Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ANFISMAN

Diskusi Kelompok Mengenai Sistem Indera

Kelompok :I

Tingkat :IB

Anggota :

 Aneda Miswari
 Dewi Nopiyanti
 Gaina N.R
 Linda Indriani
 Nur Fitri Fauziah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN D3 FARMASI

1
SISTEM INDERA

I. TUJUAN
- Mengenal daerah pada lidah yang peka terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit.
- Melihat respon indera peraba terhadap beberapa perlakuan yang diberikan.

II. HARI, TANGGAL


Selasa, 20 Mei 2014

III. DASAR TEORI


Indera berperan sebagai reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima
rangsangan. Ada lima macam indera yaitu :
1. Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor)
2. Telinga, sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat
beradanya indera keseimbangan (statoreseptor)
3. Hidung, sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor)
4. Lidah, sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor)
5. Kulit, sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor)

Kelima alat indera ini akan berfungsi dengan baik jika:


1. Saraf-saraf yang berfungsi membawa rangsangan bekerja dengan baik,
2. Otak sebagai pengolah informasi bekerja dengan baik,
3. Alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya.

Dalam praktikum kali ini hanya 2 macam indera yang akan dibahas, diantaranya :

A. Indera Pengecap (Lidah)


Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia
larutan. Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan
penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat
reseptor yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap
atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf
yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki tonjolan-
tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak kuncup-kuncup
pengecap (taste bud) yaitu suatu bangunan berbentuk bundar yang terdiri dari dua

2
jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai
reseptor.

Tidak semua bagian lidah peka terhadap zat kimia dan daerahnya juga khusus
untuk rasa tertentu. Adaptasi terhadap suatu rasa mula-mula berjalan cepat dalam
2–3 detik, tetapi adaptasi selanjutnya berjalan lambat. Sebenarnya hanya terdapat
4 jenis rasa utama yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Namun rasa-rasa lain seperti
rasa coklat, rasa teh, pedas, dan sebagainya, merupakan campuran dari berbagai
rasa dan berkombinasi dengan pembauan/penciuman pada hidung. Oleh karena
itu bila sedang sakit flu (fungsi penciuman terganggu) dapat kehilangan
kemampuan mengecap makanan, walaupun sebenarnya kuncup pengecap
berfungsi normal.

3
Struktur indera pengecap :

1. Reseptor untuk pengecapan adalah kuncup pengecap, suatu kemoreseptor


yang terletak terutama di lidah, juga terdapat pada palatum lunak dan
epiglotis.
2. Kuncup pengecap terdapat dalam tonjolan mukosa lidah yang disebut
papilla.
3. Masing-masing kuncup pengecap merupakan sekumpulan sel penunjang
dan sel sensorik yang memiliki rambut dan menonjol membentuk pori-pori
pengecap sentral, serta dibasahi dengan saliva.

Tabel letak kuncup pengecap rasa pada lidah

Rasa Letak Kuncup Pengecap

Manis Ujung lidah


Asin Samping lidah pada bagian
ujung
Asam Samping lidah pada bagian
pangkal
Pahit Pangkal lidah

Pada saat kita makan sambal, kita sering merasakan kepedasan. Rasa pedas
bukan hasil dari kepekaan rasa pada kuncup pengecap. Tetapi merupakan suhu
panas pada papilla sehingga mengembang dan menyebabkan timbulnya rasa
pedas. Gangguan pada lidah bisa disebabkan oleh makan atau minum sesuatu
yang bersuhu terlalu tinggi dan terlalu rendah sehingga lidah mati rasa. Gangguan
ini hanya bersifat sementara.

Ganguan yang bersifat permanen misalnya terjadi pada orang yang mengalami
trauma pada bagian tertentu otak. Pada lidah juga sering terjadi iritasi karena luka
atau kekurangan vitamin C.

4
B. Indera Peraba (Kulit)

Kulit terdiri dari epidermis, dermis dan subkutaneus. Pada dermis terdapat
kelenjar dan saluran keringat, bakal rambut, folikel rambut dan akar rambut,
kelenjar sebaseus. Sementara pada bagian subkutaneus terdapat pembuluh darah,
syaraf kutaneus dan jaringan otot. Sensasi somatis mengacu pada sensasi di
permukaan kulit. Syaraf sensoris hanya mengacu pada sistem indera peraba.

Selain menghasilkan keringat, pada bagian dermis terdapat ujung


saraf/reseptor peraba. Kulit adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan
berupa sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri atau sakit. Kepekaan tersebut
disebabkan karena adanya ujung-ujung saraf yang ada pada kulit. Biasanya ujung
saraf indera peraba ada dua macam, yaitu ujung saraf bebas yang mendeteksi rasa
nyeri atau sakit, dan ujung saraf yang berselaput (berpapilia). Ujung saraf yang
berselaput ada lima macam.

5
Tabel Ujung saraf yang berselaput dan rangsangannya

Ujung saraf berselaput Rangsangan

Korpuskel pacini Tekanan

Korpuskel ruffini Panas

Korpuskel krause Dingin

Korpuskel meissner Sentuhan

Selain terdapat di daerah dermis, sel-sel peraba juga terdapat pada pangkal
rambut. Sehingga bila rambut yang muncul di permukaan kulit tersentuh oleh
suatu benda, sel-sel saraf akan terangsang.

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas, pada orang dewasa luasnya
sekitar 1,9 m2. Meskipun seluruh permukaan kulit mempunyai reseptor peraba,
keberadaan ujung-ujung saraf ini tidak merata pada berbagai alat tubuh.
Permukaan kulit yang mempunyai banyak ujung-ujung saraf peraba ialah ujung
jari telunjuk, telapak tangan, telapak kaki, bibir, dan daerah kemaluan. Oleh
karena itu daerah-daerah ini sangat peka terhadap rangsangan berupa sentuhan.
Seorang tuna netra memanfaatkan kepekaan indera perabanya untuk membaca
huruf Braille. Kulit dapat mengalami gangguan dan kelainan. Kelainan-kelainan
pada kulit antara lain sebagai berikut :

1. Jerawat (acne), ialah suatu peradangan dari kelenjar sebasea terutama di


daerah wajah, leher, dada, dan punggung. Biasanya jerawat terjadi sewaktu
pubertas karena waktu pubertas terjadi perubahan komposisi hormon. Hormon
akan merangsang pertumbuhan dan aktivitas kelenjar sebasea. Kelenjar
sebasea memproduksi lemak bersama keringat. Lemak merupakan media yang
cocok bagi pertumbuhan bakteri.
2. Dermatitis, ialah suatu peradangan pada permukaan kulit yang biasanya
terasa gatal dengan tanda-tanda merah, bengkak, melepuh, dan berair. Ini
dapat disebabkan terkena zat kimia (karbol, sabun, cat rambut, dan lainlain)
atau berkaitan dengan kondisi tubuh

6
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Jarum suntik
2. Cotton bud
3. Tissue
4. Spidol
B. Bahan
1. Beaker glass 4 buah
2. Pipet tetes
3. Larutan gula
4. Larutan garam
5. Larutan brotawali
6. Larutan asam
7. Aquadest panas
8. Anestetik lokal (lidokain)
9. Es batu

V. PROSEDUR KERJA
A. Indera Pengecap
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Diambil larutan gula menggunakan pipet, lalu diteteskan pada lidah, praktikan
di dua pusat pengecap yang berbeda.
3. Menentukan daerah yang paling tajam rasanya terhadap larutan gula.
4. Intensitas rasa ditentukan pada setiap pusat pengecap dengan tanda – (tidak
terasa), ++ (kurang terasa), +++ (terasa), dan +++++ (sangat terasa).
5. Dilakukan prosedur kerja no. 2 – 4 untuk larutan garam, larutan asam dan
larutan brotawali.
6. Dilakukan prosedur kerja no 2 – 5 dengan keadaan lidah dikeringkan terlebih
dahulu menggunakan tissue.
7. Dicatat hasil pengamatan yang diperoleh.

7
B. Indera Peraba
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dibuat lima kotak menggunakan spidol pada kedua tangan praktikan, tangan
kanan sebagai kontrol, sedangkan tangan kiri sebagai uji yang diolesi dengan
anestetik lokal (Lidokain).
3. Diberi tanda setiap kotak dengan reseptor rasa sakit (panas), sakit (dingin),
panas, dingin dan halus.
4. Dicelupkan jarum ke dalam beaker glass berisi aquadest panas selama
beberapa menit, lalu disentuhkan di kotak reseptor sakit (panas) pada kedua
tangan praktikan (kontrol dan uji).
5. Diselipkan jarum diantara es balok selama beberapa menit, lalu disentuhkan di
kotak reseptor sakit (dingin) pada kedua tangan praktikan (kontrol dan uji).
6. Diletakkan es balok di kotak reseptor dingin pada kedua tangan praktikan
(kontrol dan uji).
7. Disentuhkan beaker glass berisi aqudest paanas di kotak reseptor panas pada
kedua tangan praktikan (kontrol dan uji).
8. Diusapkan cotton bud di kotak reseptor halus pada kedua tangan praktikan
(kontrol dan uji).
9. Intensitas rasa sakit, panas, dingin dan halus ditentukan dengan tanda – (tidak
terasa), ++ (kurang terasa), +++ (terasa), dan +++++ (sangat terasa).
10. Dicatat hasil pengamatan yang diperoleh.

8
VI. HASIL PENGAMATAN
1. Indra Peraba

Reseptor peraba Respon Respon


Kontrol Anastesi Lokal
1. Nyeri panas 5 3
(paku panas)
2. Nyeri dingin 5 2
(paku dingin)
3. Panas 4 2
4. Dingin 4 3
5. Halus 5 2

2. Indra Pengecap

Reseptor rasa Lidah basah Lidah kering


tempat asli tempat lain tempat asli tempat lain
1. Asam 4 1 2 -
2. Manis 5 4 3 1
3. Asin 5 4 4 1
4. Pahit 5 3 5 2

VII. PEMBAHASAN
Sistem indera menjadikan seseorang sadar terhadap lingkungannya. Pada
hakikatnya, indera merupakan sel-sel reseptor sensori yang mampu mendeteksi
berbagai rangsangan. Ketika suatu rangsangan diterima reseptor, saraf meneruskan
informasi yang diterima reseptor ke otak. Selanjutnya, otak mengolah, menafsirkan,
atau memerintahkan efektor.
Reseptor sensori merupakan reseptor khusus yang mendeteksi beberapa
macam rangsangan. Reseptor sensori dibedakan atas dua golongan yaitu interoseptor
dan eksteroseptor. Interoseptor bertugas menerima rangsangan dari dalam tubuh,
misalnya mendeteksi tekanan darah, perubahan volume darah, dan mendeteksi pH

9
darah. Eksteroseptor bertugas mendeteksi rangsangan dari luar tubuh, misalnya rasa,
bau, suara, dan cahaya.
Berdasarkan sifat rangsangannya, reseptor sensori dibedakan atas beberapa
golongan, antara lain kemoreseptor, nosiseptor, fotoreseptor, mekanoreseptor, dan
termoreseptor.
a. Kemoreseptor
Kemoreseptor merupakan tipe reseptor yang dapat merespons rangsangan
berupa bahan kimia. Misalnya berupa rasa dan bau pada makanan, cairan, dan
udara. Dalam hal ini, sel-sel reseptor sensori yang peka terhadap aspek kimiawi
adalah indera pengecap dan indera peraba.
b. Nosiseptor
Nosiseptor atau pain reseptor merupakan tipe reseptor yang mendeteksi rasa
sakit kerusakan jaringan. Tipe reseptor ini bersifat melindungi karena dapat
menghindarkan diri dari bahaya.
c. Fotoreseptor
Fotoreseptor merupakan tipe reseptor yang sensitif terhadap panjang
gelombang cahaya. Pada bagian retina mata terdapat fotoreseptor yang peka
terhadap cahaya, yaitu beruapa sel batang dan sel kerucut.
d. Mekanoreseptor
Mekanoreseptor merupakan tipe reseptor yang peka terhadap rangsangan
energi mekanik, seperti gerak, sentuhan, dan tekanan. Mekanoreseptor
berhubungan dengan kemampuan manusia mempertahankan sikap tubuh
terhadap gaya berat dan semua gerakan terkoordinasi (terlatih). Selain itu,
mekanoreseptor memberikan informasi tentang tekstur, bentuk dan bobot suatu
benda. Mekanoreseptor berhubungan dengan indera peraba, pendengaran, dan
keseimbangan.
e. Termoreseptor
Termoreseptor merupakan tipe reseptor yang mendeteksi perubahan suhu.
Pada umumnya, termoreseptor terletak di kulit

10
Indera Pengecap
Indera pengecap atau perasa memiliki reseptor untuk menerima rangsangan
dari luar berupa zat kimia yang disebut kemoreseptor. Reseptor pengecap merupakan
sel-sel saraf pengecap yang berbentuk kuncup. Masing-masing kuncup berada pada
saluran sempit di sisi papilla yang tersebar pada permukaan lidah. Ada empat macam
resptor pengecap rasa pada lidah dan masing-masing memiliki daerah sebaran yang
berbeda. Keempat macam reseptor rasa tersebut adalah manis, asam, asin, dan pahit.

Permukaan lidah bercelah-celah dan kasar karena dipenuhi oleh bintil-bintil


yang disebut papilla. Pada papilla terdapat saraf pengecap yang berfungsi meneruskan
rangsangan berupa rasa makanan ke otak.
Rasa pokok yang dapat dikecap permukaan lidah :
1. Rasa manis : bagian ujung lidah
2. Rasa asam : bagian kiri dan kanan lidah belakang

11
3. Rasa asin : bagian kiri dan kanan lidah depan
4. Rasa pahit : bagian belakang (pangkal) lidah

Anatomi indera pengecap

Indera pengecap pada manusia terutama terdapat pada lidah. Selain itu, indera
pengecap juga terdapat pada langit-langit lunak dan epiglotis. Indera pengecap
merupakan kemoreseptor yang mendeteksi bahan kimia yang masuk melalui makanan
dan minuman.

Indera pengecap dibangun oleh suatu struktur yang disebut kuncup pengecap
(taste buds). Pada lidah terdapat lebih kurang 10.000 kuncup pengecap yang tersebar
di permukaan atas dan sepanjang pinggir lidah. Kuncup pengecap tertanam di bagian
epitel dan bergabung dengan tonjolan-tonjolan lidah yang disebut papilla.

Kuncup pengecap tersusun dari sel pendukung dan sel pengecap yang
bentuknya memanjang dan memiliki mikrovili. Pada mikrovili terdapat reseptor
molekul protein yang menyebabkan otak dapat mengenali lima pengecap dasar, yaitu
manis, asin, pahit, masam, dan umami. Umami adalah sebuah sensasi pengecap yang
dihasilkan oleh monosodium glutamate (MSG) dan glutamate lainnya yang berasal
dari makanan yang difermentasi.

Para saintis telah menemukan peta rasa tradisional adalah salah. Menurut
mereka, semua peta rasa dapat mendeteksi lima pengecap dasar. Sebuah fakta, peka
rasa yang pertama kali dikemukakan oleh D.P.Hanig (1901) memperlihatkan empat
pengecap dapat ditemukan pada bagian yang sama dari lidah.

12
Indera Peraba
Indera peraba manusia adalah kulit. Kulit terdiri dari epidermis dan dermis.
Epidermis, yaitu lapisan sel yang sangat rapat. Sedangkan dermis adalah lapisan di
bawah epidermis yang letak sel-selnya agak berjauhan satu sama lain. Pada kulit
terdapat reseptor yang sangat sensitif terhadap sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan
nyeri. Reseptor ini dapat berupa ujung saraf yang bebas ataupun ujung saraf yang
diselubungi kapsul jaringan ikat.
Umumnya setiap jenis reseptor hanya memiliki fungsi khusus, yaitu menerima
satu jenis rangsangan saja. Tipe reseptor antara lain :
- Nyeri; reseptor rasa nyeri berupa ujung saraf bebas yang terdapat di seluruh
jaringan tubuh, baik di bagian luar maupun bagian alat dalam.
- Panas dan dingin; reseptornya berupa ujung saraf.
- Sentuhan; reseptornya adalah korpus Meissner; diskus Merkel, dan ujung saraf
yang melingkari akar rambut dan semuanya terletak di dekat permukaan kulit,
sedangkan korpus Ruffini berperan pada sentuhan yang kuat.
- Tekanan; reseptornya adalah korpus Paccini, Ruffini dan Krause. Semuanya
terletak agak dalam pada kulit.
Pada bibir, ujung jari, ujung lidah, dan alat kelamin terdapat banyak reseptor
dengan serabut saraf sensorik. Dengan demikian, ujung jari dapat membedakan dua
titik rangsangan bahkan bila jarak kedua titik 1 mm. hal tersebut disebabkan masing-
masing titik rangsangan akan mengenai reseptor pada neuron yang berbeda sehingga
otak dapat membedakan dua titik rangsang tersebut. Ujung jari dapat dipakai untuk
mengetahui halus kasarnya suatu jenis kain dan dapat juga digunakan untuk membaca
huruf braile oleh tuna netra.

13
Pada daerah punggung merupakan daerah yang miskin akan reseptor.
Punggung hanya dapat membedakan dua titik rangsangan, jika jarak kedua titik
rangsangan lebih besar dari 70 mm.

Kulit memiliki beberapa tipe reseptor sensori, yaitu :

1. Mekanoreseptor, berkaitan dengan tekanan, cubitan, pukulan dan pijatan.


2. Thermoreseptor, berkaitan dengan rasa panas dan dingin.
3. Kemoreseptor, berkaitan dengan rasa asam, basa dan garam.
4. Reseptor nyeri atau sakit, berkaitan dengan mekanisme protektif tubuh.
Oleh karena itu, kulit sangat sensitif terhadap sentuhan, panas, dingin,
tekanan, dan rasa sakit (nyeri). Jika kulit dirangsang, maka berbagai rangsangan yang
berbeda dapat muncul. Perbedaan macam rangsangan yang muncul ditentukan oleh
reseptor-reseptor khusus (indera) yang terdapat pada ujung-ujung saraf.
Pada umumnya, terdapat dua macam bentuk ujung saraf pada reseptor kulit,
yaitu reseptor berujung saraf bebas dan reseptor dengan ujung saraf berselubung
kapsul/selaput. Reseptor berujung saraf bebas terdapat di seluruh jaringan tubuh dan
berfungsi untuk mendeteksi rasa sakit. Reseptor dengan ujung saraf berselubung atau
berselaput dapat berupa korpuskel Meissner dan diskus Merkel, berfungsi mendeteksi
rangsangan sentuhan lunak; korpuskel Pacini, mendeteksi rangsangan tekanan;
korpuskel Ruffini, mendeteksi rangsangan panas; dan korpuskel Krause mendeteksi
rangsangan dingin.
Semua reseptor khusus tidak terdistribusi secara merata pada kulit. Wilayah-
wilayah kulit tertentu dapat saja jauh lebih peka dibandingkan wilayah-wilayah kulit

14
lainnya terhadap suatu rangsangan. Misalnya, ujung jari dan bibir sangat peka
terhadap sentuhan, jauh lebih peka dibandingkan dengan tangan.

Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang.
Kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera) yang terletak di lapisan dermis. Kulit manusia terdiri atas epidermis,
dermis, dan hipodermis.
a. Epidermis
Lapisan epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis
tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan Malpighi. Lapisan
korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan digantikan oleh
sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan lapisan
germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar. Lapisan
germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri, menggantikan lapisan
sel-sel pada lapisan korneum.
Epidermis tersusun atas empat lapis sel yaitu:
1. Stratum germinativum berfungsi membentuk lapisan di sebelah atasnya.
2. Stratum granulosum sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan
pigmen hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit,
kehitaman, atau kecoklatan.
3. Stratum lusidum merupakan lapisan yang transparan.
4. Stratum korneum merupakan lapisan yang paling luar.

b. Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar
keringat, dan kelenjar minyak. Keringat mengandung air, garam, dan urea. Fungsi lain
sebagai alat ekskresi adalah sebagai organ penerima rangsangan, pelindung terhadap

15
kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk pengaturan suhu tubuh.
Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus.

c. Hipodermis
Lapisan ini terletak di bawah dermis. Lapisan ini banyak mengandung lemak.
Lemak berfungsi sebagai cadangan makanan, pelindung tubuh terhadap benturan, dan
menahan panas tubuh.

Pada praktikum kali ini, lidah diujikan sensitifitasnya dengan cara lidah dalam
keadaan basah dan lidah dalam keadaan kering. Pada saat lidah dalam keadaan basah,
reseptor perasa lebih sensitive dibandingkan dengan lidah dalam keadaan kering. Hal
ini disebabkan karena pada saat lidah dalam keadaan basah saliva berfungsi sebagai
pelarut untuk molekul-molekul yang nantinya akan merangsang papilla pengecap,
karena hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil
pengecap. Mekanisme kerja reseptor pengecap adalah dimulai dengan adanya zat
kimia dalam bentuk larutan yang sampai ke puting pengecap di lidah, yang
menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu masuknya Na+ dan keluarnya K+ dari sel
reseptor. Depolarisasi berlanjut menyebabkan terbentuknya potensial aksi yang
dihantarkan oleh saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke otak untuk diolah
sehingga timbul sensasi rasa. Suatu rangsang yang diterima oleh indera pengecap
berupa zat kimia akan diterima oleh reseptor pengecap yang disebut papilla. Papilla
tersebut memiliki bulu-bulu saraf (gustatiry hair) yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls ke saraf pusat. Dengan demikian, zat-zat kimia yang terlarut
dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel kemudian
timbulah impuls yang akan menjalar ke saraf otak untuk diteruskan dan berakhir di
daerah pengecap. Pada saat lidah dalam kering berarti produksi saliva berkurang dan
menyebabkan lidah tidak bekerja maksimal sehingga reseptor perasa kurang sensitive.

Selain uji sensitivitas pada indera pengecap, dalam praktikum ini menguji
sensitivitas pada indera peraba. Diuji dengan cara mengoleskan obat anestesi lokal
pada kulit. Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf (terutama rasa
nyeri) bila dikenakan secara lokal pada jaringan dengan kadar cukup obat ini bekerja
pada tiap bagian susunan saraf. Misalnya, anestesi lokal dikenakan pada korteks
motoris, impuls yang dialirkan dari daerah tersebut terhenti. Sebagaimana diketahui,
potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat permeabilitas membran

16
terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses fundamental inilah
yang dihambat oleh anestetik lokal; hal ini terjadi akibat adanya interaksi langsung
antara zat anestetik lokal dengan kanal Na+ yang peka terhadap adanya perubahan
voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam
saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan
peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor pengaman
konduksi saraf juga berkurang. Faktor- faktor ini akan mengakibatkan penuruan
menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian mengakibatkan kegagalan saraf.
Pada saat kulit tangan kiri diberikan obat anestesi lokal setelah beberapa menit, kulit
terasa kaku. Ketika kulit yang diberikan anestesi lokal dengan uji rasa nyeri panas dan
dingin, kulit mengalami rangsangan yang sangat kurang dan berasa tidak mengalami
rasa nyeri sama sekali. Hal ini disebabkan karena obat anestesi lokal akan
menghambat hantaran saraf terutama rasa nyeri. Sama seperti diberikan uji rasa nyeri,
ketika kulit yang diberikan anestesi lokal dengan uji rasa panas dan dingin pun, kulit
yang telah iolesi anestesi lokal mengalami rangsangan yang kurang, namun pada kulit
terasa dingin dan panas tetapi hanya sedikit tidak sebanding dengan kulit normal yang
tidak diberikan obat anestesi lokal.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa


indera pengecap (lidah) lebih sensitif dalam keadaan basah karena pada saat lidah
dalam keadaan basah saliva berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang
nantinya akan merangsang papilla pengecap, karena hanya molekul dalam larutan
yang dapat bereaksi dengan reseptor papilla pengecap. Ketika indera peraba (kulit)
diberikan anestesi lokal, akan menghambat hantaran saraf sehingga meninggikan
tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran sel saraf, dengan
demikian menutup pori dalam membran sehingga menghambat gerak ion melalui
membran. Dapat dikatakan bahwa cara kerja utama obat anestetik lokal ialah
bergabung dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga
mengakibatkan terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan
mengakibatkan hambatan gerakan ion melalui membran.

17
VIII. KESIMPULAN

Dari praktikum pengujian terhadap sistem indera pengecap dan indera peraba
dapat disimpulkan, pengujian indera pengecap terhadap berbagai larutan yang
diujikan akan lebih terasa bila ditempatkan pada letak kuncup pengecapnya masing-
masing, seperti manis pada ujung lidah; asin di samping lidah pada bagian ujung;
asam di samping lidah pada bagian pangkal; dan pahit pada pangkal lidah. Larutan
yang ditempatkan tepat pada kuncup perasanya akan terjadi efek penimbulan rasa
yang cepat. Sedangkan jika ditempatkan pada selain kuncup pengecapnya akan
didapat efek yang lama dari pada yang ditempatkan sesuai kuncup pengecapnya,
namun pada akhirnya rasa yang timbul akan terasa. Selain itu indera pengecap akan
berfungsi optimal jika pada keadaan basah, dimana saliva membuat pelarut untuk
molekul-molekul yang nantinya akan merangsang papilla pengecap. Dengan demikian
zat-zat kimia yang terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan
merangsang sel-sel kemudian timbulah impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII
dan syaraf IX otak untuk diteruskan ke thalamus dan berakhir di daerah
pengecap primer di lobus parietalis untuk kemudian diinterpretasikan. Sehingga
makanan yang dikunyah atau minuman yang larut bersama air liur memasuki kuncup
pengecap melalui pori-pori bagian atas. Didalam makanan akan merangsang ujung
saraf yang mempunyai rambut (Gustatory hair). Dari ujung tersebut pesan akan
dibawa ke otak,kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap
makanan yangmasuk ke dalam mulut kita.
Untuk pengujian indera peraba terhadap kulit yang diberi anestesi lokal
dengan yang tidak diberi, terjadi reflek rangsangan yang berbeda. Untuk kulit yang
menjadi kontrol yang tidak diberi anestesi lokal, efek yang terjadi lebih cepat dan
terasa sedangkan untuk kulit yang telah diberi anestesi lokal terlebih dahulu kurang
terjadi kepekaan terhadap pengujian yang dilakukan.

18
IX. DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, dkk. 2004. Biologi 2. Jakarta: Esis.


A.Suyitno, Sukirman. 2008. Biology for Junior High School. Jakarta:Yudhistira.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula, Jakarta: EGC.
Staff.unila.ac.id/sistem-indera.pdf

Sudjadi, Bagod, dkk. 2007.Biologi Sains Dalam Kehidupan. Jakarta: Yudhistira.

Wasis dan Sugeng Yuli Irianto. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam Jilid 3 untuk SMP
dan MTs Kelas IX. Jakarta : PT. Sekawan Cipta Karya

19
X. LAMPIRAN

 Media untuk pengamatan sistem indera peraba (kulit)

 Contoh obat anestasi yang digunakan dalam perbandinganperlakuan antara kontrol


dan uji yang diberikan obat anestesi lokal sebelumnya pada pengamatan sistem indera
peraba ( kulit )

 Bahan yang digunakan dalam pengamatan sistem indera pengecap ( lidah )

Keterangan :

No. 1 = larutan asam

No. 2 = larutan manis

No. 3 = larutan asin

No. 4 = larutan pahit


(bratawali)

20

Anda mungkin juga menyukai