Relay differensial merupakan suatu relay yang prinsip kerjanya berdasarkan kesimbangan (balance),
yang membandingkan arus-arus sekunder transformator arus (CT) terpasang pada terminal-terminal
peralatan atau instalasi listrik yang diamankan. Penggunaan relay differensial sebagai relay pengaman,
antara lain pada generator, transformator daya, bus bar, dan saluran transmisi. Relay differensial
digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada transformator daya yang berguna untuk
mengamankan belitan transformator bila terjadi suatu gangguan. Relay ini sangat selektif dan sistem
kerjanya sangat cepat.
1. Karakteristik CT
Relay differensial dalam operasinya bahwa dalam keadaan normal atau terjadi gangguan diluar daerah
pengamanannya arus pada relay sama dengan nol. Karena itu kemungkinan salah kerja dari relay
differnsial dapat terjadi, arus yang dapatmenyebabkan relay salah kerja tersebut dinamakan arus
ketidakseimbangan. Bila suatu arus yang besar mengalir melalui suatu trafo arus maka arus pada terminal
sekunder tidak lagi linear terhadap arus primer. Hal ini disebabkan kejenuhan pada intinya. Pada relay
differensial trafo arusnya harus identik, namun kejenuhan intinya tidak dapat sama betul. Hal ini
disebabkan perbedaan beban dari masingmasing trafo arus tersebut.
2. Karakteristik Trafo Arus pada relay differensial, seperti gambar berikut ini :
Gambar :
sisi kiri menggambarkan contoh lilitan berbentuk wye/star, dengan a), b), c) sama namun dengan
penggambaran yang berbeda.
sisi kanan menggambarkan konfigurasi lilitan delta, dengan a), b), c) sama namun dengan
penggambaran yang berbeda
Cara pemasangan dan tipe hubungan lilitan tersebut dapat bermacam-macam, sehingga membuat
berbagai jam trafo.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, jam trafo tersusun dari vektor-vektor tegangan pada lilitan-lilitan
trafo, sehingga dapat dibentuk kode-kode tertentu seperti jam. Pada jam trafo, Setiap perbedaan 1 jam,
artinya fasenya berbeda 30 derajat.
Gambar 2.
a) Trafo dengan wye-delta berserta arah fasornya.
b) jika fasor kedua sisi dibandingkan, akan membuat arah jam 1
Bagian primer (kiri) mempunyai konfigurasi lilitan star, bagian sekunder (kanan) mempunyai konfigurasi
delta. Jika kedua fasor sisi primer dan sekunder disatukan dengan titik tengahnya, maka akan membentuk
arah jam 1 (gambar 2b ).
Jika kita ambil patokan fase warna merah, sisi primernya sebagai penunjuk angka 12, sedang sisi
sekundernya terlihat bergeser. Kemudian ditarik garis dari titik netral ke ujung panah r, maka membentuk
sudut 30 derajat (gambar 2b).
2. Hubungan Trafo Wye-Delta Jam 11
Gambar 3.
a) Trafo dengan wye-delta berserta arah fasornya.
b) jika fasor kedua sisi dibandingkan, akan membuat arah jam 11
Mirip dengan Yd1. Namun, liat konfigurasi delta pada sekunder, dan bandingkan dengan Yd1. Perbedaan
tersebut membuat perbedaan urutan fasenya, sehingga membentuk arah jam yang berbeda.
3. Hubungan Trafo Delta-Wye Jam 1
Gambar 4.
a) Trafo dengan delta-wye berserta arah fasornya.
b) jika fasor kedua sisi dibandingkan, akan membuat arah jam 1
Sisi primer mempunyai lilitan delta, dan sekunder mempunyai lilitan star.
4. Hubungan Trafo Delta-Wye Jam 11
Gambar 5.
a) Trafo dengan delta-wye berserta arah fasornya.
b) jika fasor kedua sisi dibandingkan, akan membuat arah jam 11
Mirip dengan konfigurasi Dy1. Sekali lagi, pengaruh hubungan lilitan di bagian delta yang
mempengaruhi perbedaan dengan Dy1.
Konfigurasi Lainnya:
Berikut ini adalah beberapa contoh konfigurasi lilitan pada trafo. Contoh sebelumnya menggunakan
penanda berupa r-s-t, namun pada gambar 6, berupa I-II-III. Intinya sama, hanya masalah penamaan saja.
Gambar 6. konfigurasi jam trafo lainnya beserta susunan lilitannya (zone4info.com)
PEDOMAN PEMELIHARAAN
2.1 In Service Inspection
In Service inspection adalah kegiatan inspeksi yang dilakukan pada saat trafo dalam
kondisi bertegangan/ operasi. Tujuan dilakukannya in service inspection adalah untuk
mendeteksi secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi didalam trafo tanpa
melakukan pemadaman.
Subsistem trafo yang dilakukan in service inspection adalah sebagai berikut:
Electromagnetic circuit
Dielektrik
Struktur Mekanik
Bushing
OLTC
Pendingin
Selain subsistem di atas terdapat bagian-bagian lain yang dapat dilakukan in service
inspection, antara lain:
NGR – Neutral grounding Resistor
Fire Protection
Sistem monitoring (meter suhu dan on-line monitoring)
Lokasi-lokasi pada trafo yang dipantau dengan thermovisi / thermal image camera adalah
sebagai berikut:
1. Maintank
2. Tangki OLTC
3. Radiator
4. Bushing
5. Klem-klem pada setiap bagian yang ada
6. Tangki konservator
7. NGR
Pada setiap pengukuran menggunakan thermovisi / thermal image camera, secara umum
dilakukan pengukuran suhu pada tiga titik (atas, tengah, dan bawah). Pada display /
tampilan alat, objek yang di monitor akan terlihat tertutupi sebuah lapisan gradasi warna
atau gradasi hitam putih. Warna – warna yang muncul akan mewakili besaran suhu yang
terbaca pada objek. Disamping kanan tampilan / display dilengkapi dengan batang
korelasi antara warna dengan suhu sebagai referensi warna-warna yang muncul pada
tampilan.
Pengukuran thermovisi pada maintank dan OLTC trafo dilakukan pada tiga posisi yaitu
bawah, tengah dan atas untuk mengetahui gradasi panas pada trafo yang mewakili
normal tidaknya proses operasi dari trafo.
Sama halnya seperti pengukuran thermovisi pada maintank trafo, pengukuran thermovisi
pada sirip pendingin dilakukan pada tiga titik untuk mengetahui efisiensi dari proses
pendinginan sirip trafo tersebut.
Pengukuran pada bushing trafo adalah dengan melihat titik yang paling panas dalam
sebuah bushing dan membandingkan karakteristik suhu terhadap fasa lainnya.
Untuk pengukuran konservator dan NGR dilihat tiga titik secara vertikal untuk mengetahui
karakteristik suhu peralatan.
Salah satu metoda untuk mengetahui ada tidaknya ketidaknormalan pada trafo adalah
dengan mengetahui dampak dari ketidaknormalan trafo itu sendiri. Untuk mengetahui
dampak ketidaknormalan pada trafo digunakan metoda DGA (Dissolved gas analysis).
Pada saat terjadi ketidaknormalan pada trafo, minyak isolasi sebagai rantai hidrocarbon
akan terurai akibat besarnya energi ketidaknormalan dan akan membentuk gas - gas
hidrokarbon yang larut dalam minyak isolasi itu sendiri. Pada dasarnya DGA adalah
proses untuk menghitung kadar / nilai dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat
ketidaknormalan. Dari komposisi kadar / nilai gas - gas itulah dapat diprediksi dampak –
dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah overheat, arcing atau
corona.
Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2 (hidrogen), CH4 (Methane),
N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4
(Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2 (Acetylene).
Untuk mengambil sample minyak untuk pengujian DGA harus menggunakan syringe,
selang sampling dan konektor sampling pada valve trafo.
Untuk mengetahui adanya kontaminan atau proses oksidasi didalam minyak, dilakukan
pengujian oil quality test (karakteristik).
Pengujian karakteristik minyak selain dilakukan untuk minyak di dalam maintank trafo juga
dilakukan pada minyak cable box (tubular) untuk koneksi bushing trafo ke GIS 150kV
melalui kabel.
Pengujian oil quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada
standar IEC 60422. Adapun jenis pengujiannya berupa:
Pengujian Kadar Air
Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat menurun. Salah satu
penyebab turunnya tingkat isolasi minyak trafo adalah adanya kandungan air pada
minyak. Oleh karena itu dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar
kadar air yang terlarut / terkandung di minyak.
Metoda yang umum digunakan untuk menguji kandungan air dalam minyak adalah
metoda Karl Fischer. Metoda ini menggunakan satu buah elektroda dan satu buah
generator. Generator berfungsi menghasilkan senyawa Iodin melalui proses elektrolisis
yang berfungsi sebagai titer / penetral kadar air sedangkan Elektroda berfungsi sebagai
media untuk mengetahui ada tidaknya kadar air di dalam minyak melalui proses titrasi
secara kolumetrik. Perhitungan berapa besar kadar air di dalam minyak dilihat dari berapa
banyak iodin yang di bentuk pada reaksi tersebut.
Untuk autotrafo, metode pengujian dilakukan sama dengan metode trafo dua belitan
dengan perbedaan dan beberapa pertimbangan yaitu; Sisi HV dan LV pada autotrafo
dirangkai menjadi satu belitan yang tidak dapat dipisahkan, sehingga bushing HV, LV dan
Netral dijadikan satu sebagai satu titik pengujian (Primer). Sisi Belitan TV dijadikan
sebagai satu titik pengujian (Sekunder).