PENDAHULUAN
kawasan strategi perkotaan. Target tersebut sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014 di bidang sanitasi dan sejalan dengan target Millennium
Development Goals (MDG’s) yaitu menurunkan akses air minum yang layak sebesar 60,3 % dan
proporsi penduduk dengan akses sanitasi dasar 62,4 %.
Untuk menentukan strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap layanan sanitasi yang layak diperlukan suatu baseline-line data terkait kondisi sanitasi
kabupaten/kota, mutakhir yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten /Kota
(SSK), serta keperluan pemantauan dan evaluasi (monev) pembangunan sektor sanitasi maka diperlukan
buku panduan yang dilebih dikenal dengan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Parigi Moutong.
Eksistensi program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang dimotori oleh
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, mengemban amanat penting dalam upaya memaksimalkan peran seluruh
pemangku kepentingan pelaksana pembangunan dan pengolahan sanitasi permukiman, serta optimalisasi
mobilisasi sumber daya yang ada guna memenuhi target sub sector sanitasi dalam wilayah administrasi
Kabupaten Parigi Moutong. Buku Putih Sanitasi yang menjadi cikal bakal perumusan strategi sanitasi,
merupakan instrumen perwujudan peran nyata bahwa secara keseluruhan penyelesaian dokumen dilakukan
dari, oleh dan untuk Pokja Sanitasisebagai pemegang amanat pembangunansanitasi yang pada akhirnya
bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Parigi Moutong secara keseluruhan.
Buku Putih Sanitasi sebagai wadah dokumentasi yang memetakan dan mengkaji status sanitasi
menjadi sangat urgen dan merupakan awal dari rangkaian kegiatan penyusunan dokumen perencanaan
sanitasi yakni Strategi Sanitasi Kabupaten dan Memorandum Program Sanitasi. Monitoring, evaluasi,
implementasi maupun penyusunan dokumen dari tahap awal menjadi suatu rangkaian proses yang dilakukan
dengan berupaya mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat beserta stakeholders lainnya, serta
mensinergikan dengan berbagai program dan kegiatan pemerintah guna mencapai tujuan-tujuan strategis
yang telah ditetapkan. Prinsip bottom up dan top down, melalui pendekatan empirik bersifat lokal akan
menjadi warna dalam penyepakatan berbagai Program Pembangunan Sektor Sanitasi, perumusan Strategi
Sanitasi serta yang paling awal adalah penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi.
KelompokKerja (POKJA) Sanitasi Program Percepatan Pembangunan SanitasiPemukiman
(PPSP)Kabupaten Parigi Moutong dibentuk sesuai dengan Keputusan Bupati Parigi Moutong Nomor :
......................................dan dikordinir oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang melibatkan
SKPD terkait didalamnya yaitu : BadanPerencanaan Pembangungan Daerah (Bappeda) Kabupaten Parigi
Moutong, Dinas Pendapatan Kabupaten Parigi Moutong, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Parigi Moutong,
Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Kabupaten Parigi
Moutong, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Parigi Moutong, Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Parigi Moutong dan Bagian Humas Setda Kabupaten Parigi Moutong.
Berdasarkan pada Buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (TTPS, 2010), sanitasi adalah upaya
membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada
tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi ke dalam tiga subsektor yaitu air
limbah, persampahan dan drainase. Berikut disajikan uraian terkait dengan subsektor sanitasi.
terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk ini (instalasi
pengolahan lumpur tinja atau IPLT).
b. Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan milik swasta resmi
yang mengalirkan black dan grey water secara bersamaan. Sistem ini umumnya menyertakan WC
gelontor yang tersambung ke saluran limbah.
c. Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak penampungannya, tetapi
mengalirkan limbah cairnya ke sistem pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke
kloset sistem simbur ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor sebelum dihubungkan
dengan jaringan pipa air limbah. Sebagaimana tangki septik biasa, lumpur dalam bak penampung
tetap harus dikuras ke IPLT.
2. Pengelolaan persampahan
Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua aktivitas utama yaitu pengumpulan dan pemrosesan akhir.
Berdasarkan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan
sistem controlled dan sanitary landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak diperkenankan
lagi. Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau perorangan (dari pintu ke
pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun pada TPS atau kontainer).
3. Pengelolaan drainase
Drainase perkotaan dibedakan menjadi, sebagai berikut.
a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang umumnya diperasikan oleh
Provinsi atau Balai. Drainase ini berupa sungai, drainase/saluran primer dan sekunder.
b. Drainase tersier/mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat oleh Pemerintah Kota dan
bahkan sering pula melibatkan masyarakat. Fungsi ganda pada drainase tersier yaitu (1) sebagi tempat
pembuangan dan pengaliran grey water dan juga black water sepanjang tahun dan (2) sebagai
penyalur air hujan/limpasan saat musim hujan tiba.
Visi dan Misi Kabupaten Parigi Moutong serta Tujuan Penataan Ruang
Visi :
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada dikabupaten
parigi moutong serta mempertimbangkan budaya hidup dalam masyarakat, maka visi yang hendak dicapai
dalam periode lima tahun kedepan adalah meletakkan pondasi yang kuat bagi :
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan BukuPutih ini adalah :
1. Menyusun rencana dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten Parigi
Moutong.
2. Adanya pembagian tugas, tanggung jawab dan kesepahaman di antara anggota pokja sanitasi
Kabupaten Parigi Moutong.
3. Tersedianya data riil yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai sektor sanitasi yang akan menjadi
dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong
4. Tersedianya data rii lyang dapat dipertanggungjawabkan mengenai sektor sanitasi yang akan menjadi
dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong
5. Mengidentifikasi dan memetakan profil pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong dalam upaya
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
6. Teridentifikasinya sistem yang diterapkan untuk masing-masing sub sektor sanitasi termasuk lokasi dan
informasi serta permasalahan mendasar.
7. MenjadikanBukuPutih Sanitasi sebagai pedoman penanganan dan pengembangan pembangunan
sanitasi Kabupaten Parigi Moutong, sehingga terdapat kesamaan pandangan dari setiap pelaku
pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan.
8. Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan, konsisten, partisipatif, berkeadilan
dan akuntabel.
9. Menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi secara
efektif, efisien dan terpadu.
10.Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemerintah daerah berdasarkan kesepakatan seluruh stakeholder Kabupaten Parigi Moutong.
1.4 Metodologi
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi secara menyeluruh, akan
disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan,
yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Sumber Data
a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing SKPD terkait,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan,
foto dan peta.
b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas SKPD terkait untuk
klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat.
Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan
sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survey survey pemetaan media dankominukasi,
survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey
priority setting area (survey penetapan area beresiko) serta survey peran serta masyarakat dan gender.
2. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan proses seleksi dan kompilasi data dari berbagai sumber yang memberikan
informasi mengenai profil sanitasi baik masa lampau maupun saat ini yang akan menjadi
pertimbangan bagi perencanaan pembangunan sanitasi pada masa mendatang.
3. Jenis Data
a. Data primer; yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan
Pokja. Didalamnya meliputi penilaian resiko kesehatan lingkungan, penilaian sanitasi berbasis
masyarakat, penilaian penyedia sarana sanitasi oleh sektor swasta, penilaian keterlibatan gender
dan masyarakat miskin, dan peran media. Data ini diperoleh dengan cara melakukan beberapa
studi terkait aspek kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatansektorswasta, keterlibatan
masyarakat dan gender, sertastudi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) dimana
sebagian data ini bersifat kualitatif (yang menyangkut persepsi) yang kemudian dikuantifikasikan.
Data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun potret/ dokumentasi kondisi
eksisting di lapangan.
b. Data sekunder; diperoleh dari dokumen yang bersumber dari SKPD meliputi aspek demografi,
kependudukan, data keluarga miskin, kesehatan masyarakat, arah dan kebijakan pembangunan
kabupaten, data kelembagaan dan keuangan, dan lain-lain yang berkaitan dengan sanitasi.
Undang – undang
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum;
5. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
10. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan.
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air.
1. Keputusan Menteri LH nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
2. Keputusan Menteri LH nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program
Kali Bersih;
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan
UPL Departemen Pekerjaan Umum;
5. Keputusan Menteri Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman;
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik;
7. Keputusan Menteri LH nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan
8. Keputusan Menteri LH nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemar Air Pada Sumber Air
9. Keputusan Menteri LH nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
10. Keputusan Menteri LH nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Persampahan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
13. Keputusan Menteri LH nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Peraturan Daerah
1. Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2011 tentang tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten
Parigi Moutong.
2. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahu 2008 Tentang rencana pembagunan jangka panjang
Daerah Kabupaten Parigi moutong Tahun 2005- 2025.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga,
Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area
Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam
Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala
Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air
Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
PerKabupatenan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air
Bersih Komersil Untuk Permukiman.
9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan
Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK
Buku Putih Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong terkait dengan berbagai dokumen perencanaan
pembangunan, baik tingkat nasional, propinsi, maupun Kabupaten. Oleh karena itu, Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Parigi Moutong disusun dengan memperhatikan keterkaitan, keselarasan, dan keterpaduan
dengan berbagai dokumen dimaksud, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Memperhatikan RPJP dan RPJMNasional dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan
program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutongdenganarah, kebijakan umum dan prioritas
pembangunan nasional dan pembangunan kewilayahan.
2. Memperhatikan RPJPD dan RPJMD Propinsi Sulawesi Tengahdilakukan melaluipenyelarasan kebijakan,
strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutongdengankebijakan, strategi dan
program pembangunan Propinsi Sulawesi Tengah.
3. Berpedoman pada RPJPD dan RTRW Kabupaten Parigi Moutongdilakukan dengan: (1) penyelarasan
kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong dengan visi, misi,
arah, kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan (2) penyelarasan kebijakan, strategi dan
program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang
Kabupaten Parigi Moutong.
4. Berpedoman pada Renstra SKPD terkait Sanitasi Kabupaten Parigi Moutongdilakukan
denganpenyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong
dengan rencana dan strategi SKPD.
5. Berpedoman dengan Dokumen Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka dilakukan dengan penyelarasan
data mengenai kondisi sanitasi Kabupaten dengan data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih
Sanitasi melalui proses validasi data melalui kajian-kajian yang telah ditetapkan oleh petunjuk teknis
pelaksanaan Program PPSP.