Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan tanah ialah integrasi dan optimasi sifat tanah (fisik,
kimia, dan biologi) yang bertujuan untuk peningkatan produktivitas
dan kualitas tanah, tanaman, dan lingkungan (Idowu, et al. 2008a,b,
Gugino et al., 2007). Degradasi tanah menyebabkan kesehatan tanah
menurun sehingga produktivitas tanah rendah, dan akhirnya produksi
pertanian dan hewan juga rendah. Indikator kinerja tanah adalah sifat
tanah yang dapat diukur dan memberikan tanda bahwa tanah
menjalankan fungsinya dengan baik. Tanah mempunyai fungsi sangat
strategis sebagai tempat produksi pertanian, pengatur asupandan mutu
air, habitat anekaragam hayati, dan mendaur-ulang bahan organik,
unsur hara, dan penyaring bahan polutan (Romanya, Serrasolses,
Vallejo, 2008, Riwandi, 2007).
Penilaian kesehatan tanah dapat dilakukan pertama,
menggunakan sensor rasa, dan penciuman; ke dua, penilaian yang
sistimatis; dan ke tiga, penilaian yang kolaboratif. Sensor rasa dan
penciuman manusia dapat digunakan untuk menyidik tanah yang sehat
atau tidak sehat. Tanah yang sehat dicirikan dengan tanah gembur,
berpori-pori, kaya bahan organik, dan kaya jasad hidup renik tanah.
Biasanya dengan membau, tanah yang sehat berbau khas seperti bau
Geosmin, yang diproduksi cendawan dan bakteri. Cara ini kurang
terjamin keakuratannya. Untuk meningkatkan akurasi penilaian
kesehatan tanah, maka kita belajar ciri-ciri tanah yang sehat, dan
membandingkan hasil pengalaman kita dengan teman yang lain.
Penilaian kolaboratif dengan melibatkan pakar dalam membagi ilmu
kepada kita dan menerima pengalaman dari kita. Dengan demikian
tercipta pemahaman yang benar mengenai arti penting kesehatan tanah
bagi kita (Wagner, 2005). Pengamatan lapangan ini memberikan
pemahaman ciri-ciri tanah yang sehat dan cara cepat penilaian
kesehatan tanah di lapang dengan kartu sehat tanah yang telah terbukti
akurasinya di lapang.
1.2 Tujuan
Pengamatan lapangan ini bertujuan untuk :
(1) menilai kesehatan tanah dengan cepat menggunakan pendekatan
indikator kinerja tanah, dan
(2) memperoleh kelas kesetan tanah suatu daerah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Tanah
Secara umum kualitas tanah (soil quality) didefenisikan
sebagai kapasitas tanah untuk berfungsi dalam suatu ekosistem dalam
hubungannya dengandaya dukungnya terhadap tanaman dan hewan,
pencegahan erosi danpengurangan terjadinya pengaruh negatif
terhadap sumberdaya air dan udara (Karlen et al., 1997).
Kualitas tanah dapat dilihat dari 2 sisi (Seybold et al., 1999) :
1. Sebagai kualitas inherent tanah (inherent soil quality) yang
ditentukan oleh lima faktor pembentuk tanah, atau
2. Kualitas tanah yang bersifat dinamis (dynamic soil quality), yakni
perubahan fungsi tanah sebagai fungsi dari penggunaan dan
pengeloaantanah oleh manusia.
Terdapat konsesus umum bahwa tata ruang lingkup kualitas
tanah mencakup tiga komponen pokok yakni (Parr et al., 1992) :
1. Produksi berkelanjutan yakni kemampuan tanah untuk
meningkatkan produksi dan tahan terhadap erosi.
2. Mutu lingkungan, yaitu mutu air, tanah dan udara dimana tanah
diharapkan mampu mengurangi pencemaran lingkungan, penyakit dan
kerusakan di sekitarnya.
3. Kesehatan makhluk hidup, yaitu mutu makanan sebagai produksi
yang dihasilkan dari tanah harus memenuhi faktor keamanan (safety)
dan komposisi gizi.
2.2 Indikator Kualitas Tanah
Indikator kualitas tanah adalah sifat fisika, kimia dan biologi serta
proses dan karakteristik yang dapat diukur untuk memantau berbagai
perubahan dalam tanah (USDA, 1996). Secara lebih spesifik Doran
dan Parkin (1994) menyatakan bahwa indikator kualitas tanah harus
memenuhi kriteria:
a. Berkorelasi baik dengan berbagai proses ekosistem dan berorientasi
modeling.
b. Mengintegrasikan berbagai sifat dan proses kimia, fisika dan
biologi tanah.
c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat
diakses oleh para pengguna.
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim (terutama untuk
menilai kualitas tanah yang bersifat dinamis).
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah.
Selama ini evaluasi terhadap kualitas tanah lebih difokuskan
terhadap sifat fisika dan kimia tanah karena metode pengukuran yang
sederhana dari parameter tersebut relatif tersedia (Larson and Pierce,
1991). Akhir-akhir ini telah disepakati bahwa sifat-sifat biologi dan
biokimia dapat lebih cepat teridentifikasi dan merupakan indikator
yang sensitif dari kerusakan agroekosistem atau perubahan
produktivitas tanah (Kenedy and Pependick, 1995).
Minimum data set yang berpotensi untuk menjaring kondisi
kualitas tanah adalah indikator fisika tanah meliputi : tekstur tanah,
ketebalan tanah (lebih ditujukan sebagai kualitas inherent tanah),
infiltrasi, berat isi tanah dan kemampuan tanah memegang air.
Indikator kimia tanah meliputi : biomass mikroba, C dan N, potensi N
dapat dimineralisasi, respirasi tanah, kandungan air dan suhu ( Doran
dan Parkin, 1994; Larson dan Pierce, 1994).
Meskipun banyak sifat-sifat tanah yang potensial untuk dijadikan
indikator kualitas tanah, namun, pemilihan sifat-sifat tanah yang akan
digunakan untuk indikator kualitas tanah sangat tergantung pada
tujuan dilakukuannya evaluasi.
Karlen et al., (1997) menyatakan bahwa untuk
mengimplementasikan penilaian kualitas tanah, perlu dilakukan
identifikasi indikator-indikator yang sensitif terhadap praktek produksi
pertanian. Jangka waktu suatu pengelolaan juga akan berpengaruh
terhadap pemilihan parameter yang akan digunakan. Idealnya
indikator-indikator tersebut akan dapat dideteksi perubahannya dalam
jangka waktu pendek (1 – 5 tahun) setelah dilakukannya perubahan
pengelolaan.
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan dan Penilaian


Tanggal : 07 November 2014
Desa : Desa Cintamulya
Indikator (skor)
Indikator Skorpenilaian
Buruk (1) Sedang (2) Baik (3)
Warnatanah Coklatterang Coklattua Hitam 2
Tanah lembab,
Tanah kering, Tanah basah,
Kadar air tanah tanamansedikitkurang 3
tanamankurang air tanamantumbuhsehat
air
Tingkat lereng Lereng>15% Lereng 9 – 15% Lereng 0 – 8% 3
Teksturtanah Pasirberdebu Pasirberliat Lempungberdebu 2
Strukturtanah Keras, teguh, padat Setengahremah Remahbanyakmelimpah 2
Kecepataninfiltrasi Lambat Sedang Cepat 2
Bahanorganiktanah Sedikit Sedang Banyak 2
Populasicacingtana
h (kedalaman 15 0 – 2 3–5 >5 1
cm)
Penetrasiburuk, Penetrasiterbatas, Penetrasiakarbebaskedalamtanah
Padatantanah 2
tanahkeras tanahteguh , tanahgembur
Tidakberwarna,
Beragamwarna,
kerdil, Tanamanhijau, tumbuhbaik,
Vegetasi tinggipopulasitanaman, 2
banyakcekaman, tidakadacekaman
sedikitcekaman
gejalaseranganhama
Jumlahskor 21
Kecamatan : Jatinangor

Kriteria hasil penilaian :


0 – 6 : sangat buruk
7 – 12 : buruk
13 – 18 : cukup baik
19 – 24 : baik
25 – 30 : sangat baik

3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penilaian, maka kualitas tanah dari lahan yang diamati
di desa ini termasuk dalam kategori kualitas “baik”. Karena jika dilihat dari
penilaian kualitas tanah secara fisik banyak yang menunjukkan bahwa kualitas
tanah di desa ini baik. Seperti warna tanah yang berwarna cokelat tua, tanah yang
berwarna gelap biasanya memiliki kandungan bahan organic yang lebih banyak.
Jika dilihat dari daerahnya, desa ini memiliki kemiringan lereng yang cukup
landai sehingga cocok untuk komoditas yang ditanam. Komoditas yang ditanam
di desa ini antara lain, ubi jalar, cabai, dan beberapa produk hortikultura lainnya.
Untuk struktur tanahnya memiliki tinggkat struktur yang setengah remah
dan ini cocok bagi pertumbuhan ubi jalar. karena pertumbuhan ubinya yang
berada di dalam tanah sehingga menghendaki agar tanah tersebut remah agar
memudahkan juga ketika pemanenan. Untuk kecepatan infiltrasinya, memiliki
kecepatan yang sedang dalam meloloskan air.
Sedangkan dari indicator biologis dapat dilihat dari kandungan bahan
organic tanah, bahan organic yang terdapat di desa ini dapat kita lihat melalui
warna tanahnya yang berwarna cokelat tua, tidak terlalu gelap dan tidak terang.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa kandungan bahan organiknya sedang.
Kemudian jumlah cacing per sekop yang kami temukan di lahan ini pada
kedalaman 15cm memiliki nilai yang rendah, kami hanya menemukan 1 ekor
cacing saja pada setiap sekop. Untuk pengamatan vegetasi, yang kami temukan di
lapangan tanaman memiliki warna yang cukup beragam dan cukup sehat tidak
terjadi cekaman pada tanaman-tanaman tersebut. Beberapa pengamatan indicator
yang telah kami lakukan untuk menilai kualitas tanah langsung di lapangan
menunjukkan bahwa tanah tersebut sehat dan memiliki kualitas cukup baik untuk
ditanam komoditas seperti ubi jalar, cabai, dll.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesmpulan
Dari beberapa pengamatan yang kami lakukan dengan menggunakan
indicator fisik dan biologi didapatkan hasil penilaian kualitas tanah di Desa
Cintamulya dengan nilai yang baik. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tanah yang
ada di lahan tersebut cocok untuk komoditas yang sedang ditanam pada lahan
tersebut. Beberapa komoditas yang ditanam seperti, ubi jalar, cabai, dan beberapa
tanaman hortikultura lainnya.

4.2 Saran dan Rekomendasi


Perlu dilakukannya pengamatan di laboratorium agar hasil penilaian dari
kualitas tanah tersebut lebih akurat. Indicator yang digunakan tidak hanya
indicator fisik dan biologi namun indicator kimia juga perlu dilibatkan agar semua
aspek penilaian lengkap dan hasil yang ada menjadi lebih akurat. Sehingga ketika
kita merekomendasikan untuk petani pun data-data yang ada merupakan data yang
pasti
DAFTAR PUSTAKA

Idowu, J., van Es H., Schindelbeck, R.R., Abawi G., Wolfe D., Thies J., Gugino,
B., Moebius B., Clune, D.2008a. Soil Health Assessment and
Management: The Concepts.
Idowu, J., Moebius, B., van Es, H., Schindelbeck, R.R., Abawi G., Wolfe D.,
Thies J., Gugino, B., Clune, D. 2008b. Soil Health Assessment and
Management: Measurements and Results.
Riwandi, 2007. Kualitas Tanah. Bahan Ajar Program Studi Ilmu Tanah Jurusan
Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNIB.
Wagner, J. M., 2005. Soil Health Assessment in Organic Farming Systems. Final
Report. Prepared for: Certified Organic Associations of British
Columbia, Organic Sector Development Program Agri-Food Futures
Fund.

Anda mungkin juga menyukai