Anda di halaman 1dari 7

Tanda-tanda dan gejala-gejalanya

Diabetes melitus

Tanda-tanda dan gejala-gejalanya


Tanda-tanda Diabetes
ƒ *Sering berkemih (Frequent urination)

 Haus berlebihan (Excessive thirst)


 Lapar sekali (Increased hunger)
 Kehilangan berat badan (Weight loss)
 Nafas berbau buah (Fruity breath odor)
 Kelelahan (Tiredness)
 Kehilangan perhatian dan konsentrasi (Lack of interest and concentration)
 Muntah dan nyeri lambung, seringkali diduga flu (Vomiting and stomach pain, often
mistaken as the flu)
 A tingling sensation or numbness in the hands or feet
 Kaburnya penglihatan (Blurred vision)
 Sering terinfeksi (Frequent infections)
 Penyembuhan luka yang lambat (Slow-healing wounds)
 Mengompol waktu tidur, pada anak-anak maupun dewasa (Bedwetting, in children
and adults)

Tanda-tanda klasik dari diabetes yang tidak diobati adalah hilangnya berat badan, polyuria
(sering berkemih), polydipsia (sering haus), dan polyphagia (sering lapar).[8] Gejala-gejalanya
dapat berkembang sangat cepat (beberapa minggu atau bulan saja) pada diabetes type 1,
sementara pada diabetes type 2 biasanya berkembang jauh lebih lambat dan mungkin tanpa
gejala sama sekali atau tidak jelas.

Beberapa tanda-tanda lainnya dan gejala-gejalanya dapat menunjukkan adanya diabetes,


meskipun hal ini tidak spesifik untuk diabetes. Mereka adalah pandangan yang kabur, sakit
kepala, fatigue, penyembuhan luka yang lambat, dan gatal-gatal. Tingginya tingkat glukosa
darah yang lama dapat menyebabkan penyerapan glukosa pada lensa mata, yang
menyebabkan perubahan bentuk, dan perubahan ketajaman penglihatan. Sejumlah gatal-gatal
karena diabetes dikenal sebagai diabetic dermadromes.

Kedaruratan diabetes

Penderita (biasanya diabetes type 1) dapat juga mengalami diabetic ketoacidosis, sebuah
masalah metabolisme yang dicirikan dengan mual, muntah, dan nyeri abdomen, bau aseton
pada pernapasan, bernapas dalam yang dikenal sebagai Kussmaul breathing, dan pada kasus
yang berat berkurangnya tingkat kesadaran.[9]

Jarang, tetapi berat juga adalah kemungkinan adanya Nonketotic hyperosmolar coma, yang
lebih umum terjadi pada diabetes type 2 dan hal ini terutama disebabkan adanya dehidrasi.[9]
Komplikasi

Diabetic retinopathy, adalah penyakit mata yang terutama disebakan oleh diabetes, merusak
retina di kedua belah mata, menyebabkan masalah penglihatan hingga kebutaan

Ulcers pada kaki adalah komplikasi umum pada diabetes dan dapat mengakibatkan amputasi.
Ulcer ini adalah komplikasi lanjut dari gangrene kering dan/atau basah.

Semua bentuk diabetes meningkatkan risiko komplikasi dalam jangka panjang. Hal ini
berkembang setelah 10-20 tahun, tetapi bisa saja gejala pertama muncul pada mereka yang
belum terdiagnosis selama waktu tersebut.

Komplikasi utama jangka panjang adalah rusaknya pembuluh darah. Penderita diabetes dua
kali lebih berisiko untuk mendapat penyakit kardiovaskular[10] dan sekitar 75 persen kematian
akibat diabetes disebabkan oleh penyakit jantung korner.[11] Penyakit pembuluh besar lainnya
adalah stroke, dan penyakit pembuluh darah tepi (peripheral vascular disease).

Komplikasi pembuluh darah mikro akibat diabetes termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan
saraf.[12] Kerusakan pada mata dikenal sebagai diabetic retinopathy, yang disebabkan oleh
kerusakan pembuluh darah pada retina, dan dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan
secara berangsur dan akhirnya buta.[12] Kerusakan pada ginjal dikenal sebagai diabetic
nephropathy, dapat menimbulkan parut, kehilangan protein, dan kadang-kadang mengalami
ginjal kronis, yang kadang-kadang memerlukan dialisa atau transplantasi ginjal.[12] Kerusakan
pada saraf dikenal sebagai diabetic neuropathy, yang biasanya merupakan komplikasi utama
dari diabetes.[12] Gejala-gejalnya dapat meliputi numbness, tingling, nyeri, dan sensasi nyeri
lainnya, yang bisa menyebabkan kerusakan pada kulit. Diabetic foot (seperti diabetic foot
ulcers) mungkin timbul, dan sulit untuk ditangani, kadang-kadang memerlukan amputasi.
Sebagai tambahan, proximal diabetic neuropathy menyebabkan nyeri pada muscle wasting
dan menjadi lemah.

Terdapat hubungan antara berkurangnya kognitif dengan diabetes. Dibandingkan mereka


yang tanpa diabetes, penderita diabetes mengalami penurunan fungsi kognitif 1,2 hingga 1.6
kali lebih besar.[13]
Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes melitus berdasarkan
perawatan dan simtoma:[2]

1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di dalam
pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat idiopatik. Diabetes
melitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau defisiensi mitokondria, tidak
termasuk pada penggolongan ini.
2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai dengan
sindrom resistansi insulin
3. Diabetes Tipe Spesifik lain yang meliputi defek genetik fungsi sel beta pankreas, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, pengaruh obat atau zat
kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang, dan sindrom genetik lain yang berhubungan
dengan diabetes mellitus .
4. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan
gestational diabetes mellitus, GDM.

dan menurut tahap klinis tanpa pertimbangan patogenesis, dibuat menjadi:


5. Insulin requiring for survival diabetes, seperti pada kasus defisiensi peptida-C.
6. Insulin requiring for control diabetes. Pada tahap ini, sekresi insulin endogenus tidak cukup
untuk mencapai gejala normoglicemia, jika tidak disertai dengan tambahan hormon dari luar
tubuh.
7. Not insulin requiring diabetes.

Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris: insulin-
dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota
klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan
NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases
pada tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.

Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi digunakan oleh karena,
walaupun malagizi dapat memengaruhi ekspresi beberapa tipe diabetes, hingga saat ini belum
ditemukan bukti bahwa malagizi atau defisiensi protein dapat menyebabkan diabetes. Subtipe
MRDM; Protein-deficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih
dianggap sebagai bentuk malagizi yang diinduksi oleh diabetes melitus dan memerlukan
penelitian lebih lanjut. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic diabetes, FCPD,
diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan fibrocalculous
pancreatopathy yang menginduksi diabetes melitus.

Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai tahap dari cacat
regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis.
Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes.

Klasifikasi Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio gula
darah puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di bawah rasio
yang ditetapkan sebagai dasar diagnosis diabetes.

Diabetes melitus tipe 1


Diabetes melitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset diabetes,
juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang terjadi
karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil
insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-anak maupun
orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan dengan diet
maupun olahraga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan
yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi
autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat
dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.
Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah
penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetic ketoacidosis bisa menyebabkan koma
bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya
hidup (diet dan olahraga.[14] Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga
dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian
masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan
juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan memengaruhi aktivitas-
aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam
pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe
1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80–120 mg/dl, 4-6 mmol/l).[butuh rujukan] Beberapa
dokter menyarankan sampai ke 140–150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang
bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events".[butuh
rujukan]
Angka di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan
buang air kecil yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi.[butuh rujukan] Angka di atas
300 mg/dl (15 mmol/l) biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke
ketoasidosis.[butuh rujukan] Tingkat glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran. Pada orang yang sudah sepuh, biasanya gula darah
sewaktunya dijaga di bawah 200 mg/dl saja dan tidak lebih rendah, karena dikhawatirkan
dapat terjadinya 'hipo' atau gula darah di bawah 100 mg/dl, karena misalnya telat makan,
makan lebih sedikit dari biasanya atau terlalu senang dengan aktivitas berlebih dari biasanya.

Saat ini mulai banyak dilakukan pemberian insulin kepada penderita diabetes type 2 yang
secara terus menerus gula darah sewaktunya selalu di atas 200 mg/dl, walaupun telah
diberikan berbagai kombinasi obat oral. Insulin yang diberikan adalah yang bersifat 'long
acting' atau 24 jam sekali dan tetap minum obat oral dengan dosis yang lebih rendah tiap kali
makan besar.

Diabetes melitus tipe 2


Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-
insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen,[15] termasuk yang
mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap
insulin[16] yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10[17] dengan kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin[18] serta
RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula
darah oleh hati.[18] Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan
kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.[19]

Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi,[20] rasio RBP4 dan hormon resistin
yang tinggi,[18] peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada
hati,[18] penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.[21]

NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia[22], lipodistrofi,[18] dan sindrom resistansi
insulin.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin,
yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.[butuh rujukan] Hiperglisemia
dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin
atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin
pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan.[butuh rujukan] Ada
beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini,
namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap
insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines itu merusak toleransi glukosa.[butuh
rujukan]
Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis
dengan jenis 2 kencing manis.[butuh rujukan] Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah
keluarga, walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk memengaruhi
anak remaja dan anak-anak.[butuh rujukan]

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2
biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga),[23] diet
(umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat
memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah
rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg (10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada
di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan
lisan antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan
pada awalnya tak terhalang, lisan (sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap
digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin (e.g., sulfonylureas) dan mengatur
pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati (dan menipis pembalasan
hormon insulin sampai taraf tertentu (e.g., metformin), dan pada hakikatnya menipis
pembalasan hormon insulin (e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan
hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan
glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah
direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil
kebanyakan pengobatan.

Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini
diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes melitus tipe 2.[24] Seperti zat
penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi
perkembangan sel tumor maupun kanker.[25][26]

Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah defisiensi
metabolisme oksidatif di dalam mitokondria[27] pada otot lurik.[28][29] Sebaliknya, hormon tri-
iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis ATP
sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks IV,
menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif,[30] sedang hormon melatonin
akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas
respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV.[31] Bersama dengan insulin, ketiga
hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot
lurik.[32] Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi
risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.[33][34][35]

Simtoma yang terjadi pada NIDDM dapat berkurang dengan dramatis, diikuti dengan
pengurangan berat tubuh, setelah dilakukan bedah bypass usus. Hal ini diketahui sebagai
akibat dari peningkatan sekresi hormon inkretin, namun para ahli belum dapat menentukan
apakah metode ini dapat memberikan kesembuhan bagi NIDDM dengan perubahan
homeostasis glukosa.[36]

Pada terapi tradisional, flavonoid yang mengandung senyawa hesperidin dan naringin,
diketahui menyebabkan:[37]

 peningkatan mRNA glukokinase,


 peningkatan ekspresi GLUT4 pada hati dan jaringan
 peningkatan pencerap gamma proliferator peroksisom
 peningkatan rasio plasma hormon insulin, protein C dan leptin[38]
 penurunan ekspresi GLUT2 pada hati
 penurunan rasio plasma asam lemak dan kadar trigliserida pada hati
 penurunan rasio plasma dan kadar kolesterol dalam hati, antara lain dengan menekan 3-
hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme reductase, asil-KoA, kolesterol asiltransferase
 penurunan oksidasi asam lemak di dalam hati dan aktivitas karnitina palmitoil, antara lain
dengan mengurangi sintesis glukosa-6 fosfatase dehidrogenase dan fosfatidat fosfohidrolase
 meningkatkan laju lintasan glikolisis dan/atau menurunkan laju lintasan glukoneogenesis

sedang naringin sendiri, menurunkan transkripsi mRNA fosfoenolpiruvat karboksikinase dan


glukosa-6 fosfatase di dalam hati.

Hesperidin merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan pada buah jenis jeruk,
sedang naringin banyak ditemukan pada buah jenis anggur.

Diabetes melitus tipe 2 dapat dicegah atau diperlambat munculnya dengan mengembangkan
Pola Hidup Sehat:[39]

 Pola makan sehat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah


 Olahraga 3 kali dalam seminggu, masing-masing setidaknya 20 menit [40]
 Jaga berat badan ideal
 Menghindari rokok
 Mengurangi asupan alkohol
Pria dengan berat badan normal risikonya 70 persen lebih rendah daripada yang obes,
sedangkan wanita dengan berat badan normal risikonya 78 persen lebih rendah daripada yang
obes. Lakukanlah selalu Tes Gula Darah, karena seseorang yang terdiagnosis mulai
Prediabetes, tetapi segera melakukan Perubahan Gaya Hidupnya, maka ia akan terhindar dari
Diabetes melitus tipe 2 atau setidaknya memperlambat munculnya Dibetes melitus tipe 2.

Diabetes melitus tipe 3

Diabetes melitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant type 1


diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin,
latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau
diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya.[41] GDM
mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita
GDM bertahan hidup.[butuh rujukan]

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM
bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat
disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan
kesehatan janin maupun sang ibu. Risiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia
(berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf
pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi
surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat
terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran
dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena
kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi
plasenta. Operasi sesar dapat akan dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau
peningkatan risiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

Anda mungkin juga menyukai