Anda di halaman 1dari 12

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas pembangunan yang pesat saat ini, di satu sisi memberikan pertumbuhan
ekonomi yang signifikan, namun di sisi lain juga berimplikasi pada terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan. Kondisiinidiiringi pula oleh laju pertumbuhan penduduk dan industrialisasi,
pesatnya pembangunan infrastruktur, polahidup masyarakat yang cenderung konsumtif, lemahnya
penegakan hukum, sertabelum optimalnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
pengelolaan lingkungan hidup.
Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di
bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim.Masih sering dijumpai sebagiana
masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan
khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi.Bahkan
terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-
masing.Hal initerjadi selain disebabkan karenafak torekonomi, faktor kebiasaan yang sulit diubah
dan kualitas pendidikan yang relatif rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh
besar terhadap polahidup masyarakat.Buruknya kondisi sanitasi ini berdampak negatif di banyak
aspek kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber
air minum bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya penyakit pada
balita, turunnya dayasaing maupun citrak abupaten/kota, hingga menurunnya perekonomian
kabupaten/kota. Sementara itu pembangunan sektor sanitasi yang merupakan salah satu
pelayanan dasar saat ini belum mendapa tperhatian serius dan cenderung tertinggal dibandingkan
sektor lain. Hal ini tercermin dari prosentase penganggaran sektor sanitasi rata-rata 1 – 4 % dari
APBD Kabupaten/Kota di Indonesia.
Untuk mewujudkan kondisi sanitasi permukiman yang layak bagi masyarakat, berfungs
isecara berkelanjutan, dan memenuhi standar teknis sehingga tidak menimbulkan dampak negati
fterhadap kesehatan dan lingkungan, dipandang perlu untuk dilakukan suatu program untuk
mempercepat pembangunan sanitasi perkotaan.Adapun sub sektor yang perlu penangan segera
adalah air limbah domestik, persampahan rumah tangga, dan juga drainasel ingkungan. Target dari
Program Percepatan Sanitasi Perkotaan antara lain Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS),
penerapan praktik reduce, reuse, danrecycle (3R) seca ranasional dan peningkatan sistem tempat
pemrosesan akhir (TPA) sampah menjadi sanitary landfill, serta pengurangan genangan air di

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 1


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

kawasan strategi perkotaan. Target tersebut sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2009-2014 di bidang sanitasi dan sejalan dengan target Millennium
Development Goals (MDG’s) yaitu menurunkan akses air minum yang layak sebesar 60,3 % dan
proporsi penduduk dengan akses sanitasi dasar 62,4 %.
Untuk menentukan strategi apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap layanan sanitasi yang layak diperlukan suatu baseline-line data terkait kondisi sanitasi
kabupaten/kota, mutakhir yang akan digunakan dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten /Kota
(SSK), serta keperluan pemantauan dan evaluasi (monev) pembangunan sektor sanitasi maka diperlukan
buku panduan yang dilebih dikenal dengan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Parigi Moutong.

Belajar dari pengalaman penanganan sanitasi kabupaten di Indonesia, Pemerintah Kabupaten


Parigi Moutong merencanakan untuk memperbaiki penanganan sektor sanitasi di Kabupaten Parigi
Moutong.Usaha ini merupakan sebuah langkah pencegahan guna mengurangi resiko kerugian material
maupun non-material akibat kondisi sanitasi yang buruk.Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi
secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut mendorong
Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong untuk ikut serta dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman (PPSP). Program ini mempunyai tujuan mensinergikan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
yang terkait dengan sekto rsanitasi dalam satu wadah untuk memperbaiki kinerja dan konsep pembangunan
sanitasi skalak abupaten. Untuk maksud tersebut maka di bentuklah Kelompok Kerja Percepatan
Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Pokja ini juga diharapkan dapat berfungsi sebagai unit
koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan
sektor sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga
melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung.

Eksistensi program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) yang dimotori oleh
Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, mengemban amanat penting dalam upaya memaksimalkan peran seluruh
pemangku kepentingan pelaksana pembangunan dan pengolahan sanitasi permukiman, serta optimalisasi
mobilisasi sumber daya yang ada guna memenuhi target sub sector sanitasi dalam wilayah administrasi
Kabupaten Parigi Moutong. Buku Putih Sanitasi yang menjadi cikal bakal perumusan strategi sanitasi,
merupakan instrumen perwujudan peran nyata bahwa secara keseluruhan penyelesaian dokumen dilakukan
dari, oleh dan untuk Pokja Sanitasisebagai pemegang amanat pembangunansanitasi yang pada akhirnya
bermuara pada peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Parigi Moutong secara keseluruhan.
Buku Putih Sanitasi sebagai wadah dokumentasi yang memetakan dan mengkaji status sanitasi
menjadi sangat urgen dan merupakan awal dari rangkaian kegiatan penyusunan dokumen perencanaan
sanitasi yakni Strategi Sanitasi Kabupaten dan Memorandum Program Sanitasi. Monitoring, evaluasi,
implementasi maupun penyusunan dokumen dari tahap awal menjadi suatu rangkaian proses yang dilakukan

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 2


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

dengan berupaya mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat beserta stakeholders lainnya, serta
mensinergikan dengan berbagai program dan kegiatan pemerintah guna mencapai tujuan-tujuan strategis
yang telah ditetapkan. Prinsip bottom up dan top down, melalui pendekatan empirik bersifat lokal akan
menjadi warna dalam penyepakatan berbagai Program Pembangunan Sektor Sanitasi, perumusan Strategi
Sanitasi serta yang paling awal adalah penyusunan Dokumen Buku Putih Sanitasi.
KelompokKerja (POKJA) Sanitasi Program Percepatan Pembangunan SanitasiPemukiman
(PPSP)Kabupaten Parigi Moutong dibentuk sesuai dengan Keputusan Bupati Parigi Moutong Nomor :
......................................dan dikordinir oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang melibatkan
SKPD terkait didalamnya yaitu : BadanPerencanaan Pembangungan Daerah (Bappeda) Kabupaten Parigi
Moutong, Dinas Pendapatan Kabupaten Parigi Moutong, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Parigi Moutong,
Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, Dinas Perumahan dan Kebersihan Kota Kabupaten Parigi
Moutong, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Kabupaten Parigi Moutong, Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Parigi Moutong dan Bagian Humas Setda Kabupaten Parigi Moutong.

1.2 Landasan Gerak


Sanitasi diartikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin
kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan
perumahan dan terbagi kedalam 3 subsektor antra lain air limbah, persampahan, dan drainase tersier.
Menurut Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), 2010 sanitasi diartikan sebagai suatu proses
multi-langkah, dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan
kembali atau pemrosesan akhir.

Berdasarkan pada Buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (TTPS, 2010), sanitasi adalah upaya
membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada
tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi ke dalam tiga subsektor yaitu air
limbah, persampahan dan drainase. Berikut disajikan uraian terkait dengan subsektor sanitasi.

1. Pengelolaan air limbah


Sistem pengelolaan air limbah dikelompokkan antara lain :
a. Sistem setempat air limbah (blak and grey water) langsung diolah setempat. Sistem setempat bisa
kering atau basah. Sistem kering tidak memakai air untuk membersihkan kotoran. Sedangkan sistem
basah menggunakan air untuk membersihkan kotoran dan sistem basah ini yang umum digunakan di
Indonesia. Pada sistem setempat yang memadai dibutuhkan ceruk atau tangki untuk menampug
endapan tinja dan tergantung pada permeabilitas tanah ntk menapis air limbah ke dalam tanah.
Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala (2-4 tahun). Endapan tinja yang

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 3


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk ini (instalasi
pengolahan lumpur tinja atau IPLT).
b. Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan milik swasta resmi
yang mengalirkan black dan grey water secara bersamaan. Sistem ini umumnya menyertakan WC
gelontor yang tersambung ke saluran limbah.
c. Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak penampungannya, tetapi
mengalirkan limbah cairnya ke sistem pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke
kloset sistem simbur ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor sebelum dihubungkan
dengan jaringan pipa air limbah. Sebagaimana tangki septik biasa, lumpur dalam bak penampung
tetap harus dikuras ke IPLT.

2. Pengelolaan persampahan
Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua aktivitas utama yaitu pengumpulan dan pemrosesan akhir.
Berdasarkan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan
sistem controlled dan sanitary landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak diperkenankan
lagi. Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau perorangan (dari pintu ke
pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun pada TPS atau kontainer).
3. Pengelolaan drainase
Drainase perkotaan dibedakan menjadi, sebagai berikut.
a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang umumnya diperasikan oleh
Provinsi atau Balai. Drainase ini berupa sungai, drainase/saluran primer dan sekunder.
b. Drainase tersier/mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat oleh Pemerintah Kota dan
bahkan sering pula melibatkan masyarakat. Fungsi ganda pada drainase tersier yaitu (1) sebagi tempat
pembuangan dan pengaliran grey water dan juga black water sepanjang tahun dan (2) sebagai
penyalur air hujan/limpasan saat musim hujan tiba.
Visi dan Misi Kabupaten Parigi Moutong serta Tujuan Penataan Ruang

Visi :
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada dikabupaten
parigi moutong serta mempertimbangkan budaya hidup dalam masyarakat, maka visi yang hendak dicapai
dalam periode lima tahun kedepan adalah meletakkan pondasi yang kuat bagi :

“TERWUJUDNYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG TERDEPAN DENGAN


KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERDAYA SAING DI PROPINSI
SULAWESI TENGAH TAHUN 2020”

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 4


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

Misi Daerah Kabupaten Parigi Muotong adalah sebagai berikut :


1. Mewujudkan pemerintah yang bersih dan berwibawa
2. Meningkatkan kuwalitas sumber daya manusia yang berdaya saing berdasarkan keimanan dan
ketakwaan.
3. Percepatan pengentasan kemiskinan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemberdayaan
ekonomi kerakyatan.
4. Meningkatkan peran serta partisipai masyarakat dalam pembangunan untuk kesejahteraan
masyarakat.
5. Menggali dan mengoptimalkan sumber- sumber pendapatan daerah.
6. Meningkatkan kuwalitas lingkungan sebagai wujud komitmen terhadap konsepsi pembangunan
berkelanjutan (sustainable developnend)dan berwawasan lingkungan.
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong adalah mewujudkan tatanan ruang
wilayah kabupaten dalam rangka optimalisasi potensi sumber daya alam berbasiskan pengembagan agrobisnis,
perikanan dan pariwisata untuk meningkatkan daya saing kabupaten dengan tetap mempertimbangkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan, karakteristik fisik wilayah serta kelestarian sumber daya alam.

1.3 Maksud dan Tujuan


Penyusunan Buku Putih Sanitasi dimaksudkan untuk menghasilkan baseline data tentang kondisi
sanitasi, Buku Putih Sanitasi yang disusun oleh POKJA SANITASI Kabupaten Parigi Moutong ini untuk
menggambarkan karakteristik dan kondisi existing sanitasi, serta arah pengembangan pembangunan sanitasi
yang terjadi pada saat ini. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong merupakan dasar dan acuan
dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi dan komprehensif karena merupakan hasil kerja berbagai
komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi ini menyediakan data
dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi kabupaten Parigi Moutong yang nantinya
menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam manajemen kegiatan sanitasi.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan BukuPutih ini adalah :
1. Menyusun rencana dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten Parigi
Moutong.
2. Adanya pembagian tugas, tanggung jawab dan kesepahaman di antara anggota pokja sanitasi
Kabupaten Parigi Moutong.
3. Tersedianya data riil yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai sektor sanitasi yang akan menjadi
dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 5


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

4. Tersedianya data rii lyang dapat dipertanggungjawabkan mengenai sektor sanitasi yang akan menjadi
dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong
5. Mengidentifikasi dan memetakan profil pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong dalam upaya
menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan
6. Teridentifikasinya sistem yang diterapkan untuk masing-masing sub sektor sanitasi termasuk lokasi dan
informasi serta permasalahan mendasar.
7. MenjadikanBukuPutih Sanitasi sebagai pedoman penanganan dan pengembangan pembangunan
sanitasi Kabupaten Parigi Moutong, sehingga terdapat kesamaan pandangan dari setiap pelaku
pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan.
8. Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan, konsisten, partisipatif, berkeadilan
dan akuntabel.
9. Menjadi pedoman dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi secara
efektif, efisien dan terpadu.
10.Menghasilkan kebijakan daerah terkait sanitasi yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan
pemerintah daerah berdasarkan kesepakatan seluruh stakeholder Kabupaten Parigi Moutong.
1.4 Metodologi
Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi secara menyeluruh, akan
disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan,
yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sumber Data

a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-masing SKPD terkait,
baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan,
foto dan peta.

b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas SKPD terkait untuk
klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat.

Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan
sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), survey survey pemetaan media dankominukasi,
survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey
priority setting area (survey penetapan area beresiko) serta survey peran serta masyarakat dan gender.

2. Pengumpulan Data

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 6


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

Tahap ini merupakan proses seleksi dan kompilasi data dari berbagai sumber yang memberikan
informasi mengenai profil sanitasi baik masa lampau maupun saat ini yang akan menjadi
pertimbangan bagi perencanaan pembangunan sanitasi pada masa mendatang.

3. Jenis Data

a. Data primer; yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan
Pokja. Didalamnya meliputi penilaian resiko kesehatan lingkungan, penilaian sanitasi berbasis
masyarakat, penilaian penyedia sarana sanitasi oleh sektor swasta, penilaian keterlibatan gender
dan masyarakat miskin, dan peran media. Data ini diperoleh dengan cara melakukan beberapa
studi terkait aspek kelembagaan, keuangan, komunikasi, keterlibatansektorswasta, keterlibatan
masyarakat dan gender, sertastudi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) dimana
sebagian data ini bersifat kualitatif (yang menyangkut persepsi) yang kemudian dikuantifikasikan.
Data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun potret/ dokumentasi kondisi
eksisting di lapangan.

b. Data sekunder; diperoleh dari dokumen yang bersumber dari SKPD meliputi aspek demografi,
kependudukan, data keluarga miskin, kesehatan masyarakat, arah dan kebijakan pembangunan
kabupaten, data kelembagaan dan keuangan, dan lain-lain yang berkaitan dengan sanitasi.

1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain


Penyusunan Buku Putih Sanitasi sebagai salah satu tahapan Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Parigi Moutong, mengacu pada beberapa regulasi yakni
peraturan perundang-undangan dan produk hukum yang berlaku, baik di tingkat nasional/ pusat maupun
daerah. Regulasi tersebut antara lain meliputi Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah, Keputusan Bupati, Surat
Edaran Menteri serta Petunjuk Teknis.

Peraturan dan Produk Hukum Terkait Penyusunan Buku Putih Sanitasi

Undang – undang

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene


2. UU Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
5. UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 7


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
4. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan Minimum;
5. Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
10. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2012 tentang Ijin Lingkungan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014

Keputusan Presiden Republik Indonesia

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan.
2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan
Sumber Daya Air.

Peraturan Menteri Republik Indonesia

1. PeraturanMenteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/1992 tentang Persyaratan dan


Pengawasan Kualitas Air.
2. Peraturan Menteri PU No. 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 8


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

3. Peraturan Menteri PU nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan Strategis Air Limbah


4. Peraturan Menteri LH nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
5. Peraturan Menteri PU No. 3 Tahun 2013 Tentang Penanganan Sampah Domestik
Keputusan Menteri

1. Keputusan Menteri LH nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel
2. Keputusan Menteri LH nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit
3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program
Kali Bersih;
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan
UPL Departemen Pekerjaan Umum;
5. Keputusan Menteri Kimpraswil 534/2000 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Permukiman;
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik;
7. Keputusan Menteri LH nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan
Pengambilan Contoh Air Permukaan
8. Keputusan Menteri LH nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemar Air Pada Sumber Air
9. Keputusan Menteri LH nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara
Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau Sumber Air.
10. Keputusan Menteri LH nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengelolaan Persampahan;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
13. Keputusan Menteri LH nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

Peraturan Daerah

1. Peraturan Daerah nomor 2 tahun 2011 tentang tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten
Parigi Moutong.
2. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahu 2008 Tentang rencana pembagunan jangka panjang
Daerah Kabupaten Parigi moutong Tahun 2005- 2025.

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 9


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

Petunjuk Teknis

1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 616.98 Ped I judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan.
2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 636.728 Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga,
Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area
Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah.
3. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.72 Pet B judul Petunjuk Teknis Pembuatan Sumur Resapan.
4. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Penerapan Pompa Hidran Dalam
Penyediaan Air Bersih.
5. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala
Lingkungan.
6. Petunjuk Teknis Nomor KDT 361.728 Pet I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air
Sistem Berpindah – pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik.
7. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I judul Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase
PerKabupatenan.
8. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Pedoman Teknis Tata Cara Sistem Penyediaan Air
Bersih Komersil Untuk Permukiman.
9. Petunjuk Teknis Nomor KDT 363.728 Pet D judul Petunjuk Teknis Tata Cara Penoperasian Dan
Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus.
10. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis Saluran Irigasi.
11. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P judul Manual Teknis MCK

Keterkaitan Buku Putih Sanitasi dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Parigi Moutong terkait dengan berbagai dokumen perencanaan
pembangunan, baik tingkat nasional, propinsi, maupun Kabupaten. Oleh karena itu, Buku Putih Sanitasi
Kabupaten Parigi Moutong disusun dengan memperhatikan keterkaitan, keselarasan, dan keterpaduan
dengan berbagai dokumen dimaksud, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memperhatikan RPJP dan RPJMNasional dilakukan melalui penyelarasan kebijakan, strategi dan
program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutongdenganarah, kebijakan umum dan prioritas
pembangunan nasional dan pembangunan kewilayahan.
2. Memperhatikan RPJPD dan RPJMD Propinsi Sulawesi Tengahdilakukan melaluipenyelarasan kebijakan,
strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutongdengankebijakan, strategi dan
program pembangunan Propinsi Sulawesi Tengah.
3. Berpedoman pada RPJPD dan RTRW Kabupaten Parigi Moutongdilakukan dengan: (1) penyelarasan
kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong dengan visi, misi,

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 10


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

arah, kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan (2) penyelarasan kebijakan, strategi dan
program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong dengan pemanfaatan struktur dan pola ruang
Kabupaten Parigi Moutong.
4. Berpedoman pada Renstra SKPD terkait Sanitasi Kabupaten Parigi Moutongdilakukan
denganpenyelarasan kebijakan, strategi dan program pembangunan sanitasi Kabupaten Parigi Moutong
dengan rencana dan strategi SKPD.
5. Berpedoman dengan Dokumen Kabupaten Parigi Moutong Dalam Angka dilakukan dengan penyelarasan
data mengenai kondisi sanitasi Kabupaten dengan data yang diperlukan dalam penyusunan Buku Putih
Sanitasi melalui proses validasi data melalui kajian-kajian yang telah ditetapkan oleh petunjuk teknis
pelaksanaan Program PPSP.

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 11


BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2014

Disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Parigi Moutung Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai