Kurikulum 2006/2013
s
Kela
biologi
ANIMALIA I
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1. Memahami tentang ciri-ciri dan klasifikasi Animalia.
2. Memahami tentang Porifera.
3. Memahami tentang Coelenterata/Cnidaria.
4. Memahami tentang Platyhelminthes.
5. Memahami tentang Nemathelminthes.
6. Memahami tentang Annelida.
2
• Hewan diploblastik adalah hewan yang tubuhnya tersusun dari
dua lapisan embrional, yaitu ektoderm (epidermis) dan endoderm
(gastrodermis). Contohnya adalah Porifera dan Coelenterata.
• Hewan triploblastik adalah hewan yang tubuhnya tersusun dari tiga
lapisan embrional, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm. Berdasarkan
ada tidaknya rongga tubuh, hewan triploblastik dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu triploblastik aselomata, triploblastik pseudoselomata,
dan triploblastik selomata.
o Triploblastik aselomata adalah hewan triploblastik yang belum
memiliki rongga tubuh di antara saluran pencernaan dan dinding
tubuhnya. Ini berarti, tubuh hewan triploblastik aselomata
padat tanpa rongga. Contohnya adalah hewan-hewan anggota
Platyhelminthes (cacing pipih).
o Triploblastik pseudoselomata adalah hewan triploblastik yang
memiliki rongga tubuh semu. Hal ini dikarenakan mesodermnya
belum membentuk rongga tubuh yang sesungguhnya dan belum
terbagi menjadi lapisan luar dan lapisan dalam. Contohnya adalah
hewan-hewan anggota Nemathelminthes (cacing gilik).
o Triploblastik selomata adalah hewan triploblastik yang sudah
memiliki rongga tubuh dan dilapisi oleh jaringan yang berasal dari
mesoderm. Contohnya adalah hewan-hewan anggota dari Annelida,
Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, dan Chordata.
2. Klasifikasi Animalia
Berdasarkan ada atau tidaknya tulang belakang, Animalia dibedakan menjadi dua, yaitu
Invertebrata dan Vertebrata.
a. Invertebrata berasal dari bahasa Latin, yaitu in yang artinya tidak dan vertebrae yang
artinya tulang belakang. Ini berarti, Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak
memiliki tulang belakang. Filum-filum yang tergolong Invertebrata adalah Porifera,
Coelenterata (Cnidaria), Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca,
Echinodermata, dan Arthropoda.
b. Vertebrata adalah kelompok hewan yang memiliki tulang belakang. Vertebrata
merupakan subfilum dari filum Chordata, yaitu hewan-hewan yang memiliki korda
dorsalis (notochord). Korda dorsalis terdapat di sebelah dorsal dari alat pencernaan
dan bertindak sebagai penguat rangka tubuh. Filum Chordata dibagi menjadi empat,
yaitu Hemichordata, Cephalochordata, Urochordata, dan Vertebrata.
3
B. Porifera (Hewan Berpori)
Porifera berasal dari bahasa Latin, yaitu porus yang berarti lubang kecil dan ferre yang
berarti membawa. Ini berarti, Porifera adalah hewan yang memiliki lubang kecil atau
pori-pori pada tubuhnya. Porifera disebut juga hewan spons.
1. Ciri-Ciri
Porifera memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Bersifat diploblastik, karena tubuhnya tersusun dari dua lapisan embrional, yaitu
lapisan ektoderm dan lapisan endoderm. Pada lapisan ektoderm terdapat sel-sel
pinakosit dan pada lapisan endoderm terdapat sel-sel koanosit.
b. Belum memiliki jaringan sejati dan organ-organ tubuh yang terspesialisasi.
c. Memiliki ukuran tubuh yang bervariasi, mulai dari seukuran kacang polong hingga
berukuran setinggi 90 cm dengan diameter 100 cm.
d. Tubuh berwarna pucat hingga cerah.
e. Simetri tubuh asimetri atau simetri radial.
f. Bentuk tubuh bermacam-macam, ada yang seperti vas bunga, tabung, atau
bercabang-cabang seperti tumbuhan.
g. Memiliki saluran air yang bertipe askonoid, sikonoid, atau leukonoid (rhagon).
h. Hidup melekat di suatu substrat di dasar perairan (sesil).
i. Sebagian besar hidup di laut dan sebagian kecil hidup di air tawar. Porifera hidup
di bagian perairan yang jernih dan dangkal, tetapi ada juga yang hidup di perairan
berpasir atau berlumpur.
j. Tidak memiliki sistem saraf.
2. Struktur Tubuh
Pada permukaan tubuh Porifera terdapat lubang-lubang kecil atau pori-pori yang disebut
ostium. Ostium berperan seperti mulut yang berfungsi sebagai tempat masuknya air ke
dalam tubuh. Air yang masuk ke dalam ostium akan mengalir ke dalam rongga tubuh
yang disebut spongosol. Selanjutnya, air akan keluar dari spongosol melalui lubang
pengeluaran yang disebut oskulum.
Tubuh Porifera terdiri atas 3 lapisan, yaitu pinakosit, mesoglea, dan koanosit.
a. Pinakosit atau pinakoderm adalah sel-sel pada lapisan terluar tubuh yang
berbentuk pipih dan tersusun rapat satu sama lain. Pinakosit berfungsi sebagai
pelindung tubuh bagian dalam. Di antara pinakosit terdapat pori-pori (ostium) yang
membentuk saluran air menuju spongosol.
4
b. Mesoglea adalah lapisan nonseluler yang terdapat di antara lapisan luar (pinakosit)
dan lapisan dalam (koanosit). Mesoglea tersusun dari protein bergelatin yang
mengandung bahan tulang dan sel-sel ameboid yang disebut amebosit. Fungsi
amebosit adalah mengedarkan sari-sari makanan dan oksigen ke dalam sel-sel
tubuh lainnya, membuang partikel-partikel sisa metabolisme, membuat spikula
(serat spons), serta membentuk sel reproduktif.
c. Koanosit (sel leher) adalah sel-sel berbentuk seperti botol dan berflagel yang menyusun
lapisan tubuh paling dalam. Koanosit menghadap ke spongosol. Fungsi koanosit adalah
mencerna makanan secara intraseluler. Koanosit memiliki nukleus dan vakuola.
Tubuh Porifera yang lunak dapat berdiri tegak pada substrat karena ditunjang oleh
spikula dan serat organik yang berfungsi sebagai rangka tubuh. Spikula tersusun dari zat
kapur (CaCO3) dan zat silikat (SiO2), sedangkan serat organik tersusun dari skleroprotein
yang mengandung belerang.
Oskulum
Arah aliran air
Ostium
Spongosol
Koanosit
Ostium Arah aliran air
5
SUPER "Solusi Quipper"
Untuk mempermudah dalam mengingat tipe-tipe saluran air pada Porifera, gunakan
cara berikut.
ASLi
6
5. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk dan kandungan spikulanya, filum Porifera dibagi menjadi tiga kelas,
yaitu Calcarea, Hexactinellida, dan Demospongia.
a. Kelas Calcarea (Calcispongidae)
Calcarea (Calcispongidae) berasal dari bahasa Latin, yaitu calcare atau calsi yang
berarti kapur dan spongia yang berarti spons. Kelas Calcarea memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1.) Memiliki rangka (spikula) dari zat kapur atau kalsium karbonat dengan bentuk
monaxon dan triaxon, sehingga tampak seperti duri-duri kecil dan berwarna
putih pucat. Calcarea memiliki rangka dengan tinggi kurang dari 15 cm dan
permukaan tubuhnya berbulu.
2.) Memiliki tipe saluran air askonoid, sikonoid, dan leukonoid.
3.) Contohnya adalah Leucosolenia sp., Scypha sp., dan Clathrina sp.
b. Kelas Hexactinellida (Hyalospongidae)
Hexactinellida (Hyalospongidae) berasal dari bahasa Yunani, yaitu hexa yang berarti
enam, hyalo yang berarti transparan atau kaca, dan spongia yang berarti spons. Kelas
Hexactinellida memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Memiliki spikula dari bahan silikat atau kersik (SiO2) yang berbentuk triaxon
bercabang enam. Bentuk tubuh pada kelas ini menyerupai gelas, corong, atau
silinder, dengan tinggi mencapai 90 cm.
2.) Memiliki tipe saluran air sikonoid.
3.) Hidup di laut dengan kedalaman 90 cm hingga 5.000 m.
4.) Contohnya adalah Euplectella aspergilium, Pheronema sp., dan Hyalonema sp.
c. Kelas Demospongia
Demospongia berasal dari bahasa Yunani, yaitu demo yang berarti tebal dan spongia
yang berarti spons. Demospongia memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Tidak memiliki rangka tubuh, sehingga tubuhnya lunak. Jika ada yang memiliki
rangka, rangkanya tersusun dari serabut-serabut spongin dengan spikula
dari bahan silikat yang bertipe monaxon atau tetraxon. Tinggi dan diameter
tubuhnya mencapai 1 m, dengan warna yang umumnya cerah, tetapi ada juga
yang gelap (hitam).
2.) Memiliki tipe saluran air leukonoid.
3.) Hidup di tepi pantai hingga kedalaman 45 m, tetapi ada juga yang hidup di air
tawar.
4.) Contohnya adalah Spongia sp., Euspongia sp., Callyspongia sp., dan Clionia sp.
7
Berikut ini adalah gambar beberapa anggota Porifera.
C. Coelenterata/Cnidaria
Coelenterata berasal dari bahasa Yunani, yaitu coelos yang berarti rongga dan enteron
yang berarti usus. Ini berarti, Coelenterata adalah hewan yang memiliki rongga usus
atau rongga gastrovaskuler. Coelenterata juga disebut Cnidaria yang berasal dari bahasa
Yunani, yaitu cnide yang berarti sengat, karena memiliki sengat.
1. Ciri-Ciri
Ciri-ciri dari Coelenterata/Cnidaria adalah sebagai berikut.
a. Bersifat diploblastik, karena tubuhnya tersusun dari dua lapisan embrional. Lapisan
endoderm akan berkembang menjadi gastroderm.
b. Memiliki rongga gastrovaskuler yang terdapat di lapisan gastroderm. Rongga
gastrovaskuler berfungsi untuk mencerna makanan.
c. Rongga gastrovaskuler hanya memiliki satu lubang oskulum yang berfungsi sebagai
mulut dan anus.
d. Tubuh sudah tersusun dari jaringan sejati.
e. Ukuran tubuh bervariasi, mulai dari ukuran beberapa milimeter hingga yang
berdiameter mencapai 2 meter.
8
f. Memiliki sengat yang berfungsi sebagai pertahanan diri dan menangkap mangsa.
Sengat terdapat pada alat gerak yang disebut tentakel.
g. Bentuk tubuh dapat dibedakan menjadi polip dan medusa. Polip adalah tubuh yang
berbentuk silindris dengan dua ujung. Ujung yang satu sebagai oral yang dikelilingi
tentakel, sedangkan ujung lainnya melekat pada substrat atau dasar perairan.
Medusa adalah tubuh yang berbentuk lonceng, payung, atau mangkuk terbalik.
Bagian cembung mengarah ke atas, sedangkan bagian cekung yang memiliki mulut
dan tentakel mengarah ke bawah. Medusa dapat berenang bebas.
h. Simetri tubuh radial.
i. Memiliki saraf dan otot sederhana.
j. Tidak memiliki alat pernapasan dan ekskresi. Pertukaran gas dilakukan oleh seluruh
permukaan tubuhnya secara difusi. Sisa metabolisme berupa amonia dibuang
melalui mulut, karena Coelenterata tidak memiliki anus.
k. Sebagian besar hidup bebas di laut dan hanya sedikit yang hidup di air tawar.
2. Struktur Tubuh
Tubuh Coelenterata terdiri atas tiga lapisan, yaitu epidermis, mesoglea, dan gastrodermis.
a. Epidermis adalah lapisan terluar tubuh yang terdiri atas 5 macam sel, yaitu sel
epitel otot, sel interstisial, sel knidosit atau knidoblas, sel kelenjar lendir, dan sel saraf
indra. Di dalam knidosit terdapat alat penyengat berbentuk kapsul yang disebut
nematosista. Nematosista menghasilkan racun yang hanya dapat digunakan sekali
saja, sehingga perlu dibentuk knidosit baru. Sel-sel interstisial berfungsi dalam proses
regenerasi dan membentuk sel-sel lainnya, seperti knidosit, spermatozoa, dan ovum.
Sel indra berhubungan dengan sel saraf yang tersusun seperti jalan pada epidermis
yang berdekatan dengan mesoglea.
b. Mesoglea adalah lapisan di antara epidermis dan gastrodermis yang berisi bahan
seperti gelatin. Mesoglea tidak mengandung sel-sel.
c. Gastrodermis adalah lapisan terdalam tubuh Coelenterata yang terdiri atas beberapa
macam sel, yaitu sel otot pencerna berflagela, sel kelenjar enzim, dan sel kelenjar
lendir. Sebagian besar Coelenterata memiliki nematosista pada gastrodermisnya,
tetapi untuk Hydra tidak. Pada beberapa Hydra, gastrodermisnya mengandung
Zoochlorella yang hidup bersimbiosis dengan Hydra, sehingga Hydra berwarna hijau
cerah.
9
Berikut ini adalah gambar struktur tubuh Coelenterata.
Rongga Rongga
Mulut/Anus gastrovaskuler Gastrodermis
Tentakel
Mesoglea
Epidermis
Gastrodermis
Mesoglea
Epidermis
Tubuh
Tentakel
Kaki Mulut/Anus
POLIP Medusa
4. Cara Reproduksi
Coelenterata dapat melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
a. Reproduksi aseksual
Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk tunas. Tunas dibentuk oleh
Coelenterata yang berbentuk polip. Tunas tumbuh di dekat kaki polip. Coelenterata
memiliki daya regenerasi yang tinggi. Contohnya, seekor Hydra yang tubuhnya
dipotong menjadi dua bagian, setiap potongan akan tumbuh menjadi individu
baru.
b. Reproduksi seksual
Reproduksi seksual biasanya dilakukan oleh Coelenterata yang berbentuk medusa,
dengan cara membentuk gamet jantan dan betina. Hydra merupakan bentuk polip
yang dapat bereproduksi secara seksual. Pada kondisi lingkungan yang buruk, Hydra
dapat membentuk sel-sel gamet. Selanjutnya, zigot yang terbentuk akan melakukan
dormansi hingga lingkungan kembali membaik.
10
5. Metagenesis
Pada Coelenterata, reproduksi aseksual dalam bentuk polip dan reproduksi seksual dalam
bentuk medusa berlangsung secara bergantian membentuk siklus hidup (metagenesis).
Berikut ini adalah metagenesis pada Obelia sp. dan Aurelia sp.
a. Metagenesis pada Obelia sp.
Tahapan metagenesis pada Obelia sp. adalah sebagai berikut.
1.) Polip diploid (2n) bereproduksi secara aseksual dengan membentuk tunas-
tunas, sehingga terbentuk koloni polip. Terdapat dua macam polip, yaitu polip
bertentakel yang bertugas mencari makan dan polip tanpa tentakel yang
bertugas untuk reproduksi.
2.) Polip tanpa tentakel akan membentuk tunas medusa secara aseksual. Tunas
medusa kemudian dilepaskan dan akan berenang bebas.
3.) Medusa dewasa (2n) jantan dan betina akan membentuk sel-sel gamet (sperma
atau ovum) secara meiosis, sehingga dihasilkan sel-sel gamet haploid (n).
4.) Jika terjadi fertilisasi antara ovum dan sperma, akan terbentuk zigot yang juga
bersifat diploid (2n).
5.) Zigot akan berkembang menjadi larva padat bersilia yang berenang bebas atau
disebut planula.
6.) Planula kemudian akan menetap di suatu substrat dan tumbuh menjadi polip
baru (2n).
telur (n)
tunas medusa
ektoderm zigot (2n)
blastula
reproduksi
seksual dengan
tunas larva planula
koloni polip
polip yang
polip dewasa
bekembang
Gambar 4. Metagenesis pada Obelia sp.
11
b. Metagenesis pada Aurelia sp. (ubur-ubur)
Tahapan metagenesis pada Aurelia sp. adalah sebagai berikut.
1.) Medusa jantan dan betina yang diploid (2n) masing-masing menghasilkan sel-
sel gamet (sperma atau ovum) yang haploid (n).
2.) Jika terjadi fertilisasi antara ovum dan sperma, akan terbentuk zigot yang juga
bersifat diploid (2n).
3.) Zigot akan mengalami pembelahan mitosis dan tumbuh menjadi larva bersilia
yang berenang bebas atau disebut planula.
4.) Planula kemudian akan menempel pada substrat dan tumbuh menjadi larva
polip berukuran kecil dan bertentakel yang disebut skifistoma. Polip skifistoma
kemudian akan membentuk tunas-tunas.
5.) Skifistoma kemudian akan mengalami strobilasi, yaitu melakukan pembelahan
secara melintang pada ujung oral, sehingga terbentuk setumpuk calon medusa
yang disebut efira.
6.) Efira akan terlepas satu per satu dan akan tumbuh menjadi ubur-ubur dewasa.
Sementara itu, skifistoma akan hidup sebagai polip kembali. Skifistoma dapat
hidup selama 1 tahun hingga beberapa tahun.
Planula
Skifistoma
Strobila
12
6. Klasifikasi
Coelenterata dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan Anthozoa.
a. Hydrozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro yang berarti air dan zoon yang
berarti hewan. Hydrozoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Hewan dewasa berbentuk polip, karena fase polip lebih dominan daripada fase
medusa.
2.) Hidup berkoloni atau soliter. Hewan yang berkoloni memiliki bentuk polip dan
medusa, sedangkan hewan yang soliter hanya memiliki bentuk polip.
3.) Hidup di laut atau di air tawar.
4.) Contohnya adalah Hydra sp. (hidup soliter di air tawar) dan Obelia sp. (hidup
berkoloni di laut).
b. Scyphozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu skyphos yang berarti mangkuk dan zoon
yang berarti hewan. Scyphozoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Hewan dewasa berbentuk medusa, karena fase medusa lebih dominan daripada
fase polip.
2.) Bentuk tubuh seperti mangkuk, transparan, dan melayang-layang di laut.
3.) Memiliki mesoglea yang tebal sebagai sumber nutrisi.
4.) Mengalami metagenesis antara fase medusa dan fase polip.
5.) Umumnya memiliki alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina,
dengan pembuahan secara eksternal.
6.) Contohnya adalah Aurelia aurita (ubur-ubur).
c. Anthozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu anthos yang berarti bunga dan zoon yang
berarti hewan. Anthozoa memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Hewan dewasa selalu berbentuk polip, karena tidak memiliki fase medusa.
2.) Bentuk tubuh seperti bunga.
3.) Hidup di laut, secara koloni atau soliter.
4.) Ada yang membentuk rangka dalam atau rangka luar dari bahan kapur (CaCO3)
dan ada juga yang tidak membentuk rangka. Rangka yang sudah mati akan
membentuk pulau karang (reef).
5.) Rongga gastrovaskuler mempunyai sekat yang mengandung nematokis
(nematosista). Selain itu, nematokis juga terdapat pada tentakel.
6.) Anthozoa dibagi menjadi dua subkelas, yaitu Hexacorallia dan Octocorallia.
• Hexacorallia memiliki rongga tubuh yang bersekat 6 dan masing-masing
terdiri atas 2 lembar. Contohnya adalah Fungia sp. dan Acropora sp.
13
• Octocorallia memiliki rongga tubuh yang bersekat 8. Contohnya adalah
Tubipora musica (karang suling) dan Euplexaura sp. (akar bahar).
7.) Contohnya adalah Acropora sp., Corallium sp. (koral merah), Cerianthus sp., dan
Fungia sp.
Berikut ini adalah gambar beberapa anggota Coelenterata.
1. Ciri-Ciri
Ciri-ciri dari Platyhelminthes adalah sebagai berikut.
a. Bentuk tubuh pipih dorsiventral, bersegmen-segmen atau tidak bersegmen-segmen.
b. Bersifat triploblastik aselomata, karena tubuhnya memiliki 3 lapisan embrional, yaitu
ektoderm, mesoderm, dan endoderm, serta tidak memiliki selom (rongga tubuh).
c. Memiliki simetri tubuh bilateral.
d. Ukuran tubuh bervariasi, mulai dari ukuran kurang dari 1 mm hingga yang berukuran
lebih dari 20 m.
e. Hidup bebas di air tawar, air laut, atau di tempat-tempat yang lembap. Selain itu, bisa
juga hidup sebagai parasit pada manusia dan hewan.
14
2. Struktur Tubuh
Platyhelminthes memiliki struktur tubuh sebagai berikut.
a. Tubuh tersusun dari 3 lapisan embrional (triploblastik) dan tidak memiliki rongga
tubuh (aselomata).
b. Ada yang sudah memiliki saluran pencernaan dan ada yang belum memiliki saluran
pencernaan.
c. Tidak memiliki sistem pernapasan dan peredaran darah, sehingga pertukaran gas
dan transportasi zat dilakukan secara difusi.
d. Memiliki sistem saraf berupa beberapa pasang benang saraf.
e. Alat ekskresi berupa sel api (flame cell).
f. Cacing yang hidup bebas memiliki bintik mata sebagai alat untuk sensor cahaya.
3. Cara Reproduksi
Platyhelminthes bereproduksi secara aseksual, seksual, atau keduanya.
a. Reproduksi aseksual
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara fragmentasi atau memutus tubuhnya
menjadi beberapa bagian kecil. Potongan-potongan tubuh tersebut kemudian
beregenerasi menjadi individu baru yang lengkap seperti induknya. Contohnya
adalah Planaria sp.
b. Reproduksi seksual
Reproduksi seksual dilakukan dengan membentuk gamet jantan (sperma) di dalam
testis dan gamet betina (ovum) di dalam ovarium. Hasil pembuahan antara ovum
dan sperma akan menghasilkan zigot. Pada umumnya, Platyhelminthes bersifat
hermafrodit, yaitu dalam satu tubuh dapat memiliki ovarium dan testis.
4. Klasifikasi
Platyhelminthes dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda.
a. Kelas Turbellaria
Kelas Turbellaria (cacing berambut getar) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Bentuk tubuh umumnya lonjong hingga panjang seperti tongkat dan pipih
dorsiventral. Panjang tubuh umumnya antara 0,5 mm – 60 cm.
2.) Tubuh berwarna hitam, cokelat, kelabu, merah, atau hijau karena bersimbiosis
dengan Algae dan ditutupi epidermis yang banyak mengandung lendir. Lendir
berfungsi untuk melekat pada suatu permukaan dan membalut mangsanya.
3.) Sisi-sisi kepala melebar membentuk tentakel yang disebut aurikel.
15
4.) Bagian ventral tubuh terdapat silia untuk merayap.
5.) Sistem pencernaan terdiri atas mulut, faring, dan rongga gastrovaskuler yang
disebut enteron. Dinding usus hanya terdiri atas satu lapisan sel fagosit dan
sel kelenjar. Dinding usus juga mengalami pelebaran lateral untuk memperluas
penyerapan sari makanan. Turbellaria tidak memiliki anus.
6.) Merupakan karnivora.
7.) Sistem saraf ada yang berbentuk jala saraf dan ada yang berbentuk benang
saraf. Turbellaria memiliki sepasang bintik mata sebagai sensor cahaya. Jika
terdapat cahaya, Turbellaria umumnya akan bergerak menjauh. Turbellaria
memiliki indra peraba berupa sel-sel kemoreseptor.
8.) Alat ekskresi berupa protonefridia yang bercabang-cabang dan berakhir pada
sel api.
9.) Turbellaria umumnya merupakan hewan hermafrodit.
10.) Dapat bereproduksi secara aseksual, seksual, atau keduanya.
• Reproduksi aseksual dilakukan dengan membentuk tunas, fragmentasi
tubuh, atau membentuk kista yang keras pada musim kemarau yang
panas dan kering.
• Reproduksi seksual dilakukan dengan cara mutual, yaitu dua individu
saling bertukar sperma untuk membuahi pasangannya.
11.) Hampir semua anggotanya hidup bebas. Sebagian besar Turbellaria hidup
di dasar laut, pasir, lumpur, atau di bawah batu karang. Ada pula yang hidup
bersimbiosis dengan Algae atau bersimbiosis komensalisme di rongga mantel
Mollusca dan insang Crustacea. Selain itu, Turbellaria juga dapat hidup parasit
pada usus Mollusca atau rongga tubuh Echinodermata. Turbellaria juga ada
yang hidup di kolam dan perairan air tawar yang belum tercemar.
12.) Contohnya adalah Planaria atau Dugesia, Pseudophaenocora, Leptoplana, dan
Mesostoma bipalium.
b. Kelas Trematoda
Kelas Trematoda (cacing isap) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Tubuh berbentuk lonjong hingga panjang dan diselubungi oleh kutikula.
Ukuran tubuh antara 0,2 mm – 6 cm.
2.) Memiliki satu atau dua alat pengisap untuk menempel pada inangnya.
3.) Umumnya hidup sebagai endoparasit pada ikan, Amphibia, Reptilia, Aves,
Mammalia, termasuk manusia. Akan tetapi, ada juga yang hidup sebagai
ektoparasit.
16
4.) Contohnya adalah Fasciola hepatica, Clonorchis sinensis, dan Schistosoma
japonicum.
• Fasciola hepatica
Fasciola hepatica merupakan cacing hati yang menyerang ternak
herbivor seperti sapi. Fasciola hepatica menggunakan inang perantara
berupa siput air tawar Lymnaea sp. Berikut ini adalah siklus hidup dari
Fasciola hepatica.
o Cacing dewasa yang hidup dalam hati ternak bereproduksi secara
seksual dan menghasilkan telur. Telur cacing akan keluar bersama
feses ternak.
o Di luar tubuh, telur akan menetas dan menjadi larva mirasidium
(larva I).
o Mirasidium kemudian menginfeksi inang perantara, yaitu siput.
o Di dalam tubuh siput, mirasidium berubah menjadi sporokista.
o Sporokista kemudian berubah menjadi redia (larva II).
o Redia berkembang menjadi serkaria bersilia (larva III).
o Serkaria keluar dari tubuh siput dan berubah menjadi metaserkaria
yang menempel di rumput atau dedaunan.
o Jika metaserkaria termakan oleh ternak, metaserkaria akan tumbuh
menjadi cacing baru di dalam hati ternak.
17
• Clonorchis sinensis
Clonorchis sinensis merupakan cacing hati yang menyerang hati manusia,
dengan inang perantara berupa ikan air tawar dan siput. Clonorchis sinensis
menginfeksi manusia melalui fase kista metaserkaria yang terdapat di
dalam daging ikan yang dimakan mentah.
• Schistosoma japonicum
Schistosoma japonicum merupakan cacing darah yang menyerang
manusia, dengan inang perantara berupa siput air. Schistosoma japonicum
hidup di dalam vena mesenterika pada dinding usus halus. Cacing ini
menginfeksi tubuh manusia melalui pori-pori kulit telapak kaki dan
tangan atau tertelan melalui mulut. Selanjutnya, cacing tersebut masuk
ke peredaran darah hingga jantung, kemudian menuju paru-paru, hati,
dan menetap di dalam vena mesenterika pada dinding usus halus.
c. Kelas Cestoda
Kelas Cestoda (cacing pita) memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1.) Tubuh cacing dewasa terdiri atas skoleks (kepala), leher pendek (strobilus), dan
proglotid. Tubuhnya juga diselubungi oleh lapisan kutikula.
• Skoleks dilengkapi oleh alat pengisap (sucker) dan kait (rostellum) dari
bahan kitin yang berfungsi melekatkan diri pada organ tubuh inang.
• Leher merupakan daerah pertunasan dengan cara strobilasi. Strobilasi
menghasilkan strobilus berupa proglotid yang dapat mencapai 1.000
buah.
• Proglotid yang paling dekat dengan leher adalah proglotid termuda.
Makin jauh dari leher, proglotid makin dewasa dan berukuran besar. Di
dalam setiap proglotid terdapat alat kelamin jantan dan alat kelamin
betina. Pembuahan terjadi secara autofertilisasi di dalam satu proglotid
atau antarproglotid dalam satu individu. Selain itu, autofertilisasi juga
dapat dilakukan melalui kawin silang dengan proglotid dari individu yang
berbeda. Proglotid yang mengandung telur masak (sudah dibuahi) akan
terlepas bersama tinja.
2.) Tidak memiliki mulut, saluran pencernaan, dan alat indra. Makanan diserap dari
usus inang melalui permukaan tubuhnya.
3.) Hidup parasit pada manusia dan hewan seperti sapi, babi, kambing, ayam, atau
ikan.
4.) Contohnya adalah Taenia solium dan Taenia saginata. Taenia solium parasit
pada usus manusia dengan inang perantara berupa babi. Sementara itu, Taenia
saginata parasit pada usus manusia dengan inang perantara berupa sapi.
18
Berikut ini adalah siklus hidup dari Taenia solium dan Taenia saginata.
• Taenia solium
Siklus hidup Taenia solium adalah sebagai berikut.
o Cacing dewasa di dalam usus manusia menghasilkan proglotid yang
mengandung telur masak (sudah dibuahi).
o Proglotid dilepaskan bersama feses manusia.
o Proglotid yang menempel di rumput jika termakan oleh ternak babi
akan masuk ke dalam usus ternak.
o Di dalam usus ternak, telur akan menetas menjadi larva onkosfer.
o Larva onkosfer akan menembus dinding usus menuju jaringan otot
hewan dan membentuk kista sistiserkus.
o Jika manusia memakan daging babi yang mengandung kista
sistiserkus, sistiserkus akan menginfeksi manusia dan tumbuh
menjadi cacing dewasa di usus.
• Taenia saginata
Siklus hidup Taenia saginata adalah sebagai berikut.
o Cacing dewasa di dalam usus manusia menghasilkan proglotid yang
mengandung telur masak (sudah dibuahi).
o Proglotid dilepaskan bersama feses manusia.
o Proglotid yang menempel di rumput jika termakan oleh ternak sapi
akan masuk ke dalam usus ternak.
o Di dalam usus ternak, telur akan menetas menjadi larva onkosfer.
o Larva onkosfer akan menembus dinding usus menuju jaringan otot
hewan dan membentuk kista sistiserkus.
o Jika manusia memakan daging sapi yang mengandung kista
sistiserkus, sistiserkus akan menginfeksi manusia dan tumbuh
menjadi cacing dewasa di usus.
19
Berikut ini adalah gambar siklus hidup Taenia saginata.
Larva dalam
pembuluh darah Daging sapi berisi
sapi sistiserkus
Skoleks
Alat pengisap
Larva onkosfer di
dalam usus sapi
Proglotid
Usus sapi
1. Ciri-Ciri
Ciri-ciri dari Nemathelminthes adalah sebagai berikut.
a. Bentuk tubuh bulat panjang (gilik) dan tidak bersegmen-segmen.
20
b. Bersifat triploblastik pseudoselomata, karena tubuhnya memiliki 3 lapisan embrional
dan memiliki rongga tubuh semu.
c. Simetri tubuh bilateral.
d. Ukuran tubuh bervariasi, mulai kurang dari 1 mm hingga berukuran lebih dari 1 m.
e. Hidup bebas di alam dengan penyebaran yang sangat luas, mulai dari daerah
tropis yang panas hingga kutub yang dingin, dari padang pasir hingga laut dalam.
Nemathelminthes dapat ditemukan hidup di tanah, air tawar, maupun air laut. Selain
itu, Nemathelminthes juga banyak yang hidup sebagai parasit pada manusia, hewan,
dan tumbuhan.
2. Struktur Tubuh
Struktur tubuh dari Nemathelminthes adalah sebagai berikut.
a. Tubuh bersifat triploblastik karena tersusun dari 3 lapisan embrional dan memiliki
rongga tubuh semu (pseudoselomata).
b. Nemathelminthes yang hidup di air tawar dan daratan biasanya memiliki ukuran
tubuh kurang dari 1 mm. Sementara itu, yang hidup di laut mencapai panjang 5 cm.
c. Cacing betina berukuran lebih besar daripada cacing jantan. Tubuh cacing jantan
memiliki ujung posterior berbentuk kait.
d. Permukaan tubuh dilapisi kutikula transparan. Pada hewan yang hidup sebagai
parasit, lapisan kutikulanya lebih tebal daripada hewan yang hidup bebas.
e. Memiliki sistem pencernaan yang lengkap, yaitu terdiri atas mulut, faring,
kerongkongan (gelembung faring), usus, dan anus. Di sekitar mulut terdapat 3 atau
6 bibir, papila, dan seta.
f. Tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem pernapasan. Transportasi dan
pertukaran gas terjadi secara difusi.
g. Memiliki alat ekskresi berupa sistem sel kelenjar yang dilengkapi saluran atau tanpa
saluran. Pada individu yang hidup di laut, alat ekskresinya berupa satu atau dua buah
kelenjar renet (rennet gland) yang terdapat di dekat faring.
3. Cara Reproduksi
Nemathelminthes bereproduksi secara seksual. Pada umumnya, Nemathelminthes
merupakan hewan yang diesis atau gonokoris, yaitu alat kelamin jantan dan betina
terletak pada individu yang berbeda. Fertilisasi terjadi secara internal di dalam tubuh
induk betina. Telur yang sudah dibuahi akan dilindungi oleh cangkang yang keras. Jika
sudah menetas, larva akan mengalami pergantian kulit atau molting hingga 4 kali. Setelah
dewasa, tubuhnya akan membesar tanpa mengalami pergantian kulit.
21
4. Contoh Nemathelminthes Parasit
Anggota Nemathelminthes yang hidup sebagai parasit antara lain adalah Ascaris
lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Wuchereria bancrofti, Oxyuris vermicularis, dan
Trichinella spiralis.
a. Ascaris lumbricoides (cacing usus)
Ascaris lumbricoides merupakan cacing yang parasit pada usus halus manusia dan
menyebabkan penyakit askariasis (cacingan). Infeksi cacing ini dapat menyebabkan
penderita mengalami kurang gizi. Ciri-ciri Ascaris lumbricoides adalah sebagai berikut.
1.) Ukuran tubuh pada cacing betina dan cacing jantan berbeda. Cacing betina
berukuran lebih besar dengan panjang tubuh 20 – 49 cm dan berdiameter
4 – 6 mm. Sementara itu, ukuran panjang tubuh cacing jantan adalah 15 – 31 cm
dengan diameter 2 – 4 mm.
2.) Pada bagian anterior tubuh terdapat mulut yang dikelilingi oleh tiga bibir dan
gigi-gigi kecil. Pada hewan betina, bagian ekornya lurus dan dapat menghasilkan
200.000 butir telur per hari. Sementara itu, pada hewan jantan, bagian ekornya
melengkung dan memiliki spikula yang berbentuk kait pada anusnya. Bagian
ini digunakan untuk memasukkan sperma ke dalam tubuh hewan betina.
3.) Ascaris lumbricoides memiliki siklus hidup sebagai berikut.
• Setelah terjadi perkawinan, cacing betina akan menghasilkan telur yang
berembrio. Telur akan keluar bersama tinja penderita.
• Telur dapat tertelan bersama makanan.
• Di dalam usus inang, telur akan menetas menjadi larva.
• Larva akan menembus dinding usus dan masuk ke dalam pembuluh darah.
Larva tersebut akan mengikuti aliran darah hingga melewati jantung dan
paru-paru, kemudian naik ke trakea hingga faring. Selanjutnya, larva akan
tertelan kembali ke saluran pencernaan hingga masuk ke usus halus dan
menjadi cacing dewasa di dalamnya.
22
Berikut ini adalah gambar siklus hidup Ascaris lumbricoides.
Mengikuti
aliran darah
Bentuk larva
Feses
23
• Larva filariform akan menembus pori-pori kulit telapak kaki dan masuk ke
dalam pembuluh darah.
• Selanjutnya, larva akan ikut peredaran darah hingga melewati jantung,
paru-paru, naik ke trakea, dan tertelan hingga masuk ke usus halus.
• Di dalam usus halus, larva akan berkembang menjadi cacing dewasa.
Larva filariform
menembus kulit kaki
Larva filariform
Cacing dewasa di
dalam usus halus
Larva habditiform
= fase infeksi
= fase diagnostik
Telur berembrio
di dalam feses
Gambar 10. Siklus hidup Ancylostoma duodenale
24
toraks. Setelah mencapai ukuran 1,4 mm, mikrofilaria akan pindah ke belalai
nyamuk dan siap ditularkan ke orang lain.
4.) Ketika nyamuk tersebut menggigit manusia, mikrofilaria akan keluar dari belalai
nyamuk dan masuk ke kulit manusia. Mikrofilaria kemudian akan menuju pembuluh
limfa. Cacing akan menggulung di kelenjar limfa dan tumbuh hingga dewasa.
5.) Cacing dewasa yang jumlahnya banyak akan menghambat sirkulasi limfe dan
dalam beberapa tahun kemudian, akan menyebabkan pembengkakan di kaki.
Selain Wuchereria bancrofti, penyakit kaki gajah juga dapat disebabkan oleh
cacing Brugia malayi.
25
e. Trichinella spiralis (cacing otot)
Trichinella spiralis merupakan cacing yang parasit di dalam otot manusia dan
menyebabkan penyakit trikinosis, trikinelosis, atau trikiniasis. Cacing ini masuk ke
dalam tubuh manusia yang mengonsumsi daging babi setengah matang. Selain
manusia, cacing ini juga dapat hidup pada hewan seperti anjing, babi, tikus, beruang,
kucing, atau babi hutan. Ciri-ciri Trichinella spiralis adalah sebagai berkut.
1.) Cacing jantan memiliki panjang 1,4 - 1,6 mm dan cacing betina memiliki
panjang 3 - 4 mm.
2.) Telur akan menetas dalam uterus cacing betina (bersifat vivipar).
3.) Larva seekor cacing betina dapat menghasilkan 1.350 - 2.000 larva yang
ditemukan dalam kista mikroskopis pada urat daging bergaris melintang.
4.) Trichinella spiralis memiliki siklus hidup sebagai berikut.
Larva matang
di otot rangka
Cacing dewasa
berkembang biak
di usus halus
Larva terbawa
oleh aliran darah
Larva memasuki
otot rangka
patologi
26
• Larva kemudian menyebar melalui pembuluh limfe dan darah menuju
otot lurik dan tumbuh di sana sebagai kista. Larva akan menjadi kista
sepenuhnya dalam 1 - 2 bulan dan tetap hidup hingga beberapa tahun
sebagai parasit intraseluler. Larva yang mati akhirnya akan diserap kembali
oleh tubuh.
5. Peranan bagi Kehidupan Manusia
Nemathelminthes umumnya merugikan manusia karena menjadi parasit pada tubuh dan
dapat menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Ascaris lumbricoides (cacing perut) yang menyebabkan penyakit askariasis.
b. Ancylostoma duodenale (cacing tambang) yang menyebabkan penyakit ankilos-
tomiasis.
c. Wuchereria bancrofti yang menyebabkan penyakit kaki gajah atau filariasis.
d. Oxyuris vermicularis (cacing kremi) yang menyebabkan kremian.
e. Trichinella spiralis (cacing otot) yang menyebabkan penyakit trikinosis, trikinelosis,
atau trikiniasis.
27
1. Ciri-Ciri
Ciri-ciri dari Annelida adalah sebagai berikut.
a. Memiliki bentuk tubuh gilik dengan segmen-segmen yang tersusun berderet seperti
cincin atau gelang.
b. Bersifat triploblastik selomata karena memiliki 3 lapisan embrional dan rongga tubuh
sejati (selom).
c. Panjang tubuh bervariasi, mulai dari sekitar 1 mm hingga 3 m.
d. Simetri tubuh bilateral, dengan bagian luar tubuh diselubungi oleh lapisan kutikula.
e. Pada setiap sisi lateral ruas tubuh, terdapat parapodia dengan sejumlah seta (rambut).
Parapodia merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih.
f. Memiliki daya regenerasi yang tinggi. Jika sebagian tubuhnya terputus atau rusak,
bagian tubuh yang baru akan segera tumbuh.
g. Sebagian besar Annelida hidup bebas dan sebagian kecil ada yang parasit dengan
menempel pada Vertebrata, termasuk manusia. Pada yang hidup bebas, umumnya
berada di dasar laut dan perairan air tawar. Selain itu, ada juga sebagian yang hidup
di tanah atau tempat-tempat lembap.
2. Struktur Tubuh
Annelida memiliki struktur tubuh sebagai berikut.
a. Tubuh bersegmen-segmen. Segmen-segmen tubuh ini disebut metameri atau
somit. Segmentasi tubuh membagi otot dinding tubuh dan juga menyekat tubuh.
Penyekat tubuh disebut septa.
b. Memiliki sistem pencernaan lengkap yang terdiri atas mulut, faring, esofagus,
tembolok, lambung otot (empedal), usus halus, dan anus.
c. Memiliki sistem peredaran darah tertutup, karena darah mengalir di dalam
pembuluh darah. Pembuluh darah utama ada dua macam, yaitu pembuluh darah
dorsal (punggung) dan pembuluh darah ventral (perut) yang sejajar dengan saluran
pencernaan. Darah mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.
d. Annelida bernapas melalui seluruh permukaan tubuhnya dengan cara difusi. Selain
itu, ada pula yang menggunakan insang hasil modifikasi dari parapodia atau sirri
(rambut-rambut kasar) dorsal.
e. Alat ekskresi berupa metanefridia (nefridium) yang terdiri atas nefrostom (corong
bersilia), nefridia (saluran yang terbungkus peritoneum), dan nefridiofor (lubang
ekskresi).
f. Memiliki sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali, dengan ganglion otak di bagian
dorsal depan faring.
28
g. Memiliki sel indra atau sel peraba di seluruh permukaan tubuhnya.
h. Memiliki bintik mata dan alat keseimbangan statosista.
3. Cara Reproduksi
Annelida dapat melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual.
a. Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara fragmentasi (pemutusan sebagian
tubuhnya).
b. Reproduksi seksual dilakukan dengan membentuk gamet jantan dan gamet
betina. Annelida umumnya merupakan hewan yang hermafrodit, karena memiliki
alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Meskipun bersifat hermafrodit,
Annelida tetap melakukan perkawinan silang dengan cara menukarkan spermanya
untuk membuahi sel telur individu pasangannya.
4. Klasifikasi
Berdasarkan ciri-ciri rambut (seta) pada tubuhnya, filum Annelida dibagi menjadi 3 kelas,
yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea.
a. Polychaeta
Polychaeta berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly yang berarti banyak dan chaetae
yang berarti rambut kaku. Ciri-ciri Polychaeta adalah sebagai berikut.
1.) Tubuhnya tertutup oleh banyak seta.
2.) Berukuran panjang 5 – 10 cm dengan diameter 2 – 10 mm.
3.) Bagian kepala terdiri atas protostomium dan peristomium. Pada protostomium
terdapat sepasang mata, antena, dan sepasang palpus. Sementara pada
peristomium terdapat mulut, alat indra, dan sirus (sungut atau rambut kasar
sebagai alat peraba).
4.) Pada setiap ruas tubuh terdapat sepasang parapodia yang berfungsi sebagai
alat gerak dan alat pernapasan. Hal ini dikarenakan parapodia mengandung
banyak pembuluh darah yang halus.
5.) Alat indra berupa mata dan alat keseimbangan berupa statosista. Mata
berfungsi sebagai fotoreseptor dan menunjukkan gerak fototaksis negatif
(gerak menjauhi cahaya).
6.) Dapat bereproduksi secara seksual dengan fertilisasi secara internal atau
eksternal. Ada pula yang bereproduksi dengan membentuk epitoke (individu
reproduktif ) melalui pertunasan atau transformasi langsung.
7.) Dapat hidup sebagai karnivor (memakan hewan-hewan Invertebrata kecil),
29
herbivor (memakan ganggang), dan pemakan endapan dengan cara menelan
lumpur yang mengandung bahan organik.
8.) Sebagian besar hidup di laut, tetapi ada juga yang hidup di air tawar.
9.) Contohnya adalah Eunice sp. (cacing palolo), Lysidice oele (cacing wawo), dan
Nereis sp. (kelabang laut).
b. Oligochaeta
Oligochaeta berasal dari bahasa Yunani, yaitu oligo yang berarti sedikit dan chaetae
yang berarti rambut kaku. Ciri-ciri Oligochaeta adalah sebagai berikut.
1.) Tubuh bersegmen dan tertutup oleh sedikit seta.
2.) Terdapat dua macam Oligochaeta, yaitu mikrodrile dan megadrile.
• Mikrodrile adalah spesies yang berukuran kecil dengan panjang 1 – 30 mm,
hidup di laut, berdinding tipis, dan agak transparan.
• Megadrile adalah spesies yang berukuran besar dengan panjang 5 – 30 cm,
bahkan ada yang mencapai panjang 3 m. Megadrile hidup di darat dan
tubuhnya berdinding tebal. Megadrile memiliki jumlah ruas tubuh antara
115 – 200 buah, bahkan ada yang mencapai 500 buah. Pada setiap ruas
tubuh terdapat 4 rumpun seta dan setiap rumpun terdiri atas 1 – 25 buah
seta.
3.) Memiliki kloragogen di sekeliling usus dan pembuluh dorsal. Kloragogen
adalah lapisan berwarna kuning yang berfungsi sebagai hati serta berperan
dalam proses deaminasi protein, pembentukan amonia, dan sintesis urea.
4.) Umumnya tidak memiliki bintik mata, kecuali yang hidup di air. Sel indra sebagai
fotoreseptor terdapat di seluruh permukaan tubuh, kecuali bagian ventral
tubuh. Oligochaeta menunjukkan gerak menuju cahaya lemah dan menjauhi
cahaya kuat.
5.) Merupakan hewan hermafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang.
Oligochaeta juga memiliki ruas-ruas reproduktif yang disebut klitelum.
Klitelum berdinding tebal dan mengandung banyak sel kelenjar. Sel kelenjar ini
berfungsi menghasilkan lendir dalam perkawinan. Selain itu, juga merupakan
bahan pembuat dinding kokon dan albumin untuk melekatkan telur dalam
kokon. Klitelum juga menghasilkan ovum dan sperma. Pembuahan berlangsung
di dalam lapisan albumin dinding kokon. Embrio berkembang di dalam kokon
hingga saatnya menetas, anak cacing akan keluar dari kokon.
6.) Contohnya adalah Lumbricus terrestris (cacing tanah), Tubifex sp., dan
Megascolides australis (cacing raksasa Australia).
30
c. Hirudinea
Hirudinea atau lintah tidak memiliki seta maupun parapodia. Ciri-ciri Hirudinea
adalah sebagai berikut.
1.) Merupakan hewan ektoparasit pada manusia, sapi, atau kerbau.
2.) Memiliki dua buah alat pengisap yang terletak di bagian anterior dan posterior
tubuh. Fungsi alat tersebut adalah untuk melekatkan diri pada inangnya. Alat
pengisap anterior letaknya mengelilingi mulut.
3.) Memiliki panjang tubuh antara 1 - 5 cm dan ada pula yang mencapai panjang
20 - 30 cm. Bentuk tubuhnya pipih dorsoventral dengan ujung anterior
meruncing.
4.) Ruas tubuh berjumlah 34 buah. Lintah juga memiliki ruas-ruas semu eksternal
yang disebut annuli.
5.) Sebagian besar lintah merupakan pengisap darah. Hewan ini memiliki kelenjar
ludah yang menghasilkan zat antikoagulan hirudin. Fungsi hirudin adalah
mencegah penggumpalan darah mangsa, sehingga lintah dapat mengisap
darah sebanyak mungkin. Selain itu, lintah juga mengeluarkan zat anestetik
(penghilang sakit) ketika merobek bagian tubuh inang. Dengan begitu, mangsa
tidak menyadari jika ada gigitan.
6.) Lintah dapat bertahan hidup tanpa makan dalam waktu yang lama, hingga 1,5
tahun.
7.) Semua lintah bersifat hermafrodit dan melakukan perkawinan silang. Kokon
diletakkan pada substrat dan sedikit tenggelam dalam lumpur. Ada juga lintah
yang mengerami telur-telurnya. Setelah menetas, anak-anak lintah tersebut
akan tetap menempel pada tubuh induknya hingga beberapa hari.
8.) Lintah banyak ditemukan hidup di perairan tawar yang tenang, dangkal, dan
banyak ditumbuhi tumbuhan air. Lintah aktif pada malam hari (nokturnal)
untuk mencari mangsa dan bersembunyi pada siang hari.
9.) Contohnya adalah Hirudo medicinalis (lintah) dan Haemadipsa sp. (pacet).
31
3.) Dapat menggemburkan dan menyuburkan tanah, sehingga bermanfaat untuk
pertanian, misalnya cacing tanah Lumbricus terrestris dan Pheretima sp.
4.) Dapat digunakan dalam pengobatan tradisional dan modern. Hal ini dikarenakan
lintah dapat mengisap racun atau mengeluarkan kelebihan cairan dalam tubuh
akibat luka, penyakit, atau operasi, misalnya lintah (Hirudo medicinalis).
b. Peranan yang merugikan
1.) Polydora dapat mengebor cangkang tiram untuk membuat liang, sehingga
menurunkan harga jual tiram.
2.) Lintah (Hirudo medicinalis) dan pacet (Haemadipsa sp.) dapat mengisap darah
sapi, kerbau, dan manusia.
32