Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH (dan juga
keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data laboratorium lainnya. (Muttaqin, 2008). 1. Langkah-langkah untuk menilai gas darah: a. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun pasien mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat pasien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran). b. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran). c. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan). d. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran) 2. Tujuan pengambilan Gas darah arteri : a. Diagnostik b. Mengetahui kadar Oksigen (O2) dan Karbondioksida (CO2) c. Mengetahui status keseimbangan asam basa tubuh pasien (Asidosis atau Alkalosis). 3. Indikasi : a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik b. Pasien dengan edema pulmo c. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) d. Infark miokard e. Pneumonia f. Pasien syok g. Post pembedahan coronary arteri baypass h. Resusitasi cardiac arrest i. Pasien dengan perubahan status respiratori j. Anestesi yang terlalu lama
Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang
sedang menjalani terapi anti koagulan, dan pasien dengan riwayat gangguan pembekuan darah. 5. Lokasi pengambilan darah arteri : a. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
Merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan,
hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain. b. Arteri brakialis c. Arteri femoralis d. Arteri tibialis posterior e. Arteri dorsalis pedis Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak. 6. Persiapan pasien: a. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan b. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit. c. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul. d. Jelaskan tentang allen’s test. 7. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan darah arteri BGA menurut Widayatun (2005). a. Tindakan pengambilan darah arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih. b. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku. c. Kaji ambang nyeri pasien, apabila pasien tidak mampu mentoleransi nyeri, berikan anestesi lokal. d. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allen’s untuk mengetahui kepatenan arteri. e. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri. f. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dengan heparin dan tidak membeku. g. Lakukan penekanan pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena). h. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus. i. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil. j. Segera kirim ke laboratorium ( cito ).