Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP DAN KODE ETIK DALAM BISNIS

PENGERTIAN PROFESI
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa:
“Profesi yaitu bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlihan tertentu.”
“Profesional yaitu sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, yang memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.”
“Profesionalisme merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.”

2. Menurut Hidayat Nur Wahid dalam Economics, Business, Accounting Review, edisi II/ April
2006:
“Profesi Adalah sebuah pilihan yang sadar dilakukan oleh seseorang, sebuah ‘pekerjaan’
yang secara khusus dipilih, dilakukan dengan konsisten, kontinu ditekuni, sehingga orang bisa
menyebut kalau dia memang berprofesi dibidang tersebut. Sedangkan profesionalisme yang
memayungi profesi tersebu adalah semangat, paradigma, tingkah laku, ideologi yang secara
intelek meningkatkan kualitas profesi tersebut.

3. Menurut Kanter (2001):


“Profesi adalah pekerjaan dari kelompok terbatas orang-orang yang memiliki keahlihan
khusus yang diperolehnya melalui training atau pengalaman lain.

4. Menurut Sonny Keraf (1998):


“Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan
keahlihan dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral) yang
mendalam.

5. Menurut Brooks (2004):


“Profesi adalah suatu kombinasi fitur, kewajiban dan hak yang kesemuanya dibingkai
dalam seprangkat nilai-nilai profesional yang umum- nilai nilai yang menentukan bagaimana
keputusan dibuat dan bagaimana tindakan dilaksanakan.
6. Menurut Prof. Dr. Widjojo Nitisastro:
Pengertian profesi adalah sebagai berikut:
1. Karyanya berarti hasil karya (hasil pekerjaan) dari seseorang profesional.
2. Kaidah berarti pedoman, aturan, norma, asas.

Diketahui bahwa defenisi yang diberikan mulai dari yang sangat luas sampai kedefinisi yang
khusus dan terbatas.
a. Defenisi yang sangat luas, profesi disamakan dengan “pekerjaan” diberikan oleh Hidayat Nur
Wahid
b. Defenisi lebih sempit, profesi adalah “pekerjaan yang ditandai oleh pendidikan dan keterampilan
khusus” diwakili oleh pemikiran Kanter dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
c. Defenisi yang lenih khusus, profesi ditandai oleh tiga unsur penting –pekerjaan, pendidikan atau
keterampilan khusus, dan adanya komitmen moral/nilai-nilai etis diberikan oleh Widjojo
Nitisastro, Sonny Keraf dan Brooks.

Sebenarnya pengertian profesi dimaksudkan sebagai sebutan untuk pekerjaan mulia. Profesi
disebut mulia karena orang yang menyandang profesi seperti ini tidak semata-mata
menggunakan keahlihannya untuk tujuan mencari nafkah (uang), tetapi juga mempunyai misi
sosial dan pekerjaannya berdampak luas bagi masyarakat. Secara lebih rinci, pengertian profesi
dalam konteks ini ditandai dengan ciri-ciri sebgai berikut:
a. Profesi adalah suatu pekerjaan mulia.
b. Untuk menekuni profesi diperlukan pengetahuan, keahlihan, dan keterampilan tinggi.
c. Pengetahuan, keahliahan, dan keteampilan diperoleh melalui pendidikan formal, pelatiahan dan
praktik/ pengalaman langsung,
d. Memerlukan komitmen moral (kode etik) yang ketat.
e. Profesi ini berdampak luas bagi kepentingan masyarakat umum.
f. Profesi ini mampu memberikan penghasilan bagi penyadang profesi untuk hidup layak.
g. Ada organisasi profesi sebagai wadah untuk bertukar pikiran, mengembangkan,
menyempurnakan, menegakkan dan mengawasi pelaksanaan kode etik dintara anggota profesi
tersebut.
h. Ada izin dari pemerintah untuk menekuni profesi ini.
BISNIS SEBAGAI PROFESI
Bila mengacu kepada pengertian profesi dalam arti luas dimana profesi diartikan sebagai
“pekerjaan penunjang nafkah hidup” maka sudah sangat jelas bahwa semua aktivitas bisnis
dapat dianggap sebagai profesi. Diketahui bahwa bisnis dapat diartikan sebagai suatu lembaga
atau wadah dimana didalamnya berkumpul banyak orang dari latar belakang pendidikan dan
keahlihan untuk bekerjasama dalam menjalankan aktivitas produktif dalam rangka memberikan
manfaat ekonomi bagi semua pelaku bisnis yang berkepentingan (stakeholders).
Diperlukan minimal 3 kaidah agar suatu pekerjaan dapat disebut sebagai profesi, yaitu:
pengetahuan/ilmu, keterampilan, dan komitmen moral (etika).
Meskipun banyak yang mendukung pandangan bisnis amoral, namun diyakini bahwa pandangan
bisnis amoral akan makin ditinggalkan karena para pelaku bisnis saat ini dan dimasa mendatng
makin banyak yang menyadari bahwa dalam berbisnis pun diperlukan komitmen moral yang
tinggi. Fakta –fakta yang makin banyak terungkap, membuktikan bahwa suatu lembaga bisnis
yang mengabaikan moralitas, serakah, merugikan masyarakat luas, dan merusak lingkungan
alam banyak yang gulung tikar atau mendapat penolakan dan perlawanan keras dari masyarakat.
Yang membedakan pekerjaaan biasa dengan profesi adalah pada “dampak” dari pekerjaan
biasa dan profesi tersebut pada masyarakat. Pekerjaan biasa mempunyai dampak terbatas pada
masyarakat, sedangkan profesi berdampak luas pada masyarakat. Pekerjaan biasa tidak dituntut
untuk memiliki ilmu dan keterampilan yang tinggi serta tidak memerlukan komitmen moral,
sedangkan profesi dituntut untuk mempunyai kualifikasi ilmu dan keterampilan yang tinggi serta
komitmen moral yang sangat ketat.
Bisnis adalah suatu profesi dan para pelaku bisnis dituntut untuk bekerja secara
profesional. Bisnis dapat dianggap sebagai profesi karena telah sesuai dengan defenisi dan ciri-
ciri suatu profesi, yaitu:

a. Profesi adalah pekerjaan dan didalam bisnis terdapat banyak jenis pekerjaan
b. Sebagian besar jenis pekerjaan didalam perusahaan-terutama yang dilaksanakan oleh
jajaran manajemen-menuntut pengetahuan dan keterampilan tinggi, baik melalui
pendidikan formal maupun berbagai

c. Profesi menuntut penerapan kaidah moral/etika yang sangat ketat


d. Tuntutan kaidah moral yang tinggi menjadi keharusan dalam bisnis karena pengalaman
membuktikan bahwa perilaku para pelaku bisnis menentukan kinerja perusahaan yang
akan berpengaruh besar bagi kehidupan ekonomi masyarakat dan negara baik secara
positif maupun secara negatif.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS


John Naisbitt dalam bukunya, Global Paradox (1995), telah meramalkan bahwa pada abad
ke-21 akan ada aturan-aturan baru yang menyangkut perilaku (etis) universal dalam praktik
bisnis. Ia bahkan dengan yakin mengatakan bahwa kinerja ekonomi (berupa keuntungan) dan
kinerja etis bukanlah dua kutub yang bertentangan dari suatu kontinum, melaikan kinerja etis
justru akan menjadi factor strategis dalam menentukan kinerja ekonomis. Prinsip dalam hal ini
dapat diartikan sebagai asas atau dasar untuk berpikir dan bertindak. Di bawah ini dikutip
beberapa contoh prinsip-prinsip etika dari beberapa sumber.
1) Prinsip-prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table (dalam Alois A. Nugroho, 2011) adalah.
a. Tanggung Jawab Bisnis: dari Shareholders ke Stakeholders.
b. Dampak Ekonomis dan Sosial dari Bisnis: Menuju Inovasi, Keadilan dan Komunitas Dunia.
c. Perilaku Bisnis: dari Hukum yang Tersurat ke Semangat Saling Percaya.
d. Sikap Menghormati Aturan.
e. Dukungan bagi Perdagangan Multilateral.
f. Sikap Hormat bagi Lingkungan Alam.
g. Menghindari Operasi-operasi yang Tidak Etis.

Prinsip pertama menyiratkan bahwa perlu ada perubahan paradigma tentang tujuan
perusahaan dan fungsi eksekutif perusahaan dilihat dari teori keagenan (agency theory). Tujuan
perusahaan menurut prinsip ini adalah menghasilkan barang dan jasa untuk menciptakan
kemakmuran bagi masyarakat secara luas (stakeholder), bukan hanya terbatas untuk kepentingan
shareholders para pemegang saham (pemilik perusahaan).
Prinsip kedua menyiratkan bahwa kegiatan bisnis tidak semata mencari keuntungan
ekonomis, tetapi juga mempunyai dimensi sosial dan perlunya menegakkan keadilan dalam
setiap praktik bisnis mereka.
Prinsip ketiga menekankan pentingnya membangun sikap kebersamaan dan sikap saling
percaya.
Prinsip keempat menyiratkan perlunya dikembangkan perangkat hukum dan aturan yang
berlaku secara multilateral dan diharapkan semua pihak dapat tunduk dan menghormati
hukum/aturan multilateral tersebut.
Prinsip kelima merupakan prinsip yang memperkuat prinsip kedua agar semua pihak
mendukung perdagangan global dalam mewujudkan satu kesatuan ekonomi dunia.
Prinsip keenam meminta kesadaran semua pelaku bisnis akan pentingnya bersama-sama
menjaga lingkungan bumi dan alam dari berbagai tindakan yang dapat memboroskan sumber
daya alam atau mencemarkan dan merusak lingkungan hidup.
Prinsip ketujuh mewajibkan semua pelaku bisnis untuk mencegah tindakan-tindakan tidak
etis, seperti: penyuapan, pencucian uang, korupsi, dan praktik-praktik tidak etis lainnya.
2) Prinsip etika bisnis menurut Sonny Keraf (1998).
Setidaknya ada lima prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan titik tolak pedoman perilaku dalam
menjalankan praktik bisnis, yaitu:
a. Prinsip Otonomi
b. Prinsip Kejujuran
c. Prinsip Keadilan
d. Prinsip Saling Menguntungkan
e. Prinsip Integritas Moral

Prinsip otonomi menunjukkan sikap kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Orang
yang mandiri berarti orang yang dapat mengambil suatu keputusan dan melaksanakan tindakan
berdasarkan kemampuan sendiri sesuai dengan apa yang diyakininya, bebas dari tekanan,
hasutan, atau ketergantungan kepada pihak lain. Kebebasan tanpa rasa tanggung jawab akan
memunculkan manusia pengecut dan munafik, sedangkan kebebasan disertai tanggung jawab
akan menumbuhkan ’’sikap kesatria’’, yaitu sikap berani bertindak dan mengatakan hal yang
benar sekaligus berani dan berjiwa besar mengakui suatu kesalahan, serta berani menanggung
konsekuensinya.
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan adalah yang dikatakan,
dan apa yang dikatakan adalah yang dikerjakan.
Prinsip keadilan menanamkan sikap untuk memperlakukan semua pihak secara adil (fair),
yaitu suatu sikap yang tidak membeda-bedakan dari berbagai aspek, baik dari aspek ekonomi
(menyangkut distribusi pendapatan), aspek hukum (dalam hal perlakuan yang sama di mata
hukum), maupun aspek lainnya seperti: agama, ras, suku, dan jenis kelamin untuk memperoleh
kesempatan yang sama dalam hal perekrutan karyawan, promosi jabatan, pemilihan mitra usaha,
dan sebagainya.
Prinsip saling menguntungkan menanamkan kesadaran bahwa dalam berbisnis perlu
ditanamkan prinsip win-win solution, artinya dalam setiap keputusan dan tindakan bisnis harus
diusahakan agar semua pihak merasa diuntungkan.
Prinsip integritas moral adalah prinsip untuk tidak merugikan orang lain dalam segala
keputusan dan tindakan bisnis yang diambil. Prinsip ini dilandasi oleh kesadaran bahwa setiap
orang harus dihormati harkat dan martabatnya.
3) Prinsip etika bisnis menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005).
Prinsip etis merupakan tuntunan bagi perilakuu moral. Contoh prinsip etika antara lain:
kejujuran (honesty), pegang janji (keeping promises), membantu orang lain (helping others), dan
menghormati hak-hak orang lain (the rights of others). Lawrence, Weber, dan Post sendiri tidak
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang prinsip-prinsip etika bisnis ini karena prinsip-prinsip
tersebut mungkin sudah dianggap jelas dengan sendirinya.

4) Weiss (2006) mengemukakan empat prinsip etika, yaitu: martabat/hak (rights), kewajiban (duty),
kewajaran (fairness), dan keadilan (justice). Weiss juga tidak memberikan uraian lebih lanjut
tentang prinsip-prinsip etika bisnis yang diungkapkannya.
Dengan mengutip dan membandingkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh beberapa sumber
di atas, tampak bahwa sampai saat ini belum terdapat kesamaan dalam perumusan dan
pemaknaan mengenai apa yang dapat dianggap sebagai prinsip-prinsip etika bisnis.

KODE ETIK DI TEMPAT KERJA


Etika sebagai proses penalaran yang mengkaji pengertian,teori,prisip-prinsip atau kaidah-
kaidah tentang baik buruknya perilaku manusia secara umum.dalam setiap organisasi bisnis
terdapat lebih dari satu orang perlaku bisnis yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bisnis.bila
organisasi di kelompokan menurut bisnisnya,maka pada umumnya dalam setiap organisasi
bisnis akan ada fungsi pemasaran,fungsi produksi,fungsi pembelian,fungsi keuangan dan
akuntansi,serta fungsi sumber daya manusia(SDM).

Kode Etik Sumber Daya Manusia (Human Resource)


Di lihat dari sejarah perkembangannya,A.M.lilik agung(2017) mencatat setidaknnya ada empat
peran yang melekat pada departemen SDM,yaitu:
1. Peran administratif, yaitu suatu peran awal/tradisional di mana peran departeman SDM hanya
pada seputar perekrutan karyawan dan memelihara catatan gaji,upah serta data karyawan.
2. Peran kontribusi, yaitu suatu peran yang menekankan pada peningkatan
produktivitas,loyalitas,dan lingkungan kerja karyawan.
3. Peran agen perubahan, yaitu suatu peran yang di mana departemen SDM berfungsi sebagai agen
perubahan.
4. Peran mitra strategis. pada peran ini, departemen SDM dilibatkan dalam merumuskana berbagai
kebijakan bisnis yang bersifat strategis, terutama agar departemen SDM dapat segera
melaksanakan program penyelarasan antara kepentingan bisnis dan kepentingan individual
karyawan.
Ada enam dimensi agar kode etik agar suatu kode etik di patuhi
1. Kode etik formal, yaitu suatu kode etik yang dirumuskan atau ditetapkan secara resmi oleh suatu
asosiasi,,organisasi,profesi,atau suatu lembaga/etitas tertentu.
2. Komite etika, yaitu etitas yang mengembangkan kebijakan,mengevaluasi
tindakan,menginvestasi,dan menghakimi pelanggaran –pelanggaran etika.
3. Sistem komunikasi etika,yaitu suatu media atau cara untuk menyosialisasikan kode etikdan
perubahannya,termasuk isu-isu etika dan cara mengatasinya yang bersifat dua arah –antara
pejabat otoritas etika dengan pihak-pihak terkait dalam suatu etitas/organisasi.
4. Pejabat etika, yaitu pihak yang mengoordinaikan kebijakan,,memberikan pendidikan,dan
menyelidiki tuduhan adanya pelanggaran etika.
5. Program pelatihan etika, yaitu program yang bertujan untuk meningkatkan kesadaran dan
membantu karyawan dalam merespon masalah-masalah etka.
6. Proses penetapan disiplin, dalam hal terjadi perilaku tidak etis.

Hak-hak karyawan menurut sonny(1998) yang harus di perhatika antara lain:


a. Hak atas pekerjaan yang layak
b. Hak atas upah yang adil
c. Hak untuk berserikat dan berkumpul
d. Hak atas pelindung keamanan dan kesehatan
e. Hak untuk diproses hukum secara sah
f. Hak untuk diperlakukan secara sama
g. Hak atas rahasia pribadi
h. Hak atas kebebasan suara hati
Kode Etik Pemasaran
Fungsi pemasaran di dalam perusahan memegang peranan yang sangat penting dalam
menentukan bagi kelangsungan hidup perusahanan karena menjadi ujung tombak perusahaan
yang bersentuhan langsung dengan pelanggan di luar perusahaan.

Kode Etik Akuntansi


Karyawan yang berada dibawah departemen akuntasi yang memenuhi syarat yang di
perlukan sebagai akuntan,sering disebut sebagai akuntan manejemen.Tugas utama akuntan
manejemen adalah merancang dan memelihara system infoprmasi akuntansi agar departemen
akuntansi mampu menghasilkan dua jenis laporan akuntansi yaitu (1). Laporan keuangan
(financial statements) sebagai alat pertanggungjawaban manejemen kepada pihak-pihak diluar,
manejemen; (2) Laporan manejemen untuk kepentingan manejemen dalam rangka melaksanakan
fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan proses keputusan manejemen. Jelas sekali
bahwa laporan akuntansi yang dihasilkan oleh departemen akuntansi bukan saja diperlukan oleh
pihak manejemen, tetapi juga pihak-pihak lain diluar manejemen,seperti: pemeganga saham,
Bank, aparat perpajakan (pemerintah), badan pengawas,pasar modal dan lembaga keuangan
(BAPEPAM LK), karyawan, pemasok, pelanggan, dan pihak-pihak lainnya.
Efektivitas fungsi akuntansi didalam perusahaan di tentukan oleh karakteristik kualitatif yang
harus dipenuhi oleh laporan akuntansi yang di hasilkan. Didalam buku pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), pada bagian awal tentang kerangka dasar penyusunan dan kajian
laporan keuangan,dikemukakan dua indicator karakteristik laporan keuangan, yaitu: Relevan
(Relevant) dan dapat diandalkan reliable. Suatu laporan dianggap relevan kalau laporan tersebut
bermanfaat bagi berabagai pihak untuk mendukung proses pengambilan keputusan. suatu laporan
disebut andal bila laporan itu disusun dengan cara cermat (akurat) sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, serta menggambarkan apa adanya (netral, objektif, bebas dari
konflik kepentingan).
Pekerjaan di bidang akuntansi disebut suatu profesi karena: (1) Memerlukan pengetahuan
akuntansi dari pendidikan formal (knowledge), (2) Memerlukan ketrampilan dalam mengelola
data dan menyajikan laporan khususnya dengan memanfaatkan teknologi kokputer dan sistem
informatika (skill), dan (3) orang/karyawan dibidanng akuntansi tersebut harus mempunyai sikap
dan perilaku etis (Attitude).
Menurut Duska dan Duska (2005) kode etik akuntan manajemen setidaknya harus
meliputi empat standar perilaku etis yaitu: Kompetensi (competence), kerahasiaan
(konfidentialy), integritas (integrity), dan objektif (objectivity)
Ringkasan Kode Etik
Institute of Management Accountants
1) Kompetensi: Praktisi akuntansi manejemen dan menejemen keuangan mempunyai suatu
tanggung jawab untuk:
 Memelihara tingkat kompetensi professional yang layak dengan mengembangkan pengetahuan
dan ketrampilan mereka
 Menjalankan kewajiban professional dengan mematuhi hokum, peraturan, dan standar teknis
yang relevan.
 Menyiapkan laporan dan rekomendasi yang lengkap dan jelas setelah melakukan analisis terhadap
informasi yang handal dan relevan.
2) Kerahasiaan: Praktisi akuntansi manejemen dan manejemen keuangan mempunyai tanggungh
jawab untuk:
 Menahan diri untuk membeberkan informasi rahasia yang diperoleh dari menjalankan tugas
sesuai kewenangannya, kecuali diwajibkan secarahukum untuk membeberkannya
 Memberitahukan kepada bawahan menyangkut kerahasiaan informasi yang mereka ketahui dalam
menjalankan tugas mereka dan memantau kegiatan mereka untuk memastikan kerahasiaannya.
 Menahan diri dari keinginan untuk menggunakan atau terkesan menggunakan informasi rahasia
yang di peroleh dalam menjalankan tugasnya untuk kepentingan tidak etis atau melawan hukum
baik secara pribadi maupun melalui pihak ketiga
3) Integritas: Praktisi akuntansi manejemen dan manejemen keuangan mempunyai tanggungh
jawab untuk:
 Menghindari konflik kepentingan sesungguhnya atau yang tampak dan memberitahu para pihak
terkait dalam hal terjadi konflik kepentingan.
 Menahan diri untuk melakukan ikatan dalam setiap aktivitas yang dapat menimbulkan
prasangka menyangkut kemampuannya menjalankan kewajibannya secara etis.
 Menolak setiap pemberian,kemurahan hati,dan pelayanan yang dapat mempengaruhi atau
tampaknya memengaruhi tindakan mereka.
 Menahan diri baik secara aktif maupun pasif dari tindakan yang menyimpan terhadap
pencapaian tujuan etis dan legitimasi organisasi.
 Mengungkapkan dan mengomunikasikan keterbatasan professional atau kendala lainnya yang
akan menghambat penilaian yang bertanggungjawab atau kinerja yang sukses atas suatu
kegiatan.
 Mengomunikasikan informasi yang tidak menyenangkan dan yang menyenangkan serta pendapat
dan penilaian yang profesinal.
 Menahan diri dari suatu ikatan atau suatu dukungan aktivitas yang dapat mendiskreditkan profesi.
4) Objektivitas: Praktisi akuntansi manejemen dan manejemen keuangan mempunyai tanggungh
jawab untuk:
 Mengomunikasikan informasi secara adil dan objektif.
 Mmengungkapkan semua informasi releva sepenuhnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi
pemahaman pihak pengguna atas laporan, komentar, dan rekomendasi yang disampaikan
5) Resolusi atas Konflik etis: Bila menghadapi isu etika yang signifikan praktisi akuntansi
manejemen dan manejemen keuangan harus mengikuti kebijakan organisai yang telah ditentukan
dalam memecahkan konflik tersebut.
 Diskusikan masalah dengan atasan langsung.
 Mengklarifikasi isu yang relevan melalui diskusi rahasia.
 Bila konflik masih muncul setelah bersusah payah mendapat pandangan,tidak ada jalan lain
selain mengundurkan diri dari organisasi

Kode Etik Keuangan


Fungsi pokok akuntansi antara lain menghasilkan laporan keuangan (neraca, perhitungan
laba-rugi, laporan perubahan ekuitas danlaporan arus kas), sedangkan fungsi keuangan adalah
mengelola arus kas (kas masuk dan kas keluar) termasuk menetapkan struktur permodalan dan
mencari sumber-sumber jenis pembiayaan baik untuk membiayai kegiatan operasi maupun untuk
rencana investasi. Oleh karena itu pekerjaan di bidang keuangan sudah menjadi suatu profesi
karena sudah memenuhi syarat-syarat untuk dapat dianggap sebagai profesi yaitu: (a) diperlukan
pengetahuan tentang manejemen keuangan, kredit, dan perbankan, pasar modal dan pengetahuan
yang terkait lainnya (knowledge). (b) Diperlukan keterampilan tinggi (skill) dalam berorganisasi
dengan pejabat lembaga keuangan terkait (misalnya bursa saham, aparat pajak). (c)
Mempunyaisikap etis yang kuat.

Kode Etik Teknologi Informasi


Komitmen terhadap kode etik professional diharapkan bagi setiap anggota(anggota yang
mempunyai hak suara,anggota asosiasi dan anggota mahasiswa) dari association of computing
machinery( ACM)
Kode ini mencakup 24 keharusan yang dirumuskan sebagai pernyataan tentang tanggung
jawab pribadi, mengidentifikasi unsur-unsur seperti komitmen.Itu mencakup banyak, tetapi tidak
semua, isu-isu profesi yang harus dihadapi. kode etik dan pedoman yang terlampir dimaksudkan
sebagai pedoman pengambilan keputusan etis dalam menjalankan pekerjaan professional.
Keduanya, kode ini sebagai dasar untuk menilai ukuran suatu keluhan formal atas pelanggaran
standar etika profesi.
Keharusan umum untuk anggota ACM mencakup kontribusi bagi masyarakat dan
kesejahteraan umat manusia,menghindari kerugian orang lain, bertindak jujur dan dapat
dipercaya, adil dan tidak ada diskriminasi, menghormati hak kekayaan, termasuk hak cipta dan
hak paten, memberikan penghargaan yang pantas bagi hakkekayaan intelektual, menghormati
privasi orang lain dan menghargai kerahasiaan.
Kataatan terhadap kode etik ini bersifat sukarela,akan tetapi jika anggota melanggar kode
etik ini dengan melakukan perilaku tidak etis, keanggotaannya pada ACM akan di cabut.

Kode Etik Fungsi Lainnya


Organisasi perusahaan adalah suatu sistem. Ciri pokok suatu sistem adalah bahwa setiap
elemen dalam suatu perusahaan akan berinteraksi satu dengan yang lainnya yang akan
memengaruhi perusahaan secara keseluruhan. Komunikasi yang tidak efektif antar orang di
dalam satu bagian, atau komunikasi yang tidak kondusif antar bagian di dalam suatu perusahaan
bisa menimbulkan suasana dan budaya perusahaan yang tidak kondusif. Oleh karena itu, semua
karyawan pada semua fungsi di suatu perusahaan harus selalu bersikap profesional. Ketaatan
dalam mematuhi kode etik yang telah ditetapkan oleh perusahaan akan menentukan kualitas
SDM dalam perusahaan.

PERBANDINGAN KODE ETIK


Jika kita memperhatikan topik – topik, konsep – konsep, atau istilah – istilah yang
dipakai dari masing – masing contoh kode etik, terlihat bahwa ada banyak konsep yang sifatnya
tumpang tindih.
Topik – topik Kode Etik dalam Perbandingan
American Marketing Institute of Association for Association for
Association (AMA) Management Investment Computing Machine
Accountants Management and (ACM)
Research (AMIR)
Tanggung jawab Kompetensi Kompetensi Tanggung jjawab dan
komitmen
Kejujuran dan Integritas Integritas, Martabat Jujur dan dapat
Kewajaran (dignity) Dipercaya
Hak dan Kewajiban Kerahasiaan, Kerahasiaan, Kerahasiaan,
Objektivitas Objektivitas, Menghormati hak
Independensi kekayaan intelektual
Hubungan Organisasi Resolusi atas konflik Kehati-hatian; Adil dan tidak
etis Larangan diskriminatif;
menggunakan Menghormati privasi
informasi nonpublik orang lain

Sehubungan dengan hal tersebut, dibawah ini akan diulas beberapa konsep yang biasa
muncul dalam pedoman kode etis suatu profesi.
Integritas
Banyak yang menginterpretasikan integritas sama dengan kejujuran, meski sebenarnya
konsep integritas lebih luas dari konsep kejujuran. Kejujuran hanya merupakan salah satu unsur
yang membangun integritas seseorang. Pertama, untuh dan tidak terbagi menyiratkan bahwa
seorang profesional memerlukan kesatuan dan keseimbangan antara pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill), dan perilaku etis (attitude). Kedua, menyatu menyiratkan bahwa seorang
profesional secara serius dan purna-waktu dalam menekuni profesinya sekaligus juga
menyenangi pekerjaannya. Ketiga, kokoh dan konsisten menyiratkan pribadi yang berprinsip,
percaya diri, tidak mudah goyah, dan tidak mudah terpengaruh orang lain.
Pandangan lain dikemukakan oleh Julian M dan Alfred (2007) yang mengatakan bahwa
integritas merujuk pada segala hal yang membuat seseorang bisa dipercaya. Dengan menyimak
kedua pandangan diatas, dapat disimpulkan bahwa integritas : (a) menyiratkan pengertian
keutuhan atau keseimbangan (b) menjadi dasar atau fondasi membangun kepercayaan (c)
meliputi banyak atribut atau kualitas terkait untuk membangun karakter atau pribadi utuh.
Dengan demikian, integritas merupakan dasar penegakan etika karna jika integritas sudah
melekat menjadi sifat seseorang, maka atribut-atribut lainnya sudah dengan sendirinya menjadi
bagian dari karakternya.

Whistleblowing
Bila dilihat dari arti katanya, whistle berarti pluit dan blowing berarti meniup, sehingga
whistleblowing sebenarnya berarti meniup pluit. Namun, yang sesungguhnya dimaksudkan
dengan whistleblowing dalam konteks etika, adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau
beberapa orangb karyawan untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh
perusahaan atau tatsannya kepada pihak lain. Namun bila tindakan pembocoran ini sudah
dilakukan kepada masyarakat atau orang diluar perusahaan, maka tindakann ini disebut external
whistleblowing.
Dalam kode etik keempat profesi diatas, memang tidak dijumpai istilah whisteblowing
secara explisit. Namun, khusus dalam kode etik Akuntan Manajemen, ditemukan topik “Resolusi
Konflik Etis”. Dalam topik ini, sebenarnya diatur tata cara atau prosedur pelaporan bila seorang
akuntan manajemen menghadapi dilema etis atau pelanggaran etis yang dilakukan oleh karyawan
lain, atau oleh atasan yang bbersangkutan. Hal ini sebenarnya mengatur tindakan yang
berhubungan dengan whistleblowing baik yang bersifat internal maupun external.

Kompetisi
Lompetisi berarti kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan atau
profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan pekerjaannya dengan
kualitas hasil yang baik.

Objektivitas dan Independensi


Objektif berarti sesuai tujuan, sesuai sasaran, tidak berat sebelah, selalu didasarkan atas
fakta atau bukti yang mendukung. Independensi mencermikan sikap tidak memihak serta tidak
dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam mengambil keputusan dan tindakan. Dalam
profesi akuntan publik, istilah independensi dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
independent infact dan independent in appearance. Independent infact artinya secara mental,
yang bersangkutan bersifat independen. Independent in appearance artinya menurut pandangan
orang lain – terutama dilihat dari sudut pandang hubungan secara fisik – yang bersangkutan
diragukan independensinya, walaupun mungkin secara mental yang bersangkutan tetap bersifat
independen.

Anda mungkin juga menyukai