KANKER SERVIKS - Secara umum, keganasan serviks dibagi mjd : low grade
squamous intraepithelial lesions (LSIL), High grade
Keganasan primer pada serviks uteri yang disebabkan oleh squamous intraepithelial lesions (HSIL), karsinoma in situ infeksi HPV tipe 16, 18, 21, 25 - LSIL & HSIL lesi prakanker serviks 3 kategori : skuamosa (sebagian bsr), glandular, tipe lain yg tidak Pengobatan dapat didiferensiasi a. Pembedahan Klasifikasi FIGO : - Dilakukan pada Ca serviks sampai stad IIA Stadium Keterangan IA1 tanpa invasi limfovaskuler : konisasi serviks atau 0 Kanker in situ intraepitelial histerektomi totalis simpel I Kanker terbatas pada serviks IA1 dg invasi limfovaskuler, IA2 : modifikasi IA Hanya terdeteksi secara mikroskopis, invasi histerektomi radikal & limfadenektomi pelvis stroma minimal (≤5mm dg penyebaran horizontal IB – IIA : histerektomi radikal & limfadenektomi ≤7mm) pelvis & para aorta IA 1 Invasi stroma ≤3mm - Pasca bedah diberikan radiasi ajuvan pada kasus dg risiko IA 2 Invasi stroma 3 - ≤5 mm tinggi (lesi besar, invasi limfovaskuler atau invasi stroma yg IB Lesi > besar dr IA2 dalam) II Invasi mengenai uterus tapi tidak mencapai b. Radioterapi dinding pelvis atau 1/3 distal vagina - Dpt Diberikan pada semua stadium, terutama mulai stad IIA Parametrium masih bebas IIB – IV IIB Parametrium sudah terkena - Komplikasi radiasi plg sering : GIT (proktitis, kolitis) & Trakt III Kanker sudah mencapai dinding pelvis, mengenai urinarius (sistitis, stenosis vagina) 1/3 distal vagina, dg hidronefrosis atau afungsi ginjal - Teleterapi dengan radioterapi whole pelvic diberikan dg IIIA Mncapai 1/3 distal vagina tapi blm mencapai fraksi 180 – 200 cGy per hari slm 5 minggu (sasaran : dinding pelvis seluruh rongga panggul, parametrium, KGB) dilanjutkan IIIB Sdh mencapai dinding pelvis dg/tanpa dg brakiterapi dg menginsersi tandem & ovoid (dg dosis hidronefrosis atau afungsi ginjal total ke titik A 8500 cGy & 6500 cGy ke titik B) (sasaran : IV Telah meluas melewati pelvis uterus, serviks, vagina, parametrium) IVA Penyebaran mencapai organ sekitar - titik A : 2 cm superior dr OUE & 2 cm lateral dr garis IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh tengah uterus. Titik ini berada di parametrium Faktor Risiko titik B : 2 cm superior dr OUE dan 5 cm lateral dr garis - Infeksi HPV tengah uterus. Titik ini berada di dinding pelvis - Aktivitas seksual usia muda (<16 tahun) c. Kemoterapi - Multipartner seks - Terutama diberikan sbg gabungan radio-kemoterapi atau - Kontak seks dg individu risiko tinggi terapi paliatif pd yg residif - Perokok - Paling aktif : Cisplatin - HIV/ penyakit imunodefisiensi lain - Selain itu : Ifosfamid, paclitaxel - Riwayat keganasan di keluarga Pengobatan pada lesi prakanker serviks Patogenesis - Observasi, medikamentosa, terapi destruksi dan/atau - HPV 16 menghasilkan protein E7 inaktivasi gen terapi eksisi supresor tumor Rb Metastase - HPV 18 menghasilkan protein E6 inaktivasi gen supresor - Via KGB tumor p53 Ke KGB iliaka eksterna/interna, obturator, para - Transmisi HPV biasanya tjd ec kontak seksual aorta, ductus thoracicus, sampai ke skalen kiri - Organ plg berisiko : zona transformasi (squamous Ke KGB inguinal melalui lig rotundum columnar junction/SCJ) pd serviks & garis pektineal dr anal - Via hematogen Gejala & tanda Pengamatan Lanjut - Leukore dg/tnp bercak perdarahan - Sebagian besar residif dlm 2 tahun stlh diagnosis - Perdaarahan pervaginam - Periksa tiap 3 bulan dlm 2 th pertama setiap 6 bulan pd - Bila berlanjut sekret berbau, nyeri panggul/pinggang, th ke 3 – 5 selanjutnya setiap 1 th sering berkemih, BAK/BAB sakit, oedema kaki unilateral - Pemeriksaan meliputi : KGB, pelvis, rektal, PAP smear, Diagnosis rontgen paru, CT scan - PAP Smear dianjurkan pd se2org yang telah aktif hub Prognosis seksual atau tlh menikah - 5 years survival rate : - Pemeriksaan 1x/tahun slm 3 tahun, selanjutnya 3 th sekali Lesi prakanker : 100% - Konfirmasi diagnosis : biposi serviks Stad I : 85% - Pemeriksaan rontgen paru, pielogravi IV, CT scan Stad II : 65% - Pemeriksaan hematologi, f(x) ginjal, f(x) hepar Stad III : 35% Histopatologi Stad IV : 7% - Secara histopatologi, kanker serviks dibagi mjd : Pencegahan Neoplasia intraepitel serviks, Ca skuamosa insitu, Ca a. Pencegahan primer : Vaksinasi HPV skuamosa, adenokarsinoma insitu, adenokarsinoma insitu - Diberikan sebelum behub seks tipe endoservikal, adenokarsinoma endometrioid, - Perlindungan slm 4,5 th stlh 3x injeksi dalam rentang adenokarsinoma sel jernih, Ca adenoskuamosa, Ca kistik waktu 6 bulan adenoid, Ca sel jernih, Ca undifferentiated b. Pencegahan sekunder : PAP smear & IVA test PAP Smear 1. Kelas I : tidak ada sel abnormal. - pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat 2. Kelas II : gambaran sitologi atipik, namun tidak ada adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks indikasi adanya keganasan. atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan 3. Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai serviks atau prakanker keganasan, displasia ringan - sedang. - waktu pengambilan : setelah bersih haid minimal 3 hari, 4. Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia tidak melakukan hub seksual atau mengg pembilas vagina berat. minimal 3 hari. 5. Kelas V : keganasan. - skrining 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. IVA Test kemudian dilakukan setiap tahun. - Menggunakan larutan asam asetat 5% yang dioleskan ke - Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes serviks menimbulkan perubahan pd sel epitel serviks Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes (reaksi acetowhite) kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko - Kategori temuan IVA test : tinggi harus melakukan tes setiap tahun. 1. Normal : licin, merah mudah, btk porsio normal - Hasil papsmear (klasifikasi Bethesda): 2. Infeksi : inflamasi, hiperemis, byk fluor 1. Normal 3. Positif IVA : acetowhite lessions 2. Atypical squamous cell of undetermined 4. Ca serviks : pertumb spt bunga kol, mudah berdarah significance (ASCUS) atau tidak dpt mengekslusi - Pelaporan skrining IVA test : HSIL (ASC-H) 5. Negatif : tdk ada acetowhite lessions/ bercak putih pd 3. Low grade squamous intraepithelial lessions (LSIL) : polip endoservikal atau kista nabothi/ garis putih CIN 1 mirip lesi acetowhite pd sambungan skuamokolumnar 4. High grade squamous intraepithelial lessions (HSIL) : 6. Positif I (+) : samar, transparan, tidak jelas, tdpt lesi CIN 2, 3 bercak putih ireguler pd serviks/ lesi bercak putih 5. Ca servix tegas, geographic acetowhite lessions yg terletak jauh - Pd hasil ASCUS, ASC-H, atau LSIL ulang pap smear 3-6 dr sambungan skuamokolumnar bulan kemudian ; pd hasil HSIL harus dilanjutkan dg 7. Positif II(++) : acetowhite lessions yg buram, pdat, pemeriksaan biopsi dg kolposkopi berbatas jelas sampai ke sambungan - Hasil Papsmear (klasifikasi CIN) : skuamokolumnar/ acetowhite lessions luas, 1. CIN I : displasia ringan ; ditemukan sel neoplasma circumficial, batas tegas, tebal, pdat/ pertumbuhan pada < 1/3 lapisan epitelium leher rahim menjadi acetowhite 2. CIN 2 : displasia ; mengenai 2/3 epitelium 3. CIN 3 : displasia berat atau karsinoma in situ ; melibatkan sampai ke membran basal epitelium. - Hasil papsmear (klasifikasi papanicolaou) : *tambahan - Nyeri pada pascaoperasi, metastasis jaringan di rongga TATALAKSANA LESI PRAKANKER pelvis dan sekitarnya, metastasis tulang dan pembengkakan tungkai TERAPI NIS DG DESTRUKSI LOKAL - Gangguan mobilisasi pada kasus: untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks dengan kelainan lesi Pembengkakan / limfedema tungkai dengan atau tanpa prakanker yang kemudian pada fase penyembuhan berikutnya akan Deep Vein Thrombosis (DVT) pada disfungsi drenase digantikan dengan epitel skuamosa yang baru. limfatik Krioterapi (metode pembekuan atau freezing hingga -20oC Nyeri, akibat efek tindakan & penanganan, metastasis selama 6 menit (teknik Freeze-thaw-freeze) dengan tulang, cedera medula spinalis, tirah baring lama dan menggunakan gas N2O atau CO2.) fatigue Elektrokauter (menggunakan alat elektrokauter atau - Gangguan fungsi kardiorespirasi pada metastasis paru, radiofrekuensi dengan melakukan eksisi Loop diathermy infeksi, tirah baring lama, efek tindakan & penanganan terhadap jaringan lesi prakanker pada zona transformasi) - Impending / sindrom dekondisi akibat tirah baring lama Diatermi Elektrokoagulasi (memusnahkan jaringan lebih - Gangguan fungsi otak pada metastasis dan hendaya otak luas dan efektif jika dibandingkan dengan elektrokauter, dpt - Gangguan sensoris pasca tindakan, pada hendaya otak sampai kedalaman 1 cm) dan cedera medula spinalis Laser - Gangguan fungsi psiko-sosial-spiritual DUKUNGAN NUTRISI
Pasien kanker serviks berisiko mengalami malnutrisi & kaheksia
kanker, sehingga perlu mendapat terapi nutrisi adekuat Pasien kanker serviks dapat mengalami gangguan saluran cerna (diare, konstipasi, atau mual-muntah) akibat tindakan pembedahan serta kemo- dan atau radio-terapi. Edukasi untuk memiliki BB ideal dan menerapkan pola makan yang sehat, tinggi buah, sayur, dan bijibijian, serta rendah lemak, daging merah, dan alkohol; dan direkomendasikan untuk terus melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan secara teratur dan menghindari gaya hidup sedenter Diagnosis malnutrisi dapat ditegakkan sesuai rekomendasi ESPEN 2015: - Pilihan 1: IMT <18,5 kg/m2 - Pilihan 2: Penurunan BB yang tidak direncanakan >10% dalam kurun waktu tertentu atau penurunan berat badan >5% dalam waktu 3 bulan, disertai dengan salah satu pilihan berikut: a. IMT <20 kg/m2 pada usia <70 tahun atau IMT <22 kg/m2 pada usia ≥70 tahun b. Fat free mass index (FFMI) <15 kg/m2 untuk perempuan atau FFMI <17 kg/m2 untuk laki-laki
Diagnosis Kaheksia :
Kebutuhan nutrisi : 25 – 30 kkal/kgBB/hari
Disabilitas pada pasien kanker serviks : - Gangguan fungsi berkemih: retensi urin pada hipo / atonia bladder pada pasca histerektomi radikal.