Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN MULTIPLE INTELEGENCE MELALUI KURIKULUM 2013

DAN PEMBELAJARAN YANG MENYENANGKAN

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah

Teori Belajar dan Pembelajaran

Dosen pengampu : Marja,S.Pd.,M,Pd

Disusun Oleh :

Indah Hairunisa

1103617024

MP C 2017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
kami telah berhasil menyusun makalah yang diberikan oleh dosen matakuliah Teori Belajar
dan Pembelajaran dengan judul makalah “Meningkatkan Multiple Intelegence Melalui
Kurikulum dan Pembelajaran yang Menyenangkan”.

Makalah ini untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan melalui pemberian


dan pemupukan pengetahuan dengan berbagai permasalahan yang ada, pembahasan, dan
analisa yang telah ditulis dengan bahasa yang mudah untuk dimengerti bagi siapa saja yang
ingin membaca dan memahaminya. Sehingga menjadi manusia cerdas yang terus
berkembang dalam hal kemampuan,keimanan,ketaqwaannya kepada Alla SWT.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kami mengharapkan,
kritik dan saran positif yang kiranya dapat membantu dalam penyempurnaan makalah
berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terimakasih,

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 15 Desember 2018

Indah Hairunisa

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah intelegensi atau kecerdasan bukanlah sesuatu yang baru bagi kita
sebagai pendidik. Namun sejalan dengan perkembangun ilmu pengetahuan, ilmu
tentang intelegensi pun berkembang. Pada dasarnya setiap anak memiliki multiple
intelegensi. Hanya saja, sering tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua,
pendidik di sekolah, atau sistem pendidikan (kurikulum) nasional, sehingga kurang
berkembang. Padahal dengan mengembangkan seluruh potensi intelegensi anak sejak
dini, berarti kita memberi anak jalan untuk lebih mudah mencapai puncak sukses
kelak di kemudian hari. Kebanyakan anak memiliki sejumlah intelegensi yang
dominan dengan gaya belajar yang berbeda yang diekspresikan dengan cara yang
berbeda. Jika kita melihat anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkinkan
anak tersebut mempunyai lebih dari satu intelegensi primer. Namun, dapat juga berarti
sebaliknya, anak tersebut belum cukup matang untuk mengembangkan satu minat
yang kuat. Ormstein dan Gardner sependapat bahwa seluruh potensi otak tersebut
harus diberdayakan untuk mencapai kompetensi tertentu baik untuk kegiatan
pembelajalran di sekolah atau pendidikan di rumah. Seluruh potensi otak diberi
kesempatan yang sama melalui berbagai aktivitas dan stimulus yang diberikan dan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Guru perlu mengembangkan
suatu program pembelajaran yang dapat memberdayakan dan mengembangkan
intelegensi-intelegensi tersebut melalui kurikulum yang digunakan dan melalui
pembelajaran yang menyenangkan untuk mencapai kompetensi tertentu dalam
suatu kurikulum.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa,
akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan,
semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum
haruslah dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan
yang terjadi pada masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan
yang diharapkan. Sejak isu reformasi pendidikan digulirkan, maka banyak
bermunculan gagasan-gagasan pembaharuan pendidikan. Arah reformasi dalam
mewujudkan pengembangan pendidikan terkait dengan kebijakan kurikulum adalah
ikut diperbaharuinya kurikulum yang ada sebelumnya dari kurikulum 1984
diperbaharui menjadi kurikulum 1994 diperbaharui menjadi kurikulum 2004 atau
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Selang dua tahun kemudian KBK pun telah
mengalami pembaharuan kembali menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) atau kurikulum 2006 dan terakhir diperbaharui menjadi kurikulum 2013.
Dan pada akhirnya anak didik menjadi cerdas karena seluruh intelegensinya
berkembang secara berimbang karena kurikulum dan metode pembelajaran yang
diberikan oleh guru. Hal ini sejalan dengan Undang-undang Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang
menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha adil dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Multiple Intelegences ?
2. Apa pengertian kurikulum 2013 ?
3. Apa saja karakteristik dari kurikulum 2013 ?
4. Bagaimana metode pembelajaran di dalam kurikulum 2013 ?
5. Bagaimana cara untuk melakukan pembelaran yang menyenangkan ?
6. Bagaimana cara meningkatkan multiple intelegences melalui kurikulum dan
pembelajaran yang menyenangkan ?
7. Bagaimana evaluasi pendidikan dalam peningkatan multiple intelegence melalui
kurikulum 2013 dan pembelajaran yang menyenangkan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan multiple intelegences
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum 2013
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari kurikulum 2013
4. Untuk mengetahui bagaimana metode pembelajaran dari kurikulum 2013
5. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pembelajaran yang menyenangkan
6. Untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan multiple intelegence melalui
kurikulum dan pembelajaran yang menyenangkan
7. Untuk mengetahui bagaimana evaluasi pendidik dalam peningkatan multiple
intellegence melalui kurikulum 2013 dan pembelajaran yang menyenangkan

D. Tujuan Penulisan
Untuk memenuhi tugas matakuliah teori belajar dan pembelajaran pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Multiple Intelegence

Salah satu peneliti tentang kecerdasan manusia adalah Prof. Howard Gardner
yang merupakan seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard. Gardner
(Dalam Suciati, 2005) menyatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi atau
rendah seperti tekanan darah manusia dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur
secara mutlak dengan tes-tes IQ. Tes IQ hanya mampu mengukur kemampuan
seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja.
Gardner juga menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa kecerdasan,
tidak hanya satu kecerdasan. Gardner menyebut istilah ini dengan “Kecerdasan Ganda
atau Inteligensi Ganda atau Multiple Intelligences”. Kecerdasan ganda adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang
bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika
dihadapkan pada suatu masalah, ia memiliki sejumlah kemampuan untuk
memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan konteksnya. Seperti halnya
Ornstein, Gardner juga menyebutkan bahwa inteligensi seseorang terdiri dari
beberapa jenis seperti inteligensi bahasa, logis matematis, visual spasial, kinestetik,
interpersonal, intrapersonal, musical, dan naturalis. Perbedaan antara Ornstein dan
Gardner adalah Gardner tidak memisahkan letak jenis-jenis inteligensi di belahan
otak. Gardner lebih mengutamakan bahwa jenis-jenis inteligensi tersebut harus
dikembangkan secara berimbang, agar setiap individu dapat mengembangkan seluruh
kemampuannya secara maksimal.
Penelitian Gardner mengidentifikasi ada 8 macam kecerdasan manusia dalam
memahami dunia nyata, kemudian diikuti oleh tokoh – tokoh lain dengan
menambahkan dua kecerdasan lagi, sehingga menjadi 10 macam kecerdasan.
Kehadiran ciri-ciri pada individu menentukan kadar profil kecerdasannya. Dalam
kehidupan nyata, kecerdasan-kecerdasan itu hadir dan muncul bersama-sama atau
berurutan dalam suatu atau lebih aktivitas. Orang yang memiliki tingkat kecerdasan
yang sangat tinggi pada satu jenis kecerdasan, namun rendah dalam kecerdasan yang
lain. Dalam dunia pendidikan, teori multiple intelligences mulai diterima karena
dianggap lebih melayani semua kecerdasan yang dimiliki anak.

Konsep multipe intelliegences menjadikan pendidik lebih arif melihat


perbedaan, dan menjadikan anak merasa lebih diterima dan dilayani. Konsep
ini“menghapus” mitos anak cerdas dan tidak cerdas, karena menurut konsep ini,
semua anak hakikatnya cerdas. Hanya saja konsep cerdas itu perlu diredefinisi dengan
landasan baru. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut
di atas, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut
dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (MultipleIntelligences)1.
Sembilan inteligensi yang dimiliki peserta didik menurut Gardner, yaitu :
1. Inteligensi linguistik (linguistic intelligence)
Adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata- kata secara
efektif baik secara oral maupun tertulis. Anak yang memiliki intelegensi linguistik
tinggi akan berbahasa lancar, baik, dan lengkap, mudah mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan mudah belajar beberapa bahasa.
Kegiatan yang cocok bagi orang yang memiliki intelegensi linguistik antara lain;
pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara, dan
orator.
2. Inteligensi matematis-logis (logical-mathematical intelligence)
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan bilangan dan logika
secara efektif. Anak yang memiliki intelegensi matematis-logis menonjol, dapat
dengan mudah melakukan tugas memikirkan sistem-sistem yang abstrak, seperti
matematika dan filsafat, mudah belajar berhitung, kalkulus, dan bermain dengan
angka. Bahkan ia dengan senang menggeluti simbol angka dalam buku
matematika daripada kalimat yang panjang-panjang.
3. Inteligensi ruang-visual (spatial intelligence)
Adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang-visual secara tepat, seperti
dimiliki para pemburu, arsitek, navigator, dan dekorator. Juga kepekaan terhadap
keseimbangan, relasi, warna, garis, bentuk, dan ruang.

4. Inteligensi kinestetik-badani (bodily-kinesthetik intelligence)

Adalah kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk


mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti ada pada aktor,atlet, penari,
pemahat, dan ahli bedah.

5. Inteligensi musikal (musical intelligence)


Adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan,dan menikmati
bentu-bentuk musik dan suara. Termasuk kepekaan akan ritme, melodi, dan

1 Linda Campbell, dkk, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligence,(Depok: Intuisi Press,
2004)hlm.65.
intonasi, kemampuan memainkan alat musik, kemampuan menyanyi, mencipta
lagu, dan kemampuan menikmati lagu, musik, dan nyanyian.
6. Inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence)
Adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan,
intensi, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kemampuan untuk menjalin
relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Seperti dipunyai oleh para
komunikator, fasilitator, dan penggerak massa.
7. Inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence)
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri.
8. Inteligensi lingkungan/naturalis (naturalist intelligence)
Adalah kemampuan untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik.
Kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan
kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan mengembangkan
pengetahuan akan alam.
9. Inteligensi eksistensial (existencial intelligence).
Adalah kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk
menjawab persoalan-persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia.

B. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan


tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta
didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka
ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih
kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam
menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan
yang lebih baik2.
Hal mendasar dari kurikulum 2013, menurut Mulyoto adalah masalah
pendekatan pembelajarannya. Selama ini, pendekatan yang digunakan adalah materi.
Jadi materi di berikan pada anak didik sebanyak-banyaknya sehingga mereka
menguasai materi itu secara maksimal. Bahkan demi penguasaan materi

2 Loeloek. Endah Poerwati&Sofan Amri,Paduan Memahami Kurikulum 2013. (Jakarta:PT Prestasi Pustakaraya ,
2013),hlm.45.
itu, drilling sudah diberikan sejak awal, jauh sebelum siswa menghadapi ujian
nasional. Dalam pembelajaran seperti ini, tujuan pembelajaran yang dicapai lebih
kepada aspek kgnitif dengan menafikan aspek psikomotrik dan afektif.
Ketiga aspek tersebut sebenarnya sudah mendapat penekanan pada kurikulum
kita selama ini. Pada saat pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
2003, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif (yang dikenal dengan taksonomi
Bloom tentang tujuan pendidikan), telah juga menjadi kompetensi integral yang harus
dicapai. Lalu pada saat pemberlakuan Kurikulum 2006, melalui pendidikan karakter,
aspek afektif yang seolah dilupakan para praktisi pendidikan, digaungkan. Tapi dalam
dataran praksis, hanya aspek kognitif yang dikejar. Penyebabnya adalah kurikulum
tidak dikawal dengan kebijakan yang sinergis, tetapi malah dijegal dengan kebijakan
ujian nasional.
Soal-soal ujian nasional hanya menguji pencapaian aspek kognitif. Pencapaian
aspek psikomotorik dan afektif tidak bisa diukur dengan menggunakan tes ini.
Padahal tes ini adalah penentu kelulusan. Maka pembelajaran yang terjadi adalah
pembelajaran yang berbasis materi tanpa memedulikan penanaman keterampilan dan
sikap. Pada kenyataannya, sejak awal siswa-siswa telah dibiasakan menghadapi soal-
soal model ujian nasional. Pembelajaran mengacu pada kompetensi dasar yang yang
nanti akan diujikan dalam ujian nasional. Bahkan ada pula guru yang menggunakan
soal-soal ujian nasional yang telah diujikan pada tahun sebelumnya sebagai acuan
dalam pembelajaran. Menjelang menghadapi ujian nasional, guru memberikan
pembelajaran ujian nasional pada siswanya. Apapun yang tidak ada kaitannya dengan
ujian nasional ditiadakan3.
Berdasarkaan pengalaman selama ini, hal tersebut harus didukung dengan
kebijakan yang konsisten, yaitu sistem avaluasi yang mengukur pencapaian
kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif secara berimbang. Tidak bisa
dipungkiri bahwa ujian nasional harus dihapuskan, sehingga penentu kelulusan
nantinya adalah transkrip nilai yang diperoleh dari nilai rapor tiap semester. Karena
nilai-nilai rapor sebagai hasil evaluasi pembelajaran mengandung ketiga aspek secara
menyeluruh, maka pembelajaran juga akan diberikan seccara benyeluruh dalam ketiga
aspek itu. Dengan dihapusnya ujian nasional, wewenang mengadakan evaluasi
kembali kepada guru sehingga lengkaplah kewenangan guru; menyusun rencana

3Ibid,hlm.67.
pembelajaran, melaksanakn kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan
evaluasi. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

C. Karakteristik Kurikulum 2013


Dalam kurikulum 2013 memiliki karakteristik diantaranya:
a. Isi atau konten kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam bentuk
Kompetensi Inti (KI) satuan pendidikan dan kelas, dirinci lebih lanjut dalam
Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.
b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (kognitif dan
psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah,
kelas dan mata pelajaran.
c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik
untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu
untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.
d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijenjang pendidikan menengah
diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah
berimbang antara sikap dan kemampuan intelektual (kemampuan kognitif
tinggi).
e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing elements)
Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.
f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif
saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal) diikat
oleh kompetensi inti.
g. Silabus dikembangkan sebagai rancangan belajar untuk satu tema (SD). Dalam
silabus tercantum seluruh KD untuk tema atau mata pelajaran di kelas
tersebut.
h. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari setiap KD yang untuk
mata pelajaran dan kelas tersebut.

D. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran
sehingga diperoleh hasil yang optimal. Adapun berbagai metode pembelajaran yang
dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain4:
1. Metode ceramah
Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal
maupun nonverbal.
2. Metode latihan
Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu
sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
3. Metode tanya jawab
Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab oleh
anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses
pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.
4. Metode karya wisata
Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek
diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau
mengalami secara langsung.
5. Metode demonstrasi

4 Ibid,hlm. 73.

Anda mungkin juga menyukai