Anda di halaman 1dari 6

AKUNTANSI KEPRILAKUAN EKA450 C2

RPS 14

OLEH

KELOMPOK 4

Ni Wayan Sudiarti (1607531044) / 9


Nyimas Shafira Ramadhanty (1607531075) / 15
Putu Mas Diarsi Untari (1607531076) / 16
Dewa Ayu Sri Adnya Dewi (1607531104) / 25

Dosen Pengampu:

Luh Gede Krisna Dewi, S.E.,M.Si.,Ak.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

1
A. Pendahuluan
Akuntansi sosial didefinisikan sebagai penyusunan, pengukuran, dan analisis terhadap
konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan dengan
pemerintah dan wirausahawan. Namun dalam pembahasan berikut ini, akan lebih
berkonsentrasi pada akuntansi sosial sebagaimana diterapkan pada kegiatan bisnis. Jadi
akuntansi sosial berarti mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan hubungan antara
bisnis dan lingkungannya.
B. Latar Belakang Sejarah
Pada awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat sosial
dan biaya sosial dalam model-model teori ekonomi mikro neo-klasik, namun mayoritas
ekonom masih mengabaikannya.
Pada tahun 1960-an, beberapa gerakan massa yang ditujukan untuk membuat
pemerintah dan bisnis lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki andil
dalam memfokuskan perhatian pada biaya dan manfaat sosial. Undang-undang pun
disahkan untuk melindungi sumber daya alam dan mengendalikan pembuangan limbah
beracun. Hukum menetapkan standar untuk emisi polusi dan mengenakan denda kepada
siapa pun yang melanggarnya. Di tahun 1960-an ini, konsumen juga menjadi lebih tegas,
sehingga mendorong dikeluarkannya undang-undang perlindungan hak konsumen.
Semua undang-undang ini selanjutnya secara bertahap mampu memberi dampak positif
terhadap kepekaan perusahaan pada lingkungan yang tercermin dari munculnya akun-
akun terkait dengan kegiatan sosial pada laporan keuangan perusahaan bersangkutan.
C. Permasalahan Sosial Indonesia
Krisis ekonomi berkepanjangan yang pernah melanda Indonesia bermuara pada
meningkatnya angka jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan serta
berbagai ketidakpastian, sehingga indikator-indikator ekonomi seperti tingkat suku
bunga, laju inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan
sebagainya sangat rentan terhadap masalah-masalah sosial. Kemudian maraknya aksi
demonstrasi buruh, penjarahan gudang, perusakan gedung dan pabrik, dan penggarapan
liar atas lahan milik perusahaan semakin memperkuat fakta akan stabilitas sosial yang
tidak kondusif, dan tentunya bermuara pada lambatnya laju pertumbuhan ekonomi,
terpuruknya dunia usaha, dan tidak menentunya investasi.

D. Tanggapan Perusahaan
Sejak tahun 1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan
kepekaannya terhadap kebutuhan sosial menjadi lebih responsif lagi secara sosial.
Manajemen mungkin talah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari
komunitas, bahwa agar perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas arus menjadi tempat
yang sehat untuk hidup dan bekerja serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan
keuangan untuk membeli barang-barang yang di hasilkan oleh perusahaan.
Di pihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industri berperang mengikisnya melalui
ketidakpatuhan, dalam kasus ini,manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari
peraturan tersebut, seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki
dampak ekonom negatif terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi
undang-undang tersebut tidak sesuai dengan manfaatnya.

2
E. Akuntansi untuk Manfaat dan Biaya Sosial
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi social dating dari analisis yang dilakukan oleh
.C Pigou terhadap biaya dan manfaat social. titik pentingnya adalah bahwa optimalitas
pareto tidak dapat dicapai selama produk sosial neto dan produk pribadi neto tidak setara.
 Teori akuntansi social
Berdasarkan analisis pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak social” ,
K.V ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk
akuntansi atas biaya dan manfaat social. Dalam pandangan ramanathan ,
perusahaan memiliki suatu kontrak tidak tertulis untuk menyediakan manfaat social
neto kepada masyarakat. Manfaat neto adalah selisih antara kontribusi suatu
perusahaan kepada masyarakat dengan kerugian yang ditimbulkan oleh masyarkat
tersebut terhadap masyarkat. Terdapat 2 masalah utama dalam dengan pendekatan
ramanthan , pertama , untuk menentukan kontribusi neto kepada masyarakat ,
beberapa jenis system nilai harus ditentukan. Kedua , adalah pengukuran teramat
sulit untuk menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan
kontribusi neto kepada masyarakat.
 Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi social adalah
kesulitan dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri dari 3
langkah :
1. Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat social
2. Mencoba untuk mengunatifikasi seluruh pos yang relevan
3. Menempatkan nilai monter pada jumlah akhir
 Menentukan biaya dan manfaat social
Salah satu cara untuk mengidentifikasi asal dari biaya dan manfaat social
adalah dnegan memeriksa distribusi dan produksi perusahaan individual guna
mengdentifikasi bagaimana kerugian dan kontribusi serta menentukan bagaimana
hal itu terjadi. Jika satu bagian dari proses produksi dan distrbusi diperiksa
mungkin ditemukan produk sampingan yang negative yang diciptakan bersama-
sama dengan produk yang berguna
 Kuantifikasi terhadap biaya dan manfaat
Ketika aktivitas yang menimbulkan biaya dan manfaat sosial ditentukan dan
kerugian serta kontribusi tertentu diidentifikasikan, maka dampak pada manusia
dapat dihitung. Untuk mengukur suatu kerugian dibutuhkan informasi mengenai
variable utama yaitu :
1) Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biaya sosial membutuhkan waktu
beberapa tahun untuk menimbulkan suatu akibat. Dalam hal pengukuran,
adalah penting untuk menentukan lamanya waktu tersebut. dampak jangka
panjang sebaiknya diberikan bobot yang berbeda dengan dampak jangka
pendek.
2) Dampak

3
Orang-orang dapat dipengaruhi secara ekonomi, fisik, psikologis, dan sosial
oleh berbagai kerugian. Untuk mengukur biaya sosial tersebut adalah perlu
untuk mengidentifikasikan kerugian-kerugian tersebut dan
menguantifikasikannya.
a. Biaya Ekonomi
Biaya-biaya ini meliputi tagihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak
dikompensasi, hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang
diderita oleh pekerja.
b. Kerugian Fisik
Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbs akan
menderita napas yang pendek dan kemungkinan kematian prematur.
c. Kerugian Psikologis
Pekerja dapat merasa tidak cukup dan merasa sedih karena kehilangan
peran sebagai penghasil pendapatan dalam keluarga, tidak mampu
melakukan aktivitas-aktivitas fisik, dan mengetahui bahwa kematian
dapat terjadi segera.
d. Kerugian Sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat
dari penyakit tersebut. Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma
sehingga terjadi perpecahan.
F. Pelaporan Kinerja Sosial
Kerangka kerja akuntansi sosial belum secara penuh dikembangkan dan terdapat masalah
pengukuran yang serius mengenai biaya dan manfaat. Meskipun demikian, sejumlah
penulis telah menyarankan agar perusahaan melaporkan kinerja akuntansi sosialnya baik
secara internal maupun secara eksternal. Pendekatan-pendekatan tersebut meliputi:
1. Audit Sosial
Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan
lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan
yang reguler. Salah satu taktik yang disarankan adalah meminta manajer perusahaan
membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial. Setelah daftar tersebut
dihasilkan, auditor sosial kemudian menilai dan mengukur dampak-dampak dari
kegiatan sosial perusahaan.
Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer
menyadari konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka. Audit sosial serupa
dengan audit keuangan dalam hal bahwa audit sosial mencoba secara independen
menganalisis suatu perusahaan dan menilai kinerja. Perbedaan yang utamanya
adalah mengenai apa yang dianalisis yakni kinerja sosial perusahaan, bukan laporan
keuangannya.
2. Laporan-Laporan Sosial
Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan
komunitasnya telah dikeluarkan oleh banyak perusahaan, baik di Indonesia maupun
di negara-negara maju.
David Linowes telah mengembangkan Laporan Operasi Sosio-Ekonomi untuk
digunakan sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial. Linowes

4
membagi laporannya dalam tiga kategori: 1) hubungan dengan manusia, 2)
hubungan dengan lingkungan, dan 3) hubungan dengan produk. Pada setiap
kategori, ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela perusahaan dan
kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas
perusahaan itu.
Ralph Estes juga mengembangkan suatu model pelaporan mengenai manfaat
dan biaya sosial. Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh kontribusi kepada
masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya, lapangan kerja yang
disediakan, sumbangan, pajak, perbaikan lingkungan). Sedangkan biaya sosial,
meliputi seluruh biaya operasi perusahaan (bahan baku yang dibeli, utang kerusakan
lingkungan, luka-luka dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan). Manfaat
sosial dikurangkan dengan biaya social untuk memperoleh manfaat atau biaya netto.
3. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan kepada pemegang saham yang
berisi beberapa informasi sosial. Namun, melalui informasi yang dicantumkan dalam
laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai kinerja sosial perusahaan secara
komprehensif, karena kebanyakan informasi yang diungkapkan dalam laporan
tahunan bersifat sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa jadi perusahaan hanya
menyoroti kontribusi positifnya dan mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan
dari aktivitas usahanya.
4. Perkembangan Luar Negeri
Perusahaan-perusahaan Eropa sudah mempelopori pengungkapan informasi sosial,
baik dalam laporan khusus maupun laporan tahunan. Prancis, misalnya, telah
mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan perusahaan dengan jumlah
karyawan yang banyak untuk melaporkan pos-pos hubungan karyawan. Yang
terlibat dalam laporan-laporan ini: 1) lapangan kerja, 2) gaji dan perubahan sosial, 3)
kesehatan dan jaminan kerja, 4) kondisi kerja lainnya, 5) pelatihan, 6) hubungan
industry, dan 7) pengaturan sosial lainnya yang relevan.
G. Arah Riset
Riset dalam akuntansi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai
subjek yang berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai menyurvei
pengguna potensial dari data akuntansi sosial bagi investor. Studi mengenai kegunaan
informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang utama, yaitu:
1) Survei atas investor potensial
2) Pengujian empiris terhadap dampak pasar dari pengungkapan akuntansi sosial
Bidang masalah utama yang paling penting dan masih belum terselesaikan mungkin
adalah bidang pengukuran. Riset teoritis, empiris, dan pragmatis perlu dilakukan
mengenai subjek-subjek ini. Selama orang percaya bahwa akuntansi sosial mencoba
untuk menggambarkan fenomena yang sebagian besar tidak dapat diukur, maka
akuntansi sosial tidak akan dianggap secara serius sebagai suatu disiplin ilmu.

5
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, A.I. (2010). Akuntansi Keperilakuan Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai