Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena

berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini

tepat pada waktunya. Tugas makalah ini membahas tentang “etika profesi

advokat”

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan

hambatan. Akan tetapi dengan bantuan petunjuk dari dosen yang membawa mata

kuliah ini yaitu Drs.H. Yakub M. Saleh, MM. memudahkan saya untuk

menyusun dan sampai menyelesaikan Tugas makalah ini, saya ucapkan

banyak terima kasih,semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya.kritik konstruktif dari pembaca sangat

saya harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 20 Juli 2018

Yuriska

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ 1

DAFTAR ISI....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH...................................................... 3

B. IDENTIFIKASI DAN BATASAN MASALAH.................................. 5

C. RUMUSAN MASALAH....................................................................... 6

D. TUJUAN PENULISAN......................................................................... 6

E. KEGUNAAN PENULISAN................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. LANDASAN TEORI............................................................................ 8

B. URAIAN TEORI.................................................................................. 18

BAB III PEMBAHASAN

A. PENGAMATAN FAKTA.................................................................... 25

B. PERBANDINGAN TEORI DAN FAKTA........................................ 27

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................................... 36

B. SARAN................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 38

2
ETIKA PROFESI ADVOKAT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan secara

tegas bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Prinsip negara hukum

menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang dihadapan hukum

(equality before the law). Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar juga

menentukan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama

didepan hukum. Dalam usaha mewujudkan prinsip tersebut dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang

bebas, mandiri, dan bertanggungjawab merupakan hal yang penting disamping

lembaga peradilan dan instansi penegak hukum lainnya seperti polisi, jaksa,

dan hakim.

Indonesia adalah negara hukum berdasarkan pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 bertujuan untuk menghidupakan tata kehidupan bangsa

yang sejahtera, aman, tentram, tertib dan berkeadilan. Sebagai negara hukum,

kekuasaan tertinggi lembaga peradilan berada pada Mahkamah Agung

Republik Indonesia dan Mahkamah Konstitusi yang bebas dari segala campur

3
tangan pengaruh dari luar, oleh karena itu diperluakn adanya profesi advokat

dalam penegekan hukum, kebenaran, keadilan, dan hak Asasi manusia.

Secara historis Advokat termasuk salah satu profesi yang tertua. Dalam

perjalanannya, profesi ini dinamai sebagai officium nobile yaitu jabatan yang

mulia. Penamaan itu terjadi adalah karena aspek kepercayaan dari pemberi

kuasa atau biasa disebut klien, dijalankannya untuk mempertahankan dan

memeperjuangkan hak-haknya diforum yang telah ditentukan.

Advokat sebagai nama resmi dalam sistem peradilan kita, pertama

ditemukan dalam ketentuan susunan kehakiman dan kebijaksanaan mengadili

(RO). Advokat itu merupakan padanan dari kata Advocat (Belanda) yakni

seseorang yang telah resmi diangkat untuk menjalankan profesinya setelah

memperoleh gelar meester in de rechten (Mr). Lebih jauh lagi, akar kata itu

berasal dari kata latin “Advocare, Advocator”. Oleh karena itu, tidak

mengherankan kalau hampir disetiap bahsa didunia kata ( istilah) itu dikenal.

Kemandirian dan kebebasan yang dimiliki oleh profesi advokat harus

diikuti oleh adanya tanggung jawab dari masing-masing advokat dan

organisasi profesi yang menaunginya. Sebagaimana yang telah diamanatkan

oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Avokat, bahwa

organisasi advokat wajib menyusun kode etik advokat untuk menjaga

martabat dan kehormatan profesi advokat sebagai profesi terhormat dan mulia

(officium mobile), sehingga setiap advokat wajib tunduk dan mematuhi kode

etik tersebut.

4
Dalam pembukaannya, Kode Etik Advokat Indonesia menyatakan bahwa

kode etik tersebut sebagai hukum teretinggi dan menjalankan profesi advokat,

yang menajmin dan melindungi namun juga membebankan kewajiban kepada

setiap advokat untuk jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan

profesinya baik kepada klien, pengadilan, negara, atau masyarakat, dan

terutama kepada dirinya sendiri . dan untuk melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan kode etik tersebut, maka organisasi advokat membentuk suatu

dewan kehormatan yang juga berwenang untuk memeriksa dan menagadili

perkara pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh advokat.

B. IDENTIFIKASI MASALAH DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan gambaran latar belakang diatas maka penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Peranan Advokat dalam penegakan hukum diantaranya:

a. Mendorong penerapan hukum yang tepat untuk setiap kasus atau

perkara

b. Mendorong penerapan hukum tidak betentangan dengan tuntutan

kesusilaan, ketertiban umum dan rasa keadian individual dan sosial

c. Mendorong agar hakim tetap netral dalam memeriksa dan memutus

perkara, bukan sebaliknya menempuh segala cara agar hakim tidak

netral dalam menerapkan hukum. Karena itulah salah satu asas penting

dalam pembelaan, apabila berkeyakinan seorang klien bersalah, maka

5
advokat sebagai penegak hukum akan menyodorkan asas clemency

atau sekedar memohon keadilan.

Selain peran diatas advokat juga memiliki peran lain diantaranya :

a. Peran advokat sebagai pengawas penegakan hukum

b. Peran advkokat sebagai penjaga kekuasaan kehakiman

c. Peran advokat sebagai pekerja sosial

2. Hak dan kewajiban dari advokat

Hak dan kewajiban serta larangan bagi advokat telah diatur dalam

Undang-Undang No.18 tahun 2003 tentang advokat, yaitu dalam pasal 14,

pasal 15, pasal 16, pasal 19, pasal 20 , pasal 21 UU No.18 Tahun 2003.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat

dikemukakan di sini pokok-pokok permasalahan yang aakan dibahas.

Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peran advokat dalam penegakan hukum di Indonesia ?

2. Apa hak dan kewajiban dari advokat?

D. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui peranan adcokat dalam penegakan hukum di

Indonesia

2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban advokat

6
E. KEGUNAAN PENULISAN

1. Dari segi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Etika Profesi

Hukum yang berkaitan dengan Kode Etik Advokat.

2. Dari segi praktis Hasil penelitian diharapkan ini berguna bagi Advokat dan

calon advokat dalam melaksanakan profesi dan nilai-nilai undang-undang

No. 18 Tahun 2003 tentang advokat.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Advokat

Kata advokat secara etimologi berasal dari bahasa latin advocare, yang

berarti to defend, to cell to one, is aid to voch or warrant. Sedangkan dalam

bahasa Inggris advocate berarti to speak in favour of or depend by argument, to

support, indicate, or recommended publicly.

Secara umum sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003

tentang Advokat atau disebut “Undang-Undang Advokat”, istilah ini dalam

praktek hukum di Indonesia mempunyai perbedaan pengertian yang cukup berarti,

walaupun dalam bahasa Inggris semua istilah tersebut secara umum disebut

sebagai lawyer atau ahli hukum. Perbedaan pengertian disini adalah peran yang

diberikan oleh lawyer yang memiliki istilah advokat, pengacara dan penasehat

hukum yang dalam bahasa Inggris disebut trial lawyer atau secara spesifik di

Amerika dikenal dengan istilah attorney al law serta di inggris dikenal istilah

barrister, dan peran yang diberikan oleh lawyer yang menggunakan istilah

konsultan hukum yang di Amerika dikenal dengan istilah counselor at law atau di

inggris dikenal dengan istilah solicitor.

Secara terminilogi terdapat beberapa pengertian advokat yang

didefinisikan oleh para ahli hukum, organisasi, peraturan dan perundang

8
undangan yang pernah ada sejak masa kolonial hingga sekarang, dapat penulis

paparkan sebagai berikut:

a) Menurut Yudha Pandu, Advokat adalah orang yang mewakili kliennya

untuk melakukan tindakan hukum berdasarkan surat kuasa yang diberikan

untuk pembelaan atau penuntutan pada acara persidangan dipengadilan

atau beracara di pengadilan.

b) Menurut Harlcn Sinaga, advokat adalah mereka yang memberikan

bantuan hukum baik dengan bergabung atau tidak dalam satu persekutuan

advokat baik sebagai mata pencaharian atau tidak, yang disebut sebagai

pengacara atau penasehat hukum dan pengacara praktek.

c) Sedangkan menurut KUHAP, advokat adalah seseorang yang

memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh atau berdasarkan undang-

undang untuk memberikan bantuan hukum.

d) Dan menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, Advokat adalah ahli

hukum yang memberi bantuan hukum dengan nasehat ataupun langsung

menberikan pembelaan kepada orang yang tersangkut perkara di dalam

persidangan. Jadi selaku pembelaan dapat berperkara baik di dalam

maupun di luar peradilan. Seorang pengacara membela hak dan

kepentingan kliennya dalam batas-batas yang dibenarkan hukum, untuk itu

ia dibayar sebagai imbalan jasa, namun dalam hal terdakwa takmampu

(miskin) ada juga pengacara atau advokat yang bersedia menbela dengan

cara cuma-cuma.

9
Dari beberapa pengertian mengenai Advokat yang telah dikemukakan

oleh para ahli tersebut di atas, dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan

Advokat adalah seseorang yang menurut Undang-undang telah memenuhi syarat

untuk melakukan kegiatan bantuan hukum di dalam maupun di luar persidangan

baik bergabung dalam satu persekutuan penasehat hukum atau tidak, sebagai mata

pencaharian atau tidak. Di Indonesia advokat, pengacara dan penasehat hukum

selain menjalankan praktek di dalam Pengadilan, dapat juga mendampingi dalam

arti memberikan nasehat hukum atau mewakili seorang klien di luar Pengadilan

berdasarkan surat kuasa atau order yang diberikan kepadanya (non litigator),

contohnya: mendampingi atau mewakili klien dalam menandatangani suatu

perjanjian, mewakili klien dalam bermusyawarah atau negosiasi untuk mencapai

kesepakatan terhadap perkara yang diselesaikan di luar pengadilan yang dikenal

dengan proses Alternative dispute resolution (ADR) dan tindakan-tindakan klien

yang bukan merupakan proses litigasi, sehingga kita sering menemukan firma

hukum atau kantor hukum di Indonesia yang mencantumkan kedua peran

tersebutsekaligus advokat dan konsultan hukum atau Advocates and Counsellor at

Law.

Menurut Assosiasi Advokat Indonesia (AAI) definisi tentang advokat pada

Bab I, Pasal 1 (1) Anggaran dasar AAI yang ditetapkan tanggal 23 Agustus 1991,

berbunyi: Advokat adalah termasuk Penasehat Hukum, Pengacara, Praktek dan

Konsultan Hukum. Advokat sebagai nama resmi profesi dalam sistem peradilan

kita pertama-tama ditemukan dalam Bab IV Ketentuan Susunan Kehakiman dan

kebijaksanaan mengadili (RO).19 Advokat merupakan persamaan dari kata

10
Advocaat (Belanda) yakni yang telah resmi diangkat untuk menjelaskan

profesinya setelah mendapatkan gelar messter in de rechten (MR). Akar kata

advokat berasal dari kata latin yang berarti membela. Oleh karena itu tidak

mengherankan bila hampir disetiap bahasa di dunia kata atau istilah itu dikenal.

Namun dalam praktik (sebelum UU. Nomor 18 Tahun 2003) ternyata belum ada

istilah baku untuk sebutan profesi yang dimaksud. Dalam berbagai ketentuan

perundang-undangan terdapat inkonsistensi sebutan. Misalnya, dalam Undang-

Undang tentang pokok-pokok KekuasaanKehakiman, menggunakan istilah

Penasehat Hukum, Undang-undang tentang Mahkamah Agung Undang-undang

dan Undang-undang tentang Peradilan Umum juga menggunakan istilah

Penasehat Hukum. Agaknya dua Undang-undang yang terakhir merujuk pada

yang pertama yang secara konseptual melihat bahwa advokat adalah sebagai

“pihak luar” dalam sistem peradilan itu.21 Pada saat yang sama, praktek

administratif menggunakan secara berbeda dan inkonsisten pula. Misalnya,

Departemen Kehakiman menggunakan Pengacara, Pengadilan Tinggi

menggunakan Advokat atau Pengacara. Selanjutnya dalam berbagai kesempatan

istilah tersebut digunakan secra bergantian.

2. Jenis Advokat

Dalam undang-undang tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang siapa yang

menjadi Advokat, hanya disebut, Advokat adalah seorang yang memenuai syarat

yang ditentukan oleh/berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum.

Pada tahun 1970 Mahkama Agung RI menyelenggarakan rapat kerja dengan

seluru kepala Pengadilan Tinggi se-Indonesia dan kemudian mengeluarkan

11
kepetusan M.A No.5/KMA/tanggal 22 juni 1972 tentang pemberian bantuan

hukum. Setiap Pengadilan Tinggi di Indonesia diperintahkan untuk melaksanakan

hasil hasil keputusan rapat kerja tersbut untuk Pengadilan Tinggi Jawa Tengah

dan DIY telah mengeluarkan surat penetapan No. 02/1973/KPTS/tanggal 1 April

tentang pedoman pelaksanaan kepetusan Mahkamah Agung tentang pemberian

Bantuan Hukum. Pengadialan Tinggi di Indonesia setelah mengadakan rapat kerja

seluruh Indonesia mengeluarkan surat penetapan tentang pengangkatan dan

pemberhentian bagi Pemberi Bantuan Hukum yang berada di dalam wilayah

hukumnya. Disini hanya mengambil satu pedoman dari penetapan Pengadilan

Tinggi Jawa Tengah dan DIY yang berhubungan dengan hal tersebut. Didalam

surat penentapan tersebut dibedakan 3 jenis Advokat yang bepraktek dimuka

Pengadilan:

1. Advokat/ procureur atau Pengacara. Meraka yang sebagai mata

pencaharian menyediakan diri sebagai pembela dalm perkara pidana atau

kuasa wali dari pihak-pihak yang berperan dalam perkara perdata dan yang

mendapat surat pengangkatan dari Depatemen Kehakiman.

2. Pengacara Praktek Mereka yang sebagai mata pencaharian

menyediakan diri sebagai pembela atau keasa / wakil dari pihak-pihak

yang berperkaraakan tetapi tidak termasuk dari golongan yang pertama

tersebut diatas. Mereka diberi izin Pengacara Praktek oleh Ketua

Pengadilan Tinggi.

12
3. Secara Insidensil Meraka yang karena sebab-sebab tertentu secara

insidentil membela atau mewakili pihak-pihak yang berperkara. Bantuan

hukum secara insiden ialah:

a) Mereka yang tidak termasuk golongan Advokat, Pengacara Praktek

b) Mereka yang mengajukan permohonan kepada Menteri Kehakiman

untuk diangkat sebagi Advokat dan atau Pengacara, dengan memenui

persyaratan-persyaratannya sudah dikeluarkan, tetapi tidak dikeluarkannya

surat pengangkatannya, tetapi belum memiliki tenda pendaftaran diri

sebagai Advokat atau pengacara dari Pengadilan Tinggi.

c) Mereka yang ingin menjadi Pengacara Praktek tetapi belum mendapat

surat izin Pengacara Praktek dari Pengadilan Negeri atau Pengadilan

Tinggi. Sedangkan mereka harus memberikan bantuan hukum pada suatu

perkara.

d) Pengacara Praktek yang sudah memiliki surat izinnya tetapi harus

memberikan bantuan hukum dalam suatu Perkara disuatu pengadilan

Negeri di luar wilayah yang tercantum dalam surat izin.

3. Kedudukan Hukum Advokat

Pemberian jasa hukum yang dilakukan oleh advokat kepada masyarakat

atau klaiennya, sesungguhnya mempunyai landasan hukum yang sangat kuat, baik

yang bersumber mapun dari hukum zaman kolonial maupun setelah masa

kemerdekaan. Menurut Frans Hendra Winarta bantuan hukum termasuk

13
didalamnya prinsip equality before the law dan acces to legal councel, dalam

hukum positif Indonesia telah diatur secara jelas dan tegas melalui berbagai

peraturan dan perundang-undangan. Berkaitan dengan pemberian bantuan hukum

ini diatur dalam undang-undang dasar 1945, misalnya:

a) Pasal 27 ayat 1, menegaskan bahwa: 24 Setiap warga Negara bersamaan

kedudukannya dan dalam hukum dan kepemerintahan dan wajib menjunjung

hukum dan pemerintah itu dengan tidak ada kecualinya.

b) Pasal 34, menyatakan bahwa: 25 Fakir miskin dan anak terlantar merupakan

tanggung jawab Negara. Pengaturan mengenai advokat hanya diatur dalam

peraturan/SK Menkeh dan SEMA (Surat Edaran MA), (sebelum berlakunya UU

No. 18 Tahun 2003), sekalipun sesungguhnya pada saat yang sama ketentuan Bab

VI RO di mana diatur juga tentang hal pengangkatan dan menjalankan pekerjaan

sebagai Advocaat an Procureur belum disebut. Secara hukum ketentuan RO oleh

karena itu bisa diterapkan dengan alasan:

a) Ketentuan-ketentuan itu harus dianggap masih berlaku

b) Ketentuan yang ada itu tingkatannya dalam hirarki perundangundangan

lebih rendah. Namun sebagai salah satu fungsi bersama-sama dengan

aparatur penegak hukum yang lain untuk kesetaraan perlu penegasan

secara hukum bahwa advokat juaga bagian dari proses penegakan hukum.

Secara pengertian sempit advokat memang bukanlah penegak hukum.

Dengan mengacu pada istilah Inggris law enforcement maka eksplisit

harus ada unsur to enforce. Advokat tidak melakukan dan tidak diharapkan

14
melakukan suatu pemaksaan dalam menjalankan profesinya. Namun

dalam pengertian yang lebih luas, Advokat termasuk sebagai penegak

hukum. Sebab fungsi yang diembannya adalah bagian dari penegakan

hukum.

4. Tugas dan Fungsi Advokat

a. Tugas Advokat

Tugas adalah kewajiban, sesuatu yang wajib dilakukan atau ditentukan

untuk dilakukan.Tugas advokat berarti sesuatu yang wajib dilakukan oleh advokat

dalam memberikan jasa hukum kepadamasyarakat atau kliennya. Oleh karna itu

advokat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada negara,

masyarakat, pengadilan, kliennya, dan pihak lawannya. Tugas advokat bukanlah

merupakan pekerjaan (vocation beroep) tetapi lebih merupakan profesi, karena

profesi advokat tidak sekedar bersifat ekonomis untuk mencari nafkah tetapi

mempunyai nilai-nilai sosial yang lebih tinggi di dalam masyarakat. Profesi

advokat dikenal sebagai profesi mulia (officium nobile), karena kewajiban

pembelaan kepada semua orang tanpa membedakanlatr belakang ras, warna kulit,

agama, dudaya, sosial, ekonomi, kaya miskin, keyakinan politik, gender dan

ideologi. Di samping itu, tugas advokat dalam memberikan jasa hukum kepada

masyarakat tidak terinci dalam uraian tugas, karena ia bukan pejabat Negara

sebagai pelaksana hukum seperti halnya polisi, jaksa dan hakim. Ia merupakan

profesi yang bergerak di bidang hukum untuk memberikan pembelaan dan

mendampingi menjadi kuasa untukdan atas nama kliennya. Ia disebut sebagai

15
benteng hukum atau garda keadilan dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena

itu, agar advokat dapat dikategorikan sebagai profesional perlu memenuhi

persyaratan sebagai berikut:

1) Harus ada ilmu (hukum), yang diolah di dalamnya

2) Harus ada kebebasan, tidak boleh ada hubungan dinas

(dienstiverhouding) atau hierarchie.

3) Harus mengapdi kepada kepentingan umum. Mencari kekayaan

tidak boleh menjadi tujuan.

4) Harus ada clientele verhouding, yaitu hubungan kepercayaan

antara advokat dank lien.

5) Harus ada kewajiban merahasikan informasi yang diterima dari

klien. Akibatnya advokat harus dilindungi haknya merahasiakan

informasi yang diterima dari klien.

6) Harus ada immunitcit (hak tidak boleh dituntut) terhadap

penuntutan-penuntutan tentang sikap dan perbuatan yang dilakukan

dalam pembelaan.

7) Harus ada kode etik dan peradilan kode etik oleh suatu dewan

kehormatan.

8) Boleh menerima honorarium yang tidak perlu seimbang dengan

hasil pekerjaan atau banyaknya usaha atau jerih payah, pikiran

16
yang dicurahkan di dalam pekerjaan itu. Orang yang tidak mampu,

harus ditolong cuma-cuma dan dengan usaha yang sama.

b. Fungsi Advokat

Tugas dan fungsi dalam sebuah pekerjaan atau profesi apapun tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lain, karena keduanya merupakan sistem kerja yang

saling mendukung. Dalam menjalankan tugasnya seorang advokat harus

berfungsi:

1) Sebagai pengawal kontitusi dan hak asasi manusia;

2) Memperjuangkan hak-hak asasi manusia dalam negara hukum

Indonesia;

3) Melaksanakan kode etik advokat;

4) memegang teguh sumpah advokat dalam langkah menegakkan

hukum, keadilan, dan kebenaran;

5) Menjunjung tinggi serta mengutamakan idealisme (nilai keadilan

dan kebenaran) dan moralitas;

6) Menjungjung tinggi citra profesi terhormat

7) Melindungi dan memelihara kemandirian, kebebasan, derajat, dan

martabat advokat;

8) Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan advokat terhadap

masyarakat;

17
9) Menangani perkara-perkara sesuai kode etik advokat;

10) Memberi pelayanan hukum (legal service);

11) Memberikan nasehat hukum (lagal advice);

12) Memberikan pendapat hukum (lagal opinion);

13) Menberikan informasi hukum (legal drafting);

14) Membela kepentingan klien (litigation);

15) Mewakiliklien di muka pengadilan (legal representation);

16) Memberika bantuan hukun cuma-cuma kepada rakyat yang lemah

dan tidak mampu. Dengan demikian, seorang advokat dalam

membela, mendampingi, mewakili, bertindak dan menunaikan

tugasnya dan fungsinya harus selalu memasukkan ke dalam

pertimbangan kewjiban terhadap klien, pengadilan, dir sendiri,

Negara. Untuk mencari kebenaran dan menegakkan keadilan.

B. URAIAN TEORI

A. Peranan Advokat Sebagai Penegak Hukum

Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2003 tentnag Advokat yang

dimaksud Advokat orang yang berprofesi memberikan jasa hukum, baik

didalam maupun diluar pengadilan dengan syarat-syarat yang telah diatur

dalam pasal 3 UU advokat.

18
Secara normatif, undang-undng Advokat juga menegaskan bahwa peran

hukum lainnya (hakim, jaksa, dan polisi). Namun, meskipun sama-sama

sebagai penegak hukum, peran dan fungsi para penegak hukum ini berbeda

satu sama lain. Dalam konsep trias politica tentang pemisahan kekuasaan

negara yang terdiri dari kekuasaan legislatif, yudikatif, dan ekekutif. Penegak

hukum yang terdiri dari hakim, jaksa, polisi memiliki kekuasaan yudikatif

dan eksekutif. Dalam hal ini hakim sebagai penegak hukum yang

menjalankan kekuasaan yudikatif mewakili kepentingan negara dan jaksa

serta polisi yang menjalankan kekuasaan eksekutif mewakili kepentingan

pemerintah. Bagaimna dengan Advokat? Advokat dalam hal ini tidak

termasuk dalam lingkup ketiga kekuasaan tersebut (eksekutif, yudikatif,

legislatif). Advokat sebagai penegak hukum menjalankan peran dan

fungsinya secara mandiri untuk mewakili kepentingan masyarakat (klien) dan

tiak terpengaruh oleh kekuasaan negara( yudikatif dan ekekutif). Dalam

mewakili kepentingan masyarakat (klien) dan tidak terpengaruh oleh

kekuasaan negara (yudikatif dan eksekutif). Dalam mewakili kepentingan dan

membela hak-hak hukum tersebut, cara berpikir advokat harus objektif

menilainya berdasarkan keahlian yang dimiliki dan kode etik profesi. Untuk

itu, dalam kode etik ditentukan adanya ketentuan advokat boleh menolak

menangani perkara yang menurut keahlian yang tidak ada dasar hukumnya,

dilarang memberikan informasi yang menyesatkan dan menjanjikan

kemenangan kepada klien.

19
Profesi advokat yang bebas mempunyai arti bahwa dalam menjalankan

profesinya membela masyarakat dalam memperjuangkan keadilan dan

kebenaran hukum tidak menda[atkan tekanan dimanapun juga. Kebiasaan

inilah yang harus dijamin dan dilindungi oleh UU yaitu UU No.18 tahun

2003 tentang advokat agar jelas status dan kedudukannya dalam masyarakat,

sehingga bisa berfungsi secara maksimal.

Peran advokat tersebut tidak akan pernah lepas dari masalah penegakan

hukum di Indonesia. Pola penegakan hukum dipengaruhi oleh tingkat

perkembangan masyarakat, tempat hukum tersebut berlaku untuk

diberlakukan. Dalam masyarakat sederhana, pola penegakan hukumnya

dilaksanakan melalui prosedur dan mekanisme yang sederhana pula. Namun

daam masyarakat modern yang bersifat rasional dan memiliki tingkat

spesialisasi dan diferensiasi yang begitu tinggi, perorganisasian penegakan

hukumnya menjadi begitu kompleks dan sangkat birokratis. Semakin modern

suatu masyarakat, maka akan semakin kompleks dan semakin birokratis

proses hukumnya. Sebagai akibatnya yang memegang peranan penting dalam

suatu proses penegakan hukumnya. Sebagai akibatnya yang memegang

peranan penting dalam suatu proses penegakan hukum bukan hanya manusia

yang menjadi aparat penegak hukum, namun juga organisasi yang mengatur

dan mengelola operasioamalisasi proses penegak hukum.

Secara sosiologis, ada suatu jenis hukum yang mempunyai daya laku lebih

kuat dibanding hukum lain. Didapati hukum sebagai produk kekuasaan

ternyata tidak sesuai dengan hukum yang nyata yang hidup dalam

20
masyarakat. Berdasar fenomena tersebut, maka peran advokat dalam

penegakan hukum akan berwujud, yaitu:

1. Mendorong penerapan hukum yang tepat untuk setiap kasus atau

perkara

2. Mendorong penerapan hukum tidak betentangan dengan tuntutan

kesusilaan, ketertiban umum dan rasa keadian individual dan sosial

3. Mendorong agar hakim tetap netral dalam memeriksa dan memutus

perkara, bukan sebaliknya menempuh segala cara agar hakim tidak

netral dalam menerapkan hukum. Karena itulah salah satu asas penting

dalam pembelaan, apabila berkeyakinan seorang klien bersalah, maka

advokat sebagai penegak hukum akan menyodorkan asas clemency

atau sekedar memohon keadilan.

Selain peran diatas, advokat juga memiliki peran dalam pengawasan

penegak hukum, penjaga kekuasaan kehakiman dan sebagai pekrja sosial. Peran

tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

1. peran advokat sebagai pengawas penegak hukum

fungsi pengawasan penegak hukum terutama dijalankan oleh

perhimpunan advokat. Pengawasan ini mencakup dua hal yaitu:

a. Internal, secara internal peran himpunan advokat harus dapat

menjadi sarana efektif mengawasi tingkah laku advokat dalam

profesi penegak hukum atau penerapan hukum. Harus ada cara-

cara yang efektif untuk mengendalikan advokat yang tidak

21
mengindahkan etika profesi dan aturan-aturan untuk menjalankan

tugas advokat secara baik dan benar.

b. Eksternal, secara eksternal baik himpunan advokat maupun

advokat secara individual harus menjadi pengawas agar peradilan

dapat berjalan secara benar dan tepat. Bukan justru sebalinya,

advokat menjadi bagian dari upaya menghalangi suatu proses

peradilan.

2. Peran Advokat Sebagai Penjaga Kekuasaan Kehakiman

Perlindungan atau jaminan kehakiman yang merdeka tidak boleh

hanya diartikan sebagai bebas dari pengaruh atau tekanan dari kekuasaan

negara atau pemerintah. Kekuasaan kehakiman yang merdeka harus juga

diartikan sebagai lepas dari pengaruh atau tekanan publik, baik yang

terorganisasi dalam infra struktur maupun yang insidental. Tekanan itu

dapat dalam bentuk melancarkan tekanan nyata, membentuk pendapat

umum yang tidak benar, ancaman dan pengrusakan prasarana dan sarana

peradilan. Tekanan tersebut dapat pula bersifat individual dalam bentuk

menyuap penegak hukum agar brpihak. Advokat sebagai penegak hukum,

terutama yang terlibat dalam penyelenggaraan kehakiman semestinya ikut

menjaga agar kekuasaan kehakiman yang merdeka dapat berjalan sebagai

mana mestinya.

22
3. Peran Advokat Sebagai Pekerja Sosial

Pekerja sosial dalam hal ini adalah pekerja sosial dibidang hukum.

Sebagaimana diketahui, betapa banyak rakyat yang menghadapi persoalan

hukum, tetapi tidak berdaya. Mereka bukan saja tidak berdaya secara

ekonomis tetapi mungkin juga tidak berdaya menghadapi kekuasaan.

Berdasar hal tersebut, maka persoalan-persoalan hukum yang dihadapi

rakyat kecil dan lemah yang memerlukan bantuan, termasuk dari para

advokat. UU Advokat pasal 21 dalam ha ini memaparkan bahwa advokat

wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari

keadilan yang tidak mampu.

Dari berbagai peran advokat tersebut memberikan pemahaman bahwa

advokat adalah seorang ahli hukum yang memberikan jasa atau

bantuan hukum kepada kliennya. Bantuan hukum tersebut bisa berupa

nasehat hukum, pembelaan atau mewakili (mendampingi) kliennya

dalam beracara dan menyelesaikan perkara yang diajukan ke

pengadilan.

B. Hak Dan Kewajiban Advokat

Advokat sebagai profesi yang menjalankan fungsi utama dalam membantu

klien dalam mengurus perkara memiliki hak dan kewajiban dalam menjalankan

profesinya tersebut. hal dan kewajiban advokat tersebut diantaranya:

23
1. Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela

perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan

tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

2. Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela

perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode

etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

3. Dalam menjalankan profesinya, advokat berhak memperoleh informasi,

data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain

yang berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlukan untuk

pembelaan kepentingan kliennya sesuai dengan peraturan

perundangundangan.

4. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan

perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik,

keturunan, ras, atau latar belakang sosial dan budaya . Advokat wajib

merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari kliennya

karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undnag-undang.

Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan kliennya, termasuk

perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau

pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi

elektronok advokat.

24
BAB III

PEMBAHASAN

A. PENGAMATAN FAKTA

Berdasar fenomena tersebut, maka peran advokat dalam penegakan hukum

akan berwujud, yaitu:

1. Mendorong penerapan hukum yang tepat untuk setiap kasus atau

perkara

2. Mendorong penerapan hukum tidak betentangan dengan tuntutan

kesusilaan, ketertiban umum dan rasa keadian individual dan sosial

3. Mendorong agar hakim tetap netral dalam memeriksa dan memutus

perkara, bukan sebaliknya menempuh segala cara agar hakim tidak

netral dalam menerapkan hukum. Karena itulah salah satu asas

penting dalam pembelaan, apabila berkeyakinan seorang klien

bersalah, maka advokat sebagai penegak hukum akan

menyodorkan asas clemency atau sekedar memohon keadilan.

Hak dan kewajiban advokat diatur dalam undang-undang No.18 Tahun 2003:

Pasal 14 : Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam

membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan

dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-

undangan.

25
Pasal 15 : Advokat bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela

perkara yang tanggung jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi

dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 16: Advokat tidak dapat di tuntut, baik secara perdata maupun pidana dalam

menjalankan tugas profesinya dengan iktikad baik kepentingan pembelaan Klien

dalam sidang pengadilan.

Pasal 17: Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi,

data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang

berkaitan dengan kepentingan tersebut yang diperlakukan untuk pembelaan

kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Penjelasannya Cukup jelas

Pasal 18:

1. Advokat dalam menjalankan tugas profesinya dilarang membedakan

perlakuan terhadap Klien berdasarkan jenis kelamin , agama, politik,

keturunan, ras, atau latar belakan sosial dan budaya.

2. Advokat tidak dapat di identikkan dengan Kliennya dalam membela

perkara Klien oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat

Pasal 19:

1. Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh

dari Klienya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh

undang-undang.

2. Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien Termaksud

perlindungan atas berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau

26
pemeriksaan dan perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi

elektronik Advokat

Pasal 20:

1. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang bertentangan dengan

kepentingan tugas dan martabat profesinya.

2. Advokat dilarang memegang jabatan lain yang meminta pengabdian

sedemikian rupa sehingga merugikan profesi Advokat atau mengurangi

kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan tugas dan profesinya.

3. Advokat yang menjadi pejabat negara, tidak melaksanakan tugas profesi

Advokat selama memangku jabatan tersebut.

B. PERBANDINGAN TEORI DENGAN FAKTA

 Perbandingan Teori Dan Fakta Peran Advokat Dalam Penegakan

Hukum

Kedudukan Pengacara/advokat sebagaimana diatur dalam undang-undang

advokat dan hak-hak tersangka dalam kitab undang-undang hukum acara pidana

berkaitan erat dengan penanganan perkara pidana atas diri tersangka, terdakwa.

Advokat tidak bisa lagi dipandang sebagai pelengkap persidangan, sebagai obyek

penderita dalam persidangan dan kadang-kala dianggap memperlambat dan

mempersulit jalannya persidangan, pandangan seperti ini adalah pandangan yang

keliru dan kaku, karena tidak tahu atau tidak mau tahu apa dan bagaimana

kedudukan para advokat Indonesia sekarang setelah adanya undang-undang

advokat.

27
Namun masih ada saja budaya hukum masyarakat tertentu yang alergi

terhadap advokat, ketika tersangka, terdakwa didampingi advokat, lalu menyuruh

tersangka atau keluarganya, agar tidak perlu didampingi advokat, ini konsep lama

mustinya harus ditinggalkan, karena KUHAP sendiri sudah menjamin hak-hak

tersangka, terdakwa, bahwa sejak saat ditangkap, ditahan dan disidik wajib

didampingi penasihat hukum yang berprofesi sebagai advokat, sejalan dengan

perkembangan sistem hukum sekarang dimana setiap kasus hukum beralasan

untuk dibela. Karena hukum yang selalu diandalkan netral dan adil, sama rasa

sama rata, namun hukum sering tidak memberikan rasa keadilan dan tidak netral,

hukum seperti belah bambu diangkat sebelah dan diinjak sebelah yang kadang

merugikan mayoritas orang miskin yang lemah.

Menegakkan hukum selalu menyandang konsekuensi mengorbangkan

tersangka, terdakwa karena menjadi obyek pemeriksaan, walaupun ada jaminan

bagi tersangka, terdakwa azas praduga tak bersalah, namun itu tidak menjamin

dan tidak memadai memberikan harapan hukum yang adil, walaupun azas Itu ada

dalam hukum, tapi terkesan disampingkan, Dalam undang-undang advokat pasal

5 ayat (1) jelas disebutkan “advokat adalah sebagai penegak hukum ” disebutkan

sebagai penegak hukum yang mendampingi terdakwa dalam persidangan cukup

kuat, tidak sekedar sebagai obyek tetapi sebagai subyek bersama para aparak

penegak hukum lainnya, sama-sama berupaya menemukan putusan yang adil.

Dalam praktiknya kedudukan terdakwa adalah lemah, mengingat penegak

hukum seperti polisi, jaksa dan hakim pengetahuan hukum cukup, di banding

tersangka, itu perlunya kehadiran seorang advokat untuk membantu menemukan

28
putusan yang adil untuk terdakwa, agar proses pencarian keadilan menjadi

seimbang, karena berada dalam kedudukan masing-masing pihak, yakni Negara

melalui polisi, jaksa dan hakim berhadapan dengan tersangka, terdakwa bersama

advokat, tentu tahu apa hak-hak tersangka dalam KUHAP, janganlah sampai

terjadi dalam hukum kepentingan Negara mengorbankan kepentingan rakyat (

tersangka,terdakwa ) demi tegaknya hukum di Negara hukum.

Penilaian dulu masyarakat terhadap pembela, dulu pembela dianggap

membela yang salah dan membela yang bayar, bukan yang benar, ketika orang

itu tersandung persoalan hukum dan tidak merasa mendapat pelayanan jasa

hukum yang puas dan atau perkaranya tidak berhasil, penulis adalah advokat dan

ketua LSM “ Duta Advokasi Muslim Indonesia” Maros tidak menafihkan

pandangan itu, karena masih ada oknum menamakan diri sebagai pembela dan

melakukan profesi sebagai advokat, itu kejahatan dibidang hukum yang harus

ditindaki, itu keliru karena melecehkan profesi advokat, apalagi yang sudah

mengetahui, bahwa sudah ada undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

advokat, advokat sekarang tidak boleh dinamakan pembela, beda dengan

penasihat hukum, sebab kata pembela dan kata advokat sudah berbeda dari segi

sosiologi, fisikologi dan kedudukan advokat.

Advokat sekarang sebagai penegak hukum dalam undang-undang, untuk

menjadi advokat harus sarjana hukum, magang dua tahun, pernah mendapat

pendidikan khusus advokat di kampus-kampus yang memiliki fakultas hukum.

lulus ujian advokat, serta harus memiliki talenta, keberanian dalam arti positif,

integritas kepada penegak hukum lainnya, apalagi sesama advokat dan jangkauan

29
kerja seluruh peradilan di indonesia, pembela tidak harus sarjana hukum yang

penting mengerti hukum, karena kedudukan pembela dalam persidangan bukan

sebagai penegak hukum hanya pelengkap dalam persidangan.

Jadi melalui tulisan ini advokat tidak lagi dikatakan sama dengan pembela,

harapan penulis, tidak ada lagi oknum melakukan pekerjaan sebagai advokat dan

tidak lagi dipandang pelengkap dalam persidangan, karena KUHAP dan Undang-

undang advokat tidak menamakan pembela, tetapi pemberi bantuan hukum. Tapi

kita juga tidak perlu pungkiri dan munafik mau kata advokat atau kata pembela,

bila oknum advokat melakukan perbuatan tercela dan merendahkan martabak dan

harga diri seorang advokat, profesi advokat adalah profesi yang mulia dan

terhormat, bila kita mampu memuliakan dan menghormati profesi kita, sebagai

advokat berstatus sebagai penegak hukum, penilaian itu, jadikan saja acuan dan

berpacu membentuk pribadi untuk megoreksi diri dan bercermin pada diri

sendiri, agar berbuat lebih berhati-hati dan menempatkan profesi advokat pada

kedudukannya sebagai penegak hukum dan profesi yang mulia dan terhormat (

officum nobile ).

Dalam menjalankan profesinya berada dibawah perlindungan, hukum dan

kode etik, memiliki kebebasan yang didasarkan pada kehormatan dan kepribadian

advokat yang berpegang teguh kepada kemandirian, kejujuran, kerahasiaan dan

keterbukaan serta imunitas hukum, Penampilan dipersidangan dengan toga hitam

dan dasi putih sama dengan jaksa dan hakim, menandahkan kita sama kedudukan

dalam persidangan, sama-sama penegak hukum, jadi penilaian masyarakat biarlah

masyarakat sendiri yang menilai, bagi kita advokat senantiasa bekerja secara

30
profesional dan sesuai bidang hukum yang menjadi keahlian dalam menangani

perkara. kita menjadikan sumpah atau janji advokat dan kode etik profesi

sebagai rel dalam menjalankan profesi.

Kedudukan Pengacara/advokat sebagai penegak hukum harus mandiri atau

otonom tidak tergantung kepada yang lain dalam persidangan, advokat harus

menjaga diri dan menahan nafsu agar tidak jatuh atau terpelesek, maka itu

preseden buruk bagi penegakkan hukum kedepan, maka jadilah advokat sebagai

pilar atau benteng terakhir penjaga dan pengawal keadilan.

Apa jadinya Indonesia sebagai Negara, bila Pengacara/advokat menjadikan

hukum dan keadilan sesuatu yang bisa ditawar-tawar atau warna bisa dirubah-

rubah, advokat memberikan jasa hukum untuk keadilan dan tegaknya hukum di

Indonesia sebagai Negara hukum.

Pengacara/advokat memang mempunyai kedudukan yang sama dengan

penegak hukum lainnya, tetapi kita secara personalitas masih kurang memiliki

suatu pengetahuan hukum (kurang berkualitas ) dibanding penegak hukum

lainnya. Contoh kecil saja undang-undang korupsi, KDRT, Perlindungan Anak.

Sementara tantangan kedepan tidak sedikit dan semakin sulit, sejalan

perkembangan pradaban manusia dan perkembangan teknologi, maka dibutuhkan

pula banyak aturan hukum harus dibuat, melalui tulisan ini, ikatan-ikatan,

himpunan, assosiasi advokat bersama peradi sebagai wadah tunggal advokat di

Indonesia dapat menyusun suatu program pendidikan Pengacara/advokat, secara

nasional atau pendidikan advokat setingkat magister di bawah naungan peradi

31
yang berbentuk yayasan pendidikan advokat atau lembaga pendidikan advokat di

pusat, karena kita berharap kedepan, bahwa advokat-advokat yang tua dan tidak

menjalankan lagi profesi sebagai advokat dapat mengabdikan dirinya sebagai guru

luar biasa di fakultas huhum, atau penasihat hukum di instansi-instansi di

Indonesia.

 Perbandingan Teori Dan Fakta Hak Dan Kewajiban Advokat

Profesi advokat dikenal sebagai profesi yang mulia (officium nobile),

karena mewajibkan pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar

belakang ras, warna kulit, agama, budaya, sosial ekonomi, kaya miskin, keyakinan

politik, gender, dan idiologi. Profesi advokat merupakan profesi yang terhormat

karena adanya profesionalisme di dalamnya. Di samping itu, profesi advokat

bukan semata-mata hanya mencari nafkah, namun di dalamnya terdapat adanya

idealisme (seperti nilai keadilan dan kebenaran) dan moralitas yang sangat

dijunjung tinggi. Sesuai dengan profesi yang mulia (officium nobile)

tersebut, advokat wajib membela masyarakat dan kliennya tanpa diskriminasi dan

pembedaan perlakuan sesuai dengan asas equality before the law. Advokat

memiliki kedudukan yang penting sebagai pilar dalam penegakan hukum, dalam

penegakan Hak Asasi Manusia, serta memiliki fungsi kontrol untuk menjaga

peradilan agar tetap bersih, jujur, dan adil. Advokat dalam sistem peradilan pidana

juga merupakan bagian atau sub sistem peradilan pidana dan juga merupakan

penegak hukum. Advokat memiliki peranan yang penting dalam peradilan pidana.

32
Bentuk bantuan hukum yang dimaksud oleh Advokat dapat berupa

layanan hukum yang diberikan kepada setiap orang yang membutuhkan yaitu dari

segi perlindungan atas persangkaan hukum yang ditujukan. Perlindungan ini wajib

diberikan karena selain diatur dalam Undang-Undang, seorang Tersangka/

Terdakwa memiliki hak-hak yang dijamin dalam konstitusi. Sering kali orang

yang tergolong miskin diperlakukan tidak adil dan tidak dapat memperoleh jasa

hukum dan pembelaan (access to legal councel) yang memadai dari Advokat

(penasihat hukum). Pada dasarnya bantuan hukum adalah hak dari orang miskin

yang dapat diperoleh tanpa bayar (pro bono publico) sebagai penjabaran

persamaan hak di hadapan hukum. Faktanya, dalam penggunaan jasa advokat

tentu membutuhkan biaya dan bagaimana mungkin orang yang untuk mencukupi

kebutuhan pokok hidupnya saja tidak mampu, apalagi membayar jasa advokat,

untuk mengatasi permasalahan ini, maka diberikanlah bantuan hukum kepada

orang atau kelompok orang miskin. Menurut Pasal 22 ayat (1) Undang-undang

No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat menyatakan bahwa,

“Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada pencari

keadilan yang tidak mampu”. Pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 83 Tahun 2008

Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-

Cuma juga menyatakan bahwa, “Advokat wajib memberikan Bantuan Hukum

Secara Cuma-Cuma kepada Pencari Keadilan”. Pasal 12 ayat (1) Peraturan

Pemerintah No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian

Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma selanjutnya juga menegaskan bahwa,

“Advokat dilarang menolak permohonan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma”.

33
Berdasarkan Peraturan Perhimpunan Advokat Indonesia No. 1 Tahun 2010

Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma

yang berlaku pada organisasi advokat menyatakan bahwa, Advokat PERADI

dianjurkan melakukan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma sebanyak 50

jam/tahun. Ketentuan-ketentuan ini telah menunjukkan secara tegas bahwa

advokat wajib memberikan bantuan hukum bagi orang atau kelompok orang

miskin.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

menyatakan bahwa, “Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh

Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum”.

Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah RI No. 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan

Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana 6 Bantuan Hukum

juga memberikan definisi yang sama mengenai bantuan hukum. Berdasarkan hal

tersebut dapat diketahui bahwa, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan

secara cuma-cuma. Undang-undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

juga mengatur mengenai kewajiban advokat dalam memberikan bantuan hukum

bagi orang atau kelompok orang miskin, sebagaimana diatur dalam pasal 10 huruf

e yang menyatakan bahwa Pemberi Bantuan Hukum berkewajiban untuk:

memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum berdasarkan

syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang ini sampai perkaranya

selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum. Bantuan hukum merupakan

hak bagi orang atau kelompok orang miskin yang telah diatur dalam berbagai

instrumen internasional dan nasional. Sebagai hak yang diakui secara universal

34
yang merupakan aktualisasi Hak Asasi Manusia dan equality before the law maka,

hak atas bantuan hukum telah dikenal dan diberikan sejak lama. Pengertian

bantuan hukum secara cuma-cuma juga telah diatur secara tegas dalam Pasal 1

angka 3 PP No. 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian

Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma yang menyatakan bahwa, “Bantuan hukum

secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan advokat tanpa menerima

pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan

kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain

untuk kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu”. Advokat mempunyai

kewajiban, dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat

miskin hal ini tentunya akan akan memberikan perlindungan dan hukum dari

korban kesewenangan penegak hukum sehingga dapat terwujud suatu penegakan

hukum yang berkualitas dan bermoral dengan menitikberatkan kepada hak asasi

manusia.

35
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam

maupun di luar pengadilan dengan syarat-syarat yang telah diatur dalam Pasal 3

UU Advokat. Advokat memiliki peranan dalam penegakan hukum, sebagai

pengawas penegakan hukum, sebagai penjaga Kekuasaan Kehakiman dan sebagai

pekerja sosial. Selain memiliki peranan, Advokat juga memiliki Hak dan

Kewajiban serta larangan. Kesemua itu diatur dalam Undang-undang Nomor 18

tahun 2003 Tentang Advokat, yang termuat dalam pasal 14 sampai pasal 21

Undang-undang tersebut. Kedudukan advokat dalam sistem penegakan hukum

sebagai penegak hukum dan profesi terhormat. Dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya advokat seharusnya dilengkapi oleh kewenangan sama dengan halnya

dengan penegak hukum lain seperti polisi, jaksa dan hakim. Kewenagan Advokat

dari Segi Kekuasaan Yudisial Advokat dalam sistem kekuasaan yudisial

ditempatkan untuk menjaga dan mewakili masyarakat. Kewenangan advokat

dalam sistem penegakan hukum menjadi sangat penting guna menjaga

keindependensian advokat dalam menjalanakan profesinya dan juga menghindari

adanya.

36
B. SARAN

Jika kita nantinya sebagai advokat, jadilah seorang advokat yang jujur dan

membela orang yang tidak mampu untuk melawan hukum. Karena sesungguhnya

kita harus saling membantu kepada orang yang membutuhkan dan tidak

menyimpang berdasarkan hak dan kewajiban seorang advokat yang sesungguhnya

sesuai dengan undang-undang No.18 tahun 2003 tentang advokat. Dan selalu

mengutamakan tujuan sebagai penegak hukum untuk membela seorang atau

kelompok yang tidak bersalah dan tidak menyalahgunakan kekuasaan.

37
DAFTAR PUSTAKA

http://bhp.co.id/2016/08/10/peran-pengacara-dalam-penegakan-hukum/

http://catatanpenailahi.blogspot.com/2014/10/makalah-etika-profesi-hukum-

tentang.html

https://lbhsembilandelapan.wordpress.com/2015/08/14/kewajiban-advokat-

memberikan-bantuan-hukum/)

38

Anda mungkin juga menyukai