Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PENERAPAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

(MPKP) DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Arum Pratiwi dan Abi Muhlisin


Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162

Abstract

Professional Nursing Practice Model (PNPM) was one of the organizing system in nursing care
delivery system in level of room of ward. This model was normative model that refered with nursing care
standard. The component of model that must fullfiled in MPKP were quantity and quality of nursing staff,
facility of nursing care, leadership, procedur of nursing round, dokumentationed knowledge of human
resource about MPKP. The aims of this research was compared normatif standart with applied PNPM.
Sample for this research was 3 ward of hospital applying MPKP for model.Kind of this research is
developmental discritive with research design cross-sectional.Subject of this research are nurse and
manajer ad for related toPNPM. Data collecting taken to pass interview and admission filling of kuesioner
Result for research concluded that organizing, staffy, documentation, facility and nurse’s knowledge about
PNPM not yet confirm with nursing care standard about PNPM.

Keywords : PNPM, Nursing Care

PENDAHULUAN Kualitas pelayanan keperawatan


diantaranya ditentukan oleh manajemen
asuhan keperawatan yaitu suatu pengelolaan
Perubahan bidang kesehatan di
Sumber Daya Manusia (SDM) keperawatan.
Indonesia saat ini terjadi begitu pesat,
Dalam menjalankan kegiatan keperawatan
persaingan bebas terjadi di semua tatanan
dapat digunakan metoda proses keperawatan
kesehatan terutama rumah sakit. Pelayanan
untuk menyelesaikan masalah pasien. Dengan
keperawatan merupakan bagian dari sistem
demikian dalam pengelolaan asuhan
kesehatan di sebuah rumah sakit. Pelayanan
keperawatan merupakan kegiatan yang keperawatan ini terdapat hubungan antara

selalu ada yaitu selama 24 jam di rumah perawat dan pasien baik langsung ataupun

sakit, sehingga baik buruknya sebuah rumah tidak langsung.

sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas Ada tiga komponen penting dalam
pelayanan keperawatan. Untuk manajemen asuhan keperawatan yang salah
mempertahankan eksistensinya dalam satunya adalah Sistem pengorganisasian
persaingan bebas ini adalah dengan cara dalam pemberian asuhan keperawatan
meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien (Marquis & Huston, 1998). Salah satu dari
dan keluarga). Kepuasan pasien tersebut bisa beberapa sistem tersebut adalah Model
dicapai diantaranya dengan meningkatkan Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
kualitas pelayanan keperawatan. Penerapan MPKP di rumah sakit bermacam-

Kajian Penerapan Model Praktek Keperawatan Proffesional… ( Arum Pratiwi dan Abi Muhlisin ) 73
macam disesuaikan situasi dan kondisi Hasil observasi yang berupa data
rumah sakit. Ada MPKP pemula yang tentang karakteristik SDM keperawatan, bisa
dikenal dengan metoda tim yaitu pemberian disimpulkan bahwa ada beberapa unsur
asuhan keperawatan secara total kepada yang belum memenuhi syarat dalam
sekelompok pasien yang telah ditentukan, pelaksanaan MPKP, tetapi di beberapa
dan MPKP yaitu metode pemberian asuhan rumah sakit yang diobservasi tersebut sudah
keperawatan komprehensif yang merupakan menyatakan bahwa telah diterapkan bentuk
aplikasi dari model praktik keperawataan Model Praktik Keperawatan Profesional,
profesional atau yang disebut model akan tetapi penerapanya belum pernah
keperawatan primer. dinilai sesuai atau tidak dengan standar

Hasil penelitian tim keperawatan normatif MPKP yang ada, dengan demikian
Medikal Bedah UI (2000), menyimpulkan penting dikaji bagaimana model penerapan
bahwa Model Praktik Keperawatan MPKP tersebut.
Profesional memberikan dampak positif Tujuan dari kajian model MPKP ini
terhadap kepuasan pasien, keluarga dan adalah : (1). Mengetahui bentuk
perawat, selain itu MPKP juga berdampak pengorganisasian penerapan MPKP, (2).
terhadap kepuasan kerja profesi lain, dalam Mengetahui jumlah dan kualifikasi SDM
penelitian ini adalah dokter yang dalam penerapan MPKP, (3). Mengetahui
menyimpulkan bahwa dokter lebih puas cara pendokumentasian dalam penerapan
bekerjasama dengan perawat pada Model MPKP; (4). Mengetahui cara operan dalam
Praktik Keperawatan Profesional dari pada penerapan MPKP (5). Mengetahui
model yang tidak profesional. kelengkapan sarana dan prasarana di ruang
Penerapan Model Praktik MPKP. Penelitian yang akan dilakukan
Keperawatan Profesional dalam pemberian diharapkan dapat memberikan manfaat
asuhan keperawatan pada pasien yaitu hasil penelitian dipakai sebagai
membutuhkan suatu metoda, dan sistem informasi perbandingan dan evaluasi
tertentu termasuk sarana Sumber Daya pelaksanaan MPKP dan sebagai data dasar
Manusia (SDM) dan peralatan yang penelitian lebih lanjut.
memadai, misalnya kualifikasi SDM Observasi yang dilakukan sebagai data
keperawatan harus ada perawat profesional awal penelitian, di beberapa rumah sakit di
yaitu perawat yang berkualifikasi sarjana kota Surakarta menyatakan telah menerapkan
keperawatan dengan jumlah yang sesuai bentuk Model Praktik Keperawatan
yaitu minimal 5 orang dalam satu ruang, Profesional, namun demikian data observasi
peralatan yang sesuai yaitu perbandingan menunjukkan dibeberapa rumah sakit tersebut
alat dan pasien yang mendekati standar dan belum memenuhi syarat baik kualifikasi
ilmu tentang manajerial yaitu pengetahuan tenaga maupun sarana yang ada, maka dengan
tentang cara penerapan MPKP bagi jajaran demikian perlu dikaji lebih jauh bagaimanakah
direktur, kepala bidang keperawatan, kepala pelaksanaan
ruang dan perawat pelaksana.

74 Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621, Vol.1, No.1, Juni 2008 Hal 73-80
penerapan MPKP di tiap-tiap rumah sakit yaitu ada berbagai macam jenis modifikasi
tersebut. sesuai kondisi yang ada, misalnya modifikasi

Manajemen Asuhan Keperawatan tim dan modifikasi perawat primer.

merupakan suatu pengelolaan Sumber Daya


Manusia Keperawatan dalam menjalankan
METODE PENELITIAN
kegiatan keperawatan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk menyelesaikan Jenis penelitian ini adalah deskriptif

masalah pasien. Dengan demikian dalam developmental yaitu penelitian diskriptif tentang

pengelolaan asuhan keperawatan ini terdapat penerapan pelaksanaan Model Praktik

hubungan antara perawat dan pasien baik Keperawatan Profesional (MPKP). Tempat

langsung ataupun tidak langsung. Model penelitian ini adalah di rumah sakit kota

Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu Surakarta tahun 2005 yang mempunyai

model Keperawatan Primer adalah metode bangsal percontohan MPKP yaitu, RSU Islam

pemberian asuhan keperawatan komprehensif Kustati Surakarta, RSU PKU Muhammadiyah

yang merupakan aplikasi dari model praktik Surakarta dan RSU dr. Moewardi

keperawataan profesional. Surakarta.Subjek dalam penelitian ini adalah


perawat dan kepala ruang yang berdinas di
Model Praktik Keperawatan
bangsal MPKP, selain itu juga kepala bidang
Profesional (MPKP) diaplikasikan dalam
keperawatan dan kasi keperawatan di rumah
bentuk model Keperawatan Primer adalah
sakit. Sedangkan objek dalam penelitian ini
metode pemberian asuhan keperawatan
adalah manajemen yang diterapkan dalam
komprehensif. Metode Keperawatan Primer
Model Praktik .
adalah metode pemberian asuhan
keperawatan komprehensif yang merupakan Instrumen penelitian ini berupa

penggabungan model praktik keperawataan kuesioner yang berisi tentang pertanyaan

profesional. Setiap perawat profesional pengelolaan bangsal MPKP yang terdiri dari:
bertanggung jawab terhadap asuhan sarana dan prasarana, kualifikasi SDM, standar
keparawatan pasien yang menjadi tanggung evaluasi, pengorganisasian,
jawabnya. Perawat primer bertanggung pendokumentasian dan operan kepada kepala
jawab memberikan asuhan keperawatan ruang dan staf keperawatan dan yang terakhir
secara menyeluruh dengan menulis asuhan adalah validasi data. Data dikumpulkan
keperawatan, mulai pengkajian sampai melalui wawancara terstruktur dengan kepala
perencanaan keperawatan selama 24 jam ruang, kepala bidang perawatan, direktur
sejak pasien mulai dirawat sampai pulang rumah sakit dan perawat pelaksana di ruang
(Huber, 2000). MPKP. Selain dengan wawancara juga
dilakukan dengan observasi partisipasif
Modifikasi kuantitas dan kualifikasi
masing-masing rumah sakit 24 jam
tenaga dan berbagai persyaratan yang
menggunakan pedoman observasi berupa
berhubungan dengan MPKP seperti sarana,
ceklist, shift pagi observasi dilakukan oleh
pengorganisasian, standar dokumentasi,
peneliti dan shift sore dan shift malam
menjadikan model asuhan bukan MPKP
dilakukan oleh tenaga lapangan yang sudah

Kajian Penerapan Model Praktek Keperawatan Proffesional… ( Arum Pratiwi dan Abi Muhlisin ) 75
dilatih dan berpendidikan sarjana model kepemimpinanya, rentang kendali
keperawatan. Adapun isi dari pedoman dalam kepemimpinan dan alur
wawancara adalah sebagai berikut: 1). pertanggungjawaban dalam model
Pertanyaan tentang sarana dan prasarana , kepemimpinan tersebut. Sarana dan
kualifikasi SDM, standar evaluasi kepada prasarana yang dikaji mencakup antara lain
kepala bidang keperawatan atau kasie tensimeter, thermometer, ganti balut set,
keperawatan atau perawat senior; 2). fasilitas injeksi dan infus seperti bak spuit,
Pertanyaan tentang pengorganisasian, tempat khas, tempat desinfektan, tromol dan
pendokumentasian dan operan kepada alat Bantu ADL (Activity Daily Living).
kepala ruang dan staf keperawatan; 3).
Hasil dari kajian ini terdiri dari kajian
Validasi data dilakukan wawancara dengan
tentang ketenagaan, kepemimpinan, cara
koordinator shift dan perawat senior di
overan, pendokumentasian, sarana dan
rumah sakit.
prasarana di ruang MPKP.
Analisis data dilakukan dengan
Ketenagaan di ruang MPKP
mentranskrip dari data yang terkumpul
kemudian dibaca berulang-ulang untuk
menetapkan tema yang terkait dengan Tabel 1. Perbandingan Jumlah dan kualifikasi
tenagabdi ruang MPKP tahun 2005
pengorganisasian, kualifikasi SDM,
kelengkapan sarana dan prasarana,
pendokumentasian, operan dan cara Rumah Kualifikasi Jlh BOR
Sakit TT
evaluasi penerapan MPKP serta tema lain SPK D III S-1
yang ditemukan.
Kustati 1 22 2 30 90%
/Ashifa
PKU / - 19 - 18 90%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arafah
Hasil dari kajian ini terdiri dari kajian Muwardi 1 26 4 62 95%
/Melati
tentang pengorganisasian, kuantitas dan
kualifikasi tenaga, cara operan, Data tabel 1 menunjukan bahwa di
pendokumentasian, serta sarana dan ruang Ashifa kualifikasi tenaga yang
prasarana di ruang MPKP. Hasil kajian berpendidikan SPK 1 orang, D III
tentang lima hal tersebut diuraiakan di Keperawatan 22 orang dan S-1 Keperawatan
masing-masing rumah sakit tempat 2 orang. Sedangkan di ruang arafah semua
penelitian, kemudian akan dibahas dengan tenaga D III Keperawatan yaitu berjumlah 19
teori Model Praktik Keperawatan orang dan di ruang melati terdiri dari 1
Profesional yang mendekati dengan situasi orang SPK, 26 orang berlatar belakang D III
dan kondisi bangsal percontohan dan rumah Keperawatan dan 4 orang sarjana
sakit tersebut. keperawatan.

Analisis bentuk pengorganisasian di Model Kepemimpinan di ruang MPKP


ruang MPKP dijelaskan dengan bagaimana Rumah Sakit Kustati

76 Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621, Vol.1, No.1, Juni 2008 Hal 73-80
Ruang Asyifa digunakan sebagai keterbatasan tenaga. Jumlah tenaga semua D
bangsal percontohan ruang MPKP, setelah III Keperawatan berjumlah 19 orang.
dikaji MPKP yang diterapkan adalah Rentang kendali perawat pelaksana
modifikasi tim. dalam merawat pasien di ruang tersebut
Hasil wawancara dengan kepala adalah 8 sampai 9 pasien, dan dipagi hari
ruang dan kasie keperawatan serta perawat perawat membawahi 6 orang perawat
pelaksana terkait dengan model pelaksana. menurut
kepemimpinan di ruang tersebut
Rumah Sakit Moewardi
disimpulkan sebagai berikut: Perawat
pelaksana bertanggung jawab terhadap Ruang Melati digunakan sebagai

ketua tim di pagi hari, ketua tim bangsal percontohan ruang MPKP, setelah
bertanggung jawab terhadap kepala ruang, dikaji MPKP yang diterapkan adalah
sedangkan pada shif malam dan sore modifikasi primer dengan jumlah TT 62
perawat pelaksanan bertanggung jawab Hasil wawancara dengan kepala
terhadap ketua shif. ruang dan perawat senior di ruang MPKP
Rentang kendali perawat pelaksana serta perawat pelaksana terkait dengan
dalam merawat pasien di ruang tersebut model kepemimpinan di ruang tersebut
adalah 5 sampai 10 pasien, dan dipagi hari disimpulkan sebagai berikut: Perawat
ketua tim membawahi dua orang perawat pelaksana bertanggung jawab terhadap

pelaksana. perawat primer baik pagi hari, sore maupun


malam. Perawat primer bekerjasama dengan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
kepala ruang dan dokter yang merawat
Ruang Arafah yang merupakan pasien. .
bangsal penyakit dalam digunakan sebagai
Sekalipun dengan tenaga terbatas
bangsal percontohan ruang MPKP, setelah kepemimpinan Model MPKP di muwardi
dikaji MPKP yang diterapkan adalah sudah mendekati model yang normative
modifikasi MPKP. Menurut Huber (2000) Model MPKP tingkat
Hasil wawancara dengan kepala I merupakan modifikasi Primer yang
bidang perawatan dan ketua shif / perawat kualifikasi tenaganya dari perawat
senior seta perawat pelaksana terkait dengan profesional diganti profesi pemula dan
model kepemimpinan di ruang tersebut pengorganisasianya tetap seperti
disimpulkan sebagai berikut: Perawat keperawatan primer.Apabila dianalisis
pelaksana bertanggung jawab terhadap model pengorganisasian dan kepemimpinan
perawat primer di pagi hari, perawat primer di bangsal percontohan di Rumah sakit
bertanggung jawab terhadap kepala ruang, Muwardi termasuk MPKP tingkat I tersebut.
sedangkan pada shif malam dan sore perawat Rentang kendali perawat pelaksana
pelaksanan bertanggung jawab terhadap ketua dalam merawat pasien di ruang tersebut
shif, alasannya adalah karena
adalah 10 sampai 12 pasien, dan di pagi hari

Kajian Penerapan Model Praktek Keperawatan Proffesional… ( Arum Pratiwi dan Abi Muhlisin ) 77
ketua tim membawahi dua orang perawat Sarana dan Prasarana
pelaksana. Sarana dan prasarana yang dikaji
Overan di ruang MPKP mencakup antara lain tensimeter,

Hasil kajian ini diperoleh darti thermometer, ganti balut set, fasilitas injeksi

wawancara dengan kepala ruang dan dan infus (seperti bak spuit, tempat khas,

perawat pelaksanan di ruang MPKP.di 4 tempat desinfektan, tromol dsb) dan alat

rumah sakit. Cara overan yang dilakukan Bantu ADL .


kempat rumah sakit tersebut masing-masing Hasil wawancara dengan perawat
hampir sama, dan bisa disimpulkan sebagai pelaksana, kepala ruang dan kepala bidang
berikut pada uraian dibawah ini. keperawatan, meskipun dalam satu rumah
Perawat di ruang MPKP RSU Kustati, sakit sangat bervariasi tentang sarana dan
RS PKU Muhammadiyah dan RS Muwardi fasilitas di ruang MPKP ini.
melakukan overan di ruang perawat kemudian Kesimpulan data hasil wawancara
berkeliling melihat pasien. Adapun cara yang bisa diambil dari kajian di Rumah sakit
operan yaitu dengan membaca buku laporan Kustati adalah perbandingan jumlah alat-
oleh salah satu orang perawat pelaksana yang alat diatas adalah dalam rentang 1 banding 7
diikuti oleh semua yang akan menggantikan sampai 10, sedangkan di rumah sakit PKU
dinas, paling sering overan dilakukan oleh adalah 1 banding 3 sampai 5, untuk alat
ketua tim atau ketua shif. ADL 1 banding 1 dan di RS Ortopedi adalah
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 1 banding 2 sampai 3 kecuali sarana ADL
hanya ada 5 dalam ruangan MPKP.
Kajian tentang dokumentasi asuhan
Pengetahuan perawat tentang MPKP
keperawatan di tiga rumah sakit ini
dilakukan dari hasil wawancara dengan Pengetahuan perawat tentang MPKP
kepala ruang, ketua shif, ketua tim dan atau metoda tim diperoleh dari hasil
perawat pelaksana. Hasil kajian kemudian wawancara dengan kepala bidang dan
disimpulkan dalam uraian dibawah ini. kepala ruang, sedangkan pengisian angket
dilakukan oleh tim peneliti dari hasil
Pengkajian dan penegakan diagnosa
wawancara dengan perawat pelaksana.
keperawatan lebih sering dilakukan oleh
Tabel 2. Pengetahuan dan pelatihan tentang
ketua shif kepala ruang dan ketua tim,
MPKPdi ruang MPKP tahun 2005
perawat pelaksana hanya kadang-kadang
melakukanya. Sedangkan rencana tindakan Rumah Pengetahuan Pelatihan
dan tindakan keperawatan dilakukan oleh Sakit N tentang MPKP
MPKP
kepala ruang dan siapa saja yang sempat.
Th Tdk Ya Tidak
Evaluasi didokumentasikan oleh ketua shif Kustati 25 0 25 - 25
dan perawat pelaksana di RS muwardi, /Ashifa
sedangkan yang lainya dilakukan oleh PKU 19 10 9 19 -
/Arafah
kepala ruang, perawat pelaksana dan ketua Muwardi 33 11 22 2 31
tim serta ketua shif. /Melati

78 Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621, Vol.1, No.1, Juni 2008 Hal 73-80
Penjelasan dari kepala bidang di RS Model kepemimpinan dari ketiga
PKU tentang pengetahuan MPKP, beliau rumah sakit, masih menunjukan alur
yakin pasti perawat tahu tentang MPKP kepemimpinan top down, yaitu model
sebab sudah dilakukan pelatihan, setelah organisasi lini, keputusan diambil oleh
divalidasi dari sebagian perawat pelaksana kepala ruang atau dokter, sedangkan pada
ternyata pelatihan hanya melalui ceramah model MPKP seharusnya matrik yaitu
dan diskusi sehingga mereka tidak paham perawat primer menjadi manajer dan
bagaimana aplikasinya, dengan demikian langsung bekerja sama dengan pengelola
ketika menghadapi masalah asuhan pasien yang lain, menurut Loveridge dan
keperawatan perawat menjalankan rutinitas Cumming (1996) Perawat profesional adalah
seperti biasa. manajer asuhan keperawatan, sehingga
Ketenagaan di ruang tersebut rata- perawat primer adalah seorang manajer
rata masih D III Keperawatan, ada sarjana yang akan mengambil keputusan dalam
keperawatan dengan jumlah yang kurang asuhan keperawatan klien.
memenuhi, hal ini disebabkan karena Model pendokumentasian di ketiga
pendidikan keperawatan di tingkat rumah sakit belum sesuai penjelasan
profesional masih langka, selain itu juga tersebut, hal ini disebabkan karena sebagian
biaya studi keperawatan berkelanjutan besar perawat di ruang MPKP belum
mahal. Oleh karena itu Sitorus (2000) mendapatkan pelatihan tentang
berpendapat bahwa model MPKP murni pendokumentasian di ruang MPKP. Model
tidak bisa diterapkan di rumah sakit daerah pendokumentasian proses keperawatan
dengan segala keterbatasanya. Ketenagaan yang profesional sudah ditentukan sesuai
seperti gambaran diatas adalah model dengan aturan MPKP, yaitu mulai dari
modifikasi keperawatan primer pengkajian sampai rencana tindakan mutlak
(Huber,2000). dilakukan perawat primer selama 24 jam,
Alasan dilakukanya overan seperti tindqakan keperawatan dan evaluasi proses
gambaran diatas rata-rata mereka dilakukan oleh perawat asosiet, sedangkan
mengatakan bahwa hal demikian itu evaluasi akhir yang merupakan catatan
dilakukan sebagai rutinitas masing-masing perkembangan dilakukan perawat primer
rumah sakit, pengetahuan tentang cara (Huber, 2000).
overan yang normatifpun belum pernah Rentang kendali kepemimpinan di
didapatkan, cara overan yang dilakukan di ketiga rumah sakit diatas terlalu lebar yaitu
ketiga rumah sakit belum sesuai standar 5 sampai 12 pasien, hal ini disebabkan
profesional. Loveridge dan Cumming (1996), tenaga di rumah sakit yang masih terbatas,
menjelaskan bahwa overan merupakan gambaran tersebut secara standar tidak
suatu timbang tugas dari shif satu ke shif termasuk model yang profesional, sebab
lain dengan waktu, isi dan strategi yang penjelasan Tappen (1995), perawat
telah ditentukan. pelaksana yang membawahi lebih dari 10
pasien termasuk model nonprofesional.

Kajian Penerapan Model Praktek Keperawatan Proffesional… ( Arum Pratiwi dan Abi Muhlisin ) 79
Pengetahuan tentang MPKP kedua asuhan keperawatan adalah model
rumah sakit yang lain yaitu RS Kustati dan modifikasi tim dan modifikasi MPKP
RS Muwardi rata-rata perawat tidak tahu pemula. pembinaan bangsal percontohan
tentang MPKP, pelatihan juga belum dengan evaluasi yang terus menerus belum
dilaksanakan, penjelasan 4 orang perawat dilakukan, selain itu pimpinan rumah sakit
dari kedua rumah sakit bias disimpulkan sebagai pembuat kebijakan masih kurang
bahwa mereka tidak termotivasi untuk dalam pengetahuan tentang ilmu
melaksanakan MPKP sebab tidak ada manajemen keperawatan.
dukungan apapun dari pimpinan. Saran
Penerapan model keperawatan primer harus Ada banyak keterbatasan pada
melalui pelatihan dan bimbingan yang terus penelitian ini, diantaranya variabel
menerus di bangsal percontohan tersebut, pengganggu seperti obat pengurang nyeri.
hasil penelitian di berbagai rumah sakit Agar dicapai hasil yang lebih memuaskan
untuk membuat MPKP dibutuhkan maka perlu penelitian lebih lanjut rnengenai
pelatahan selama 3,5 jam dan bimbingan 7 nyerl haid ini agar lebih berrnanfaat bagi
bulan (Sitorus, 2000). dunia ilmu pengetahuan. Saran yang bisa
peneliti berikan antara lain adalah (1). Perlu
penelitian eksperimen murni yang mungkin
KESIMPULAN DAN bisa mengendalikan variabel pengganggu
SARAN Kesimpulan sehingga didapatkan nilai yang Iebih baik,
(2). penurunan nyeri menstruasi,
Pelaksanaan MPKP di rumah sakit
diantaranya adalah olahraga (exercise).
tempat penelitian belum menggambarkan
Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut, yang
model MPKP yang normatif, gambaran hasil
lebih lengkap dan kompleks dengan
penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
rnelibatkan beberapa variabel.

.
DAFTAR PUSTAKA

Huber, D., 2000, Leadership and Nursing Care Management, W.B. Sounder Company, Philadelphia,

Loveridge, C. E., and Cummings, S. H., 1996, Nursing Management inThe New Paradigm, An Aspen
Publication, Maryland.

Marquis, B. L., and Huston, C. J., 2000, Leadership Roles and Management Function in Nursing : Teory and
Application, Lippincott, Philadelphia.

Tappen, R. M., 1995, Nursing Leadership and Management; Concepts and Practice, Thirth Edition, F.A. Davis
Company, Philadelphia.

Sitorus, R., 2000, Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit, Diktat Bahan Ajar Manajemen
Asuhan Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta.

80 Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621, Vol.1, No.1, Juni 2008 Hal 73-80

Anda mungkin juga menyukai