Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PERITONITIS
DI RUANG 12 HCU
RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
Tim PKRS R. 12 HCU

RSUD dr. SAIFUL ANWAR MALANG


Januari 2019
SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)
PERITONITIS

Pokok bahasan : Peritonitis


Sasaran : Keluarga pasien
Tempat : Ruang 12
Hari / tanggal : jumat, 04 januari 2019
Alokasi Waktu : 20 menit (10.00-10.20 WIB)
Pertemuan ke :1
Penyuluh : Mahasiswa

A. Tujuan Instruksional
Tujuan Umum : Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta dapat
memahami tentang konsep peritonitis dan cara penanganannya.
Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit peserta mampu :
1. Peserta mengetahui pengertianperitonitis
2. Peserta mengetahui klasifikasi peritonitis
3. Peserta mengetahui penyebab peritonitis
4. Peserta mengetahui tanda dan gejala peritonitis
5. Peserta mengetahui komplikasi peritonitis
6. Peserta mampu melakukan perawatan luka pasien post op laparotomy
B. Sub Pokok Bahasan
1. Pengertian peritonitis
2. Klasifikasi peritonitis
3. Penyebab peritonitis
4. Tanda dan gejala peritonitis
5. Komplikasi peritonitis
6. Perawatan luka post operasi laparotomi
C. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Pasien Metode Media
Pendahuluan 3 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam Ceramah
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dengan
3. Menjelaskan sub topik yang akan dibahas baik
4. Menjelaskan maksud, tujuan, dan kontrak 3. Mendengarkan dengan
waktu seksama
Penyajian 12 1. Menjelaskan pengertianperitonitis 1. Mendengar dengan seksama Ceramah powerpoint
menit 2. Menjelaskanklasifikasi peritonitis 2. Memperhatikan dengan dan tanya
3. Menjelaskan penyebab peritonitis baik jawab
4. Menjelaskantanda dan gejala peritonitis 3. Bertanya
5. Menjelaskan komplikasi peritonitis
6. Perawatan luka post operasilaparotomi
Penutup 5 menit 1. Memberikan kesempatan peserta untuk 1. Bertanya jika ada yang Ceramah dan
bertanya belum mengerti tanya jawab
2. Memberikan pertanyaan kepada peserta 2. Menjawab pertanyaan
3. Menyimpulkan kegiatan penyuluhan 3. Mendengar dengan seksama
4. Mengucapkan salam penutup 4. Menjawab salam penutup
D. Evaluasi:
1. Evaluasi Terstruktur
a. Meminta perizinan kepada kepala ruang dan petugas ruang tunggu untuk
mengadakan penyuluhan
b. Meminta keluarga yang ada di ruang tunggu untuk mengikuti proses
penyuluhan.
c. Penyuluh menyiapkan SAP, materi dan media pembelajaran berupa power
point
2. Evaluasi Proses
Peserta terlihat antusias dan kooperatif. Proses penyuluhan berjalan lancer dan
dalam keadaan kondusif.
3. Evaluasi Hasil
Pelaksanaan pre dan post test terlaksana dengan baik. Peserta dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh. Peserta mampu menguasai 90%
materi tentang konsepperitonitis serta penanganannya.
E. Materi
(Terlampir)
F. Daftar Pustaka
1. Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtanmedikalbedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta
2. Carpenito, LJ. 2001. BukuSakuDiagnosaKeperawatanedisi6 . Jakarta: EGC
3. Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
4. IrchamMachfoedz, 2007. PertolonganPertama di Rumah, di TempatKerja,
atau di Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya
5. Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
6. Mansjoer, A dkk. 2007. KapitaSelektaKedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
7. McCloskey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC)
Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
8. Santosa, Budi. 2007. PanduanDiagnosaKeperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
MATERI PERITONITIS

A. Latar Belakang
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum atau lapisan membrane serosa rongga
abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan
nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Pasien
dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan dan terbatas, atau
penyakit berat atau sistemik dengan syok sepsis.
Infeksi peritonitis terbagiatas penyebab primer (peritonitis spontan), sekunder
(berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral), atau penyebab tersier (infeksi
rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat). Infeksi pada abdomen
dikelompokkan menjadi peritonitis infeksi (umum) dan abses abdomen (local infeksi
peritonitis relative sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit yang
mendasarinya.
Penyebab peritonitis adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat
penyakit hati kronik. Penyebab lain peritonitis sekunder adalah perforasi apendisitis,
perforasi ulkus peptikum dan duodenum, perforasi kolon akibat diverdikulitis, volvulus
dan kanker, dan strangulasi kolon ascendens.

B. Pengertian peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, suatu membran yang melapisi rongga
abdomen (Corwin, 2000). Peritonitis adalah inflamasi rongga peritoneal dapat berupa
primer atau sekunder, akut atau kronis dan diakibatkan oleh kontaminasi kapasita
peritoneal oleh bakteri atau kimia (marylinn E,doenges, 1999 hal:513). Peritonitis
adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi
visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada
palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum inflamasi. Peritonitis adalah
peradangan pada peritonitis yang merupakan pembungkus visera dalam rongga perut.
Peritonitis adalah suatu respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang
disebabkan oleh iritasi kimiawi atau invasi bakteri.
C. Penyebab
Bila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi atas penyebab primer
(peritonitis spontan), sekunder (berkaitan dengan proses patologis pada organviseral),
atau penyebab tersier (infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal yang adekuat).
Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis infektif
(umum) dan abses abdomen (lokal).
Infeksi peritonitis relatif sulit ditegakkan dan sangat bergantung dari penyakit
yang mendasarinya. Penyebab utama peritonitis ialah spontaneous bacterial peritonitis
(SBP) akibat penyakit hati yang kronik. SBP terjadi bukan karena infeksi intraabdomen,
namun biasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronik. Kira -
kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis dengan ascites akan berkembang menjadi
peritonitis bakterial.
Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi dari darah dan kelenjar
getah bening ke peritoneum. Jenis jarang peritonitis - kurang dari 1% dari semua kasus
peritonitis primer. Jenis yang lebih umum dari peritonitis, yang disebut peritonitis
sekunder, disebabkan infeksi ketika datang ke peritoneum dari gastrointestinal atau
saluran bilier. Kedua kasus peritonitis sangat serius dan dapat mengancam kehidupan
jika tidak dirawat dengan cepat.
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi appendicitis,
perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi kolon (paling sering kolon
sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker serta strangulasi kolon asenden (usus
halus).
Penyebab iatrogenik umumnya bersal dari trauma saluran cerna bagian atas
termasuk pankreas, saluran empedu dan kolon juga dapat terjadi dari trauma endoskopi.
Jahitan operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis. Sesudah operasi, abdomen efektif untuk etiologi non infeksi, insiden
peritonitis sekunder (akibat pecahnya jahitan operasi seharunsnya kurang dari 2 %.
Operasi untuk penyakit inflamasi (misalnya apendisitis, diventikulitis, kolesistitis) tanpa
perforasi beresiko kurang dari 10% terjadi peritonitis sekunder dan abses peritoneal.
Resiko terjadinya peritonitis sekunder dan abses makin tinggi dengan adanya terlibatan
duodenum, pancreas perforasi kolon, kontaminasi peritoneal, syok perioperatif, dan
transfusi yang pasif.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, Nadi cepat dan kecil, perut kembung
dan nyeri, ada defense musculaire, muka penderita yang mula-mula kemerahan menjadi
pucat, mata cekung, kulit muka dingin.

D. Tanda dan Gejala Peritonitis


Tanda-tanda peritonitis relative sama dengan infeksi berat yaitu demam tinggi
atau pasien yang sepsis bisa menjadi hipotermia, tatikardi, dehidrasi hingga menjadi
hipotensi. Nyeri abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum ditempat
tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan terasa tegang karena mekanisme
antisipasi penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan
atau tegang karena iritasi peritoneum. Pada wanita dilakukan pemeriksaan vagina
bimanual untuk membedakan nyeri akibat pelvic inflammatoru disease.
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita dalam
keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat, penggunaan steroid, pascatransplantasi,
atau HIV), penderita dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial,
ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic), penderita dengan
paraplegia dan penderita geriatric.
Tanda gejala yang lain juga terjadi :
1. Nyeriseluruhperutspontanmaupunpadapalpasi
2. Demammenggigil
3. Perutgembungtapikadang-kadangada diarrhea
4. Muntah
5. Pasiengelisah, matacekung
6. Pembengkakandannyeri di perut
7. Demamdanmenggigil
8. Kehilangannafsumakan
9. Haus
10. Mualdanmuntah
11. Urinterbatas
12. Bisaterdapatpembentukanabses.
13. Sebelummatiada delirium dan coma

E. Komplikasi
Menurut Chushieri komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial akut
sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan
lanjut, yaitu :

a. Komplikasi dini
1. Septikemia dan syok septic
2. Syok hipovolemik
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapat dikontrol dengan kegagalan
multi system
4. Abses residual intraperitoneal
5. Portal Pyemia (misal abses hepar)

b. Komplikasi lanjut
1. Adhesi
2. Obstruksi intestinal rekuren

F. Penatalakanaan

Penatalaksanaan pada peritonitis adalah sebagai berikut :

1. Penggantian cairan, koloid dan elektrolit merupakan focus utama dari


penatalaksanaan medik.
2. Analgesik untuk nyeri, antiemetik untuk mual dan muntah.
3. Intubasi dan penghisap usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
4. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi
ventilasi.
5. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator juga
diperlukan.
6. Therapi antibiotik masif (sepsis merupakan penyebab kematian utama).
7. Tujuan utama tindakan bedah adalah untuk membuang materi penginfeksi
dan diarahkan pada eksisi, reseksi, perbaikan, dan drainase.
8. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.

G. Pengobatan
Antibiotika memegang peranan yang sangat penting dalam pengobatan infeksi.
Adanya antibiotika sangat merubah prognosa infeksi puerperalis dan pengobatan
dengan obat-obat lain merupakan usaha yang terpenting. Dalam memilih satu antibiotik
untuk mengobati infeksi, terutama infeksi yang berat harus menyandarkan diri atas hasil
test sensitivitas dari kuman penyebab. Tapi sambil menunggu hasil test tersebut
sebaiknya segera memberi dulu salah satu antibiotik supaya tidak membuang waktu
dalam keadaan yang begitu gawat.

Pada saat yang sekarang peniciline G atau peniciline setengah syntesis


(ampisilin) merupakan pilihan yang paling tepat karena peniciline bersifat baktericide
(bukan bakteriostatis) dan bersifat atoxis. Sebaiknya diberikan peniciline G sebanyak 5
juta S tiap 4 jam jadi 20 juta S setiap hari. Dapat diberikan sebagai iv atau infus pendek
selama 5-10 menit. Dapat juga diberikan ampiciilin 3-4 gr mula-mula iv atau im.
Staphylococ yang peniciline resisten, tahan terhadap penicilin karena mengeluarkan
penicilinase ialah oxacilin, dicloxacilin dan melbiciline.Di samping pemberian
antibiotic dalam pengobatannya masih diperlukan tindakan khusus untuk mempercepat
penyembuhan infeksi tersebut.Karena peritonitis berpotensi mengancam kehidupan.
Penderita disarankan mendapat perawatan di rumah sakit.

Secara jelas, penatalaksanaan pada peritonitis yaitu ;

1. Bila peritonitismeluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok


dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena
yang berupa infuse NaCl atau Ringer Laktat untuk mengganti elektrolit dan
kehilangan protein. Lakukan nasogastric suction melalui hidung ke dalam usus
untuk mengurangi tekanan dalam usus.
2. Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam: Ampisilin 2g
IV, kemudian 1g setiap 6 jam, ditambah gantamisin 5 mg/kg berat badan IV
dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam. Antibiotik harus
diberikan dalam dosis yang tinggi untuk menghilangkan gembung perut di beri
Abot Miller tube.
3. Pasien biasanya diberi sedative untuk menghilangkan rasa nyeri.
Minuman dan makanan per os baru di berikan setelah ada platus.
4. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan
perbaikan dapat diupayakan.
5. Pembedahan atau laparotomi mungkin dilakukan untuk mencegah
peritonitis. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah
insisi dan drainase terhadap abses.

Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan


(laparotomi eksplorasi). Pertimbangan dilakukan pembedahan :

a. Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan
terutama jika meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan
(syok, anemia progresif), tanda sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda
iskemia (intoksikasi, memburuknya pasien saat ditangani).
b. Pada pemeriksaan radiology didapatkanpneumo peritoneum, distensiusus,
extravasasi bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
c. Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan
saluran cerna yang tidak teratasi.
d. Pemeriksaan laboratorium.

Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :

a. Mengeliminasi sumber infeksi.


b. Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
c. Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai