F07ynp PDF
F07ynp PDF
Oleh:
YENY NUR PUTRI
F24103064
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Yeny Nur Putri. F24103064. Mempelajari Pengaruh Penyimpanan Tape Ketan
(Oryza sativa glutinosa) Terhadap Daya Terima Konsumen. Di bawah bimbingan
Suliantari.
RINGKASAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
YENY NUR PUTRI
F24103064
2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
YENY NUR PUTRI
F24103064
Dilahirkan pada tanggal 15 Februari 1985 di Cirebon
Tanggal lulus : 21 Agustus 2007
Menyetujui
Bogor, Agustus 2007
Dra. Suliantari, MS
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
1. Kedua orang tua; Mamah dan Bapak tercinta, adik-adikku yang sangat
kusayang Rera dan Memey, dan seluruh keluarga penulis yang telah
mendukung dan mendoakan penulis selama ini sehingga membuat segalanya
lebih mudah.
2. Ibu Dra. Suliantari, MS, selaku dosen Pembimbing Akademik yang selama ini
telah banyak membantu dan mendukung penulis, memberikan kritik dan saran
bagi penulis dalam penelitian maupun penulisan karya tulis akhir ini.
3. Bapak Dr. Ir. Slamet Budijanto M.Agr dan Bapak Dr. Ir. Sukarno, MSc. atas
waktu dan kesediaannya sebagai dosen penguji.
4. Seluruh teman-teman seperjuangan ITP’40 yang telah memberikan banyak
kenangan indah.
5. Sahabat-sahabat terbaikku Ina, Andin, Dion, Tuti untuk kerjasama dan
kekompakannya selama ini.
6. Teman-teman satu lab, Beatrice, Eko, Mba Asih, Paula, Oneth, Papang,
Andal, Martin, Babeh, Mba Fany, Christine, Herher, Hayuning, Gilang.
Terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan yang diberikan selama
menjalani penelitian.
7. Teman-teman kost Windy (Tilo, Vina, Ika, Lichan, Nooy, Ekus, Maulita,
Endang, Rubi, Anis, Lesta, Primus, Eneng, Sari, Dewi). Terima kasih atas
dukungan dan doa’nya.
8. Teman-teman Balleboys (Denang, Ados, Arga, Adie, Yoga, Udjo, Arie,
Chusni, Sarwo). Tarima kasih atas bantuan, kebersamaan, dan keceriaan yang
telah diberikan.
9. Seluruh teknisi laboratorium dan karyawan Departemen ITP yang telah
banyak membantu penulis.
10. Pak Muchtadin, pak Misdi dan staf AJMP Fateta yang telah banyak membantu
penulis dalam mengurus administrasi selama di Fateta.
11. Pustakawan-pustakawan perpustakaan Fateta, PAU, dan LSI, terimakasih atas
segala bantuannya.
12. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan yang telah
memberikan ilmu dan mendukung kemajuan penulis.
13. Serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima
kasih atas bantuan sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh
sebab itu masukan dan kritik yang membangun selalu penulis tunggu. Akhir kata,
penulis berharap semoga karya tulis akhir ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makanan hasil fermentasi banyak digemari oleh masyarakat karena
rasanya yang khas. Makanan fermentasi yang terkenal dan sering dikonsumsi
yaitu tape, tempe, kecap, tauco dan oncom. Pengolahan pangan secara
fermentasi merupakan salah satu cara untuk mengawetkan makanan.
Produk-produk fermentasi dikelompokkan menjadi : 1) produk
makanan dengan nilai gizi tinggi, 2) produk makanan hasil proses fermentasi
asam, 3) produk di mana etanol merupakan hasil utama proses fermentasi, 4)
produk fermentasi yang dikonsumsi sebagai saus dan penyedap makanan.
Berdasarkan mikroorganisme yang aktif, produk-produk fermentasi ini dapat
dikelompokkan menjadi : 1) produk fermentasi khamir, 2) produk fermentasi
kapang, 3) produk fermentasi bakteri, 4) produk fermentasi campuran
(Rahman, 1992).
Berdasarkan pengelompokkan di atas, tape merupakan produk
fermentasi alkohol serta merupakan fermentasi campuran. Tape merupakan
makanan tradisional hasil fermentasi yang diperoleh dengan cara mengukus
bahan mentah, diinokulasikan dengan ragi tape, kemudian disimpan atau
diperam dalam jangka waktu tertentu pada suhu ruang. Tape ketan merupakan
salah satu produk tape dengan bahan dasar beras ketan yang kaya dengan pati.
Tape mempunyai tekstur yang lunak dan berair dengan rasa yang manis,
asam, dan sedikit bercitarasa alkohol. Kandungan alkohol pada tape yaitu
sekitar 3-5 % dengan pH sekitar 4 (Rahman, 1992).
Ragi tape mengandung tiga jenis mikroba, yaitu kapang, khamir, dan
bakteri. Menurut Suliantari dan Rahayu (1990), mikroba yang diduga paling
berperan dalam fermentasi tape adalah Amylomyces rouxii, Endomycopsis
burtonii dan Saccharomyces cereviciae. Selain itu ada pula bakteri asam
laktat (Pediococcus) dan bakteri amilolitik (Bacillus). Mikroorganisme yang
terdapat di dalam ragi berbeda-beda dan akan berpengaruh terhadap produk
yang dihasilkan. Masing-masing jenis ragi akan memberikan konsistensi, rasa,
aroma maupun flavor yang berbeda-beda.
Selama fermentasi, tape mengalami perubahan biokimiawi akibat
aktifitas mikroba. Perubahan yang terpenting adalah hidrolisis pati menjadi
glukosa dan maltosa, sehingga menghasilkan rasa manis. Hidrolisis sebagian
gula alkohol dan asam-asam organik dikatalisis oleh enzim yang dihasilkan
oleh mikroba.
Tape ketan yang dikemas daun jambu merupakan makanan khas dari
daerah Kuningan atau Cirebon, Jawa Barat yang memiliki tekstur dan aroma
yang disukai oleh konsumen. Namun bagi sebagian orang, tape tersebut masih
menjadi masalah karena kandungan alkohol yang terdapat di dalamnya. Selain
itu belum ada penelitian khusus mengenai pengaruh penyimpanan terhadap
mutu tape yang dihasilkan dan kandungan alkohol tape tersebut.
Kandungan alkohol pada tape ketan akan semakin meningkat dengan
semakin lamanya penyimpanan. Sebagian orang tidak mau mengkonsumsi
tape tersebut setelah lebih dari dua hari penyimpanan. Pada penelitian ini akan
dianalisis berapa lama waktu penyimpanan yang baik untuk tape ketan
tersebut, sehingga dapat diketahui sampai berapa lama tape ketan tersebut
masih aman untuk dikonsumsi.
B. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk memilih jenis ragi terbaik yang dapat
menghasilkan tape ketan yang paling disukai dan menentukan kondisi
penyimpanan terbaik yang dapat mempertahankan mutu tape ketan. Selain itu,
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perubahan-perubahan fisik dan
kimia yang terjadi selama penyimpanan, serta mengetahui penerimaan
konsumen terhadap mutu tape ketan selama penyimpanan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. BERAS KETAN
Beras ketan (Oryza sativa glutinosa) termasuk ke dalam famili
Graminae dan merupakan salah satu varietas dari padi (Grist, 1975). Beras
ketan mempunyai kadar amilosa sekitar 1-2%, sedangkan beras yang
mengandung amilosa lebih besar dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan
ketan (Winarno, 1986). Menurut Damardjati (1980), butir beras terdiri dari
endosperm, aleuron, dan embrio. Di dalam aleuron dan embrio terdapat
protein, lemak, mineral, dan beberapa vitamin, sedangkan pada bagian
endosperm hampir seluruhnya terdiri dari pati. Pati yang terdapat pada
endosperm, tidak seluruhnya terdiri dari granula pati, tetapi juga mengandung
pati terlarut, dekstrin, dan maltosa.
Beras ketan dapat dibedakan dari beras biasa, baik secara fisik maupun
secara kimia. Secara fisik, butir beras ketan berwarna oval, lunak, memiliki
warna putih di seluruh endospermnya, apabila dimasak, nasinya mempunyai
sifat mengkilap, lengket, serta kerapatan antar butir nasi tinggi sehingga
volume nasinya sangat kecil. Sedangkan butir beras biasa berwarna lebih
terang dan keras, serta memiliki warna putih pada bagian tengah beras. Selama
pertumbuhan butir beras, kandungan amilosa pada beras biasa akan
meningkat, sedangkan pada beras ketan kandungan amilosanya akan menurun
(Damardjati, 1980).
Beras ketan dibedakan menjadi dua macam, yaitu beras ketan putih
dan beras ketan hitam. Perbedaan beras ketan putih dengan beras ketan hitam
secara kimia dapat dilihat pada Tabel 1. Kandungan protein, air, dan vitamin
B1 pada beras ketan putih lebih tinggi dibandingkan dengan beras ketan
hitam. Kandungan karbohidrat dan kalsium beras ketan hitam lebih tinggi
dibandingkan dengan beras ketan putih. Sedangkan untuk lemak dan besi
mempunyai nilai yang sama untuk kedua jenis beras ketan. Protein yang
terdapat pada beras ketan yaitu oryzenin, sedangkan asam-asam lemak yang
paling banyak yaitu asam oleat, asam linolenat, dan asam palmitat. Beberapa
vitamin yang terdapat pada beras ketan yaitu thiamin, riboflavin, dan niasin.
Tabel 1. Komposisi kimia beras ketan*
2. Pembentukan Alkohol
Gula merupakan sumber energi bagi hewan dan tanaman. Kapang
memanfaatkan glukosa dan pati sebagai sumber karbon dalam
pembentukan etanol, sedangkan khamir lebih memanfaatkan glukosa
daripada pati sebagai sumber karbonnya. Menurut Saono (1981), kapang
memiliki kecepatan lebih besar daripada khamir dalam mengubah hasil
perombakan pati menjadi biomasa sel. Selanjutnya kapang dapat
memanfaatkan dengan baik glukosa dan pati sebagai sumber karbon dalam
pembentukan etanol dan biomasa. Khamir untuk keperluan yang sama
menggunakan glukosa lebih baik daripada pati.
Pemecahan asam piruvat menjadi etanol (etil alkohol) sering
disebut fermentasi alkohol. Selain etanol, dihasilkan juga CO2 (Winarno
dan Fardiaz, 1984). Enzim yang mampu mengubah glukosa menjadi
alkohol dan karbondioksida adalah enzim kompleks yang disebut Zimase,
dihasilkan oleh khamir S. cereviciae (Saono, 1981). Secara sederhana
proses hidrolisis glukosa menjadi etanol dapat dijelaskan melalui
persamaan Gay Lussac, yaitu :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
E. PENGAWETAN
B. METODE PENELITIAN
1. Penelitian pendahuluan
Tahap ini bertujuan untuk memilih jenis ragi yang dapat
menghasilkan tape yang paling disukai melalui uji organoleptik dan
selanjutnya ragi inilah yang akan digunakan dalam pembuatan tape untuk
penelitian tahap berikutnya. Ragi yang digunakan yaitu ragi cap Pasar
Gedang, ragi Pasar Anyar, dan ragi cap NKL, serta sebagai pembanding
adalah tape asli Kuningan. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji
hedonik terhadap atribut aroma, rasa, tekstur, penampakan, serta
keseluruhan tape dengan jumlah panelis sebanyak 30 orang.
Pembuatan Tape Ketan
Beras ketan dicuci sampai bersih, kemudian direndam dalam air
selama dua jam. Setelah itu, beras ketan dikukus selama satu jam dan
diaron, lalu dikukus kembali selama kurang lebih satu jam. Ketan yang
sudah dikukus kemudian didinginkan. Setelah dingin, kemudian ditaburi
ragi secara merata sebanyak 0.1%, yaitu 1 g untuk 1 kg beras ketan. Pada
konsentrasi 0.1% ternyata dapat menghasilkan tape ketan dengan tingkat
kemanisan yang disukai. Ketan yang telah ditaburi ragi dibungkus
dengan daun jambu dan disimpan dalam wadah tertutup, kemudian
diperam selama tiga hari.
2. Penelitian utama
Pada tahap ini akan dibuat tape ketan kembali menggunakan ragi
tape terpilih dari tahap pendahuluan kemudian tape ketan tersebut
disimpan pada dua jenis suhu penyimpanan, yaitu suhu kamar (25-300C)
dan suhu dingin (0-50C). Untuk suhu kamar, penyimpanan dilakukan
selama dua minggu dengan pengamatan pada hari ke-0, 3, 6, dan 14.
Untuk suhu dingin, penyimpanan dilakukan selama satu bulan dengan
pengamatan pada minggu ke-1, 2, 3, dan 4. Analisis kimia yang
dilakukan selama penyimpanan meliputi : total gula, total padatan
terlarut, kadar alkohol, total asam tertitrasi, dan kadar air. Selain itu pada
penelitian utama ini juga dilakukan uji organoleptik dan identifikasi
mikroba. Uji organoleptik yang dilakukan yaitu uji hedonik dengan 7
skala penilaian untuk mengetahui penerimaan konsumen selama
penyimpanan dengan jumlah panelis sebanyak 25 orang. Sedangkan
identifikasi mikroba dilakukan untuk mengetahui jenis mikroba yang
terdapat pada ragi tape, sehingga informasi ini dapat digunakan sebagai
saran dalam pemilihan jenis ragi yang dapat menghasilkan tape ketan
dengan citarasa dan aroma yang disukai.
C. METODE ANALISIS
1. Total Padatan Terlarut (Apriyantono et al., 1989)
Sekitar 10 gram contoh ditambahkan air destilata dengan
perbandingan 1 : 1. Campuran diaduk secara merata dan didiamkan
mengendap. Sedikit contoh kemudian diukur total padatan terlarutnya
mengggunakan refraktometer.
2. Total Asam Tertitrasi, Metode Titrasi (AOAC, 1995)
Sampel sebanyak 25 g diencerkan dalam labu takar 250 ml
kemudian disaring. Sebanyak 25 ml larutan dipipet dan dititrasi dengan
NaOH 0.1 M menggunakan indikator Fenolftalein. Hasil dinyatakan
dalam ml NaOH 0.1 M /100 ml bahan dengan rumus :
Total Asam Tertitrasi = V NaOH x N NaOH terstandarisasi x FP x 100
N NaOH x g sampel
A. PENELITIAN PENDAHULUAN
Tujuan dari penelitian pendahuluan adalah untuk memilih jenis ragi
tape terbaik yang dapat menghasilkan tape yang disukai oleh konsumen.
Pemilihan jenis ragi tape terbaik dilakukan melalui uji organoleptik yang
meliputi atribut aroma, rasa, tekstur, penampakan, serta overall. Uji
organoleptik dilakukan terhadap 30 orang panelis semi terlatih. Tape ketan
yang digunakan terdiri dari empat macam tape dengan penambahan ragi yang
berbeda. Tape ketan tersebut terdiri dari : Tape ketan asli Kuningan, Tape
ketan dengan penambahan ragi Pasar Gedang, Tape ketan dengan penambahan
ragi Pasar Anyar, dan Tape ketan dengan penambahan ragi NKL. Tape ketan
tersebut difermentasi selama 3 hari dengan menggunakan pembungkus daun
jambu. Karakteristik umum tape ketan yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Keterangan :
A = Tape ketan asli Kuningan
B = Tape ketan dengan penambahan ragi Pasar Gedang
C = Tape ketan dengan penambahan ragi Pasar Anyar
D = Tape ketan dengan penambahan ragi NKL
Penampakan = Semakin banyak (+), maka semakin basah
Aroma = Semakin banyak (+), maka semakin kuat
Tekstur = Semakin banyak (+), maka semakin lunak
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa secara umum, tape ketan yang
menghasilkan air paling banyak, aroma paling kuat, serta tekstur paling lunak
yaitu tape ketan dengan penambahan ragi NKL. Kadar air dapat
mempengaruhi tekstur tape yang dihasilkan karena semakin banyak
kandungan airnya, tekstur tape menjadi semakin lunak. Aroma berhubungan
dengan kandungan alkohol dimana kandungan alkohol semakin tinggi, aroma
yang dihasilkan juga semakin kuat. Ragi NKL menghasilkan cairan yang
paling banyak karena seperti diketahui ragi ini sering digunakan pada
pembuatan brem, sehingga dibutuhkan sari tape yang banyak.
1. Aroma
Nilai kesukaan terhadap aroma tape ketan berkisar antara netral
sampai suka (Gambar 1 dan Lampiran 1a). Nilai rata-rata yang diperoleh
yaitu : Tape A (asli Kuningan) sebesar 4.80, Tape B (ragi Pasar Gedang)
sebesar 4.90, Tape C (ragi Pasar Anyar) sebesar 5.13, dan Tape D (ragi
NKL) sebesar 4.63.
5,2 5,13
5,1
5
Nilai rata-rata aroma
4,9
4,9
4,8
4,8
4,7 4,63
4,6
4,5
4,4
4,3
A B C D
Jenis tape
2. Rasa
Rasa merupakan rangsangan yang dihasilkan oleh suatu produk yang
dapat dideteksi oleh indera pencicip (lidah). Nilai kesukaan terhadap rasa
tape ketan berkisar antara netral sampai suka (Gambar 2 dan Lampiran
1b). Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu : Tape A (asli Kuningan) sebesar
4.87, Tape B (ragi Pasar Gedang) sebesar 4.53, Tape C (ragi Pasar Anyar)
sebesar 5.30, dan Tape D (ragi NKL) sebesar 4.37.
6
5,3
4,87
5 4,53 4,37
Nilai rata-rata rasa
0
A B C D
Jenis tape
3. Tekstur
Nilai kesukaan terhadap tekstur tape ketan berkisar antara agak tidak
suka sampai suka (Gambar 3 dan Lampiran 1c). Nilai rata-rata yang
diperoleh yaitu : Tape A (asli Kuningan) sebesar 3.77, Tape B (ragi Pasar
Gedang) sebesar 5.20, Tape C (ragi Pasar Anyar) sebesar 5.57, dan Tape D
(ragi NKL) sebesar 4.87.
6 5,57
5,2
4,87
5
Nilai rata-rata tekstur
3,77
4
0
A B C D
Jenis tape
4. Penampakan
Nilai kesukaan terhadap penampakan tape ketan berkisar antara agak
tidak suka sampai suka (Gambar 4 dan Lampiran 1d). Nilai rata-rata yang
diperoleh yaitu : Tape A (asli Kuningan) sebesar 3.63, Tape B (ragi Pasar
Gedang) sebesar 5.07, Tape C (ragi Pasar Anyar) sebesar 5.13, dan Tape D
(ragi NKL) sebesar 4.63.
6
5,07 5,13
Nilai rata-rata penampakan
5 4,63
4 3,63
0
A B C D
Jenis tape
5. Keseluruhan (overall )
Nilai kesukaan terhadap overall tape ketan berkisar antara netral
sampai suka (Gambar 5 dan Lampiran 1e). Nilai rata-rata yang diperoleh
yaitu : Tape A (asli Kuningan) sebesar 4.20, Tape B (ragi Pasar Gedang)
sebesar 4.93, Tape C (ragi Pasar Anyar) sebesar 5.30, dan Tape D (ragi
NKL) sebesar 4.73.
6 5,3
4,93 4,73
5
0
A B C D
Jenis tape
B. PENELITIAN LANJUTAN
Pada penelitian lanjutan dibuat tape ketan kembali menggunakan ragi
tape terpilih dari penelitian pendahuluan yaitu ragi Pasar Anyar dan ragi Pasar
Gedang. Kedua tape ketan tersebut kemudian disimpan pada suhu ruang
dengan pengamatan pada hari ke-0, 3, 6, 14 dan suhu dingin dengan
pengamatan pada minggu ke-1, 2, 3, 4. Analisis yang dilakukan selama
penyimpanan yaitu analisis kimia dan uji organoleptik. Selain itu, dilakukan
pula identifikasi mikroba untuk mengetahui jenis mikroba yang terdapat pada
ragi Pasar Anyar dan Pasar Gedang.
1. Analisi Kimia
Analisis kimia yang dilakukan selama periode penyimpanan bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap sifat kimia tape
yang meliputi kadar gula total, total padatan terlarut, kadar alkohol, total
asam tertitrasi, dan kadar air. Selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji statistik untuk mengetahui pengaruhnya akibat
penyimpanan. Hasil analisis kimia yang telah dilakukan selama
penyimpanan (suhu ruang dan suhu dingin) adalah sebagai berikut :
a. Kadar Gula Total
Nilai kadar gula total untuk kedua tape ketan selama
penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4, Gambar 6 dan Gambar 7.
Tabel 4. Rata-rata pengukuran nilai total gula tape ketan ragi PA dan
ragi PG selama penyimpanan
90 83,38
80 76,05
Kadar gula total (%)
70
60 53,48
50 43,8
40 32,13
27,93
27,56 28,72
30
20
10
0
0 3 6 14
Lam a penyim panan (hari)
Gambar 6. Grafik perubahan kadar gula total tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu ruang
50 45,48
41,55 43,19
20
10
0
1 2 3 4
Lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 7. Grafik perubahan kadar gula total tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu dingin
Nilai kadar gula total dinyatakan dalam persen (%). Dari Tabel 4
dan Gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai kadar gula total untuk kedua tape
ketan mengalami peningkatan sampai hari ke-3 penyimpanan kemudian
menurun sampai hari ke-14. Penyimpanan suhu ruang berpengaruh nyata
terhadap nilai kadar gula total yang diperoleh (Lampiran 12 dan 13a).
Sedangkan nilai kadar gula total kedua tape ketan pada penyimpanan
suhu dingin mengalami fluktuasi (Gambar 7). Penyimpanan suhu dingin
tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar gula total yang diperoleh
(Lampiran 14 dan 15a). Hal ini disebabkan karena aktivitas dan
ketahanan mikroba pada kedua ragi berbeda.
Selama fermentasi, pati dipecah menjadi molekul-molekul
glukosa oleh enzim amiloglukosidase yang disebut tahap sakarifikasi
(Algaratman, 1977), sehingga meningkatkan kadar gula pereduksi tape.
Pada hari ke-3 penyimpanan, tingkat kemanisan tape ketan adalah paling
tinggi karena terjadi peningkatan kadar gula. Setelah 3 hari
penyimpanan, total gula mengalami penurunan, karena molekul-molekul
glukosa yang terbentuk dipecah lebih lanjut menjadi alkohol dan asam.
Hal ini juga disebabkan pada suhu ruang proses fermentasi terus
berlangsung tanpa adanya hambatan, sehingga mikroba-mikroba yang
terdapat pada ragi tape terutama dari golongan bakteri pembentuk asam
laktat bekerja lebih efektif.
b. Total Padatan Terlarut
Total Padatan Terlarut (TPT) tape ketan ragi PA yang disimpan
pada suhu ruang (14 hari) memiliki kisaran nilai rata-rata sebesar 35.5
sampai 40.80Brix dan untuk tape ketan ragi PG memiliki kisaran nilai
rata-rata sebesar 37.6 sampai 40.50Brix. Sedangkan yang disimpan pada
suhu dingin, nilai TPT untuk tape ketan ragi PA berkisar antara 37.4
sampai 39.90Brix, dan untuk tape ketan ragi PG berkisar antara 36.6
sampai 42.50Brix (Tabel 5, Gambar 8 dan Gambar 9).
Tabel 5. Rata-rata pengukuran nilai TPT tape ketan ragi PA dan ragi PG
selama penyimpanan
40,840,5
41 40
40 39,1
39 38,6
37,6
TPT (Brix)
38 37
37
36 35,5
35
34
33
32
0 3 6 14
Lam a penyim panan (hari)
Gambar 8. Grafik perubahan TPT tape ketan ragi PA dan ragi PG pada
suhu ruang
43 42,5
42
41 40,6
39,9 39,5
40 39,2
TPT (Brix)
39 38,6
38 37,4
37 36,6
36
35
34
33
1 2 3 4
Lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 9. Grafik perubahan TPT tape ketan ragi PA dan ragi PG pada
suhu dingin
Dari Tabel 5 dan Gambar 8 dapat dilihat bahwa nilai TPT untuk
kedua jenis tape selama penyimpanan pada suhu ruang terjadi penurunan
dengan semakin lamanya penyimpanan. Berdasarkan hasil uji statistik
(Lampiran 12 dan 13b), penyimpanan suhu ruang tidak berpengaruh
nyata terhadap nilai TPT (p>0.05). Sedangkan tape ketan yang disimpan
pada suhu dingin menghasilkan nilai yang bervariasi (Gambar 9).
Penyimpanan suhu dingin tidak berpengaruh nyata terhadap nilai TPT
yang diperoleh (Lampiran 14 dan 15b).
Total Padatan Terlarut pada suatu bahan pangan merupakan
komponen yang terdiri dari sebagian besar gula dan komponen–
komponen bahan pangan lain. Dengan semakin lamanya penyimpanan,
total gula akan semakin menurun, karena sebagian gula akan diubah
menjadi asam-asam organik, sehingga akan menurunkan nilai TPT.
Penurunan kadar gula tidak selalu mengakibatkan penurunan nilai TPT
karena padatan yang terdapat pada tape tidak hanya komponen gula, ada
komponen protein, lemak, asam-asam organik yang ikut larut di
dalamnya.
c. Kadar Alkohol
Kadar alkohol memegang peranan penting dalam proses
fermentasi karena berhubungan dengan penerimaan konsumen. Produk
dengan kadar alkohol yang semakin tinggi akan menyebabkan
penerimaan konsumen menjadi berkurang. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa kadar alkohol untuk kedua tape ketan selama
penyimpanan (suhu ruang dan dingin) mengalami peningkatan (Tabel 6,
Gambar 10 dan Gambar 11).
Tabel 6. Rata-rata pengukuran nilai kadar alkohol tape ketan ragi PA
dan ragi PG selama penyimpanan
4
4
3,5
Kadar alkohol (%)
3 2,8
2,5
1,9 2
2
1,6
1,5 1,4
1 1,1
1
0,5
0
0 3 6 14
Lam a penyim panan (hari)
Gambar 10. Grafik perubahan kadar alkohol tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu ruang
2,5
2,5
2,1 2,1 2,1
2 2
2
0,5
0
1 2 3 4
Lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 11. Grafik perubahan kadar alkohol tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu dingin
Total asam
100 89,36
80 70,48
60 54,33 55,88
41,08
40,54
40
20
0
0 3 6 14
Lam a penyim panan (hari)
Gambar 12. Grafik perubahan total asam tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu ruang
100 95,79
87,92
80,66
80
60,44
Total asam
58,78
55,82 55,19
60 50,42
40
20
0
1 2 3 4
Lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 13. Grafik perubahan total asam tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu dingin
Gambar 14. Grafik perubahan kadar air tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu ruang
70 63,6
60 55,33 55,86 56,63 55,6
52,01 53,15 50,76
50
Kadar air (%)
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 15. Grafik perubahan kadar air tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu dingin
Nilai kadar air untuk kedua tape ketan pada penyimpanan suhu
ruang mengalami peningkatan (Tabel 8 dan Gambar 14). Sedangkan tape
ketan yang disimpan pada suhu dingin memiliki nilai yang bervariasi
(Tabel 8 dan Gambar 15). Dari uji statistik, penyimpanan (suhu ruang
dan suhu dingin) tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air
(p>0.05).
Selama penyimpanan, air yang dihasilkan tape ketan semakin
banyak, sehingga kadar air tape semakin tinggi. Hal ini juga disebabkan
karena pada suhu ruang, proses fermentasi tidak mengalami
penghambatan sehingga air yang terbentuk semakin banyak. Proses
fermentasi juga dilakukan pada wadah tertutup sehingga air tidak
mengalami penguapan. Molekul-molekul air merupakan hasil samping
dari proses fermentasi yang terjadi (Winarno dan Fardiaz, 1984).
Nilai kadar air yang bervariasi pada penyimpanan suhu dingin
disebabkan karena sebagian uap air yang keluar dari bahan kemungkinan
mengalami kondensasi karena terdapat sirkulasi udara di dalam
pendingin. Uap air yang mengembun yaitu dalam bentuk butir-butir air
dan akan menempel di atas permukaan jaringan tape sehingga kadar air
kemungkinan berkurang ataupun meningkat (Jonsen, 1984).
2. Hasil Analisis Organoleptik
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen
terhadap mutu tape ketan selama penyimpanan yang meliputi aroma, rasa,
tekstur, penampakan, serta overall tape ketan. Uji organoleptik ini dilakukan
oleh 25 orang panelis semi terlatih. Panelis diminta tanggapan mengenai
kesukaannya terhadap tape ketan selama penyimpanan sampai tape ketan
tersebut tidak dapat diterima. Uji organoleptik yang dilakukan pada suhu
ruang yaitu sampai hari ke-3 penyimpanan, sedangkan untuk suhu dingin
yaitu sampai minggu ke-4, karena setelah 3 hari dan 4 minggu penyimpanan,
tape ketan sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
a. Aroma
Nilai kesukaan terhadap aroma tape ketan ragi PA meningkat
selama penyimpanan dan berada antara 4.90-5.24 yaitu netral sampai
suka, sedangkan terhadap tape ketan ragi PG menurun selama
penyimpanan dan berada antara 5.26-5 yaitu agak suka sampai suka
(Gambar 16). Kesukaan panelis pada H0 dan H3 tidak berbeda nyata
(Lampiran 20 dan 21a), sehingga penyimpanan tidak berpengaruh nyata
terhadap kesukaan panelis (p>0.05).
.
5,26 5,24
5,3
4,7
0 3
lam a penyim panan (hari)
Gambar 16. Hasil uji organoleptik aroma tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu ruang
5,2 5,16
5 5,02
nilai rata-rata aroma
5
4,8 4,8
4,8
4,62 4,56
4,6
4,4 4,34
4,2
4
3,8
1 2 3 4
lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 17. Hasil uji organoleptik aroma tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu dingin
Secara umum, kesukaan panelis terhadap atribut aroma tape
ketan ragi PA pada suhu ruang lebih tinggi dibandingkan tape ketan ragi
PG. Panelis lebih menyukai aroma tape ketan ragi PA dengan kadar
alkohol (Tabel 6) dan total asam (Tabel 7) yang lebih tinggi. Hal ini
berarti peningkatan kadar alkohol dan total asam dapat meningkatkan
kesukaan terhadap aroma tape.
Menurut Winarno (1997), aroma menentukan kelezatan dari
suatu produk. Aroma terjadi karena adanya sejumlah komponen volatil
yang berasal dari produk tersebut yang dapat terdeteksi oleh indera
pembau (Rachmawati, 2001). Aroma tape berhubungan dengan total
asam dan kadar alkohol yang dihasilkan. Asam-asam tersebut dihasilkan
pada proses fermentasi lebih lanjut seperti asam asetat dan asam-asam
organik lainnya (Wood, 1998).
Menurut Supriyantono (1995), aroma tape yang kuat disebabkan
oleh sejumlah senyawa pembentuk aroma yang terdapat dalam jumlah
besar. Senyawa-senyawa pembentuk aroma tersebut banyak terbentuk
selama proses fermentasi berlangsung yaitu dari hasil hidrolisa glukosa
dan oksidasi alkohol pada tape dan mempunyai sifat yang volatil.
b. Rasa
Rasa dapat dinilai karena adanya tanggapan rangsangan kimiawi
oleh indera pencicip (lidah) yang meliputi kesatuan interaksi antara sifat-
sifat aroma dan tekstur serta dapat mempengaruhi penilaian konsumen
terhadap suatu produk (Martini, 2002). Nilai kesukaan terhadap rasa tape
ketan ragi PA dan ragi PG pada suhu ruang semakin menurun dengan
semakin lamanya penyimpanan. Nilai kesukaan tape ketan ragi PA
berada antara 3.94-4.70 (agak tidak suka sampai agak suka), sedangkan
nilai kesukaan terhadap tape ketan ragi PG berada antara 4.76-5.18 yaitu
berkisar antara netral sampai suka (Gambar 18). Berdasarkan uji
statistik, penyimpanan suhu ruang berpengaruh nyata terhadap kesukaan
tape ketan ragi PA tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan
tape ketan ragi PG.
6 5,18
4,7 4,76
5
0
0 3
lam a penyim panan (hari)
Gambar 18. Hasil uji organoleptik rasa tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu ruang
Nilai kesukaan terhadap rasa tape ketan ragi PA pada suhu dingin
berada antara 3.50-5.00 yaitu agak tidak suka sampai agak suka,
sedangkan nilai kesukaan terhadap tape ketan ragi PG berada antara
3.58-5.28 yaitu agak suka sampai suka (Gambar 19). Nilai kesukaan
panelis semakin menurun dengan semakin lamanya penyimpanan. Dari
uji statistik (Lampiran 22 dan 23b), penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap kesukaan panelis (p<0.05). Selanjutnya dengan uji wilayah
berganda Duncan menunjukkan kesukaan panelis pada minggu ke-4
berbeda sangat nyata dengan penyimpanan lainnya dan penyimpanan
pada minggu ke-4 mempunyai nilai kesukaan paling rendah.
6
5,28
5
5 4,7 4,92 4,564,56
nilai rata-rata rasa
4 3,5 3,58
3
0
1 2 3 4
lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 19. Hasil uji organoleptik rasa tape ketan ragi PA dan ragi PG
pada suhu dingin
Rasa tape berhubungan dengan alkohol, asam, dan gula yang
dihasilkan selama proses fermentasi. Selama penyimpanan terjadi
perubahan rasa tape dari manis menjadi asam dan alkohol. Menurut
Widowati (1993), semakin lama penyimpanan, perubahan rasa yang
terjadi semakin besar yang disebabkan oleh hilangnya senyawa penting
pembentuk rasa melalui volatilisasi, oksidasi, kondensasi, dan reaksi
kimia lainnya.
Rasa tape mengalami perubahan yaitu menjadi asam setelah 3
hari penyimpanan, sedangkan pada suhu dingin keasaman terjadi setelah
4 minggu penyimpanan. Pada suhu ruang, keasaman yang terjadi lebih
cepat dibandingkan dengan pada suhu dingin, karena pada suhu ruang
proses fermentasi terus berlangsung, sehingga pembentukan asam terus
berlanjut.
Selama 3 hari penyimpanan, kesukaan panelis terhadap rasa
berkurang, hal ini disebabkan produksi asam dan alkohol yang terus
meningkat padahal menurut analisis kimia yang telah dilakukan, total
gula yang paling tinggi yaitu pada hari ke-3, artinya tingkat
kemanisannya paling tinggi. Kemungkinan asam dan alkohol yang terus
meningkat tersebut lebih menutupi rasa manis, sehingga panelis lebih
mendeteksi rasa asam dan alkohol yang menyengat dibandingkan rasa
manisnya.
c. Tekstur
Nilai kesukaan terhadap tekstur tape ketan ragi PA selama
penyimpanan suhu ruang semakin meningkat, sedangkan terhadap tape
ketan ragi PG menurun (Gambar 20).
4,98
5
3,8
0 3
lam a penyim panan (hari)
Gambar 20. Hasil uji organoleptik tekstur tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu ruang
5 4,9
4,2
4
1 2 3 4
lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 21. Hasil uji organoleptik tekstur tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu dingin
5,1 5,06
5,2
5
4,8
nilai rata-rata
penampakan
4,6 4,46
4,32
4,4
4,2
4
3,8
0 3
lam a penyim panan (hari)
Gambar 22. Hasil uji organoleptik penampakan tape ketan ragi PA dan
ragi PG pada suhu ruang
5,08
5,1
5
nilai rata-rata penampakan
5 4,96
4,9 4,82 4,8
4,8 4,74
4,7 4,66
4,62
4,6
4,5
4,4
4,3
1 2 3 4
lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 23. Hasil uji organoleptik penampakan tape ketan ragi PA dan
ragi PG pada suhu dingin
Dari Gambar 22 dapat dilihat bahwa nilai kesukaan terhadap tape
ketan ragi PA berada antara 4.32-4.46 (netral sampai agak suka),
sedangkan nilai kesukaan terhadap tape ketan ragi PG berada antara
5.06-5.10 (agak suka sampai suka). Dari uji statistik (Lampiran 20 dan
21d), penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis
(p>0.05).
Nilai kesukaan terhadap penampakan tape ketan ragi PA pada
suhu dingin berada antara 4.62-4.96 yaitu berkisar antara netral sampai
agak suka, sedangkan nilai kesukaan terhadap tape ketan ragi PG berada
antara 4.66-5.08 yaitu berkisar antara netral sampai suka (Gambar 23).
Dari uji statistik (Lampiran 22 dan 23d), penyimpanan suhu dingin tidak
berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis (p>0.05). Selanjutnya
dengan uji wilayah berganda Duncan, kesukaan panelis terhadap kedua
tape ketan selama 4 minggu penyimpanan tidak berbeda nyata. Secara
umum nilai kesukaan panelis terhadap tape ketan ragi PG lebih tinggi
dibandingkan dengan tape ketan ragi PA (suhu ruang dan suhu dingin).
Penampakan tape ketan meliputi warna, kekusaman, dan
kelicinan. Selama penyimpanan, telah terjadi perubahan kimia dan
aktivitas mikroba yang berpengaruh terhadap sifat-sifat fisik seperti
bentuk, ukuran, keseragaman, dan lain-lain (Sulistioning, 1995).
Warna tape ketan mengalami perubahan setelah 3 hari
penyimpanan pada suhu ruang dan 4 minggu penyimpanan pada suhu
dingin. Perubahan warna yang terjadi yaitu warna tape menjadi kusam
dan tidak segar. Perubahan warna tersebut dikarenakan terjadinya
degradasi komponen selama fermentasi yang mengakibatkan tekstur
menjadi lunak, sehingga mempengaruhi warna tape menjadi kusam dan
tidak segar. Kekusaman tape tersebut dikarenakan degradasi jaringan
tape yang disertai dengan kerusakan pigmen tape (Jonsen, 1984).
Degradasi jaringan disebabkan karena proses pengeringan lapisan
luar tape yang berlangsung cepat. Degradasi sangat berpengaruh
terhadap keutuhan jaringan dan penampakan luar tape ketan. Pada suhu
dingin, proses fermentasi terhambat sehingga proses degradasipun
terhambat dan dapat mempertahankan kesegaran tape sampai minggu ke-
4 penyimpanan.
Kelicinan tape terjadi setelah 6 hari dan 4 minggu penyimpanan.
Kelicinan tersebut disebabkan karena cairan kental yang terbentuk
selama fermentasi. Cairan kental tersebut merupakan cairan hasil
perombakan pati dan membentuk larutan yang kental. Selain itu,
kelicinan juga dapat disebabkan karena lendir yang diproduksi oleh
mikroba pembentuk lendir (Jonsen, 1984).
e. Overall
Parameter overall (keseluruhan) merupakan parameter
penerimaan umum yang dilakukan untuk mengetahui penerimaan
konsumen secara menyeluruh terhadap suatu produk (Martini, 2002).
Nilai kesukaan terhadap overall tape ketan ragi PA pada suhu ruang
berada antara 4.42-4.62 yaitu netral sampai agak suka, sedangkan
terhadap tape ketan ragi PG berada antara 4.98-5.18 yaitu netral sampai
suka. Nilai kesukaan terhadap overall tape ketan ragi PA pada suhu
dingin berada antara 3.96-4.92 yaitu agak tidak suka sampai agak suka,
sedangkan terhadap tape ketan ragi PG berada antara 3.98-5.22 yaitu
agak tidak suka sampai suka (Gambar 24 dan Gambar 25).
5,18
5,2
4,98
5
nilai rata-rata overall
4,8 4,62
4,6 4,42
4,4
4,2
4
0 3
lam a penyim panan (hari)
Gambar 24. Hasil uji organoleptik overall tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu ruang
6
5,22
4,92 4,7 4,8
5 4,68 4,8
0
1 2 3 4
lam a penyim panan (m inggu)
Gambar 25. Hasil uji organoleptik overall tape ketan ragi PA dan ragi
PG pada suhu dingin
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa kedua jenis ragi tape
tersebut mengandung dua jenis mikroba yaitu kapang dan khamir. Identifikasi
kapang dilakukan dengan melihat morfologinya secara mikroskopik.
Berdasarkan hasil pengamatan, kapang yang dihasilkan mempunyai ciri-ciri
hifa nonseptat, sporangiofora tumbuh pada seluruh bagian miselium dengan
bentuk sederhana atau bercabang, kolumela berbentuk bulat silinder, spora
halus dan teratur, serta tidak membentuk stolon dan rhizoid. Kapang yang
terdapat pada kedua ragi tersebut adalah Mucor sp. (Gambar 26 dan Gambar
28). Akan tetapi pertumbuhan kapang Mucor sp pada ragi PA sedikit
terhambat sehingga spora tidak terlihat jelas.
Beberapa spesies Mucor berperan dalam fermentasi makanan,
misalnya dalam pembuatan keju Gammelost (Fardiaz, 1992). Spesies yang
umum ditemukan adalah M. rouxii dan M. racemosus. M. Rouxii sering
digunakan dalam proses sakarifikasi pati. Mucor juga disebut fungi dimorfik
karena dapat berubah dari bentuk filamen menjadi bentuk seperti khamir.
Pertumbuhannya yang menyerupai khamir dirangsang jika kondisinya
anaerobik dan dengan adanya CO2. Ciri-ciri spesifik Mucor adalah sebagai
berikut (Fardiaz, 1992) : 1) Memiliki hifa nonseptat, 2) Sporangiofora tumbuh
pada seluruh bagian miselium, bentuknya sederhana atau bercabang, 3)
Kolumela berbentuk bulat, silinder atau seperti buah advokat, 4) Spora halus
dan teratur. Kapang Mucor bersifat amilolitik yaitu berperan dalam proses
sakarifikasi dan produksi cairan, sehingga menghasilkan tape yang manis dan
berair (Saono, 1981).
Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang
1-5 µm sampai 20-50 µm, dan lebar 1-10 µm (Fardiaz, 1992). Bentuk sel
khamir bermacam-macam, yaitu bulat, oval, silinder, ogival yaitu bulat
panjang dengan salah satu ujung runcing, segitiga melengkung (triangular),
berbentuk botol, bentuk apikulat atau lemon, membentuk pseudomiselium,
dan sebagainya. Sel khamir yang ditemukan pada ragi PA (Gambar 27)
berbentuk bulat dan memiliki pseudomiselium, sedangkan sel khamir yang
ditemukan pada ragi PG memiliki bentuk bulat dan tidak memiliki
pseudomiselium (Gambar 29). Jenis khamir yang terdapat pada ragi PA yaitu
Candica sp, sedangkan khamir yang terdapat pada ragi PG yaitu
Saccharomyces sp.
Gesang (1983) mengidentifikasi jenis khamir yang ada pada ragi tape
yaitu Candida sp dengan ciri-ciri membentuk pseudomiselium. Begitupula
Dewi (1980) yang mengidentifikasi khamir pembebas HCN dari ragi tape
yaitu jenis Candida sp dengan ciri-ciri membentuk pseudomiselium dengan
jumlah banyak dan melakukan pertunasan multipolar (Gambar 33).
Sel khamir yang termasuk Saccharomyces mungkin berbentuk bulat,
oval, atau memanjang dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz,
1992). Reproduksi khamir ini dilakukan dengan cara pertunasan multipolar
atau melalui pembentukan askospora. Saccharomyces bersifat fermentatif kuat
dan dapat memfermentasi glukosa lebih cepat daripada fruktosa (Reed, 1991).
Spesies yang paling umum digunakan dalam industri makanan adalah
Saccharomyces cerevisiae, misalnya dalam pembuatan roti dan produksi
alkohol, anggur, brem. S. cerevisiae var. ellipsoideus adalah galur yang
memproduksi alkohol dalam jumlah tinggi sehingga sering digunakan dalam
produksi alkohol, anggur, dan minuman keras. S. carlsbergensis yaitu khamir
yang digunakan dalam pembuatan bir. S. fragilis dan S. lactis dapat
melakukan fermentasi terhadap laktosa, penting dalam industri susu atau
produk-produk susu. Spesies lainnya yaitu S. rouxii dan S. mellis yang bersifat
osmofilik.
Sel Candida tumbuh membentuk pseudomiselium atau hifa yang
mengandung banyak sel-sel tunas atau disebut blastospora, dan mungkin
membentuk khlamidospora (Fardiaz, 1992). Khamir ini termasuk ke dalam
fungi imperfekti karena tidak membentuk spora (asporogenous), melakukan
reproduksi vegetatif multipolar dan bersifat fermentasi lemah. Menurut Reed
(1991), Candida dapat memproduksi alkohol sebesar 10% dan memfermentasi
fruktosa lebih cepat daripada glukosa. Beberapa spesies Candida digunakan
dalam industri diantaranya C. krusei digunakan dalam pembuatan protein sel
tunggal atau biasa ditambahkan pada kultur laktat untuk mempertahankan
aktivitas bakteri asam laktat. Spesies Candida yang biasa ada pada ragi tape
yaitu (Saono, 1981): C. guillermondii, C. humicola, C. intermedia, C.
japonica, C. lactosa, C. melinii, C. mycoderma, C. parapsilosis var
intermedia, C. pelliculosa, C. coloni.
Khamir Saccharomyces berperan dalam pembentukan alkohol yang
terbesar, sedangkan khamir Candida berperan dalam pembentukan aroma
spesifik (Saono, 1981). Dalam kondisi baik, Saccharomyces mampu
memproduksi etanol sebanyak 18-20% (Ko, 1982). Menurut Reed (1991),
beberapa spesies Candida dapat memproduksi alkohol dalam jumlah yang
kecil yaitu sekitar 10% dari volume total.
Tape ketan ragi PA yang mengandung khamir Saccharomyces dapat
menghasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi dibandingkan tape ketan ragi
PG, akan tetapi berdasarkan hasil analisis kimia, kadar alkohol tape ketan ragi
PG lebih rendah dibandingkan tape ketan ragi PA. Hal ini diduga karena
perbedaan aktivitas mikroba yang terdapat pada masing-masing ragi.
Perbedaan aktivitas tersebut diduga karena perbedaan umur simpan ragi.
Menurut Umaryadi (1998), umur simpan ragi yang disimpan pada suhu kamar
yaitu sekitar satu bulan, sedangkan yang disimpan pada suhu dingin dapat
bertahan sampai 2-3 bulan. Semakin lama penyimpanan, aktivitas ragi menjadi
berkurang. Kemungkinan ragi tape PG telah mengalami penyimpanan yang
cukup lama sehingga aktivitasnya berkurang.
Khamir Candida yang terdapat pada ragi PA dapat menghasilkan tape
dengan aroma yang lebih disukai dibandingkan dengan ragi PG. Berdasarkan
uji organoleptik yang telah dilakukan, kesukaan panelis terhadap aroma tape
ketan ragi PA selama penyimpanan semakin meningkat , sedangkan terhadap
tape ketan ragi PG menurun.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian pendahuluan, jenis ragi tape terbaik yang dapat
menghasilkan tape ketan yang paling yang disukai yaitu ragi Pasar Anyar (PA)
dan ragi Pasar Gedang (PG) dengan nilai rata-rata kesukaan paling tinggi
(aroma, rasa, tekstur, penampakan, overall). Tape ketan yang dihasilkan dari
kedua jenis ragi tersebut memiliki rasa manis, asam dan alkohol yang paling
disukai dibandingkan kedua jenis tape ketan lainnya.
Tape ketan dapat diterima sampai 3 hari penyimpanan (suhu ruang)
dengan rata-rata kadar alkohol sebesar 1.4% (tape ketan ragi PA) dan 1.9%
(tape ketan ragi PG). Pada suhu dingin, tape ketan dapat diterima sampai 4
minggu penyimpanan dengan rata-rata kadar alkohol sebesar 2.5% (tape ketan
ragi PA) dan 2.1% (tape ketan ragi PG).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penyimpanan
diketahui bahwa kerusakan tape terjadi setelah 3 hari (suhu ruang) dan 4
minggu (suhu dingin) penyimpanan, yaitu timbul aroma asam yang menyengat
dan busa pada cairan tape yang cukup banyak. Tape ketan yang layak
dikonsumsi yaitu sampai 3 hari pada suhu ruang dan 4 minggu pada suhu
dingin. Kondisi penyimpanan terbaik yaitu pada suhu dingin karena dapat
mempertahankan mutu tape ketan hingga 4 minggu penyimpanan.
Pada penyimpanan suhu ruang (tape ketan ragi PA dan ragi PG), nilai
TPT mengalami penurunan, sedangkan nilai kadar air, kadar alkohol, dan total
asam meningkat. Nilai total gula untuk kedua tape meningkat sampai hari ke-3
dan menurun sampai hari ke-14. Pada penyimpanan suhu dingin (tape ketan
ragi PA dan ragi PG), nilai kadar alkohol meningkat dengan semakin lamanya
penyimpanan, sedangkan nilai TPT, kadar air, dan total asam yang bervariasi.
Nilai total gula tape ketan ragi PA mengalami penurunan, sedangkan tape
ketan ragi PG bervariasi.
Berdasarkan uji statistik, penyimpanan suhu ruang berpengaruh nyata
terhadap nilai kadar alkohol dan total gula tape ketan ragi PA dan PG, serta
total asam tape ketan ragi PA (p<0.05), dan tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai TPT, kadar air tape ketan ragi PA dan PG, serta total asam tape ketan ragi
PG (p>0.05). Sedangkan penyimpanan suhu dingin tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai TPT, kadar air, kadar alkohol, total asam, dan total gula tape
ketan ragi PA dan PG (p>0.05).
Penyimpanan suhu ruang tidak berpengaruh nyata terhadap aroma,
tekstur, penampakan, serta overall dan berpengaruh nyata terhadap rasa tape
ketan ragi PA. Untuk tape ketan ragi PG, penyimpanan suhu ruang tidak
berpengaruh nyata terhadap aroma, rasa, tekstur, penampakan, serta overall.
Sedangkan penyimpanan suhu dingin tidak berpengaruh nyata terhadap aroma,
tekstur, penampakan, dan berpengaruh nyata terhadap rasa serta overall kedua
jenis tape ketan. Secara umum, kesukaan panelis terhadap tape ketan ragi PG
lebih tinggi dibandingkan dengan tape ketan ragi PA.
Hasil identifikasi mikroba dapat diketahui bahwa ragi tape PA dan ragi
tape PG tersebut mengandung dua jenis mikroba yaitu kapang dan khamir.
Kapang yang terdapat pada kedua ragi adalah Mucor sp. Khamir yang terdapat
pada ragi PA adalah Candida sp, sedangkan yang terdapat pada ragi PG
adalah Saccharomyces sp.
B. SARAN
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlunya
dilakukan penelitian lebih lanjut pembuatan tape ketan dari berbagai jenis ragi
tape sehingga diperoleh tape ketan dengan kadar alkohol yang rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. L. S. 1980. Isolasi Khamir Pembebas HCN Dari Ragi Tape. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Gesang, M. 1983. Pengaruh Varietas Ubi Kayu, Pengenceran Dan Jenis Khamir
Pada Fermentasi Alkohol Dari Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz).
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Jonsen. 1984. Mempelajari Penyimpanan Tape Ubi Kayu (Manihot sp) Sebagai
Bahan Mentah Untuk Industri. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB,
Bogor.
Martini, T. 2002. Kajian Pembuatan Tepung Cake Tape Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz) Instan Dan Penerimaan Konsumen Terhadap Mutu
Organoleptik Cake. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Rachmawati, N. 2001. Pengaruh Penambahan Tape Dan Tepung Tape Ubi Kayu
(Manihot Esculenta Crantz) Terhadap Mutu Organoleptik Dan Umur
Simpan Cake Tape Sebagai Salah Satu Untuk Memanfaatkan Dan
Meningkatkan Nilai Produk Tradisional. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB, Bogor.
Reed, G. dan W. N. Tilak. 1991. Yeast Technology. 2nd Edition. Published by Van
Nostrand Reinhold, New York.
Sulistioning, R. 1995. Pembuatan Dan Optimasi Formula Roti Tawar Dan Roti
Manis Skala Kecil. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Umaryadi, E. 1998. Mempelajari Sifat Fisik Dan Kimia Tepung Tape Ubi Kayu.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Widowati. 1993. Studi Tentang Pengaruh Jenis Plastik Dan Teknik Pengemasan
Terhadap Umur Simpan Roti Tawar. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. IPB, Bogor.
Winata, C. 1991. Hidrolisa Pati Oleh Enzim Amilolitik Malt Dalam Fermentasi
Tape Ketan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Absorbansi 0.098 0.097 0.514 0.526 0.316 0.257 0.238 0.266 0.094 0.095 0.534 0.540 0.217 0.210 0.272 0.316
Total gula (%) 26.66 29.26 70.63 81.47 54.17 52.78 30.62 33.63 27.64 27.48 82.15 84.60 42.66 44.94 20.65 36.79
Lampiran 3. Rekapitulasi analisis kadar gula total selama penyimpanan suhu dingin
Absorbansi 0.235 0.268 0.294 0.312 0.256 0.279 0.319 0.154 0.229 0.271 0.287 0.300 0.295 0.278 0.269 0.287
Total gula (%) 46.71 46.41 40.76 42.34 33.06 36.79 32.05 39.28 28.77 46.15 28.74 41.12 45.42 40.95 35.60 33.99
60
Lampiran 4. Rekapitulasi analisis total padatan terlarut selama penyimpanan suhu ruang
Lampiran 5. Rekapitulasi analisis total padatan terlarut selama penyimpanan suhu dingin
62
Lampiran 6. Rekapitulasi analisis kadar alkohol selama penyimpanan suhu ruang
63
Keterangan :
Alkohol terbaca merupakan kadar alkohol yang terbaca pada alkohol meter, dengan satuan % v/v
Sampel yang digunakan yaitu 200 gram untuk menghasilkan cairan tape sebanyak 100 ml.
Kadar alkohol sampel = kadar alkohol terbaca x 100%
200 g
= 2 x 100%
200
= 1%
Lampiran 8. Rekapitulasi analisis total asam tertitrasi selama penyimpanan suhu ruang
ml NaOH terpakai 0.2 0.2 0.5 0.4 0.6 0.6 0.8 0.8 0.2 0.2 0.3 0.3 0.3 0.2 0.3 0.2
TAT 40.47 40.38 77.55 101.17 117.51 118.89 155.07 161.47 41.72 40.43 48.58 60.07 53.17 58.59 61.22 79.74
64
Lampiran 9. Rekapitulasi analisis total asam tertitrasi selama penyimpanan suhu dingin
ml NaOH terpakai 0.3 0.3 0.2 0.2 0.4 0.5 0.3 0.4 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 0.4 0.3 0.3
TAT 51.10 60.54 50.75 59.63 95.41 80.42 112.57 79.01 57.02 60.54 40.39 60.45 80.25 81.07 60.59 60.28
Contoh perhitungan :
65
Contoh perhitungan:
Diperoleh persamaan kurva standar hubungan absorbansi (y) dengan bobot glukosa standar (x) yaitu: y = 3.990x - 0.1426
Misal untuk kadar gula total tape ketan ragi PA pada hari ke 0 ulangan 2:
0.097 = 3.990x - 0.1426
x = 6.005012531 x 10-5
Kadar gula total = 6.005012531 x 10-5 x 5000 x 100%
1.0260
= 29.26%
61
Misal TAT untuk tape ketan ragi PA hari ke-0 ulangan 2 : N NaOH yang diperoleh sebesar 0.1015 N, volume yang terpakai untuk
mentitrasi sampel sebanyak 0.2 ml, bobot sampel yang ditimbang sebanyak 5.0275 gram.
Lampiran 10. Rekapitulasi analisis kadar air selama penyimpanan suhu ruang
Lampiran 11. Rekapitulasi analisis kadar air selama penyimpanan suhu dingin
66
67
Lampiran 12. Hasil uji statistik analisis kimia tape P.Anyar pd Suhu Ruang
a. Total Gula
Tests of Between-Subjects Effects
b. TPT
Tests of Between-Subjects Effects
c. Kadar Alkohol
Tests of Between-Subjects Effects
d. Total Asam
Tests of Between-Subjects Effects
e. Kadar Air
Tests of Between-Subjects Effects
Lampiran 13. Hasil uji statistik analisis kimia tape P.Gedang pd Suhu Ruang
a. Total Gula
b. TPT
Tests of Between-Subjects Effects
c. Kadar Alkohol
Tests of Between-Subjects Effects
d. Total Asam
Tests of Between-Subjects Effects
e. Kadar Air
Tests of Between-Subjects Effects
Lampiran 14. Hasil uji statistik analisis kimia tape P.Anyar pd Suhu Dingin
a. Total Gula
Tests of Between-Subjects Effects
b. TPT
Tests of Between-Subjects Effects
c. Kadar Alkohol
Tests of Between-Subjects Effects
d. Total Asam
Tests of Between-Subjects Effects
e. Kadar Air
Tests of Between-Subjects Effects
Lampiran 15. Hasil uji statistik analisis kimia tape P.Gedang pd Suhu Dingin
a. Total Gula
b. TPT
Tests of Between-Subjects Effects
c. Kadar Alkohol
Tests of Between-Subjects Effects
d. Total Asam
Tests of Between-Subjects Effects
e. Kadar Air
Tests of Between-Subjects Effects
Lampiran 16. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Tape “Pasar Anyar” Suhu
Ruang
Lampiran 18. Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Tape “Pasar Anyar” Pada
Suhu Dingin
Lampiran 18a. Uji hedonik rating untuk atribut aroma
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Panelis
1 2 1 2 1 2 1 2
1 5 2 4 4 4 5 5 3
2 5 3 4 3 4 6 2 6
3 4 5 6 6 4 5 4 1
4 3 6 2 5 4 2 3 6
5 4 6 4 7 6 7 3 5
6 4 5 4 5 5 6 6 3
7 4 6 6 6 5 3 6 3
8 5 6 3 6 5 6 6 7
9 6 3 4 5 4 7 5 2
10 6 5 4 2 4 5 2 3
11 4 4 4 6 5 4 4 2
12 4 6 4 5 5 6 3 4
13 6 6 4 5 5 5 3 6
14 6 6 4 6 3 5 6 1
15 2 4 5 3 5 5 6 3
16 5 6 4 5 3 6 6 5
17 5 5 3 5 5 6 5 7
18 5 6 2 2 6 5 2 5
19 3 6 6 5 3 5 4 3
20 4 6 6 6 6 3 3 5
21 4 5 3 5 6 6 3 3
22 5 3 5 6 6 7 6 7
23 6 6 6 5 5 6 6 6
24 6 4 6 6 5 4 6 5
25 6 3 4 5 6 6 5 6
Rata2 4.68 4.92 4.28 4.96 4.76 5.24 4.40 4.28
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 -,2800 1,2423 ,2485 -,7928 ,2328 -1,127 24 ,271
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,7600 1,4514 ,2903 ,1609 1,3591 2,618 24 ,015
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 -,0640 1,6615 ,3323 -,7499 ,6219 -,193 24 ,849
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,1400 1,4399 ,2880 -,4544 ,7344 ,486 24 ,631
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,2000 1,2748 ,2550 -,3262 ,7262 ,784 24 ,440
84
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,2600 1,3080 ,2616 -,2799 ,7999 ,994 24 ,330
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,4000 1,9579 ,3916 -,4082 1,2082 1,022 24 ,317
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,4200 1,4697 ,2939 -,1867 1,0267 1,429 24 ,166
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,0400 1,1540 ,2308 -,4363 ,5163 ,173 24 ,864
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 H0 - H3 ,1800 1,1804 ,2361 -,3072 ,6672 ,762 24 ,453
85
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1
Duncana,b M4 25 4,340
M2 25 4,620
M1 25 4,800
M3 25 4,960
Sig. ,054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1,055.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
86
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1 2
Duncana,b M4 25 3,500
M3 25 4,560
M2 25 4,700
M1 25 4,920
Sig. 1,000 ,271
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1,162.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
87
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1
Duncana,b M4 25 4,420
M2 25 4,460
M3 25 4,580
M1 25 4,860
Sig. ,122
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,821.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
88
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1
Duncana,b M2 25 4,620
M4 25 4,740
M3 25 4,820
M1 25 4,960
Sig. ,279
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,995.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
89
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1 2
Duncana,b M4 25 3,960
M3 25 4,680
M2 25 4,700
M1 25 4,920
Sig. 1,000 ,342
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,693.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
90
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1
Duncana,b M4 25 4,560
M2 25 4,780
M3 25 5,020
M1 25 5,140
Sig. ,057
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,951.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
91
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1 2
Duncana,b M4 25 3,580
M3 25 4,560
M2 25 4,920
M1 25 5,280
Sig. 1,000 ,050
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1,477.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
92
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1 2
Duncana,b M4 25 4,540
M3 25 4,780 4,780
M2 25 5,020 5,020
M1 25 5,120
Sig. ,073 ,204
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,781.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
93
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1
Duncana,b M4 25 4,660
M3 25 4,840
M1 25 5,000
M2 25 5,020
Sig. ,190
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = ,763.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
94
Homogeneous Subsets
skor
Subset
sampel N 1 2
Duncana,b M4 25 3,960
M2 25 4,780
M3 25 4,800
M1 25 5,220
Sig. 1,000 ,153
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = 1,035.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 25,000.
b. Alpha = ,05.
95
Nama : Tanggal :
Sampel : Tape Ketan
Instruksi :
Kode Bahan
Penilaian
756 954
Aroma
Rasa
Tekstur
Penampakan
Overall
Keterangan :
1 = Sangat tidak suka 5 = Agak suka
2 = Tidak suka 6 = Suka
3 = Agak tidak suka 7 = Sangat suka
4 = Netral
96