Anda di halaman 1dari 17

i

EPIDEMIC HIV AIDS

KEPERAWATAN HIV AIDS

MAKALAH

oleh:

Kelompok 2

Larasati Ramadhani NIM 162310101013


Noti Talia Meidiya NIM 162310101015
Febria Savitry Arum M. NIM 162310101019
Diah Ayuningrum Amini NIM 162310101029
Nunung Wadah Jamilah NIM 162310101048

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JEMBER

FAKULTAS KEPERAWATAN

2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah dengan judul Trend Issue terkait HIV AIDS. Sholawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Keperawatan HIV
ini, kami mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga
dalam kesempatan ini kami juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih
kepada:

1. Ns. Rifai, S.Kep, M.S selaku penanggung jawab mata kuliah Keperawatan
HIV AIDS.

2. Ucapan terimakasih kami kepada teman-teman yang telah mendukung atas


pembuatan makalah ini.

Kami berharap makalah yang telah disusun ini bisa memberikan sumbangsih
untuk menambah pengetahuan para pembaca, dan akhir kata, dalam rangka
perbaikan selanjutnya, kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua
pihak karena kami menyadari makalah yang telah disusun ini memiliki banyak
sekali kekurangan.

Jember, 10 Maret 2019

Penulis
iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. ii

Kata Pengantar ................................................................................................ iii

Daftar Isi .......................................................................................................... iv

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan .............................................................................................. 2

BAB 2. PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Situasi Epidemik Hiv/Aids Secara Global, Nasional, Dan Lokal 3


2.2 Perkembangan Aspek Sosial, Budaya Terhadap Epidemi
Dan Penyebaran Hiv/Aids ............................................................... 5
2.3 Perubahan Perilaku Terhadap Penyebaran Hiv/Aids.................. 9
2.4 Dampak Hiv/Aids Pada Negara Maju Dan Berkembang ............ 10

BAB 3. PENUTUP.......................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 13


3.2 Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14


1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan sejenis virus
dengan cara menyerang atau menginfeksi pada sel darah putih sehingga
menyebabkan sistem kekbalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency
Syndrome atau AIDS merukapan sekumpulan gejala penyakit yang timbul
karena turunya kekebalan tubuh karena infeksi HIV. Dengan menurunya
kekbalan tubuh sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit (infeksi
oportunistik) (Infodatin, 2016)
Pengobatan Antiretroviral (ARV) diperlukan oleh pengidap HIV untuk
menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh sehingga pengidap HIV tidak
sampai pada stadium AIDS, Pengidap AIDS memerlukan pengobatan ARV
untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dan komplikasnya. (Infodatin,
2016)
HIV AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di provinsi Bali tahun
1987. Jumlah penyebaran HIV AIDS sejumlah 407 dari 507 kabupaten/kota
(80%) di seluruh provinsi di Indonesia. (Infodatin, 2016)
Jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia berdasarkan data Depkes
RI tahun 2010 sebanyak 24.131 kasus dengan proporsi laki-laki 73,7%,
perempuan 26,6%, dan tidak diketahui 0,4%. Kelompok umur 20-29
tahun (49,07%) dan 30-39 tahun (30,14%), dengan cara penularan terbanyak
melalui heteroseksual 50,3% (Dinkes kab Jember, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menetapkan beberapa rumusan
masalah, diantaranya sebagai berikut :
1. Bagaimana situasi epidemik HIV AIDS secara global, nasional, lokal ?
2. Bagaimana perkembangan aspek sosial, budaya terhadap epidemi dan
penyebaran HIV AIDS ?
3. Bagaimana perubahan perilaku terhadap penyebaran HIV AIDS ?
2

4. Bagaimana dampak HIV AIDS pada negara berkembang dan negara maju?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui trend issue dan perkembangan terkait HIV AIDS
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan situasi epidemic HIV secara local, nasional dan global
b. Menjelaskan perkembangan aspek sosial, budaya terhadap epidemic
dan penyebaran HIV AIDS
c. Menjelaskan perubahan perilaku terhadap penyebaran HIV AIDS
d. Menjelaskan dampak HIV AIDS pada negara berkembang dan negara
maju
3

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Situasi epidemic HIV Aids secara lokal, nasional dan global
2.1.1 Situasi epidemic HIV AIDS secara lokal

Data dinas kesehatan jember telah mencatat adanya peningkatan


jumlah orang dengan HIV AIDS (ODHA) tahun 2014 sebanyak 522 dengan
jumlah kumulatif 1.640 orang, tahun 2015 sejumlah 669 orang dengan
jumlah kumulatif 2.309, tahun 2016 sebanyak 566 dengan jumlah kumulatf
2.875, tahun 2017 sebanyak 637 dengan kumulatif 3.512 dan pada tahun
2018 sebanyak 506 dengan jumlah kumulatif sebanyak 4.018 orang dengan
HIV AIDS. Jumlah penderita HIV AIDS yang meninggal dunia tahun 2016
sebanyak 31 orang dan tahun 2917 sebanyak 4 orang. Tahun 2018 telah
ditemukan sebanyak 506 ODHA baru. Sebanyak 150 orang dengan
bersetatus pengidap AIDS.
4

2.1.2 Situasi epidemic HIV AIDS secara Nasional

Jumlah penderita HIV secara Kumulatif sampai dengan Juni Tahun


2018 dilaporkan sebanyak 301.959 jiwa dengan usia paling banyak pada
kelompok usia 20-49 tahun. Jumlah infeksi HIV tertinggi pada provinsi
DKI Jakarta sejumlah 55.099, Jawa Timur sejumlah 43.399, Jawa Barat
31.293, papua sebanyak 30.699 dan jawa tengah sebanyak 24.757 jiwa.
Data Kementrian Kesehatan tahun 2017 mencatat sebanyak kasus 48.300
kasus HIV Positif, terdapat sebanyak 9.280 kasus AIDS. Data Triwulan II
Tahun 2018 tercatat sebanyak 21.336 kasus HIV Positif, terdapat sebanyak
6.162 kasus AIDS.

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Hari AIDS Sedunia, Momen STOP


Penularan HIV.

2.1.3 Situasi epidemic HIV AIDS secara global

Pada tahun 1992 sekurang-kurangnya 12,9 juta penduduk dunia


yang terinfkesi dengan HIV termasuk anak-anak dan dari jumlah ini
sebanyak 2,58 juta telah menjadi penderita AIDS dengan CFR sebesar
98,9%. Berdasarkan laporan dari UNIADS 2004, prevalansi pengidap
5

HIV dewasa (15-49 tahun) di wilayah Sub Sahara Afrika sebesar 7,4%.
Demikian juga dengan prevalensi pengidap HIV dewasa (15-49 tahun) di
Amerika Utara sebesar 0,06% dan di Eropa Barat sebesar 0,3% (UNIADS
2004).

Di 33 negara bagian Amerika Serikat orang dengan Ras kulit hitam


9 kali lebih beresiko menderita penyakit HIV/AIDS dibangding dengan ras
kulit putih denfan resiko relative (RR) 9,16 dan Ras kulit hitam
mempunyai faktor resiko 3 kali lebih tinggi daripada Ras kilit putih (RR
3.05). Resiko menderita AIDS 2 kali lebih tinggi pada orang indian
Amerika/ penduduk Aslu Alaska daripada orang Asia (RR 2,05). Di
Canada, RR AIDS 5,5 kali lebih tinggi pada Ras Kulit hitam dibandingkan
pada Ras Kulit putih (RR 5,54) dan 4 kali lebih tinggi pada orang Aborigin
dibandingkan IR Ras Kulit putih (RR 4,36). (UNAIDS 2004 ).

Secara global penyakit HIV/AIDS telah menurun dari 0,40 per


1000 populasi yang tidak terinfeksi menjadi 0,26 per 1000 populasi yang
tidak terinfeksi di tahun 2016. Tetapi meskipun secara global pasien
HIV?AIDS mengalami penurunan tetapi masih memprihatinkan yaitu pada
akhir tahun 2017- 2018 WHO melaporkan bahwa terdapat 36,9 juta
orang dengan HIV/AIDS (ODHA), 94.000 kematian karena HIV, dan 1,8
juta orang terinfeksi baru HIV atau sekitar 5000 infkesi per harinya
(WHO, 2017)

2.2 Perkembangan aspek sosial, budaya terhadap epidemi dan penyebaran


HIVAIDS
2.2.1 Perkembangan aspek sosial, budaya terhadap epidemi HIV AIDS

Penyakit HIV AIDS menimbulkan stigma tersendiri bagi penderita


dan masyarakat. Salah satunya adalah dampak sosial dirasakan sangat
mendalam seperti diungkapkan oleh Kemensos (2011) bahwa, seseorang
yang terjangkit HIV AIDS dapat berdampak sangat luas dalam hubungan
sosial, dengan keluarga, hubungan dengan teman-teman, relasi dan jaringan
6

kerja akan berubah baik kuantitas maupun kualitas. Orang-orang yang


terjangkit HIV AIDS secara alamiah hubungan sosialnya akan berubah.
Dampak yang paling berat dirasakan oleh keluarga dan orang-orang dekat
lainnya. Perubahan hubungan sosial dapat berpengaruh positif atau negatif
pada setiap orang. Reaksi masing-masing orang berbeda, tergantung sampai
sejauh mana perasaan dekat atau jauh, suka dan tidak suka seseorang terhadap
yang bersangkutan.

Lastri Mumpuni (2001) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa


perilaku sosial penderita menunjukkan perilaku yang berubah-ubah dan sangat
situasional, mengalami kesulitan melaksanakan adaptasi sosial terhadap
lingkungannya. Ketidakmampuan melaksanakan penyesuaian sosial terhadap
lingkungan berpijak pada dua aspek, yaitu perilaku situasional yang
dilakukannya menyebabkan yang bersangkutan tidak berkemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ketidakmampuan masyarakat
untuk melakukan penyesuaian sosial terhadap penderita. Penemuan lain dalam
penelitian ini, terjadi perubahan perilaku yang sedemikian cepat oleh para
penderita. Perilaku yang ditampilkan tergantung pada kemampuannya untuk
menafsirkan stimuli yang berasal dari lingkungannya, jika lingkungan
memberikan dukungan, maka yang terjadi adalah penampilan perilaku secara
konstruktif dan optimistik. Sebaliknya, jika menurut penafsirannya, ternyata
lingkungan menolak, maka penderita akan menampilkan dirinya sebagai orang
yang menarik diri, mengasingkan diri dan bahkan disertai dengan sikap
menutup diri terhadap lingkungan sosialnya.

 Dampak sosial dari epidemic HIV/AIDS terbagi menjadi 6, yaitu:


a) Menurunnya produktivitas masyarakat.
Masalah sosial yang dihadapi oleh orang penderita HIV/AIDS ini akan
menurunnya produktivitas sosial mereka, karena dengan daya tahan tubuh
yang lemah dan angka harapan hidup yang menurun akan membuat
produktivitas orang yang menderita HIV/AIDS tidak akan lagi sama
seperti orang pada umunya.
7

b) Mengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan.


Pada orang yang menderita HIV/AIDS mereka akan kehilangan
pekerjaan mereka dan mulai menggantungkan hidupnya pada keluarga dan
oranglain. Tanpa disadari hal ini akan mengganggu program pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan.
c) Meningkatnya angka penggangguran.
Daya tahan tubuh yang melemah dengan antibody yang rentan pada
orang penderita HIV/AIDS membuat mereka merasa di diskriminasi dalam
hal pekerjaan, sehingga mereka susah dalam mencari sebuah pekerjaan.
d) Mempengaruhi pola hubungan sosial dimasyarakat.
Pola hubungan sosial dimasyarakat akan berubah apabila masyarakat
memberikan stigma negative kepada penderita HIV/AIDS dan akan mulai
mengucilkannya, tidak hanya itu keluarga penderita HIV/AIDS juga akan
ikut dikucilkan oleh masyarakat sekitar.
e) Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial.
Kesenjangan sosial yang akan didapat pada penderita HIV/AIDS yaitu
mendapatkan perlakuan yang beda atau mendiskriminasi, memberi stigma
yang negative bahkan juga mengucilkan.
f) Munculnya reaksi negative dalam bentuk; deportasi, stigmatisasi,
diskriminasi dan isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV
dan penderita AIDS.

 Perubahan sosial budaya dan implikasinya

Sebuah kebudayaan, sebagai suatu sistem, terintegrasi secara struktural


dan secara kejiwaan. Secara struktural terintegrasi melalui fungsi-fungsi dari
unsurnya, yaitu oleh adanya eranan dari setiap unsur kebudayaan yang
dimainkan, dalam kaitannya dengan unsur-unsur ainnya dari kebudayaan
tersebut, yang berlaku secara menyeluruh. Sedangkan secara kejiwaan,
integrasi kebudayaan terjadi melalui konfigurasi tertentu dari kebudayaan
tersebut. Konfigurasi kebudayaan dapat dilihat sebagai nilai-nilai, pandangan
8

hidup (world view), dan etos, atau tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai
masyarakat, atau juga dorongan-dorongan yang bersifat umum dan mendasar
untuk bertindak.

Pada dasarnya perubahan kebudayaan itu berupa suatu modifikasi yang


terjadi dalam perangkat-perangkat ide dan yang disetujui secara sosial oleh
para warga masyarakat yang bersangkutan. Perubahan kebudayaan itu dapat
terjadi pada isi, struktur ataupun konfigurasi dari cara-cara hidup tertentu.
Perubahan-perubahan itu dapat juga terjadi pada bentuk, fungsi atau nilai-nilai
dari unsur terkecil (trait), unsur yang lebih besar (complex), atau juga pranata-
pranatanya (intitutions).

Walaupun kebudayaan itu cenderung untuk tidak berubah, tetapi


perubahan kebudayaan dan kehidupan sosial manusia selalu terjadi karena
gejala-gejala yang terdapat dalam lingkungan hidup manusia. Setiap
perubahan sosial-budaya selalu melalui tahapan disorganisasi (bisa
disorganisasi sosial dan bisa disorganisasi kebudayaan) dan setelah tahapan
disorganisasi ini kembali pada tahapan integrasi. Kalau setelah tahapan
disorganisasi tidak mencakup tahap integrasi, maka yang terjadi adalah
tahapan disintegrasi, yaitu suatu keadaan dimana kebudayaan masyarakat
yang bersangkutan tidak berfungsi lagi sebagai perangkat pedoman hidup
bagi warga masyarakat yang bersangkutan, karena masing-masing unsur dan
model-model kebudayaannya berdiri sendiri-sendiri sehingga mengacaukan
kehidupan sosial, dan karen aitu juga kehidupan sosialnya mengalami
disorganisasi dan tidak fungsional lagi sebagai pranata sosial

2.2.2 Penyebaran HIV

Pada awalnya penyebaran HIV/AIDS belum diketahui secara pasti,


namun banyak pihak yang menduga bahwa virus yang asli berasal dari monyet
dan simpanse di Afrika. Para ahli te;ah menemukan virus yang mirip pada
seekor monyet di Afrika Barat. Menurut Hipotesa bahwa virus itu mulanya
9

masuk ke dalam tubuh manusia sebagai akibat dari percobaan-percobaan


malaria mulai mulai tahun 1920 sampai 1950.an pada percobaan tersebut
manusia disuntik dengan darah dari monyet dan simpanse yang kemungkinan
mengandung virus yang ternyata HIV.
Pada tahun 1980.an para peneliti mulai mengamati kalangan pria muda
yang menderita penyakit kanker sel darah yang langkah yaitu sarcoma. Pasien
laki-laki ini semuanya gay. Oleh karena itu sindrom tanpa nama ini diberi
julukan “gay plauge” atau “gay cancer” Penyakit yang tadinya diangap
sebagai gay plauge ternyata dapat menyerang heterosexual terutama orang-
orang yang menggunakan jarum suntik, mitra sexnya. Bayi dari ibu yang
terinfeksi dan transfuri darah orang yang terkena HIV dan pada tahun 1983
virus ini diberi nama Lympadenopati associated virus. Kemudian pada bulan
mei 1986 diganti menjadi Human Immunodefeciency virus
Sejak saat ditemukan penyebaran HIV terjadi secara cepat ke berbagai
negara termasuk indonesia. Dampak yang terlihat pada penderita berserta
keluarganya serta penyakit ini belum diketahui cara penanganannya dan
pasien terdeteksi sudah berada pada stadium akhir.

2.3 Perubahan perilaku terhadp penyebaran HIV AIDS


Penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh pasien HIV adalah dengan
berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual. Menggunakan
alat suntik yang tidak steril dan penggunaannya yang dilakukan secara
bergantian khususnya pada pasien penahun. Selain itu penyimpangan pada
waria yang memiliki gaya hidup seksual yang melekat dalam dirinya yang
dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitarnya serta
berdampak pada kesehatannya. Gaya hidup seksual pada waria tercemin
dalam melakukan aktifitas seksualnya seperti: bergonta-ganti pasangan, tidak
menggunakan kondom serta melakukan seks anal dan oral. Hal ini
menyebabkan kehidupan waria sangat rentan dan berisko dengan terjadinya
kekerasan psikologis dan seksual yang berdampak terhadap kemungkinan
penularan dan penyebaran penyakit HIV AIDS.
10

Perubahan perilaku seperti tidak menggunakan kondom ketika


berhubungan sex dengan orang yang terinfeksi HIV baik melalui oral, anal
(khususnya bagi mitra sexual yang pasif meneriman ejakulasi dari penderita
HIV) ataupun vagina, penggunaan tato yang menggunakan jarum, serta
penggunaan tindik dapat menyebarkan penyakit HIV. Perubahan yang
dilakukan pasien HIV AIDS antara perubahan sosial, perubahan kesehatan.
perubahan perilaku tersebut terjadi karena mereka mendapat pendidikan
kesehatan, konseling dan arahan dari petugas kesehatan. Perubahan perilaku
yang dijalani pasien HIV AIDS antara lain lebih rajin olahraga, lebih
memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi, melakukan kegiatan seperti
akupuntur, mendengar ceramah dan tidak berganti-ganti pasangan.

2.4 Dampak HIV AIDS pada negara berkembang dan negara maju

HIV AIDS merupakan salah satu penyakit yang memiliki dampak besar
bagi penderita, lingkungan sekitar maupun suatu negara. Belum ditemukannya
obat untuk penyembuhan penyakit tersebut membuat penderita harus selalu
mengkonsumsi obat-obatan yang hanya bisa melawan atau melemahkan virus
tersebut tanpa mematikannya. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya beberapa
dampak bagi penderita ataupun keluarga dan yang nantinya akan berdampak
pula terhadap keadaan suatu negara.

 Dampak peningkatan jumlah penderita HIV di suatu negara


1. Dampak ekonomi seiring dengan penurunan jumlah usia produktif
Berdasarkan salah satu penelitian di wilayah daerah negara
berkembang didapatkan hasil bahwa penderita yang mengalami HIV AIDS
tidak mengalami gangguan terhadap pola pekerjaanya, jumlah pendapatan
yang didapat tidak mengalami perubahan dikarenakan penderita telah
mendapatkan obat dari pemerintah untuk melawan penyakit tersebut sehingga
penderita tetap dapat bekerja. Tetapi pemerintah memiliki tanggungan yang
tinggi terhadap pembelanjaan obat untuk penderita HIV.
11

Namun tersebut berbanding terbalik dengan konsep dampak ekonomi


dari penderita HIV AIDS yang menyatakan bahwa para penderita HIV AIDS
akan mengalami banyak masalah dalam hal keuangan yang diakibatkan oleh
kebutuhan pengobatan yang terus menerus, dan hal itu juga dapat dipengaruhi
oleh kehilangan pekerjaan karena sebagian besar perusahaan akan
beranggapan bahwa penserita HIV AIDS sudah tidak dapat lagi maksimal
dalam melaksanakan pekerjaan. Secara tidak langsung jumlah usia produktif
pada suatu negara akan menurun dan mengakibatkan usia muda diharuskan
melaksanakan pekerjaan yang belum kompeten.
Tidak kompetennya pekerja melaksanakan kegiatannya akan
mengakibatkan jumlah produksi pada perusahaan akan menurun, sehingga
jumlah pendapatan dan kegiatan keuangan lainnnya akan mengalami
penurunan.
2. Berkurangnya penerimaan dan bertambahnya pengeluaran
Pada saat suatu negara memiliki permasalahan dalam bidang kesehatan
seperti HIV AIDS maka negara tersebut akan memiliki banyak kerugian
diantaranya yaitu :
a. Penurunan penerimaan jumlah pajak oleh negara, meningkatnya jumlah
warga miskin mengakibatkan turunnya jumlah pendapatan dan daya beli
masyarakat berkurang.
b. Peningkatan program kesehatan dan pengendalian warga miskin
mengakibatkan jumlah pengeluaran negara bertambah.
3. Pendidikan
Penyebaran penyakit HIV AIDS yang meluas memberikan dampak negatif
terhadap akses dan kualitas pendidikan pada anak dikeluarag tersebut. Sering
kali anak dengan keluarga yang memiliki HIV memutuskan untuk berhenti
sekolah dan memilih membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga serta
perawatan keluarganya. Sumber daya keuangan yang berkurang akibat
pengobatan seringkali tidak dihiraukan untuk membiayai kebutuhan sekolah
anak. Hal ini mengakibatkan kecerdasan anak di suatu negara menjadi
12

menurun dan jumlah anak yang berkompeten di negara tersebut akan terus
berkurang.
13

BAB 3. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Penyakit HIV AIDS sampai saat ini masih menjadi masalah yang
serius bagi dunia kesehatan selain belum ditemukannya obat yang mampu
membunuh virus tersebut, jumlah populasi yang terus bertambah serta
dampak yang sangat merugikan juga merupakan masalah serius bagi
individu ataupun kelompok dalam lingkup yang besar. Dukungan dari segala
aspek sangat dibutuhkan dalam membantu mengatasi serta mencegah
terjadinya hal tersebut, mulai dari edukasi pencegahan penularan penyakit,
pengelolaan sistem sosial, manajemen kesehatan, serta dukungan sumber
daya dari pemerintah sangat dibutuhkan. Perubahan-perubahan yang terjadi
akibat dampak dari penyakit tersebut juga harus mulai dikelola dengan baik
agar mampu membantu upaya penurunan populasi HIV AIDS menurun
secara maksimal.

3.2. SARAN
Untuk pembaca makalah ini diharapkan mampu memahami isi materi
dengan baik agar dapat menerapkan serta menganalisis kembali masalah-
masalah yang mungkin muncul terkait dengan penyebaran serta isu tentang
HIV AIDS, sehingga mampu mengembangkan isi makalah ini dengan lebih
baik lagi agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain.
14

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2014. Profil kesehatan kabypaten jember


tahun 2014 emas (12-02-2015)
Infodatin. 2016. Situasi Penyakit HIV AIDS di Indonesia
Jambak, Nur’ainun, dll. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan
Perilaku Pasien HIV AIDS. Volume 1. No. 2. Jurnal Human Care.
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock.
Kusbiantoro, D. 2018. Jatim Antaranews.
https://jatim.antaranews.com/berita/267761/pengidap-hiv-aids-di-jember-
capai-4018-orang. [DIakses pada 10 Maret 2019]
Pardita, D. P. Y., I. K. Sudibia. 2014. Analisis Dampak Sosial, Ekonomi, dan
Psikologis Penderita HIV AIDS di Kota Denpasar. Jurnal Buletin Studi
Ekonomi. Volume 19 (No. 2): 193 – 199.

Pardita, Dewa dan Sudibia, I Ketut. 2014. Analisa Dampak Sosial, Ekonomi, dan
Psikologis Penderita HIV AIDS di Kota Denpasar. Bali : Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Rokhmah, Dewi. 2015. Pola Asuh dan Pembentukan Perilaku Seksual Berisiko
Terhadap HIV AIDS pada Waria. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Sutrisna, A. 2009. Dampak HIV Pada Pendidikan Anak di Indonesia. Child
Poverty and Social Protection Conference: 1-15

UNAIDS. (2004). Epidemiology Global Statistics Fact Sheet HIV/AIDS 2015.


http://www.unaids.org/en/resources/documents/2015/20150714_factsheet.
[Diakses pada Maret 2019]
World Health Organization (2017). Diarrhoeal disease.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/. [Diakses pada 9
Maret].

Anda mungkin juga menyukai