Anda di halaman 1dari 11

Email : uneslawreview@gmail.com Online : http://review-unes.com/index.

php/law/index
Volume 1, Issue 3, Maret, 2019 E-ISSN : 2622-7045
P-ISSN : 2654-3605

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN SENJATA API BAGI PERSONIL POLRI GUNA


PENINGKATAN KINERJA DALAMPENANGGULANGAN TINDAK PIDANA DI
WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN RESOR KOTA PADANG

1
Alfias Marzuki, 2Adhi Wibowo
1
Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Ekasakti
Email: alfiasmarzuki@gmail.com
2
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Ekasakti
Email: adhiwibowo@review-unes.com

ABSTRACT

The use of firearms for police personnel has been regulated in Article 8 paragraph (1) Perkapolri
Number 1 Year 2009 and Article 45 Perkapolri Number 8 Year 2009. Firearms for members of the
Police who carry out the function of law enforcement is to make a forced effort through the action
of paralyzing, stopping, inhibits the actions of a person or group of people. However, in practice
there is still a misuse of the use of firearms carried out in the execution of tasks and outside the
execution of duties. The results showed that the use of firearms to improve performance in the
prevention of crime in Polresta Padang ranks has been effective because with the many personnel
but who have few firearms and only two members who do the misuse of firearms of service not for
the benefit of the service and the tendency of decreasing the number of criminal acts.

Kata Kunci: Efektivitas, Senjata Api. Tindak Pidana

PENDAHULUAN tentang Penggunaan Kekuatan dalam


Sebagai aparat penegak hukum, dalam Tindakan Kepolisian.
rangka menegakkan hukum dan menciptakan Peraturan Kapolri ini dimaksudkan
keamanan dan ketertiban, maka Polri kadang untuk membantu Polri dalam mengawasi
kala harus menggunakan suatu tindakan yang pelaksanaan tugas anggotanya serta ke dalam
dinamakan tindakan kepolisian. Agar tindakan Polri juga akan berhati-hati dalam bertindak
ini terukur, mempunyai standar dan dapat menggunakan kekuatannya serta untuk
dipertanggungjawabkan, maka dikeluarkanlah dijadikan pedoman bagi anggota Kepolisian
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Negara Republik Indonesia dalam
Indonesia (Kapolri) Nomor 1 Tahun 2009 pelaksanaan tugas dilapangan tentang
penggunaan kekuatan dalam tindakan

244
kepolisian, perlu ditentukan standar dan cara- 2. Penggunaan kekuatan dengan senjata api
1 atau alat lain sebagaimana dimaksud pada
cara yangdapat dipertanggungjawabkan.
ayat (1) merupakan upaya terakhir untuk
Kesalahan prosedur akanberarti hukuman, dan menghentikan tindakan pelaku kejahatan
atau tersangka.
juga sebaliknya, apabila tindakan kekerasan
3. Untuk menghentikan tindakan pelaku
terjadi namun dapat dipertanggungjawabkan kejahatan atau tersangka yang merupakan
ancaman segera terhadap jiwa anggota
dansesuaidenganPerkapini, makapersonil
Polri atau masyarakat sebagaimana
tersebut akan mendapatkan perlindungan dan dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan
penggunaan kendali senjata api dengan
bantuan hukum.
atau tanpa harus diawali peringatan atau
Penggunaan senjata api oleh Polri perintah lisan.
sebagai bagian dari pelaksanaan penggunaan Sejalan dengan era reformasi yang di
kekuatan dalam tindakankepolisian harus dalamnya telah diagendakan secara nasional,
dilakukan dengan cara yang tidakbertentangan yaitu reformasi di bidang politik, ekonomi dan
denga aturan hukum, selaras dengankewajiban hukum, Polri juga menjadi sasaran utama
hukum dan tetap menghormati/menjunjung untuk direformasi karena reformasi
tinggihak asasi manusia, sebagaimana diatur merupakan reaksi masyarakat terhadap
dalam Pasal 8 Peraturan Kapolri Nomor 1 praktek penyelenggaraan negara. Terkait
Tahun 2009, disebutkan bahwa: reformasi Polri di bidang kultural, masyarakat
1. Penggunaan kekuatan dengan kendali belum merasakan adanya perubahan yang
senjata api atau alat lain sebagaimana
signifikan, sikap dan perilaku anggota
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf d
dilakukan ketika: kepolisian masih belum banyak
a. Tindakan pelaku kejahatan atau
berubah.”Menembak salah, tidak menembak
tersangka dapat secara segera
menimbulkan luka parah atau salah, ditembak pun salah, apa yang salah
kematian bagi anggota Polri atau
denganmu, polisi?Pemberitaan tentang polisi
masyarakat;
b. Anggota Polri tidak memiliki yang melakukan penembakan sering menjadi
alternative lain yang beralasan dan
perhatian publik, terlebih terhadap polisi yang
masuk akal untuk menghentikan
tindakan/perbuatan pelaku kejahatan salah tembak.Tidak sedikit polisi yang
atau tersangka tersebut;
kemudian diperiksa, ditindak, dan diajukan ke
c. Anggota Polri sedang mencegah
larinya pelaku kejahatan atau sidang pengadilan atau kode etik profesi
tersangka yang merupakan ancaman
karena dinilai salah tembak, atau melanggar
segera terhadap jiwa anggota Polri
atau masyarakat. hak asasi manusia (HAM).2
Akhir-akhir ini muncul fenomena baru,

1
polisi dinilai tidak profesional karena
Konsideran Menimbang huruf c dan d
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
2
(Kapolri) Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap Polri
Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian (Buku II), Cipta Manunggal, Jakarta, 1995, hlm. 17

245
beberapa anggotanya mati ditembak oleh menyediakan peringatan yang harus diberikan
pelaku kejahatan atau oleh mereka yang bila senjata api harus ditembakkan.
diduga teroris.Muncul juga komentar, Ketika terjadi suatu penyalahgunaan
bagaimana polisi dapat melaksanakan tugas penggunaan senpi yang dilakukan personil
melindungi masyarakat, melindungi dirinya Polri, terdapat beberapa kebijakan yang
saja tidak mampu.Dari ilustrasi tersebut, ada diambil pimpinan Polri, mulai dari kebijakan
kesan bahwa polisi menembak salah, tidak reaktif yang memerintahkan bahwa senjata
menembak salah, ditembak pun salah. yang dipinjam pakaikan kepada semua jajaran
Laporan Amnesty International tahun di lapangan harus segera ditarik dan disimpan.
2004 tentang standar-standar untuk mencegah Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan
penyalahgunaan kekuatan menyebutkan terhadap kelengkapan administrasi, misalnya
empat prinsip penting HAM dalam masa berlaku surat tanda izin senjata,
penggunaan kekuatan pada umumnya, yaitu, penelitian ulang terhadap kesehatan mental
proporsionalitas (penggunaan kekuatan yang termasuk adanya pemeriksaan atas
seimbang), legalitas (tindakan sah apabila permasalahan keluarga anggota yang
sesuai dengan hukum nasional yang sesuai bersangkutan. Selain kebijakan reaktif yang
dengan standar HAM internasional), dilakukan pasca terjadi penyalahgunaan
akuntabilitas (adanya prosedur dan senjata api, terdapat alternatif kebijakan yang
peninjauan ulang penggunaankekuatan) dapat diterapkan antara lain adalah kebijakan
dannesesitas (digunakanpadatindakan luar proaktif pencegahan dan upaya preemptif
biasa dan benar-benar dibutuhkan). penyalahgunaan senjataapi (senpi).
Disebutkan juga bahwa Amnesty Kepolisian Resor Kota (Polresta)
International tidak menentang penggunaan Padang sebagai barometer dari Kepolisian
kekuatan yang sah secara sewajarnya oleh Resor yang ada di wilayah hukum Kepolisian
polisi. Namun secara khusus negara dan Daerah (Polda) Sumatera Barat membawahi
kepolisian di masing- masing Negara 12 (dua belas) Kepolisian sektor (Polsek) dan
diharuskan untuk terus menerus meninjau mempunyai jumlah personil sebanyak 1050
kembali masalah etika yang terkait dalam (seribu lima puluh) dan berdasarkan data pra
penggunaan senjata api oleh setiap organ yang survey yang penulis lakukan diketahui bahwa
memiliki otoritas untuk itu. Khususnya dalam personil yang menggunakan senjata api
penggunaan senjata api, harus dilihat terlebih sebanyak 278 (dua ratus tujuh puluh delapan)
dahulu keadaan saat polisi diperbolehkan yang terbagi menjadi pengguna senjata api
membawa senjata api, kemudian memastikan Kepolisian Sektor (Polsek) sejajaran
senjata api digunakan dengan benar dan berjumlah 147 (seratus empat puluh tujuh)

246
dan pengguna senjata api di Polresta sebanyak mengumpulkan semua bahan dan data yang
131 (seratus tiga puluh satu). diperoleh dari lapangan yang berhubungan
Berdasarkan latar belakang pemikiran di dengan permasalahan yang diteliti.
atas, maka permasalahan yang dibahas dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
tulisan ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Penggunaan Senjata Api Bagi Personil
1. Bagaimanakah penggunaan senjata api
Polri Guna Peningkatan Kinerja Dalam
bagi personil Polri guna peningkatan Menanggulangi Tindak Pidana di Wilayah
Hukum Kepolisian Resor Kota Padang
kinerja dalam menanggulangi tindak
pidana di wilayah hukum Kepolisian Berdasarkan wawancara yang penulis
Resor Kota Padang? lakukan dengan Wakil Kepala Kepolisian
2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan Resor Kota (Wakapolresta) Padang
senjata api bagi personil Polri guna terkaitdengan kepemilikan senjata
peningkatan kinerja dalam menanggulangi apibagipersonilPolridijajaranPolresta Padang,
tindak pidana di wilayah hukum diperoleh penjelasan bahwa:4
Kepolisian Resor Kota Padang? “Sesuai dengan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1976, yang domaksuddengansenjataapi
METODE PENELITIAN
adalah salah satu alat untuk
Penelitian ini adalah suatu penelitian melaksanakan tugas pokok angkatan
bersenjata di bidang pertahanan dan
yang bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu
keamanan. Bagi Tentara Nasional
penelitian yang menggambarkan tentang Indonesia (TNI) hanya diperbolehkan
menggunakan senjata api jika dalam
penggunaan dan efektivitas penggunaan
tugas pengamanan negara misalnya
senjata api bagi personil Polri guna dalam daerah-daerah rawan dan tidak
diperbolehkan untuk dimiliki dalam
peningkatan kinerja dalam menanggulangi
tugas sehari-hari misalnya di bawa
tindak pidana di wilayah hukum Kepolisian pulang kerumah. Bagi Polri
diperbolehkan untuk memiliki dan
Resor Kota Padang. Metode pendekatan yang
menggunakan senjata api akan tetapi
digunakandalam penelitian ini adalah yuridis dalam hal ini tetap dalam prosedur
sesuai dengan peraturan yang ada”.
normative, yang didukung pendekatan yuridis
empiris. Pendekatan yuridis normatif yaitu Berkaitan dengan kepemilikan dan
pendekatan yang dilakukan dengan cara penggunaan senjata api selanjutnya dikatakan
mempelajari ketentuan-ketentuan dan bahwa:
3
peraturan perundang-undangan. Pendekatan
yuridisempiris dilakukan dengan cara 4
Hasil wawancara dengan Bapak Ajun
Komisaris Besar Polisi (AKBP) Kobul Syahrin Ritonga,
3
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi S.IK, M.Si, Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota
Penelitian Hukumdan Jurimetri, Ghalia Indonesia, (Wakapolresta) Padang padatanggal 25 Mei 2018 di
Jakarta, 1990, hlm. 23 Padang

247
“Personil polisi yang ada di jajaran anggota staf dalam jabatan, seperti Juru
Polresta Padang, tidak serta merta bayar dan pengemudi pejabat penting
mendapatkan dan memiliki senjata api 6. Persyaratan Lainnya. Senjata api dinas
serta dapat menggunakannya, Anggota harus selalu dilengkapi dengan:
yang ingin memiliki senjata api harus a. Surat izin pemakaian senjata api yang
memenuhi persyaratan yang telah disahkan oleh Kepala Kesatuan yang
ditentukan secara ketat, baik serendah-rendahnyaolehKapolresta.
persyaratan medis, psikologis, b. Peluru/amunisi berjumlah tiga kali
keterampilan menembak, kepangkatan bekal pokok.
dan surat-surat lainnya yang tidak c. Tas kantong peluru
mudah untuk didaptkan, sehingga tidak d. Holster
semua personil polisi yang mengajukan e. Alat-alat pembersih.
permohonan kepemilikan senjata api 7. Dokumen Kelengkapan Surat Izin
dapat memenuhi semua persyaratan Pemakaian Senjata Api Satuan, antara
yang diminta dan lulus uji.5 lain:
a. Surat perintah tugas yang
Adapun syarat-syarat bagi anggota Polri dikeluarkanlehkepalasatuan.
b. Berita acara penyerahan dan
untuk memiliki dan menggunakan senjata api
penerimaan senjata api berikut dengan
adalah:6 keterangan antara petugas gudang dan
kepala satuan
1. Syarat Medis. Syarat medis, yaitu sehat
c. Buku administrasi lainnya untuk
jasmani, tidak cacat fisik yang dapat
pencatatan keluar masuknya senjata
mengurangi ketrampilan dan membawa
api/amunisi.
senjata api, penglihatan normal yang
ditetapkan oleh dokter
Berkaitan dengan penggunaan senjata
2. Syarat psikologis. Syarat psikologis antara
lain tidak cepat gugup dan panik, tidak api bagi personil Polri guna peningkatan
emosional (cepat marah), dan tidak
kinerja dalam menanggulangi tindak pidana di
phsyichopat yang dibuktikan melalui hasil
psikotest. wilayah hukum Kepolisian Resor Kota
3. Ketrampilan menembak. Anggota harus
Padang diperoleh penjelasan sebagai berikut:
mempunyai keterampilan menembak
minimal kelas III yang diujikan oleh “Terhadap anggota yang memiliki
pelatih menembak. senjata api, pihaknya selalu melakukan
4. Kepangkatan. Izin kepemilikian senjata sosialisasi peraturan perundang-
apihanya diberikan kepada anggota undangan yang khusus mengatur
golongan pangkat bintara ke atas. tentang penggunaan senjata api
5. Tugas Operasional. Izin kepemilikan sekaligus melakukan pelatihan dan tes
senjata api diberikan kepada anggota Polri psikologi berkala serta pengawasan,
yang bertugas secara operasional dan, dan khususnya kepada anggota Satuan
Reserse Kriminal (Satreskrim) dan
5
Satuan Reserse Narkoba
Hasil wawancara dengan Bapak Ajun (Satresnarkoba) baik sebagai penyidik
Komisaris Besa rPolisi (AKBP) Kobul Syahrin Ritonga,
S.IK, M.Si, Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota
maupun Tim Buru Sergap (Buser)
(Wakapolresta) Padang padatanggal 25 Mei 2018 di dengan tujuan supaya senjata api
Padang tersebut tidak disalah gunakan, sehingga
6
Hasil wawancara dengan Bapak Ajun penggunaan senjata api bagi personil
Komisaris Besar Polisi (AKBP) Kobul Syahrin Ritonga, Polri sudah sesuai dengan prinsip-
S.IK, M.Si, Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota
(Wakapolresta) Padang padatanggal 25 Mei 2018 di
Padang

248
prinsip dalam penggunaan senjata api”.7 disebutkan bahwa:
1. Penggunaan senjata api hanya boleh
Menurut Peraturan Kapolri Nomor 1
digunakan bila benar-benar diperuntukkan
Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan untuk melindungi nyawa manusia.
2. Senjata api bagi petugas hanya boleh
Dalam Tindakan Kepolisian, prinsip-prinsip
digunakan untuk:
dalam penggunaan senjata api, yaitu: a. Dalam hal menghadapi keadaan luar
biasa;
1. Legalitas, yang berarti bahwa semua
b. Membela diri dari ancaman kematian
tindakan kepolisian harus sesuai dengan
dan/atau luka berat;
hukum yang berlaku.
c. Membela orang lain terhadap
2. Nessesitas, yang berartibahwa
ancaman kematian dan/atau luka
penggunaan kekuatan dapat dilakukan bila
berat;
memang diperlukan dan tidak dapat
d. Mencegah terjadinya kejahatan berat
dihindarkan berdasarkan situasi yang
atau yang mengancam jiwa orang;
dihadapi;
e. Menahan, mencegah atau
3. Proporsionalitas, yang berarti bahwa
menghentikan seseorang yang sedang
penggunaan kekuatan harus dilaksanakan
atau akan melakukan tindakan yang
secara seimbang antara ancaman yang
sangat membahayakan jiwa; dan
dihadapi dan tingkat kekuatan atau respon
f. Menangani situasi yang
anggota Polri, sehingga tidak
membahayakan jiwa, dimana
menimbulkan kerugian/ korban/
langkah-langkah yang lebih lunak
penderitaan yang berlebihan;
tidak cukup.
4. Kewajiban Umum, yang berarti bahwa
anggota Polri diberi kewenangan untuk
Adapun menurut Pasal 8 ayat (1)
bertindak menurut penilaian sendiri, untuk
menjaga, memelihara ketertiban dan Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009
menjamin keselamatan umum;
tentang Penggunaan Kekuatan Dalam
5. Preventif, yang berarti bahwa tindakan
kepolisian mengutamakan pencegahan; Tindakan Kepolisian, penggunaan senjata api
masuk akal (reasonable), yang berarti
oleh polisi dilakukan apabila:
bahwa tindakan kepolisian diambil
dengan mempertimbangkan secara logis 1. Tindakan pelaku kejahatan atau tersangka
situasi dan kondisi dari ancaman atau dapat secara segera menimbulkan luka
perlawanan pelaku kejahatan terhadap parah atau kematian bagi anggota Polri
petugas atau bahayanya terhadap atau masyarakat.
masyarakat. 2. Anggota Polri tidak memiliki alternatif
lain yang beralasan dan masuk akal
Sedangkan berdasarkan Pasal 47 3. Untuk menghentikan tindakan/perbuatan
pelaku kejahatan atau tersangka tersebut;
Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009
4. Anggota Polri sedang mencegah larinya
tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak pelaku kejahatan atau tersangka yang
merupakan ancaman segera terhadap jiwa
Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan
anggota Polri atau masyarakat.
Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia
Berdasarkan wawancara yang penulis
7
Hasil wawancara dengan Bapak Ajun lakukan dengan Kasat Narkoba Polresta
KomisarisPolisi (AKP) Edrian Wiguna, S.IK, Kepala
Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian Padang terkait dengan penggunaan senjata api
Resor Kota Padang pada tanggal 26 Mei 2018 di
Padang. bagi personil Polri di jajaran Polresta Padang

249
diperoleh penjelasan sebagai berikut: harus memenuhi persyaratan dan prosedur
“Pada prinsipnya, penggunaan senjata penggunaan senjata api yaitu tidak harus serta
api merupakan upaya terakhir untuk
merta melakukan penembakan tetapi harus
menghentikan tindakan pelaku
kejahatan atau tersangka. Dengan terlebih dahulu memeberi peringatan kepada
demikian penggunaan senjata api oleh
target pelaku pidana yang harus dilumpuhkan.
polisi hanya digunakan saat keadaan
adanya ancaman terhadap jiwa manusia. Selain itu juga harus memperhatikan
Sebelum menggunakan senjata api, ada
keamanan lingkungan masyarakat sekitar,
prosedur dan langkah-langkah yang
harus diikuti oleh polisi supaya tidak sehingga sangat tidak dibenarkan jika aparat
melanggar ketentuan dalam meng-
polri menggunakan senjata api di situasi dan
gunakan senjata api di lapangan”.8
kondisi yang tidak tepat karena akan
Berdasarkan wawancara yang penulis
menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
lakukan dengan penyidik pada Satuan Reserse
Kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resor Kota Efektivitas Penggunaan Senjata Api Bagi
Personil Polri Guna Peningkatan Kinerja
Padang diperoleh penjelasan bahwa:
Dalam Menanggulangi Tindak Pidana di
“Sebelum melepaskan tembakan, polisi Wilayah Hukum Kepolisian Resor Kota
juga harus memberikan tembakan Padang
peringatan ke udara atau ke tanah
dengan kehati-hatian tinggi dengan Membahas dan menganalisis efektivitas
tujuan untuk menurunkan moril pelaku
penggunaan senjata api bagi personil polri
serta memberi peringatan sebelum
tembakan diarahkan kepada pelaku guna peningkatan kinerja dalam menang-
Pengecualiannya yaitu dalam keadaan
gulangi tindak pidana di wilayah hukum
yang sangat mendesak di mana
penundaan waktu diperkirakan dapat Kepolisian Resor Kota Padang dapat diukur
mengakibatkan kematian atau luka berat
dari 2 (dua) aspek, yaitu: pertama aspek
bagi petugas atau orang lain di
sekitarnya, peringatan tidak perlu ketaatan anggota Polresta Padang yang
dilakukan”.9
memiliki senjata api dibandingkan dengan
Dengan demikian penggunaan senjata personil yang menyalahgunakan senjata api
api oleh aparat polri harus pada kondisi atau yang dimilikinya dan kedua, aspek pengaruh
keadaan yang tepat yaitu pada saat yang penggunaan senjata api oleh anggota Polresta
memang semestinya aparat menggunakan Padang terhadap tingkat tindak pidana yang
senjata api dan juga penggunaan senjata api ditangani oleh penyidik Satuan Reserse
Kriminal (Satreskrim) dan Satuan Reserse
8
Hasil wawancara dengan Bapak Komisaris
Polisi (Kompol) Abriadi, S.H., Kepala Satuan Reserse Narkoba (Satres narkoba) sebagai ujung
Narkoba (Kasatresnarkoba) Kepolisian Resor Kota
Padang pada tanggal 26 Mei 2018 di Padang. tombak dalam penanggulangan kejahatan.
9
Hasil wawancara dengan Bapak Brigadir Selama dua tahun terakhir tahun 2016
Kepala (Bripka) Polisi Eja Basri, S.H., Penyidik Pada
Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resor dan 2017, anggota Polri yang memiliki senjata
Kota Padang pada tanggal 27 Mei 2018 di Padang

250
api pada Kepolisian Resor Kota Padang dari Selanjutnya dijelaskan bahwa terhadap
sejumlah 278 (dua ratus tujuh pulh delapan) Brigadir Kepala (Bripka) Hendra Satria,
personil, yang melakukan pelanggaran dan AnggotaSatreskrim Polresta Padang telah
penyalahgunaan senjata api dalam bentuk dilaksanakan Sidang Pelanggaran Disiplin
mengeluarkan tembakan tidak sesuai dengan karena diduga telah melakukan pelanggaran
standar operasional prosedur (SOP) hanya ada terhadap ketentuan Pasal 4 huruf f dan Pasal 5
2 (dua) personil yang terjadi pada tahun 2016 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
sebanyak 1 (satu) anggota dan pada tahun 2003 tentang Peraturan Displin Anggota
2017 sebanyak 1 (satu) anggota. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
Wawancara yang penulis lakukan berbunyi: “Tidak mentaati peraturan
berkaitan dengan penyalahgunaan senjata api perundang-undangan dan peraturan kedinasan
dalam bentuk mengeluarkan tembakan tidak yang berlaku dan melakukan hal-hal yang
sesuai dengan standar operasional prosedur dapat menurunkan kehormatan dan martabat
(SOP) diperoleh penjelasan sebagai berikut: negara, pemerintah, atau Kepolisian Negara
“Penyalahgunaan penggunaan senjata Republik Indonesia”. Sedangkan terhadap
api oleh personil polisi pada tahun 2016
Ajun Inspektu Satu (Aiptu) S.R. Nasution,
dilakukan oleh Brigadir Kepala (Bripka)
Hendra Satria, Anggota Satreskrim Bintara Bhabinkamtibmas Kepolisian Sektor
Polresta Padang dengan cara menge-
(Polsek) Lubuk Begalung telah dilaksanakan
luarkan tembakan sebanyak 4 (empat)
kali, 2 (dua) kali ke arah atas dan 2 Sidang Pelanggaran Disiplin karena diduga
(dua) kali ke arah bawah dimana dalam
telah melakukan pelanggaran terhadap
hal mengeluarkan tembakan tersebut
tidak sesuai dengan aturan dinas yang ketentuan Pasal 3 huruf g dan Pasal 5 huruf a
berlaku (tidak sesuai SOP). Sedangkan
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
pada tahun 2017 dilakukan oleh Ajun
Inspektu Satu (Aiptu) S.R. Nasution, tentang Peraturan Displin Anggota Kepolisian
Bintara Bhabinkamtibmas Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang berbunyi:
Sektor (Polsek) Lubuk Begalung
dengan cara melakukan tindakan berupa “Tidak mentaati peraturan perundang-
pengancaman dengan cara melakukan
undangan yang berlaku, baik yang
tembakan ke udara dengan meng-
gunakan senjata api jenis Revolver berhubungan dengan tugas kadinasan
dinas sebanyak 1 (satu) kali dan telah
maupun yang berlaku secara umum dan
menggeledah rumah kost tanpa seizin
pemiliknya”.10 melakukan hal-hal yang dapat menurunkan
kehormatan dan martabat negara, pemerintah,

10
Hasil wawancara dengan Bapak Ajun
Komisaris Polisi (AKP) Nahri, Syukra, S.H., Kepala
Seksi Provos dan Pengamanan (Kasipropam) Kepolisian
Resor Kota Padang pada tanggal 26 Mei 2018 di
Padang.

251
atau Kepolisian Negara Republik penganiayaan dengan pemberatan sebanyak
11
Indonesia”. 61 (enam puluh satu) kasus. Dengan demikian
Bila dianalisis terhadap pelanggaran maka dapat disebutkan bahwa penggunaan
disiplin yang dilakukan oleh 2 (dua) orang senjata api bagi personil Kepolisian Resor
anggota Polresta Padang yang menyalah Kota Padang dalam penanggulangan tindak
gunakan senjata api tersebut dibandingkan pidana dapat dikatakan efektif.
dengan jumlah personil Polresta Padang yang Berkaitan dengan menurunnya jumlah
memiliki senjata api sebanyak 131 (seratus tindak pidana tertentu yang terjadi di wilayah
tiga puluh satu) anggota, maka dapat hukum Kepolisian Resor Kota Padang
disebutkan bahwa penggunaan senjata api diperoleh penjelasan sebagai berikut:
bagi personil Kepolisian Resor Kota Padang “masalah kejahatan bukanlah hal yang
baru, meskipun tempat dan waktunya
dapat dikatakan efektif.
berlainan tetapi tetap saja modusnya
Selama 2 (dua) tahun terakhir (2016- dinilai sama, baik yang terjadi di kota
besar maupun di daerah-daerah.Upaya
2017), kasus tindak pidana yang ditangani
penanggulangan kejahatan telah
Satuan ReserseKriminal (Satresrim) dan dilakukan oleh semua pihak, baik
pemerintah maupun masyarakat pada
Satuan Reserse Narkoba (Satresnarkoba)
umumnya dimana Satuan Reserse
Kepolisian Resor Kota Padang dengan Kriminal (Satreskrim) Polresta Padang
sebagai ujung tombak dalam penang-
mendasarkan pada 11 (sebelas) kasus tindak
gulangan tindak pidana (kejahatan).
pidana menonjol pada tahun 2016 Menurunnya tingkat atau jumlah tindak
pidana pada tahun 2016 dan 2017
dibandingkan tahun 2017, maka dapat
terhadap 11 (sebelas) tindak pidana
dijelaskan bahwa semuanya mengalami menonjol salah satu faktor yang
menyebabkannya karena jajaran
penurunan.
Polresta Padang menggunakan 2 (dua)
Adapun tindak pidana yang mengalami metode pendekatan, yaitu pendekatan
preventif dan pendekatan represif”.12
penurunan secara signifikan dibandingkan
dengan tindak pidana yang lain yaitu tindak PENUTUP
pidana pencurian dengan pemberatan dan Berdasarkan pembahasan sebagaimana
pencurian kendaraan bermotor sebanyak 165 yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
(seratus enam puluh lima) kasus, dan tindak dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
pidana penipuan sebanyak 98 (sembilan puluh Penggunaan senjata api bagi personil
delapan) kasus serta tindak pidana Polri guna peningkatan kinerja dalam

11 12
Hasil wawancara dengan Bapak Ajun Hasil wawancara dengan Bapak Ajun
Komisaris Polisi (AKP) Nahri, Syukra, S.H., Kepala Komisaris Polisi (AKP) Edrian Wiguna, S.IK, Kepala
Seksi Provos dan Pengamanan (Kasipropam) Kepolisian Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Kepolisian
Resor Kota Padang pada tanggal 26 Mei 2018 di Resor Kota Padang pada tanggal 26 Mei 2018 di
Padang. Padang.

252
menanggulangi tindak pidana di wilayah pidana yang menonjol cenderung mengalami
hukum Kepolisian Resor Kota Padang penurunan walaupun tidak signifikan.
didasarkan pada ketentuan Pasal 8 ayat (1)
DAFTAR PUSTAKA
Perkapolri Nomor 1 Tahun 2009 dan Pasal 45
Buku
Perkapolri Nomor 8 Tahun 2009 yang
Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas, Remadja
digunakan dengan 3 (tiga) kriteria, yaitu: Karya, Bandung. 2009
pertama, hanya kepada pelaku kejahatan yang Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good
Geovernance Melalui. Pelayanan
dapat menimbulkan luka parah atau kematian Public, UGM Press Yogyakarta, 2006
bagi anggota Polri atau masyarakat, kedua, Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana,
Rineka Cipta, Jakarta,1991
anggota Polri tidak memiliki alternatif lain
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum
yang beralasan dan masuk akal untuk Pidana, Cetakan Ketiga, Citra Aditya
menghentikan tindakan/perbuatan pelaku Bandung, 2013
Chairuddin Ismail, Polisi Sipil dan Paradigma
kejahatan dan ketiga, anggota Polri sedang Baru Polri, Merlyn Press, Jakarta, 2011
mencegah larinya pelaku kejahatan yang DPM. Sitompul, Beberapa Tugas dan
merupakan ancaman segera terhadap jiwa Wewenang Polri, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, Jakarta,
anggota Polri atau masyarakat. 2005
Efektivitas penggunaan senjata api bagi IndriaSamego, Sistem Pertahanan Keamanan
Negara,The Habibie Center, Jakarta,
personil Polri guna peningkatan kinerja dalam 2001
menanggulangi tindak pidana di wilayah Kunarto, Etika Kepolisian, Cipta Manunggal,
hukum Kepolisian Resor Kota Padang sudah Jakarta, 1998
_______, Merenungi Kritik Terhadap Polri
efektif karena pertama, selama dua tahun (Buku II), Cipta Manunggal, Jakarta,
terakhir personil yang memiliki senjata api 1995
telah menggunakan senjata api sesuai dengan MomoKelana, Sistem Kepolisian Di Dunia
Internasional Sebagai Suatu Studi
standar operasional prosedur (SOP) yang telah Perbandingan, Ganesha, Bandung,
ditetapkan sesuai dengan tugas pokok dan 2004
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian
fungsi dari satuan masing-masing dan hanya Hukum dan Jurimeteri, Aumni,
ada 2 (dua) pelanggaran yang dilakukan oleh Bandung, 1994
anggota dari 278 (dua ratus tujuh puluh Sadjijono, Mengenal Hukum Kepolisian
Perspektif Kedudukan dan
delapan) pemilik senjata api, yaitu Hubungannya dalam Hukum
mengeluarkan tembakan tidak sesuai dengan Administrasi, Laksbang Mediatama,
Cetakan ke-2, Surabaya, 2008
SOP, kedua, pada Satuan Reserse Kriminal Sugiono, Metode Penelitian Ilmu Sosial,
(Satreskrim) dan Satuan Reserse Narkoba Alfabeta, Bandung, 2003
Veithzal Rivaidan Ahmad Fawzi MohdBasri,
(Satresnarkoba) sebagai ujung tombak
Performance Appraisal, Rajagrafindo
penanggulangan tindak pidana, jumlah tindak Persada, Jakarta, 2005

253
Peranturan Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003
tentang Peraturan Displin Anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009
tentang Implementasi Prinsip dan
Standar Hak Asasi Manusia
Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penggunaan Kekuatan Dalam
Tindakan Kepolisian

254

Anda mungkin juga menyukai