Anda di halaman 1dari 1

Berita 1 , BNN: Terdakwa Lebih Takut Rehabilitasi Ketimbang Penjara1

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar terus mengkampanyekan agar
aparat penegak hukum menggunakan pendekatan rehabilitasi, dibanding memenjarakan
penyalahguna narkoba. Sejumlah argumen pun digunakan untuk meyakinkan penegak
hukum. Salah satunya adalah hasil penelitian internal BNN yang menyimpulkan bahwa
terdakwa penyalahguna narkoba lebih takut dikirim ke pusat rehabilitasi daripada dipenjara.
“Jangan dikira mereka dihukum pidana (penjara), mereka takut. Tidak. Mereka justru malah
senang karena bisa berkumpul dengan teman-temannya (sesama pemakai,-red),” ujar Anang
dalam diskusi tentang Dekriminalisasi Kasus Narkoba, Kamar Pidana MA, di Gedung MA,
Selasa (20/8).
Anang menjelaskan para penyalahguna narkoba ini takut dihukum dengan dikirim ke panti
rehabilitasi karena proses rehab bisa mengubah pikiran mereka secara mental. Ia mengatakan
hal ini lebih berat dibanding di penjara. Apalagi, mereka masih bisa memperoleh ‘barang
haram’ itu di penjara walau secara ilegal.“Penelitian ini memang belum dipublikasikan. Tapi,
sudah banyak contohnya,” tutur Anang.
Salah satunya adalah pengakuan Jeffrey, anak mantan pesepakbola nasional mendiang Ronny
Pattinasarani, yang pernah menjadi pecandu narkoba. “Dia pernah bilang di suatu acara
bahwa pengedar narkoba akan menangis meratap-ratap bila pengguna narkoba dikirim ke
panti rehabilitasi, karena pasarnya hilang,” tambahnya.
Hakim Agung Salman Luthan justru menilai penelitian BNN ini berbeda dengan fakta yang
dia temui selama ini. “Saya sering lihat dalam putusan (pengadilan tingkat bawah,-red)
bahwa terdakwa minta direhabilitasi. Mereka minta tak dihukum penjara,” ungkapnya.
Salman pun meminta hasil penelitian ini lebih lengkap. Ia juga curiga bila penelitian ini
hanya untuk mendukung argumentasi BNN bahwa penyalahguna lebih baik dikirim ke
rehabilitasi daripada penjara. “Saya khawatir jangan sampai penelitian ini menjadi justifikasi
bahwa perlu rehabilitasi untuk semua kasus narkoba,” ujarnya. “Saya perlu dapat bahan hasil
penelitiannya secara lengkap. Supaya pemikiran akademis itu murni dalam membuat
kebijakan,” tambahnya.
Hakim Agung Suhadi setuju dengan Salman. Dalam menangani perkara narkoba, Suhadi
sering menemukan bahwa terdakwa lebih ingin dikirim ke panti rehabilitasi. Malah, para
terdakwa kadang-kadang seakan ‘menyepelekan’ rehabilitasi.“Kalau mereka dikirim ke
rehabilitasi, mereka bilang ah saya cuma direhab. Kenyataannya, orang memang selalu ingin
direhab daripada di penjara,” tambah Suhadi yang sempat mengutarakan bahwa bila hakim
hanya mengandalkan rehabilitasi maka kuantitas kasus narkoba akan meningkat setiap tahun.
Kepala Subdit Napza, Rokok & Alkohol Kemenkes Riza Sarasvita mengatakan para
penyalahguna atau pecandu narkoba tak akan bisa sembuh bila hanya dijatuhi hukum penjara.
Karenanya, ia berharap para penyalahguna dan pecandu narkoba itu dihukum berdasarkan
pendekatan hukum dan kesehatan. “Saya yakin 1000 persen, penegakan hukum tak cukup
mengatasi narkoba ini. Mereka bisa sembuh dengan rehabilitasi,” ujarnya.

1
Ali, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5214d21524691/bnn--terdakwa-lebih-takut-rehabilitasi-
ketimbang-penjara

Anda mungkin juga menyukai