarik karena berasumsi bahwa apa yang baik bagi sesuatu akan baik pula bagi keseluruhan.
Bagipenelitian kualitatif, generalisasi berha-
dapan dengan beberapa kelemahan menda- sar yang perlu ditinjau : 1. Bergantung pada determinisme Generalisasi dilakukan karena adanya deter- minisme sebagai penghubung. 2. Bergantung pada logika induktif. Generalisasi tidak ditemukan di alam, tetapi merupakan hasil ciptaan manusia. 3. Bergantung pada asumsi bebas dari waktu & konteks. Artinya senantiasa berlaku pada berbagai kasus dan berbagai tempat. 4. Dilema nomotetik-idiografik. “Nomotetik” artinya berdasarkan hukum “Idiografik” berdasarkan individu ttt. Dilema utama : Secara nomotetik berben- tuk hukum, tetapi diterapkan pd hal-2 yg khusus. 5. Terjadi kekeliruan reduksionis. Generalisasi menghendaki reduksi pada kasus khusus. Hal tsb akan mengurangi fenomena demi penerapan generalisasi. Pendekatan etik : (1) mengelompokkan seluruh data secara sistematis; (2) tersedia seperangkat kriteria/ klasifikasi; (3) mengorganisasi data ke dalam tipe-2; (4) mempelajari, menemukan dan mengurai- kan setiap data ke dalam kerangka sistem yg dibuat. Pendekatan emik : Merupakan esensi yang sahih untuk satu bahasa atau satu kebudayaan pada satu waktu tertentu ; Merupakan usaha utk mengungkapkan pola suatu bahasa atau budaya dari unsur-2 yg ber kaitan satu dg lainnya yg memiliki fungsi-2 tertentu yg diperoleh dari suatu fenomena. Pendekatan emik adalah struktural yg berarti peneliti berasumsi bahwa perilaku manusia terpola dari sistem baik secara individu mau- pun dari kelompok strukturalnya. Pendekatan etik terdiri dari tujuan dan pro – sedur : 1. Tujuan non struktural. Artinya menyusun kategori secara logis dg mengabaikan struktur. 2. Tujuan aplikasi, yaitu berdasarkan tipe-2 kultur. Atau disebut pra struktural. 1.Dari segi titiik pandang Titik pandang etik “dari luar” atau ekter – nal” atau ‘asing” Titik pandang emik “dari dalam” atau “internal” atau “domestik”. 2. Hubungan dengan Keseluruhan Pendekatan etik membandingkan ciri -2 kebudayaan tanpa mempedulikan keselu- ruhan kebudayaan. Pendekatan emik se- lalu mengkaitkan analisisnya dengan kebu dayaan secara keseluruhan. 3. Hakikat Fisik, Respon dan Distribusi Analisis etik mmusatkan pd ciri fisik suatu peristiwa tanpa menunjukkan kaitan dg peristiwa lain. Pendekatan emik scara lang sung maupun tidak selalu mengksaitkan dg ciri-2 fisik, respon mauapun distribusi 4. Identas Pendekatan etik mencatat unsur-2 secara sistematis kerangka semua kebudayaan, pendekatan emik identitas pd setiap kebu dayaan merujuk pada identitas dan perbedaan respon 5.Titik tolak dr segi nilai. Pendekatan etik menekankan nilai dg : (1) mempelajari terlebih dahulu ttg perilaku secara luas shg dapat mengenal perbedaan antar fenomena; (2) selama proses berlang- sung dapat memperoleh simbol-2 ttg feno- mena kebudayaan; (3) analisis trerhadap suatu kebudayaan hanya bersifat tentatif atau secara garis besar; (4) dalam studi ten tang kegiatan dalam suatu wilayah / lokasi, tidak melakukan studi emik secara lengkap tentang suatu kebudayaan. Nilai dari studi emik : (1) mengarah pada pengertian ttg cara suatu kebudayaan dikonstruksi dlm kegiatan bersama; (2) Hal tsb membantu seseorang dalam berperilaku sebagai bagian dari kebu – dayaan secara keseluruhan maupun sikapnya secara individu (motif, perhatian, respon, maupun perkembangan pribadinya). Yang harus dipegang adalah persoalan memi lih antara keduanya. Pendekatan etik diguna kan untuk penelitian ilmiah (kuantitatif) se – dangkan penelitian emik digunakan untuk penelitian alamiah (kualitatif),
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita