Bab V Gas Ideal
Bab V Gas Ideal
Gas ideal
OLEH :
Kelompok 8
1. NANDA RAHMADANI
2. LINDA RAMADHANI HARAHAP
3. TESYA NATALIA MARPAUNG
4. SAMUEL TOM W. PADANG
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Termodinamika.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
Daftar Isi :
KATA PENGANTAR…………………………………………………….………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………..……………..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang………………...………………………………………..………....1
1.2.Rumusan Masalah………………………………………………………..………..1
1.3.Tujuan……………………………………………………………………..……....1
BAB II PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………14
3.2. Saran…………………………………………………….…………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
2. Apa yang dimaksud energi dalam pada gas ideal dan gas nyata?
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak
secara acak dan tidak saling berinteraksi. Konsep gas ideal sangat berguna karena memenuhi
hukum gas ideal, sebuah persamaan keadaan yang disederhanakan, sehingga dapat dianalisis
dengan mekanika statistika.
Persamaan keadaan gas ideal adalah hukum gas ideal.
PV = n R T
Dimana ;
P = tekanan (atm)
V= volume (Liter)
n = jumlah substansi gas (mol)
R = konstanta gas
T = temperatur (Kelvin)
P1V1= P2V2
Dengan ;
p1 :tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
5
b. Hukum Charles
Hukum Charles dikemukakan oleh fisikawan Prancis bernama Jacques Charles.
Charles menyatakan bahwa jika tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup
dipertahankan konstan, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
V1/T1=V2/T2
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
C. Hukum GayLussac
Hukum Gay Lussac dikemukakan oleh kimiawan Perancis bernama Joseph Gay
Iussac. Gay Lussac menyatakan bahwa jika volume gas yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan suhu mutlaknya.
PI/T1=P2/T2
Keterangan:
T1 : suhu mutlak gas pada keadaan 1 (K)
T2 : suhu mutlak gas pada keadaan 2 (K)
p1 : tekanan gas pada keadaan 1 (N/m2)
p2 : tekanan gas pada keadaan 2 (N/m2)
d. Hukum Avogadro
V1/V2 = n1/n2
Keterangan:
V1 : volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 : volume gas pada keadaan 2 (m3)
6
n1 : jumlah substansi gas pada keadaan 1 (mol)
n2 : jumlah substansi gas pada keadaan 2 (mol)
Gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi persamaan dan hukum gas lainya di semua
kondisi suhu dan tekanan.
Van der Waal menunjukkan asumsi kesalahan yang dibuat dalam merumuskan model
kinetik molekular gas.
Kekuatan tarik antara molekul gas dianggap diabaikan. Asumsi ini hanya berlaku pada
tekanan rendah dan suhu tinggi karena dalam kondisi molekul berjauhan. Tetapi pada tekanan
tinggi dan suhu rendah volume gas kecil dan sehingga kekuatan menarik meskipun sangat kecil.
a b
gas
(atm dm6 mol-2) (atm dm6 mol-2)
He 0,0341 0,0237
Ne 0,2107 0,0171
H2 0,244 0,0266
N2 1,39 0,0391
C2 H 4,47 0,0571
CO 1,49 0,0399
Hg 8,09 0,0170
O2 1,36 0,0318
Bila dibandingkan dengan persamaan gas ideal, persamaan Van der Waals ini dapat
digunakan pada gas nyata denga besaran suhu dan tekanan yang lebih besar. Disamping itu juga
persamaan Van der Waals juga dapat menjelaskan penyimpangan gas nyata dari gas ideal.
Namun walaupun demikian, persamaan Van der Waals ini belum dapat secara sempurna
7
menggambarkan sifat0sifat gas sehingga digunakan persamaan lain yang dikenal persamaan
Virial.
NB: Proses dalam Termodinamika cenderung tidak teratur ukuran ketidakteraturannya disebut
Entropi (S) di pengaruhi oleh kalor yang di terima dan di keluarkan.
Hukum Gay lussac (Hukum perbandingan volume)
Bunyi hukum tersebut adalah : "Bila di ukur pada suhu dan tekanan yang sama, volume
gas gas yang bereaksi dan volume gas gas hasil reaksi berbanding sebagai bilangan bulat dan
sederhana".
Hukum gay lussac di dasari oleh hasil penemuan ahli kimia inggris yang bernama Henry
Cavendish (1731-1810)bahwa perbandingan volume gas hidrogen yang bereaksi dengan gas
oksigen membentuk air adalah 2:1 dengan syarat harus di ukur pada suhu dan tekanan yang
sama.pada tahun 1808, Joseph Louis Gay Lussac melakukan percobaan serupa dengan
menggunakan berbagai macam gas. Ia menemukan bahwa perbandingan vo- lume gas-gas dalam
reaksi selalu merupakan bilangan bulat sederhana.
2 volume gas hidrogen + 1 volume gas oksigen → 2 volume uap air
1 volume gas nitrogen + 3 volume gas hidrogen → 2 volume gas amonia
1 volume gas hidrogen + 1 volume gas klorin → 2 volume gas hidrogen klorida
dari hasil percobaan inilah gay lussac mengemukakan hukumnya.
Avogadro pada tahun 1811. Hipotesis Avogadro menyatakan bahwa dua sampel gas ideal
dengan volume, suhu, dan tekanan yang sama, maka akan mengandung molekul yang jumlahnya
sama. Contohnya adalah, ketika hidrogen dan nitrogen dengan volume yang sama mengandung
8
jumlah molekul yang sama ketika mereka berada pada suhu dan tekanan yang sama. Avogadro
menyebut partikel sebagai molekul.
Untuk suatu massa dari gas ideal, volume dan mol gas secara langsung akan proporsional
jika suhu dan tekanannya konstan. Persamaan tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
atau
Dimana:
V adalah volume gas
n adalah jumlah zat dari gas (dalam satuan mol)
k adalah konstanta yang sama dengan RT/P, di mana R adalah konstanta gas universal, T adalah
suhu Kelvin, dan P adalah tekanan. Sebagai suhu dan tekanan yang konstan, RT/P juga konstan
dan disebut sebagai k. Ini berasal dari hukum gas ideal.
Hukum ini menjelaskan bagaimana dalam kondisi suhu, tekanan, dan volume gas yang
sama pasti mengandung jumlah molekul yang sama. Untuk membandingkan substansi yang sama
di bawah dua set yang kondisinya berbeda, hukum ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika jumlah mol gas meningkat, volume gas juga
akan meningkat secara proporsional. Dan sebaliknya, jika jumlah mol gas berkurang, maka
volume juga menurun.
Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari
namakimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatusenyawa
kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama. Dengan kata
lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap. Misalnya, air
terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massahidrogen. Bersama dengan hukum perbandingan
berganda (hukum Dalton), hukum perbandingan tetap adalah hukum dasar stoikiometri.
Dari hasil eksperimen yang dilakukan Joseph Louis Proust (1807) ditemukan fakta
sebagai berikut:Perbandingan massa unsur-unsur dalam setiap senyawa adalah selalu
9
tetap. Inilah yang menjadi salah satu hukum dassar kimia yang kemudian dikenal
sebagai Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Proust.
Energi dalam ialah jumlah energi kinetik seluruh partikel gas. Rumus energi dalam pada gas
monoatomik dan gas diatomik memiliki persamaan yang berbeda. Bahkan pada gas diatomik
rumus atau persamaan energi dalam dibedakan berdasarkan tingkatan suhu gas. Tingkatan suhu
dibedakan menjadi suhu rendah, yaitu pada suhu kisaran 300 Kelvin, suhu sedang pada kisaran
500 Kelvin, dan suhu tinggi pada kisaran 1000 Kelvin.
Rumus energi dalam untuk gas monoatomik seperti Helium, Neon, Argon, dan sebagainya:
U = Ek = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T
Dimana :
U = energi dalam
Ek = energi kinetik gas
N = jumlah partikel gas
k = Konstanta Boltzmann
R = tetapan gas
T = suhu gas
Sedangkan rumus energi dalam untuk gas diatomik seperti Oksigen (O2), Nitrogen (N2),
Hidrogen (H2), dan sebagainya, bisa dihitung dengan persamaan:
a. Pada suhu rendah (+/- 300K)
U = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T
b. Pada suhu sedang (+/- 500K)
U = 5/2 N.k.T atau U = 5/2 n.R.T
c. Pada suhu tinggi (+/- 1000K)
U = 7/2 N.k.T atau U = 7/2 n.R.T
2.3 Kapasitas Kalor Gas Ideal Dan Gas Nyata
Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk
menaikkan suhu zat sebesar 1 kelvin. Pernyataan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai
C= Kapasitas Kalor
10
Q = Qalor
∆T = Kenaikan Suhu
Kapasitas gas kalor adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk menaikan suhunya
dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik) atau volum tetap (proses isokhorik). Karena
itu, ada dua jenis kapasitas gas kalor yaitu:
Kapasitas kalor gas diperoleh dari fungsi empirik temperatur, dan biasanya dalam bentuk
yang sama. Kapasitas kalor gas sangat dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada
sifat termodinamika tidak digunakan dalam. Karena gas pada tekanan rendah biasanya mendekati
ideal, kapasitas kalor gas ideal bisa digunakan untuk hampir semua perhitungan gas real pada
tekanan atmosfir.
Kapasitas kalor gas adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat satu Kelvin
pada tekanan tetap. tekanan system dijaga selalu konstan. Karena yang konstan adalah tekanan,
maka perubahan energi dalam, kalor, dan kerja pada proses ini tidak ada yang bernilai nol.
Cp = 5/2nR
Kapasitas kalor pada volum tetap artinya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat
satu kelvin pada volum tetap. Artinya kalor yang diberikan dijaga selalu konstan.
Karena volume system selalu konstan, maka system tidak bisa melakukan kerja pada
lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada system. Jadi
kalor yang ditambahkan pada system digunakan untuk menaikan energi dalam sistem.
11
Maka secara matematis :
Cv = Q/ΔT = (3/2nRΔT)/ΔT
Cv = 3/2nR
Cp – Cv = 5/2nR – 3/2nR
Cp – Cv = nR
Kapasitas yang diperoleh pada persamaan tersebut adalah untuk gas monoatomik.
Sedangkan untuk gas diatomik dan poliatomik tergantung pada derajat kebebasan gas. Dapat
digunakan pembagian suhu sebagai berikut:
Oleh karena itu, konstanta Laplace γ dapat dihitung secara teoretis sesuai persamaan sebagai
berikut:
(C p – Cv ) = p∆V
C p – Cv= p∆V / ∆T
Akhirnya kita mendapatkan rumus lengkap usaha yang dilakukan oleh gas seperti
dibawah ini :
W = Qp - Qv = (Cp – Cv)∆T
12
2.4 Dua Proses Penting Gas Ideal
13
Didapat:
Perubahan energi dalam pada proses isotermal adalah 0 sehingga besar perubahan kalor akan
sama dengan kerja pada proses isotermal.
Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor yang masuk
atau keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya tidak ada
hambatan atau gesekan. Pada kenyataannya proses ini tidak ada di alam, tetapi penyederhaan
yang demikian dapat mempermudah untuk menganalisa sistem. Pada p-V diagram dapat
digambarkan sebagai berikut.
14
Karena tidak ada kalor yang dapat masuk dan keluar dari sistem, maka tidak ada
perubahan kalor atau dQ = 0. Sehingga kerja yang diberikan atau dilakukan oleh sistem akan
mengubah energi dalam sistem. Proses ini berlangsung pada kondisi p.Vk = konstan. Dimana k
adalah rasio panas jenis pada tekanan konstan dengan panas jenis pada volume konstan atau
sering disebut juga sebagai index isentropis. Kerja pada proses adiabatis reversibel dapat
dihitung sebagai berikut :
sehingga :
15
Perubahan energi dalam sistem adiabatis reversibel :
Entalpi proses adiabatis reversibel adalah massa dikali panas jenis tekanan konstan dan
dikali dengan delta temperatur. Dari mana asalnya coba turunin sendiri. Petunjuk dQ = 0 untuk
proses ini.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gas ideal adalah gas teoritis yang terdiri dari partikel-partikel titik yang bergerak secara
acak dan tidak saling berinteraksi, PV = n R T. Gas nyata adalah gas yang tidak mematuhi
persamaan dan hukum gas lainya di semua kondisi suhu dan tekanan, v1/n1=v2/n2. Energi dalam
ialah jumlah energi kinetik seluruh partikel gas, U = Ek = 3/2 N.k.T atau U = 3/2 n.R.T.
Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk menaikkan
suhu zat sebesar 1 kelvin. Pernyataan ini dapat dituliskan secara matematis sebagai, C = Q/ΔT
atau Q = CΔT. Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur
akhir proses atau T1 = T2 . kondisi ini menyebabkan dT = 0 sehingga perubahan energi dalam
sistem (dU) = 0. Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya
tidak ada hambatan atau gesekan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dalam memahami dunia fisika khususnya mengenai termodinamika. Makalah ini juga
dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Dan mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari.
17
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
http://www.gudangmateri.com/2010/01/termodinamika.html
www.chem-is-try.org/materi.../gas-ideal-dan-gas-nyata/
www.scribd.com/doc/36787993/Persamaan-Keadaan
www.tekim.undip.ac.id/staf/ratnawati/files/2010/.../bab-4-persamaan-keadaan.pptx
18