Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurdiana

Kelas : 2B / PGSD

NIM : 4518103049

Studi Kasus Bimbingan Konseling


“Permasalahan Siswa Sekolah Dasar Yang Membolos”

A. Landasan Teori
Masalah adalah bagian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah mempunyai masalah.
Masalah yang biasanya ditemukan oleh setiap orang ada yang masalah ringan ada juga masalah
yang sifatnya berat. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan.
Dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) yang dimaksud dengan masalah adalah sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan).
Beberapa pengertian masalah menurut para ahli:
1. Istijanto
Masalah merupakan bagian yang paling penting dalam proses riset, sebab masalah
memberi pedoman jenis informasi yang nantinya akan dicari.
2. Richard Carlson
Masalah adalah tempat terbaik untuk berlatih agar hati kita tetap terbuka karena masalah
adalah bagian dari kehidupan kita.
3. Ilmu Biologi
Masalah adalah suatu pengerian/ makna yang belum kita pahami tentang mengapa gejala
benda dan gejala peristiwa di alam ini ada dan bisa terjadi atau mengalami proses serta
mempengaruhi kehidupan kita.
4. Hudojo
Pengertian masalah menurut Hudojo (1990: 32) mengemukakan bahwa masalah sebagai
pernyataan kepada seseorang dimana orang tersebut tidak mempunyai aturan/hukum tertentu
yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut.
5. Menurut Muhkal (1999: 6) "menyelesaikan masalah merupakan suatu bentuk kegiatan
belajar yang penting dalam proses belajar mengajar matematika di sekolah. Oleh karena
penyelesaian masalah matematika pada umumnya dapat dialih gunakan menyelesaikan
masalah-masalah baru pada situasi lain". Sedangkan Slameto (1986: 13) mengemukakan
bahwa: "dalam proses belajar mengajar matematika, penyelesaian masalah merupakan
proses dan keterampilan intelektual dasar penting yang harus diperhatikan oleh para guru
matematika".

Sedangkan pengertian membolos adalah perilaku siswa yang tidak masuk sekolah atau
tidak mengikuti pelajaran tanpa alasan atau dengan alasan yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan.

- Menurut wikipedia, Truancy is unapproved absence from scholl, ussually without a


parents knowledge. Perilaku membolos (truant behavior) adalah embolos yang tidak
disetujui dari sekolah, biasanya tanda diketua oleh orang tua. Jadi siswa berangkat ke
sekolah tapi tidak sampai ke sekolah dengan atau tanpa alasan yang jelas.
- Pengertian masalah menurut para ahli yaitu:
1. Kristiyani (2009)
Perilaku yang dikenal dengan istilah truancy ini dilakukan dengan cara, siswa
tetap pergi dari rumah pada pagi hari dengan berseragam, tetapi mereka tidak berada
di sekolah.
2. Ridlowi (2009)
Membolos dapat diartikan sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah
dengan alasan yang tidak tepat. Atau dapat juga dikatakan ketidak hadiran tanpa
alasan yang jelas.

Penyebab siswa membolos dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor -
faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yakni faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa
karakter siswa yang memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari
rutinitas - rutinitas yang membosankan di rumah.
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar siswa, misalnya
kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa, guru yang tidak profesional,
fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga
kurikulum yang kurang bersahabat sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.
Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dikemukakan di atas, Faktor pendukung
munculnya perilaku membolos sekolah juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Faktor keluarga
Meliputi pola asuh orang tua atau kurangnya partisipasi orang tua dalam pendidikan
anak.
2. Faktor kurangnya kepercayaan diri
Penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri yang dapat mematikan
kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki siswa, tetapi
jika tidak berani / merasa tidak mampu untuk melakukannya sama saja percuma.
Perasaan diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri
dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga, serta
dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut. Perasan rendah diri tidak selalu muncul
pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak mampu dengan mata pelajaran
matematika, tetapi ia mampu pada mata pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia
tidak suka, ia cenderung berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika
akan masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk
sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari masalah
malah akan menambah masalah tersebut.
3. Perasaan yang Termarginalkan
Perasaan tersisihkan tentu tidak diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu
muncul tanpa kita inginkan. Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan
atau diterima di kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin
gurunya sendiri dengan sindiran atau ucapan. Siswa yang ditolak oleh teman-teman
sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk
sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh teman-
temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama. Penolakan siswa terhadap
siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu, misalnya faktor SARA (Suku, Agama,
Ras, dan Antar golongan).
4. Faktor yang Berasal dari Sekolah
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana tempat
siswa-siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila bahan yang
dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang sesuai dengan
minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya tujuan yang sesuai
dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi suasana kelas sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas juga akan
memudahkan siswa dalam pemahamannys. Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah
mengikuti kegiatan pembelajaran.

Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang suka membolos yaitu:


1. Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar
pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan. Kelas
berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang diajarkan oleh
guru, karena ia tidak mempelajari dasar - dasar dari mata pelajaran - mata pelajaran
yang diperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.
2. Siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh
teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah”
keadaannya sehingga anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak
dengannya.
3. Hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila
diteruskan, siswa akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah
siswa dapat dikeluarkan dari sekolah.
4. Tidak mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri
untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak memahami
materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai ulangannya.
B. Contoh dan Langkah Penyelesaian
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah (pendataan), yaitu penetapan jenis dan masalah serta latar belakang
sebagai landasan untuk pelayanan selanjutnya. Pada langkah ini harus memperhatikan
dan mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari
gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau
menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus
dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak,
kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi. Apabila siswa menunjukkan tingkah laku
atau hal-hal yang berbeda dari biasanya, maka hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai
gejala dari suatu masalah yang sedang dialami siswa.
Contoh:
Nurul adalah seorang siswa yang tergolong sebagai siswa yang cerdas, dia selalu masuk
peringkat lima besar dikelasnya. Dia tinggal bersama Kakek, dan Neneknya, karena
kedua orang tuanya bekerja di Luar Negeri sejak dia masuk kelas 5 SD. Dia disenangi
teman-teman maupun guru karena kepandaiannya. Tetapi, setelah kelas 5 SD dia sering
membolos. Dalam satu bulan ini dia sudah membolos sebanyak 6 kali, dia juga berubah
menjadi anak yang nakal dan suka mengganggu temannya, prestasi belajarnya pun mulai
menurun. Sebagai guru Bimbingan Konseling, Ibu Andi mengadakan pertemuan dengan
guru untuk mengamati Nurul. Dari hasil laporan dan pegamatan yang dilakukan oleh
beberapa orang guru, ibu Andi kemudian melakukan evaluai berdasarkan masalah Nurul
dengan gejala yang nampak. Selanjutnya dapat diperkirakan jenis dan sifat masalah yang
dihadapi Nurul tersebut. Karena dalam pengamatan terlihat prestasi belajar Nurul
menurun, dan dia pun berubah menjadi anak yang nakal dan suka mengganggu teman-
temannya.
2. Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ” masalah ” berdasarkan
analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini
dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar
belakang atau yang melatar belakangi gejala yang muncul. Dalam kasus / masalah ini
latar belakang atau faktor-faktor yang menyebabkan Nurul sering membolos yaitu karena
terpengaruh oleh ajakan teman-teman di lingkungan rumahnya yang usianya diatasnya
(SMP). Dia bergaul dengan anak yang nakal dan suka membolos juga. Kakek, Neneknya
yang sibuk berjualan sayur di pasar, sehingga tidak begitu memperhatikan cucunya yang
berubah menjadi anak yang nakal dan suka membolos.
3. Prognosis
Langkah prognosis ini pembimbing menetapkan alternatif tindakan bantuan yang akan
diberikan. Selanjutanya melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah apa
yang sedang dihadapi individu. Seperti rumusan kasus Nurul, maka diperkirakan
menghadapi masalah, karena ditinggal oleh kedua orang tuanya sehingga merasa kurang
mendapat perhatian dan kasih sayang dari mereka. Dan Kakek, Neneknya pun tidak
begitu perhatian kepadanya, karena sibuk di pasar. Sehingga dia mencari perhatian lain di
lingkungan teman sebayanya. Dari rumusan jenis dan bentuk masalah yang sedang
dihadapi Nurul, maka dibuat alternatif tindakan bantuan, seperti memberikan konseling
individu yang bertujuan agar Nurul berubah menjadi anak yang rajin, pandai dan tidak
nakal lagi. Dalam hal ini konselor menawarkan alternatif layanan pada orang tua atau
Kakek dan Nenek Nurul selaku wali dan juga Nurul sendiri untuk diberikan konseling.
Penawaran tersebut berhubungan dengan kesediaan individu Nurul sebagai orang yang
sedang mempunyai masalah. Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu
memperhatikan: 1) pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau
kelompok 2) siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau
individu lain yang lebih ahli 3) kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang
perlu dipertimbangkan.
4. Treatment
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan
langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakn masalah dan latar belakang yang
menjadi penyebanya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai
pendekatan dan teknik pemberian bantuan. Pada kasus Nurul telah direncanakan
pemberian bantuan secara individual. Pada tahap awal diadakan pendekatan secara
pribadi, pembimbing mengajak Nurul menceritakan masalahnya, mungkin pada awalnya
Nurul akan sangat sulit menceritakan masalahnya, karena masih memiliki perasaan takut
atau tidak percaya terhadap pembimbing. Dalam hal ini pembimbing dituntut
kesabarannya untuk bisa membuka hati Nurul agar mau menceritakan masalahnya, dan
menyakinkan kepada Nurul bahwa masalahnya tidak akan diceritakan pada orang lain
serta akan dibantu menyelesaikannya. Pemberian bantuan ini dilakukan tidak hanya
sekali atau dua kali pertemuan saja, tetapi perlu waktu yang berulang-ulang dan dengan
jadwal dan sifat pertemuan yang tidak terikat, kapan Nurul sebagai individu yang
mempunyai masalah mempunyai waktu untuk menceritakan masalahnya dan bersedia
diberikan bantuan. Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan
transferensi yang positif dimana klien mau memproyeksikan perasaan ketergantungannya
kepada pembimbing (konselor).
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan agar dapat dilihat apakah bantuan dan bimbingan yang diberikan
kepada anak sudah berhasil atau belum. Setelah pembimbing dan klien melakukan
beberapa kali pertemuan, dan mengumpulkan data dari beberapa individu, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Evaluasi dapat dilakukan
selama proses pemberian bantuan berlangsung sampai pada akhir pemberian bantuan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik, seperti
melalui wawancara, angket, observasi diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Dalam kasus
Bisma, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara antara pembimbing dengan
Bisma sendiri, pembimbing dengan Kakek dan Nenek (wali) Nurul, teman Nurul, dan
beberapa orang guru. Observasi juga dilakukan terhadap Nurul pada jam sekolah dan jam
luar sekolah, bagaimana Nurul bergaul dengan temannya. Sedang observasi yang
dilakukan baik oleh pembimbing maupun guru, yaitu untuk mengetahui aktivitas Nurul
dalam menerima pelajaran, sikapnya di dalam kelas saat mengikuti pembelajaran.
Pembimbing juga berkunjung kerumah Nurul guna mengetahui kondisi rumah Nurul
sekaligus mewawancarai kakek dan nenek (wali) mengenai sikap Nurul di rumah .Dari
beberapa data yang telah tekumpul, kemudian pembimbing mengadakan evaluasi untuk
mengetahui sampai sejauh mana upaya pemberian bantuan telah dilaksanakan dan
bagaimana hasil dari pemberian bantuan tersebut, bagaimana ketepatan pelaksanaan yang
telah diberikan. Dari evaluasi tersebut dapat diambil langkah-langkah selanjutnya;
apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka pembimbing dapat merubah tindakan
atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai