Anda di halaman 1dari 5

REVIEW JURNAL

HEAT TREATMENT DAN SURFACE TREATMENT


Dosen Pengampu Tri Vicca Kusumadewi, ST., M.Sc.

Disusun oleh:
Arizal Mustazibillah 171910101102

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Judul Pengaruh Perbedaan Kondisi Tempering Terhadap Struktur Mikro Dan
Kekerasan Dari Baja AISI 4140
Jurnal Jurnal Dinamis
Volume & Halaman II
Tahun 2011
Penulis Susri Mizhar & Suherman
Reviewer Arizal Mustazibillah (171910101102)
Tanggal 29/04/2019
Tujuan Penulis Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sifat mekanis dan struktur mikro
dari baja karbon menengah paduan rendah (Low Alloy Medium Carbon
Steel) AISI 4140 dengan perbedaan kondisi tempering.
Subjek Penelitian Baja AISI 4140
Metode Penelitian Pada penelitian ini, material terlebih dahulu dikeraskan (Hardening)
dengan cara pemanasan material sampai temperatur 900oC dan ditahan
selama 3 jam lalu didinginkan dengan cepat (quencing) pada media
pendingin polimer sampai mencapai temperature kamar. Tempering
dilakukan dengan variasi holding time 0.5 jam, 1 jam dan 2 jam pada
temperatur 600°C. Pengamatan struktur mikro dilakukan pada material
sebelum proses perlakuan panas (heat treatment) dan setelah proses
perlakuan panas (heat treatment) serta Pengujian kekerasan dilakukan
dengan metode Rockwell C.
Hasil Penelitian • Pengamatan Struktur mikro Struktur mikro awal Baja AISI 4140
memiliki fasa pearlite dan fasa ferit. Martensit terbentuk apabila besi
austenite didinginkan dengan sangat cepat ke temperatur rendah, sekitar
temperature ambien.
Butir martensit berbentuk seperti lidi/jarum atau plat. Pada struktur
martensit masih didapati struktur austenit yang tidak sempat
bertransformasi. Setelah proses temper pada temperature 600OC lalu
ditahan selama 0.5 jam struktur mikro berupa temper martensit, bentuk
baru dari martensit, austenite sisa (retained austenite) dan karbida.
Penambahan waktu tahan (hold time) selama 1 jam pada proses temper
tidak terlalu merubah struktur mikro. Proses temper pada temperatur
600OC dengan waktu tahan selama 2 jam austenite sisa (retained
austenite) memperlihatkan temper martensit lebih seragam dan austenite
sisa terlihat putih dengan matrik temper martensit. • Pengujian
Kekerasan (Hardness Test) Pengujian kekerasan dilakukan dengan
metode Rockwell skala C dengan pembebanan 150 kg. Distribusi nilai
kekerasan dari permukaan material sampai menuju inti dengan jarak 3
mm menunjukan kenaikan kekerasan secara drastis setelah proses
Quench. Nilai rata-rata kekerasan meningkat drastis setelah proses
quench sebelum dikeraskan 26.6 HRC dan setelah dikeraskan naik 104
% menjadi 54.3 HRC. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan struktur
mikro dari ferrite dan pearlite. Proses temper bertujuan untuk
menurunkan kekerasan pada material yang telah di quench agar dapat
meningkatkan keuletan dan memiliki mampu mesin (machineability).
Nilai kekerasan setelah temper pada temperatur 600oC dengan
perbedaan waktu penahanan (holding
time) berturut-turut 0.5 jam, 1 jam dan 2 jam maka nilai kekerasannya
menurun menjadi 33.8HRC , 32HRC dan 30.5 HRC. Hal ini disebab
karena terjadi berubahan martensit menjadi fase temper martensit
,austenit sisa dan karbida.
Judul Pengaruh Variasi Komposisi Arang Tempurung Kelapa dan Proses Pack
Carburizing pada Baja Karbon Rendah di Tinjau dari Struktur Mikro
Jurnal Jurnal Momentum
Volume & Halaman 18
Tahun 2016
Penulis Hafni
Reviewer Arizal Mustazibillah (171910101102)
Tanggal 29/04/2019
Tujuan Penulis Mengetahui pengaruh kadar karbon terhadap struktur mikro pada proses
Pack Carburiszing baja karbon rendah.
Subjek Penelitian Baja karbon rendah sebagai bahan yang akan dikeraskan permukaannya.
Metode Penelitian Proses penelitian dilakukan melalui tahapan persiapan tungku, proses
pembuatan arang aktive, proses pembuatan bahan uji, proses pack
carburizing, proses quenching, proses pengujian terhadap material uji
untuk melihat besarnya difusi atom karbon pada permukaan bahan uji
(baja karbon rendah).
Proses Karburising Arang active yang digunakan adalah arang tempurung kelapa dengan
besar butiran 30 mesh kemudian dicampurkan dengan Calsium Carbonat
(CaCo3)dengan komposisi:500 gram arang tempurung50 gram calcium
carbonat. Setelah kedua bahan ini, tercampur dengan sempurna, kemudian
dimasukan dalam kotak baja setinggi 3 cm, Kemudian dimasukan bahan
uji baja karbon rendah sebanyak 5 buah dan diatur jarak antaranya sebesar
2 cm, kemudian masukan lagi campuran media carburisasi
tersebut, setelah itu kotak baja ini di tutup. Setelah pembakaran dalam
ruang tungku pack karburising sempurna, masukan kotak baja dalam
ruang tungku.kemudian tutup, control panas panasnya pada temperatur
950 0C, dan tahan selama 4 jam. Pemilihan temperature ini didasarkan
pada komposisi kimia baja karbon yang digunakan, yaitu 0,082 %C.
Proses difusi atom akan terjadi pada suhu kira-kira 0,5 melting point. Dari
diagram fasa Fe-C, diketahui baja karbon tersebut memiliki melting point
±1600°C. Setelah karburising, baja karbon diquenching secara bersamaan
ke dalam air suhu kamar untuk memperoleh lapisan keras pada
permukaannya
Pengujian Dilakukan metallography untuk melihat struktur mikro dari bahan uji
setelah dilakukan proses karburisasi.
Hasil Penelitian Struktur mikro baja karbon rendah didominasi oleh fasa ferit, kadar
karbon sangat sedikit, sehingga seluruh atom karbon dapat larut ke dalam
atom-atom Fe membentuk larutan padat intertisi yang dinamakan ferit.
Hal ini dikarenakan karbon yang terkandung di dalam raw material sangat
sedikit, sehingga seluruh atom karbon dapat terlarut ke dalam atom-atom
Fe membentuk larutan padat intertisi yang dinamakan ferit. Dari hasil foto
struktur mikro specimen terlihat struktur micro terbentuk pada sisi tepi
dari yang bahan uji adalah martensite yang bersifat keras. Hal ini
terbentuk karena proses que nching pada bahan uji,Penambahan unsur
kabon ini hanya berlaku pada bagian sisi tepi bahan uji, sedangkan bagian
tengahnya tetap dominan unsur ferrite. Pada permukaan terdapat fasa
martensit yang berwarna gelap. Fasa martensit
merupakan fasa yang terbentuk karena pendinginan yang sangat cepat.
Didalam matrik martensit terdapat fasa ferit tetapi jumlahnya sedikit,
warnanya putih agak kelihatan kusam. Fasa martensit sifatnya sangat
keras, faktor inilah yang menyebabkan nilai kekerasan pada permukaan
baja menjadi meningkat. Dari hasil foto struktur mikro juga dapat dilihat
adanya difusi karbon yang berbeda sesuai variasi komposisi. Terlihat juga
bahwa jumlah fasa martensit semakin menurun sesuai dengan sedikitnya
penambahan kalsium karbonat (CaCO3). Semakin banyak penambahan
kalsium karbonat maka semakin tinggi tingkat kekerasan yang dialami
oleh baja tersebut sehingga mempermudah atom karbon berdifusi kedalam
baja. Dengan kadar karbon yang tinggi dan kalsium karbonat terbentuklah
fasa martensit yang banyak.

Anda mungkin juga menyukai