Oleh :
Pembimbing :
A. Identitas
Nama : Tn. AS
Usia : 44 tahun
Alamat : Podang 24 RT 20/RW 01 Ambangan Kidul
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
No. RM : 67xxxx
B. Subjektif
Anamnesis dilakukan pada hari Selasa, tanggal 7 Agustus 2018 di Poliklinik
Saraf
1. Keluhan Utama
Tangan kanan dan kiri terasa kesemutan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan tangan kanan dan kiri terasa kesemutan.
Keluhan dirasakan sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Keluhan hanya
sebatas pergelangan tangan hingga telapak tangan. Keluhan dirasakan
hilang timbul. Keluhan memberat saat menyetir motor dan lebih sering
pada malam hari dan membaik bila pasien mengistirahatkan tangan dan
mengibas-ngibaskannya. Sebelumnya pasien belum pernah mengobati
keluhan kesemutan pada tangan, namun pasien saat ini mengonsumsi
obat untuk hipertensinya yaitu amlodipin. Tidak ada keluhan penyerta
lainnya pada pasien.
3. Anamnesis sistem
Cerebrospinal : pusing (-), nyeri kepala (-)
Kardiovaskular : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
Respirasi : Batuk (-), sesak napas (-)
Digesti : Nafsu makan baik, BAB normal
Urogenital : BAK normal
Muskuloskeletal : kelemahan anggota gerak (-), kesemutan (+)
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa (-), cedera pergelangan tangan (-), infeksi sendi (-), DM
(-), hipertensi (+)
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa (-), DM (-), hipertensi (+)
6. Riwayat Ekonomi Sosial
Pasien merupakan karyawan swasta dibidang kuliner, sering menggunakan
tangannya untuk bekerja.
C. Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum : cukup
- Kesadaran : GCS 4-5-6
- Vital sign
TD : 160/100 Nadi : 80x/menit
RR : 16x/menit Suhu : 36,5C
- Kepala/Leher
Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), sianosis (-), dipsnue (-)
- Thorax
Cor : S1 S2 reguler tunggal
Pulmo : SDV (+/+), Wh (-/-), Rh (-/-)
- Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi: Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
- Ekstremitas :
Akral hangat (+), edema (-)
2. Pemeriksaan Neurologis
a. Pemeriksaan Motorik
5 5
5 5
b. Pemeriksaan Sensorik
N N
N N
c. Reflek Fisiologis
BPR +2/+2
TPR +2/+2
Patella +2/+2
d. Reflek Patologis
Hoffman -/-
Tromnar -/-
Babinski -/-
e. Tes Spesifik
Phalen’s test +/+
Tinel’s sign +/+
Flick’s sign +/+
D. Assesment
Diagnosis Klinis : hipoestesia palmar dekstra sinistra, hipertensi
Diagnosis Topis : Penekanan N. Medianus dalam terowongan karpal
Diagnosis Etiologis : Carpal Tunnel Syndrome
E. Planning Terapi
Farmakoterapi :
- Natrium diklofenak 3x50mg
- Metilprednisolon 3x16mg
- Piridoksin 1x200mg
- Captopril 3x25mg
Non farmakoterapi :
- Kurangi aktifitas yang dapat memicu dan memberatkan penyakit
- Fiksasi tangan dengan bandage
- Fisioterapi
- Kurangi makan garam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Epidemiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilewati oleh nervus medianus juga
dilewati oleh beberapa tendon. Setiap kondisi yang menyebabkan padatnya
terowongan karpal dapat berakibat pada peningkatan tekanan nervus
medianus sehingga timbul CTS. Pada sebagian besar kasus tidak diketahui
penyebab dari CTS terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis
menghubungkan pergerakan pergelangan tangan yang berulang dalam waktu
yang lama dengan kejadian CTS. Terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan CTS yaitu faktor intrinsik, faktor penggunaan tangan, dan
faktor trauma. Faktor intrinsik yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
terowongan karpal adalah sekunder yaitu adanya penyakit atau kelainan yang
sudah ada sebelumnya pada penderita. Faktor intrinsik yang dapat
menyebabkan CTS yaitu (a) Perubahan hormonal seperti pada keadaan hamil,
pemakaian hormon estrogen saat menopause yang dapat menyebabkan retensi
cairan dan pembengkakan pada sekitar terowongan karpal; (b) Penyakit atau
keadaan tertentu seperti hemodialisis yang berlangsung lama, penyakit
multiple myeloma, Walderstroom’s macroglobulinemia, limphoma non
Hodgkin, acromegali, virus (human parvovirus), pengobatan yang berefek
pada sistem imun (interleukin 2) dan obat anti pembekuan darah (warfarin);
(c) Kegemukan (obesitas); (d) Riwayat keluarga dengan CTS; (e) Jenis
kelamin wanita pada penelitian memiliki resiko menderita CTS lebih tinggi
secara bermakna dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki; (f) Keadaan
lain : stres, gizi buruk, merokok. Penyakit CTS yang berhubungan dengan
hobi contohnya adalah pekerjaan rumah tangga seperti menjahit, merajut,
memasak, dan lain-lain. Sedangkan CTS yang berhubungan dengan pekerjaan
meliputi kegiatan yang membutuhkan kekuatan tangan dan pergelangan
tangan, yang terjadi berulang dalam waktu yang lama (Salawati, 2014).
Two-point
Konduksi
Klasifikasi Durasi discrimination Kelemahan Atrofi Elektromiografi
saraf
test
tidak ada
–
<1 Tidak ada
Ringan Normal - - penurunan
tahun denervasi
ringan
kecepatan
tidak ada
Tidak ada- –
±1 Mungkin
Sedang √(minimal) denervasi penurunan
tahun tidak normal
√(minimal) ringan ringan
kecepatan
<1 Penurunan
Berat Tidak normal √ √ Ada denervasi
tahun kecepatan
E. Patofisiologi
- Mati rasa, rasa terbakar, atau kesemutan di jari-jari dan telapak tangan
terutama malam hari.
Tahap 1: Pasien sering terbangun pada malam hari dengan sensasi tangan yang
bengkak dan mati rasa. Mereka melaporkan nyeri yang menjalar dari
pergelangan tangan ke bahu, dan kesemutan yang mengganggu di tangan dan
jari-jari (brachialgia paraesthetica nocturna). Mengibaskan tangan dapat
meredakan gejala (flicks sign). Saat pagi hari, biasanya sensasi tangan kaku
masih terasa.
Tahap 2: Gejala juga terasa pada siang hari, terutama ketika pasien tetap di
posisi yang sama untuk waktu yang lama, atau melakukan gerakan-gerakan
berulang-ulang dengan tangan dan pergelangan tangan. Ketika muncul defisit
motorik, pasien melaporkan bahwa objek sering jatuh dari tangan mereka
karena mereka tidak mampu untuk merasa jari mereka lagi.
Tahap 3: Ini adalah tahap akhir di mana atrofi eminensia tenar yang jelas, dan
nervus medianus biasanya merespon buruk untuk bedah dekompresi. Dalam
tahap ini, gejala sensoris dapat berkurang. Terdapat juga rasa sakit di
eminensia tenar, dan dengan kompresi berat, kelemahan dan atrofi abductor
pollicis brevis dan opponens pollicis.
Pemeriksaan Fisik
3. Tinel's sign : Tes ini mendukung diagnosis bila timbul parestesia atau
nyeri pada daerah distribusi nervus medianus jika dilakukan perkusi
pada terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
1. Pemeriksaan EMG
Kecepatan hantar saraf akan menurun dan masa laten distal memanjang,
menunjukkan adanya gangguan pada konduksi saraf di pergelangan
tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
2. Pemeriksaan radiologi
H. Tatalaksana
a. Terapi konservatif
b. Terapi operatif
Indikasi operasi :
I. Prognosis
Pada kasus CTS ringan, dengan terapi konservatif umumnya prognosa baik.
Bila keadaan tidak membaik, maka tindakan operasi harus dilakukan. Secara
umum prognosa operasi juga membaik (Munir, 2017).
J. Pencegahan
Ibrahim, I., Khan, W. S., Goddard, N., & Smitham, P. (2012). Carpal Tunnel
Syndrome : A Review of the Recent Literature. The Open Orthopaedics
Journal, 6, 69–76. https://doi.org/10.2174/1874325001206010069
Leblanc, K. E., & Cestia, W. (2011). Carpal Tunnel Syndrome. American Family
Physician, 83(8), 952–958.
Moore, K. L., & Dalley, A. F. (2013). Anatomi Berorientasi Klinis (5th ed.).
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Putri, I. P. (2015). Hubungan Gerakan repetisi dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada pengrajin Batik tulis
di Kemiling, Bandarlampung. Universitas Lampung.