Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata
“itis” yaitu peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada
suatu tingkatan sel. Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit
berupa infiltrat yang difus di daerah subkutan dengan tanda – tanda radang
akut. Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi
yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan atau
Streptococcus (Muttaqin,2011).

Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang
disebabkan oleh bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan
Streptokokus piogenes. Data yang dikumpulkan dari rumah sakit di Amerika
Serikat tahun 2005 menunjukkan bahwa selulitis sering ditemukan pada orang
dewasa. Jenis kelamin tidak memengaruhi, namun bertambahnya usia dikaitkan
dengan insiden yang lebih tinggi 3,4 Agen penyebab tersering yaitu
Staphylococcus aureus dan Streptococcus group A. Escherichia coli dan
enterobakteria anaerob lain biasanya terlibat pada selulitis. Pada individu
dengan pertahanan normal, organisme penyebab paling umum adalah
streptokokus grup A (GAS) dan S aureus. Grup B Streptococcus selulitis
terjadi pada bayi berusia kurang dari 6 bulan, karena respon kekebalan tubuh
mereka belum sepenuhnya berkembang.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa definisi dari selulitis?
1.2.2 Apa etiologi selulitis?
1.2.3 Bagaimana manifestasi klinis selulitis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari selulitis?
1.2.5 Bagaimana pengobatan selulitis?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui definisi dari selulitis.
1.3.2 Untuk mengetahui apa penyebab dari selulitis.
1.3.3 Untuk mengetahui manifestasi klinis dari selulitis.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari selulitis.
1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan dari selulitis.

1.4 MANFAAT
1.4.1 Agar kita dapat mengetahui apa definisi dari selulitis.
1.4.2 Agar kita dapat mengetahui apa penyebab dari selulitis.
1.4.3 Agar kita dapat mengetahui manifestasi klinis dari selulitis.
1.4.4 Agar kita dapat mengetahui patofisiologi dari selulitis.
1.4.5 Agar kita dapat mengetahui pengobatan dari selulitis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis” yaitu
peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada suatu tingkatan
sel. Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang
difus di daerah subkutan dengan tanda – tanda radang akut. Selulitis merupakan
inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi yang umumnya dianggap
sebagai penyebab adalah bakteri Stapilokokus aureus dan Streptococcus
(Muttaqin,2011). Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam
yang disebabkan oleh bakteri Stapilokokus aureus, Streptokokus grup A dan
Streptokokus piogenes.

Pasien dengan selulitis dari pergelangan


kaki kiri. selulitis ini disebabkan oleh
communityacquired methicillinresistant
Staphylococcus aureus (CAMRSA). (Foto
milik Texas Dept of Public Health.)

http://emedicine.medscape.com/article/2142
22-guidelines#g4

2.2 Etiologi
Penyebab selulitis paling sering pada orang dewasa adalah Staphylococcus aureus
dan Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan Haemophilus influenza tipe
b (Hib) merupakan bakteri yang menyebabkan selulitis pada anak, Streptokokus

3
beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus. Selulitis terjadi bila kulit
dan jaringan subkutan terinfeksi oleh bakteri melalui celah pada kulit. Penyebab
yang jarang ditemui adalah Streptokokus beta hemolitikus grup B. Jalan masuk
kuman sering tidak terlihat, selulitis pada orang dewasa imunokompeten banyak
disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan Staphylococcus aureus. Orang tua
dan individu dengan diabetes mellitus beresiko untuk penyakit yang lebih parah.
Selain itu, pasien dengan diabetes, immunodeficiency, kanker, stasis vena,
penyakit hati kronis, penyakit arteri perifer, dan penyakit ginjal kronis tampaknya
berada pada risiko yang lebih tinggi untuk infeksi berulang karena respon imun
inang.
Terdapat beberapa faktor yang memperparah resiko dari perkembangan selulitis,
antara lain :
1. Usia
2. Melemahnya sistem immun (immunodeficiency)
3. Cacar dan ruam kulit
4. Diabetes militus
5. Pembengkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
6. Penggunaan steroid kronik
7. Gigitan dan sengatan serangga.
8. Penyalahgunaan obat dan alkohol

4
Meningkatnya Diabetes militus Cacar, Pembengkak
immunodeficiency
usia ruam kulit an kronis

Infeksi jamur kulit Peningkatan


Sirkulasi darah kadar gula darah Luka
terbuka lymphedema
menurun
Membuka celah kulit
Sirkulasi darah pd
ekstremitas bawah Kulit terbuka
Abrasi kulit menurun

Resiko terluka

POE bakteri patogen

Infeksi Stretococcus grup A,


Staphylococcus aureus

SELULITIS
2.3 Epidemiologi
Selulitis bukan penyakit dilaporkan namun penyakit yang relatif umum,
mempengaruhi semua ras dan etnis. Tidak ada perbedaan antara laki-laki atau
perempuan dan tidak ada kecenderungan usia. Meskipun demikian, studi telah
menemukan kelompok usia tertentu yang berisiko tinggi dalam selulitis, sebagai
berikut:
1. Selulitis Bukal disebabkan oleh H influenzae tipe B lebih umum pada
anak-anak.
2. Selulitis wajah lebih umum pada orang dewasa namun selulitis wajah
Pneumococcus terjadi pada anak-anak yang berisiko untuk Pneumococcus
Bakteremia.
4
3. Selulitis perianal dengan kelompok A betahemolytic Streptococcus terjadi
pada anak-anak.

5
Sebuah studi dari database asuransi di Utah menemukan tingkat kejadian 24,6
kasus per 1000 orang/tahun kasus ini tercatat lebih tinggi pada laki-laki pada usia
45-64 tahun. Dalam studi hospitalbased epidemiologi pada kulit, jaringan lunak,
tulang dan infeksi sendi 37,3 % diidentifikasi memiliki selulitis.

FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi selulitis adalah : diabetes melitus, malnutrisi, alkoholisme dan
keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh (immunodeficiency) terutama
bila disertai higiene yang buruk.
Faktor predisposisi yang bersifat lokal pada Selulitis umumnya terjadi akibat
komplikasi suatu luka/ulkus atau lesi kulit yang lain, namun dapat terjadi secara
mendadak pada kulit yang normal terutama pada edema limfatik, renal atau
hipostatik.

2.4 Manifestasi Klinis


Umumnya semua bentuk ditandai dengan kemerahan dengan batas jelas, nyeri
tekan dan bengkak. Penyebaran (kemerahan) dapat timbul secara cepat di sekitar
luka atau ulkus disertai dengan demam. Pada keadaan akut, kadang-kadang timbul
bula. Tanpa pengobatan yang efektif dapat terjadi supurasi lokal (flegmon,
nekrosis atau gangren).
Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor
(eritema), color (hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak
merah gelap, tidak berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak
meninggi. Pada infeksi yang berat dapat ditemukan vesikel, bula, pustul atau
jaringan neurotik. Ditemukan pembesaran kelenjar getah bening regional dan
limfangitis ascenden. Pada pemeriksaan darah tepi biasanya ditemukan
leukositosis. Terdapat gejala berupa nyeri yang terlokalisasi dan nyeri tekan. Jika
tidak diobati, gejala akan menjalar ke sekitar lesi terutama ke proksimal.

6
2.5 Patofisiologi Selulitis
Bakteri patogen yang menembus lapisan epidermis kulit menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Selulitis biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada luka, luka bakar, atau infeksi kulit lainnya,
terutama oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus, penyakit infeksi
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang
dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.

2.6 Penatalaksanaan
 Untuk mempercepat penyembuhan pasien harus banyak istirahat baring
dengan elevasi tungkai yang terkena.
 Secara topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik.
 Pengobatan sistemik ialah pemberian antibiotik, dan secara topikal
diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik. Antibiotik beta-
laktam adalah terapi yang tepat, seperti yang tercantum berikut dalam
kasus selulitis ringan diperlukan: dicloxacillin 3x250 mg/hari anti cibum,
ampisilin 4x500 mg diberikan 1 jam anti cibum, Amoksisilin 4x500 mg
diberikan 1 jam anti cibum. Jika pasien alergi terhadap penisilin dapat
diberikan clindamycin 4x300-450 mg sehari, eritromisin 4x500 mg sehari.

Pendidikan pasien
Tergantung pada lokasi yang terkena, pasien harus mengurangi aktivitas fisik dan
meningkatkan ekstremitas jika memungkinkan. Pasien harus segera menghubungi
dokter apabila demam disertai menggigil dan nyeri tidak berkurang dengan
ibuprofen.

7
ASUHAN KEPERAWATAN
Anamnesa
A. Menanyakan identitas klien
Nama:
Jenis kelamin:
Umur:
Status perkawinan:
Agama:
Suku bangsa:
Pendidikan :
Pekerjaan:
Alamat:
B. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise.
C. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat
pemakaian obat.
D. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik berwarna
merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan
mengilap.
E. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit selulitis
atau penyekit kulit lainnya.
F. Keadaan lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit
G. Pola fungsi kesehatan
1. Pola nutrisi dan metabolisme
Frekuensi:
Jenis:
Porsi:

8
Keluhan:
2. Pola eliminasi
Frekuensi:
Pancaran :
Jumlah:
Bau:
Warna:
3. Pola aktivitas
a. Sebelum sakit: aktivitas tidak terganggu
b. Saat sakit: aktivitas terganggu
4. Pola istirahat tidur
a. Sebelum sakit:
b. Saat sakit
5. Pola kognitif dan persepsi sensori
6. Pola konsep diri
7. Pola hubungan peran
8. Pola fungsi seksual-seksualitas
9. Pola mekanisme koping
10. Pola nilai dan kepercayaan
H. Status mental
I. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum: lemah
2. Kepala
Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak.
Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+).
Hidung : Tidak ada pernafasan cuping.
Mulut : Kebersihan, tidak pucat.
Telinga : Tidak ada serumen.
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar.
4. Jantung : Denyut jantung meningkat.
5. Ekstremitas: Adakah luka pada ekstremitas.

9
6. Integumen: Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang
terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi
menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang
mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

Intervensi dan Rasional


1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera biologis.
Tujuan: setelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam
Kriteria hasil:
1. Skala nyeri stabil (0-3)
2. Menunjukkan nyeri hilang/terkontrol
3. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan

Intervensi Rasional

a. Kaji skala nyeri 0-10, a. Membantu dalam menentukan


karakteristik nyeri, dan kebutuhan manajemen nyeri dan
lokasi nyeri kefektifan program

b. Biarkan pasien menggambil b. Untuk membatasi nyeri


posisi yang nyaman dan
tingkatkan istirahat di tempat
tidur sesuai indikasi
c. Berikan masase yang lembut c. Meningkatkan
relaksasi/mengurangi
ketegangan otot
d. Dorong penggunaan teknik d. Meningkatkan relaksasi,
manajemen stress, misalnya memberikan rasa kontrol, dan
relaksasi progresif, sentuhan mungkin meningkatkan

10
terapeutik, biofeedback, kemampuan koping
visualisasi pedoman
imajinasi dan pengendalian
napas
e. Beri obat sebelum aktivitas/ e. Meningkatkan relaksasi,
latihan yang direncanakan mengurangi tegangan
sesuai petunjuk otot/spasme, memudahkan
untuk ikut serta dalam terapi
f. Berikan kompres dingin f. Rasa dingin dapat
menghilangkan nyeri dan
bengkak selama periode akut
g. Berikan asetilsalisilat g. ASA bekerja sebagai anti
(aspirin)
inflamasi dan efek analgesik
ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan
mobilitas

2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kurang pengetahuan


tentang pemeliharaan integritas jaringan.
Tujuan: stelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x24
Kriteria hasil:
1 Menunjukkan regenerasi jaringan
2 Mencapai penyembuhan tepat pada waktunya

Intervensi Rasional
a. Kaji ukuran, warna a. Memberikan informasi dasar
kedalaman luka, perhatikan tentang kebutuhan penanaman
jaringan nekrotik dan kondisi kulit dan kemungkinan
sekitar luka petunjuk tentang sirkulasi
pada area luka infeksi
b. Tinggikan area infeksi b. Menurunkan pembengkakan

11
c. Pertahankan posisi yang c. Gerakan jaringan area infeksi
diinginkan dan imobilisasi area dapat mengubah posisi yang
bila diindikasikan mempengaruhi penyembuhan
optimal.
d. Jaga kulit agar tetap bersih d Membantu proses
dan kering penyembuhan

3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit


Tujuan: stelah di lakukan intervensi keperawatan selama 2x24
Kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal
- TD: 120/80 mmHg
- N: 87x/menit
- S: 37°C
- RR: 12-20x/menit
2. Tidak terjadi demam
3. Intake-output seimbang

12
Intervensi Rasional
a. Observasi suhu tubuh, a. Menunjukkan status sirkulasi
frekuensi pernafasan dan tubuh
denyut nadi
b. Monitor intake dan output b. Menunjukkan status hidrasi
setiap 8 jam
c. Anjurkan banyak minum bila c. Mengganti cairan tubuh yang
tidak ada kontra indikasi hilang akibat dari peningkatan
laju metabolisme tubuh
d. Pertahankan ventilasi udara d. Membantu menurunkan suhu
yang cukup di ruangan, tubuh
berikan kompres hangat
e. Gunakan pakaian yang tipis e. Memberikan rasa nyaman dan
dan menyerap keringat mempercepat proses penurunan
suhu tubuh
f. Anjurkan pasien untuk bed rest f. Aktivitas yang berlebihan dapat
total meningkatkan metabolisme
tubuh sehingga suhu semakin
meningkat

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Selulitis merupakan infeksi bakteri akut pada dermis dan jaringan
subkutan yang ditandai lesi kemerahan berbatas tidak jelas dan disertai tanda-
tanda radang. Terjadi bila kulit dan jaringan subkutan terinfeksi oleh S.pyogenes
melalui celah pada kulit. Penyebab selulitis adalah Staphylococcus aureus dan
Streptokokus beta hemolitikus grup A sedangkan Haemophilus influenza tipe b
(Hib) merupakan bakteri yang menyebabkan selulitis pada anak, Streptokokus
beta hemolitikus grup A, dan Staphylococcus aureus. Selulitis biasanya didahului
oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan malaise. Daerah yang terkena
terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), color (hangat), dolor (nyeri)
dan tumor (pembengkakan). Pengobatan sistemik ialah pemberian antibiotik beta-
laktam adalah terapi yang tepat.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Graham-Brown, Robin. 2005 : Dermatologi. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.


2. http://emedicine.medscape.com/article/214222-overview#a2 diakses pada
tanggal 23 maret 2017 pada pukul 17.42 Cellulitis.
3. Nanda. 2015. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC.
4. Locke, Thomas dkk. 2013: Microbiology and Infectious Diseases on the move.
Jakarta: PT.Indeks.

15
https://www.google.com/search?q=s
elulitis&espv=2&source=lnms&tbm=i
sch&sa=X&ved=0ahUKEwidyMz2qvX
SAhVCAxoKHVg4CNMQ_AUIBigB&bi
w=1366&bih=662#tbm=isch&q=selul
itis+pada+kaki&*

Pasien laki-laki dengan selulitis


orbital dengan proptosis,
ophthalmoplegia, dan edema dan
eritema kelopak mata. Pasien juga
menunjukkan rasa sakit pada
gerakan mata, demam, sakit kepala,
dan malaise.
http://emedicine.medscape.com/arti
cle/214222-guidelines#g4

16
Kasus selulitis tanpa purulensi
pada bayi.
http://emedicine.medscape.com/
article/214222-guidelines#g4

Hematoksin dan eosin (H & E) noda,


daya tinggi. Gambar ini menunjukkan
jaringan subkutan yang lebih dalam
yang terlibat dalam kasus selulitis,
dengan sel inflamasi akut dan nekrosis
lemak.
http://emedicine.medscape.com/article
/214222-guidelines#g4

Selulitis ringan dengan renda halus


seperti pola eritema. Sedikit hangat
dan nyeri ringan yang khas untuk
awal selulitis ringan.

http://emedicine.medscape.com/arti
cle/214222-guidelines#g4

17

Anda mungkin juga menyukai