Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Insufisiensi adrenal pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Addison pada tahun
1855, suatu penyakit yang ditandai dengan defisit produksi glukokortikoid dan/atau
mineralokortikoid dan hormon androgen adrenal. Penyakit ini dapat timbul akibat
gangguan pada korteks adrenal (primer) yang sekarang dikenal dengan nama Penyakit
Addison (Addison’s disease), gangguan pada kelenjar pituitari anterior (sekunder), atau
hipotalamus (tersier). Manifestasi klinis berupa kelemahan, penurunan berat badan,
hipotensi, gangguan pada saluran pencernaan, pigmentasi kecoklatan pada kulit dan
membran mukus. Terlepas dari etiologi, insufisiensi adrenal merupakan gangguan yang
fatal, hingga sintesis kortison oleh Kendal, Sarret, dan Reuchstein pada tahun 1949
diperkenalkan sebagai terapi substitusi yang dapat menyelamatkan nyawa. Namun,
meskipun dengan adanya kemajuan ini, masih banyak tantangan terkait diagnosis dan
perawatan pasien dengan insufisiensi adrenal.(1,2)
Penyakit Addison merupakan kondisi yang jarang dijumpai dengan perkiraan
insidens pada negara berkembang sekitar 0,8 kasus per 100.000 dan prevalensi sekitar 4
sampai 11 kasus per 100.000 populasi. Namun demikian, penyakit Addison berkaitan
dengan morbiditas dan mortalitas yang bermakna, tetapi begitu diagnosis ditegakkan
maka penyakit Addison mudah untuk diterapi.(3)
Diagnosis penyakit Addison sering terlambat, sehingga mengakibatkan terjadinya
krisis adrenal akut. Krisis adrenal akut dapat terjadi akibat dari stress pada pasien yang
tidak diberikan tambahan glukokortikoid dan diketahui memiliki insufisiensi adrenal
kronis. Namun sebagian besar kasus berat adalah karena perdarahan adrenal atau
infark.(4)
Dasar penyebab terjadinya penyakit Addison telah mengalami perubahan
dramatis, dari infeksi ke patologi autoimun. Namun, tuberkulosis masih menjadi
penyebab utama penyakit Addison di negara berkembang.(5)

Anda mungkin juga menyukai