DOSEN PENGAMPU :
OLEH :
KELAS : BK REGULER C
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya
sampai saat ini, sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah ini dan dapat
kepada bapak Husna P Tambunan S.Pd,M.Pd. yang telah memberikan tugas yang
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
Saya juga menyadari bahwa dalam penyajian tugas ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu saya berharap saran dan kritik untuk
membangun kesempurnaan tugas ini.
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
1. Latar Belakang......................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
3. Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................ 3
1. Perkembangan fisik (motor)..................................................................... 4
2. Perkembangan kognitif............................................................................. 5
3. Penerapan Belajar Dalam Konteks Perkembangan Fisik dan
Kognitif.................................................................................................. 10
4. Keterpaduan Proses Fisik dan Kognitif dalam Belajar........................... 11
A. Latar Belakang
Seorang guru memiliki peran yang kompleks dalam pendidikan, tidak
hanya sebagai mediator dalam proses belajar akan tetapi juga turut andil dalam
pengembangan potensi anak didik. Oleh karena itu guru merupakan tenaga
profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan
tinggi). Tidak hanya memiliki penguasaan yang mumpuni di bidang mata
pelajarannya tetapi juga memiliki pengaplikasian proses belajar mengajar yang
baik, sehingga pengajar dapat mengembangkan kepribadian anak didik menjadi
lebih tinggi dari tingkat sebelumnya.
Dalam proses belajar diperlukan adanya kesiapan. Menurut Thorndike
(Slameto, 2003:133) kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Selain itu
dengan adanya kesiapan belajar seorang peserta didik akan lebih termotivasi
sehingga untuk mengembangkan potensinya secara maksimal peserta didik harus
memiliki kesiapan. Oleh karena itu seorang guru harus memahami betul
bagaimana perkembangan psiko-fisik peserta didik pada proses-proses
perkembangan dan hubungannya sebagai bentuk kesiapan dalam kegiatan belajar
siswa. Perkembangan-perkembangan yang dimaksudkan yaitu perkembangan fisik
dan kognitif peserta didik. Sehingga diharapkan seorang guru akan mampu
memberikan gambaran tentang bagaimana proses pembelajaran yang tepat sesuai
dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sedangkan bagi peserta didik dapat
melalui proses pembelajaran dengan pengetahuannya berdasarkan tahap
perkembangan yang di milikinya.
Dalam tugas ini membahas mengenai penerapan belajar dalam konteks
perkembangan fisik daan kognitif peserta didik dan bagaimana keterpaduan
ketiga konteks tersebut dalam belajar peserta didik serta bagaimana hubungan
konsep perkembangan dengan kesiapan dan proses belajar peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkembangan?
2. Apa itu perkembangan fisik?
3. Apa itu perkembangan kognitif?
4. Bagaimanakah penerapan belajar dalam konteks ke 2 perkembangan
tersebut?
5. Bagaimana keterpaduan proses fisik dan kognitif dalam belajar?
C. Tujuan
Dalam penyusunan Tugas dengan materi Penerapan belajar dalam konteks
fisik dan kognitif ini penulis berharap dapat memberikan manfaat baik bagi
penulis sendiri maupun pembaca dan masyarakat luas.
Adapun tujuan penyusunan Tugas ini bagi Penulis makalah ini adalah agar
penulis lebih memahami materi penerapan belajar dalam konteks fisik dan
kognitif. Bagi pembaca dan masyarakat luas, makalah ini dimaksudkan sebagai
salah satu referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai
materi ini.
BAB II
PEMBAHASAN
B. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Ada 2 teori sebagai pendekatan dasar untuk memahami perkembangan
kognitif. Pendekatan pertama adalah Piagetian approach dan pendekatan kedua
adalah Teori Vygotsky.
Jean Piaget (1896-1980) mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak
menjadi 4 tahapan :
1. Tahap sensory-motor, terjadi pada usia 0-2 tahun.
2. Tahap pre-operational, terjadi pada usia 2-7 tahun.
3. Tahap concrete-operational, terjadi pada usia 7-11 tahun.
4. Tahap formal-operational, terjadi pada usia 11-15 tahun
b. Tahap Pra-Operasional
Perkembangan ini dimulai saat anak sudah menyadari adanya eksistensi suatu
benda yang harus ada atau biasa ada. Kemampuan ini muncul akibat kapasitas
kognitif baru yang disebut mental representation (gambaran mental) yang
memungkinkan anak mengembangkan deferred-imitation (peniruan yang
tertunda). Perilaku yang ditiru adalah orang lain yang sebelumnya pernah ia
lihat (terutama orangtua dan guru). Maka dalam tahap ini anak berfikir hanya
dengan sudut pandangnya sendiri (egosentrik).
c. Tahap Konkret-operasional
Tahap ini anak mendapatkan tambahan kemampuan yang disebut system of
operations (satuan langkah berfikir) dimana anak dapat menkoordinasikan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem
pemikirannya sendiri, akan tetapi masih memiliki keterbatasan kapasitas.
Maka dalam tahap ini anak masih berfikir secara konkret.
d. Tahap Formal-operasional
Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki
kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan.
Maka dalam tahap ini anak sudah mampu berfikir secara abstrak.
Salah satu konsep penting dari teori Vygotsky adalah Zone of Proximal
Development (ZPD). Vygotsky mendefinisikannya untuk tugas-tugas yang sulit
dikuasai sendiri oleh siswa, tetapi dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan
orang dewasa atau siswa yang lebih terampil (Santrock, 1995). Vygotsky telah
mengubah cara pendidik berpikir tentang interaksi anak-anak dengan orang lain.
Ia yakin bahwa seorang siswa pada sisi pembelajaran konsep baru dapat
memperoleh manfaat dari interaksi dengan seorang pendidik atau teman kelas.
Bantuan yang pendidik atau teman sebaya berikan sebagai scaffolding.
Scaffolding diartikan sebagai kerangka pengetahuan yang disiapkan saat masa
kematangan tiba. Dengan cara yang sama, orang dewasa dan teman sebaya dapat
membantu seorang anak “mencapai” konsep atau kecakapan baru dengan
memberikan informasi yang mendukung.