Sah Revisi
Sah Revisi
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan dalam rongga antara otak dan selaput otak
(ruang subaraknoid). Penyakit ini merupakan suatu keadaan darurat neurologis, dengan
mortalitas keseluruhan hingga 50%. Pasien dapat mengalami kekakuan leher, mual / muntah,
dan penurunan tingkat kesadaran. Sekitar 80% perdarahan subaraknoid adalah nontraumatik
dan paling sering disebabkan oleh ruptur aneurisma. (Schmutzhard E. Subarachnoid hemorrhage
(SAH): how do we treat delayed ischemic neruological deficit (DIND). 4rd Congress of the European
Academy of Neurology. 2018;)
Epidemiologi
Variasi yang cukup besar dalam kejadian tahunan SAH pada berbagai wilayah di
dunia. WHO menemukan variasi 10 kali lipat kejadian SAH pada pasien di negara-negara di
Eropa dan Asia, dari 2,0 kasus per 100.000 penduduk di Cina menjadi 22,5 kasus per 100.000
di Finlandia. Hal ini kemudian didukung insiden tinggi SAH di Finlandia dan Jepang,
kejadian rendah di Amerika Selatan dan Tengah, dan kejadian intermediet 9,1 per 100.000
penduduk di daerah lain.
Kejadian SAH meningkat dengan usia dan rata-rata pada orang dewasa usia 50 tahun. SAH
relatif jarang terjadi pada anak-anak. Mayoritas studi juga menunjukkan insiden SAH lebih
tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Data menunjukkan bahwa kejadian pada wanita
1.24 kali lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Bukti pengaruh usia jenis kelamin pada
insiden SAH telah muncul dari data penelitian yang dikumpulkan, dengan insiden yang lebih
tinggi dilaporkan pada pria yang lebih muda (25 - 45 tahun), wanita berusia antara 55 dan 85
tahun, dan pria 85 tahun. Kejadian SAH juga berpengaruh pada ras dan etnisitas, orang kulit
hitam dan Hispanik memiliki insiden SAH lebih tinggi daripada orang kulit putih. (Connolly E,
Rabinstein A, Carhuapoma J, Derdeyn C, Dion J, Higashida R et al. Guidelines for the Management of
Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage. Stroke. 2012;43(6):1711-1737. )
Patofisiologi
Aneurisma merupakan lesi yang berhubungan dengan tekanan hemodinamik pada
dinding arteri pada titik bifurkasi. Aneurisma sakular atau berry spesifik untuk arteri
intrakranial karena dindingnya tidak memiliki lamina elastis eksternal dan mengandung
adventitia yang sangat tipis. Hal ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan aneurisma. (Hayman A, Pagani J, Kirkpatrick J, Hinck V. Pathophysiology of Acute
Intracerebral and Subarachnoid Hemorrhage:. American Society of Neuroradiology. 2019;.
85% dari spontan SAH dihasilkan dari rupture aneurisma yang muncul pada
pembuluh darah di pangkal otak. Pembuluh-pembuluh darah ini merupakan Circle of Willis.
Lingkaran Willis terdiri dari bagian anterior dan posterior. Bagian anterior terdiri dari arteri
serebral anterior berpasangan, bergabung dengan arteri communicating anterior, dan arteri
karotis interna berpasangan. 85% aneurisma yang pecah timbul dari bagian anterior Circle of
Willis. 15% dari aneurisma yang pecah timbul dari bagian posterior Circle of Willis, yang
terdiri dari arteri communicating posterior dan arteri serebral posterior berpasangan yang
berasal dari ujung bifurkasi arteri basilar. (Hayman A, Pagani J, Kirkpatrick J, Hinck V.
Pathophysiology of Acute Intracerebral and Subarachnoid Hemorrhage:. American Society of
Neuroradiology. 2019;.
Prekursor awal aneurisma adalah outpouching kecil melalui defek pada media arteri.
Defek ini diperkirakan meluas karena adanya tekanan hidrostatik dari aliran darah pulsatil
dan turbulensi darah, yang paling besar terjadi pada bifurkasi arteri. Aneurisma yang matang
memiliki media yang sedikit, digantikan oleh jaringan ikat, dan lamina elastis berkurang atau
tidak ada.
Probabilitas pecah berkaitan dengan ketegangan pada dinding aneurisma. Hukum La
Place menyatakan bahwa tegangan ditentukan oleh radius aneurisma dan gradien tekanan
yang melintasi dinding aneurisma. Dengan demikian, tingkat terjadinya ruptur berhubungan
langsung dengan ukuran aneurisma. Aneurisma dengan diameter lebih besar dari 10 mm lima
kali lebih besar kemungkinan pecah daripada yang lebih kecil. Risiko ruptur tahunan untuk
aneurisma <10 mm adalah 0,7%. Cedera otak akibat pembentukan aneurisma serebral dapat
terjadi jika tidak ada ruptur. Kekuatan penekanan dapat menyebabkan cedera pada jaringan
lokal dan mengganggu suplai darah distal. Ketika aneurisma pecah, ekstravasasi darah di
bawah tekanan arteri ke ruang subarachnoid dan dengan cepat menyebar melalui cairan
serebrospinal di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Darah yang dilepaskan di bawah
tekanan tinggi dapat secara langsung menyebabkan kerusakan pada jaringan lokal.
Extravasasi darah menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (ICP). (Lemonick D.
Subarachnoid Hemorrhage: State of the Art(ery). American Journal of Clinical Medicine. 2010;7(2)
Beberapa faktor telah dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk aneurismal
SAH. Risiko-risiko ini termasuk riwayat keluarga aneurisma intrakranial, penyakit jaringan
ikat, hipertensi, merokok, aterosklerosis, kontrasepsi oral, usia yang lebih tua, etnis Afrika-
Amerika dan Jepang, jenis kelamin wanita, penyakit ginjal polikistik, dan minum alkohol
berat. Terdapat peningkatan risiko SAH tiga hingga tujuh kali lipat pada kerabat tingkat
pertama pasien dengan SAH. Afrika-Amerika memiliki risiko 2,1: 1 dibandingkan dengan
Kaukasia, sedangkan jenis kelamin perempuan ditemukan memiliki risiko 1,6: 1
dibandingkan dengan jenis kelamin pria.
Dua skala yang banyak digunakan untuk menilai keparahan SAH yaitu skala Hunt and
Hess dan World Federation of Neurological Surgeons Scales. Pada kedua skala, terdapat
korelasi antara skor yang lebih tinggi dengan hasil yang lebih buruk. Informasi ini termasuk
ukuran dan lokasi aneurisma dan kondisi keseluruhan pasien. (Lemonick D. Subarachnoid
Hemorrhage: State of the Art(ery). American Journal of Clinical Medicine. 2010;7(2)
Tabel 1. Hunt and Hess Severity Scale
Tingkat Kriteria
1 Asimptomatik, sakit kepala ringan
2 sakit kepala sedang hingga berat, kekakuan nuchal, tidak ada defisit fokal
selain kelumpuhan saraf kranial
3 Perubahan status mental ringan, deficit neurologi fokal ringagn
4 Stupor atau hemiparesis sedang hingga berat
5 Comatose atau rigiditas deserebrasi
Tatalaksana
Tatalaksana Awal SAH
Tatalaksana awal pada pasien yang terdiagnosis SAH yaitu manajemen jalan napas,
analgesia yang memadai, pemantauan kardiopulmoner dan neurologis, kontrol tekanan darah,
antiemetik, dan sedasi, kapan pun dianggap perlu. Intubasi dilakukan untuk perlindungan
jalan napas, oksigenasi dan / atau ventilasi. Elevasi head of bed hingga 30 dapat menurunkan
ICP yang tinggi. Analgesia diberikan untuk pasien dengan sakit kepala berat. Analgesia yang
diberikan merupakan analgesia dosis kecil, short-acting dan reversible. Pemantauan jantung
yang berkelanjutan sangat penting untuk mengevaluasi disritmia. Evaluasi status neurologis
terus menerus dan teratur, termasuk ukuran pupil dan reaktivitas dan fungsi motorik
diperlukan. Pemberian cairan IV menargetkan euvolemia, glukosa normal, dan elektrolit.
Kontrol tekanan darah mungkin diperlukan. American Stroke Association’s 2012 guidelines
merekomendasikan untuk mempertahankan SBP awal kurang dari 160 mm Hg. Tekanan
perfusi otak (CPP = MAP-ICP) harus dijaga pada> 60 mm Hg. Penempatan kateter arteri
harus dilakukan segera setelah pemantauan tekanan darah terus menerus dianggap perlu.
(Lemonick D. Subarachnoid Hemorrhage: State of the Art(ery). American Journal of Clinical Medicine.
2010;7(2)
Pada diagnosis DCI pemeriksaan neurologis merupakan serial yang penting namun
memiliki sensitivitas terbatas pada pasien dengan tingkat klinis yang buruk. Oleh karena itu,
pendekatan diagnostik perlu disesuaikan dengan situasi klinis. Berbagai alat diagnostik
umumnya digunakan untuk mengidentifikasi penyempitan arteri dan / atau kelainan perfusi
atau berkurangnya oksigenasi otak. Perfusi imaging menunjukkan daerah hipoperfusi dan
mungkin lebih akurat untuk mengidentifikasi DCI daripada imaging anatomi penyempitan
arteri atau perubahan kecepatan aliran darah dengan transcranial Doppler. Perfusion CT
merupakan teknologi yang menjanjikan, meskipun pengukuran berulang dibatasi oleh risiko
beban pewarna dan paparan radiasi.
Salah satu metode baru augmentasi hemodinamik yang sedang diteliti adalah alat
balon aorta. Intervensi endovaskular sering digunakan pada pasien yang tidak membaik
dengan augmentasi hemodinamik dan pasien dengan defisit neurologis fokal tiba-tiba dan lesi
fokal pada angiografi. Intervensi umumnya terdiri dari balloon angioplasty untuk lesi yang
dapat diakses dan infus vasodilator untuk pembuluh darah yang lebih jauh. Vasodilator yang
biasanya digunakan adalah calcium channel blocker, tetapi donor nitric oxidejuga dapat
digunakan. Papaverine digunakan lebih jarang karena dapat menghasilkan neurotoksisitas.
Keterbatasan utama terapi vasodilator adalah durasi manfaat yang singkat. (Connolly E,
Rabinstein A, Carhuapoma J, Derdeyn C, Dion J, Higashida R et al. Guidelines for the Management of
Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage. Stroke. 2012;43(6):1711-1737. ) (Lemonick D. Subarachnoid
Hemorrhage: State of the Art(ery). American Journal of Clinical Medicine. 2010;7(2)
Prognosis
Sepuluh hingga 15% pasien dengan SAH meninggal sebelum mencapai perawatan
medis. Angka kematian SAH di rumah sakit adalah sekitar 30%. Kematian SAH selama tiga
puluh hari mendekati 50%.