BIMBINGAN KEJURUAN
Dosen Pegampu :
Drs. Kir Haryana, M.Pd.
Disusun Oleh :
Patrick Fajarai
16504241024
A
Bimbingan Karir
Konsep bimbingan karir lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika
Serikat pada awal abad kedua puluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada
waktu itu (1850-190 0), diantaranya: (1) keadaan ekonomi; (2) keadaan sosial, seperti
urbanisasi; (3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali
dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan
kemampuan diri dan statusnya; dan (4) perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam
bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner,
Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang
lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan
(vocational guidance) yang tersebar keseluruh negara (Crites, 1981 dalam Bahrul Falah,
1987).
Istilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada
tahun 1908 ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu
anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan. Pada awalnya penggunaan istilah
vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan
mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan
kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.
Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model
okupasional (occupational) ke model karier (career).Kedua model ini memliki perbedaan
yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada
model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan
persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan
penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan
konsep perkembangan dan tujuan - tujuan yang lebih jauh sehingga nilai – nilai pribadi,
konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.
Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah
yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier didalamnya
terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai
tujuan hidup seseorang. Hattari (1983) menyebutkan bahwa istilah bimbingan karier
mengandung konsep yang lebih luas. Bimbingan jabatan menekankan pada keputusan
yang menentukan pekerjaan tertentu sedangkan bimbingan karier menitik beratkan pada
perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan
lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari
segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat.
Perubahan istilah dari bimbingan jabatan (vocational guidance) ke bimbingan karier
mengandung konsekuensi terhadap peran dan tugas konselor dalam memberikan layanan
bimbingan terhadap para siswanya. Peran dan tugas konselor tidak hanya sekedar
membimbing siswa dalam menentukan pilihan-pilihan kariernya, tetapi dituntut pula untuk
membimbing siswa agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka
perencanaan karier dan penetapan karier pada kehidupan masa mendatang. Dalam
perkembangannya, sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dewasa
ini, bimbingan karier merupakan salah satu bidang bimbingan yang telah berhasil
mempelopori pemanfaatan teknologi informasi, dalam bentuk cyber counseling.
Sementara itu, dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karier
sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di
Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di
SMA pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukannya
Kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan
dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan
penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam Kurikulum 1994, bimbingan karier
ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.
Sampai dengan sekarang bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu bidang
bimbingan. Dalam konsteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikannya
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) dalam kurikulum sekolah, maka
peranan bimbingan karier sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya
membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional (vocational skill), yang
merupakan salah jenis kecakapan dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill
Education).
Terkait dengan penjabaran kompetensi dan materi layanan bimbingan dan konseling
di SMTA, bidang bimbingan karier diarahkan untuk :
a. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak
dikembangkan.
b. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang hendak
dikembangkan pada khususnya.
c. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
d. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMTA.
e. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih
tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.
f. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk keterampilan
kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan
program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. (Muslihudin,
dkk, 2004)
Untuk implementasi dari bimbingan karir yang ada di Sekolah Mengenah Kejuruan
(SMK) ialah:
a. Memberikan layanan Pengembangan Kematangan Karier
b. Memberikan layanan Pengembangan Analisis Peluang Karier
c. Memberikan layanan Pengembangan Kemampuan Membuat Keputusan Karier
Bimbingan Konseling
a. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Secara umum, bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya),
berbagai latar belakang yang ada (latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial
ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya. Menurut Prayitno
(1999:16) tujuan umum bimbingan dan konseling dilakukan dalam rangka
pengembangan keempat dimensi kemanusiaan individu, antara lain :
1) Dimensi keindividualan (individualitas) Mengembangkan potensi yang ada pada
dirinya secara optimal yang mengarah pada aspek-aspek kehidupan yang positif.
2) Dimensi kesosialan (sosialitas) Manusia sebagai makhluk sosial harus mampu
berinteraksi, berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan hidup bersama dengan
orang lain.
3) Dimensi kesusilaan (moralitas) Memberikan warna moral terhadap
perkembangan dimensi pertama dan kedua. Norma, etika, dan berbagai ketentuan
yang berlaku mengatur bagaimana kebersamaan antar individu seharusnya
dilaksanakan.
4) Dimensi keberagamaan (religiusitas) Menitikberatkan pada hubungan diri
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Di mana manusia tidak terpukau dan
terpaku pada kehidupan di dunia saja, melainkan mengaitkan secara serasi,
selaras, dan seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling
1) Fungsi pemahaman
a) Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh peserta didik
sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
b) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik
c) Pemahaman lingkungan yang lebih luas
2) Fungsi pencegahan, Tercegah dan terhindarnya peserta didik dari masalah yang
mengganggu, menghambat atau menimbulkan kesulitan dan kerugian dalam
proses perkembangannya.
3) Fungsi penuntasan, Teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta
didik.
4) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, Terpeliharanya dan terkembangkannya
berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
c. Prinsip Bimbingan dan Konseling
1) Prinsip – prinsip umum
a) Berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu yang unik dan ruwet.
b) Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
c) Masalah yang tidak dapat dipecahkan di sekolah harus diserahkan pada
individu atau lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
d) Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan yang
dirasakan oleh individu yang dibimbing.
e) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah
f) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang
memiliki keahlian dalam bidang bimbingan.
g) Terhadap program bimbingan harus ada penilaian yang teratur.
2) Prinsip-Prinsip Khusus
Prinsip-prinsip khusus dari bimbingan dan konseling merupakan prinsip-
prinsip bimbingan yang berkenaan dengan sasaran layanan, prinsip yang
berkenaan dengan permasalahan individu, prinsip yang berkenaan dengan
program layanan, dan prinsip- prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan
pelayanan.
d. Asas Bimbingan dan Konseling
1) Asas Kerahasiaan Dirahasiakannya segenap data dan keterangan peserta didik
(klien), yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui
orang lain.
2) Asas Kesukarelaan Adanya kesukarelaan peserta didik (klien) mengikuti/
menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.
3) Asas Keterbukaan Peserta didik (klien) bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
Guru pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan
peserta didik (klien).
4) Asas Kegiatan Peserta didik (klien) dapat berpartisipasi aktif di dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan.
5) Asas Kemandirian Peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri.
6) Asas Kekinian Obyek sasaran layanan bimbingan dan konseling yakni
permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi sekarang. Kondisi
masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki keterkaitan
dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien) pada saat sekarang.
7) Asas Kedinamisan Isi layanan terhadap peserta didik/klien hendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan.
8) Asas Keterpaduan Layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang,
harmonis dan terpadukan.
9) Asas Kenormatifan Segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku.
10) Asas Keahlian Layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselnggarakan
atas dasar kaidah-kaidah profesional.
11) Asas Alih Tangan Kasus Jika pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan kepada pihak yang lebih
ahli.
e. Adapun implementasi bimbingan karir di SMK yakni:
1) Memberikan layanan bimbingan pribadi
2) Memberikan layanan bimbingan belajar
3) Memberikan layanan bimbingan sosial