Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL

PANCASILA 35

Disusun Oleh :
Nama : Arizal Mustazibillah
NIM : 171910101102
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS JEMBER
Jl. Kalimantan No.37, Krajan Timur, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur
68121
Nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia hari ini rasanya seperti sedang di uji.
Sedikit demi sedikit nasionalisme generasi muda mulai pudar. Disadari atau tidak
yang pasti jika dibandingkan, tingkat rasa nasionalisme antara generasi muda hari
ini dan generasi muda Indonesia di masa lalu begitu jauh. Bagaikan langit dan
bumi, jaraknya begitu jauh sulit untuk dihitung. Tentu kita tahu bahwa
kemerdekaan Indonesia merupakan salah satu buah dari rasa nasionalis generasi
muda Indonesia di masa lalu. Mereka berjuang tanpa henti dan tidak takut mati
demi sebuah kata merdeka. Generasi muda hari ini hidup di era yang berbeda, yaitu
era baru era tanpa penjajahan, kemerdekaan yang diperoleh dari buah perjuangan
generasi muda Indonesia di masa lalu, semestinya kita hargai dengan menjadi
generasi muda yang memiliki jiwa dan rasa nasionalisme tinggi.
Jangan sampai kita menjadi generasi muda yang merasa sedang berada di zona
nyaman sehingga tidak mementingkan rasa nasionalisme, dengan sifat ini cepat
atau lambat rasa nasionalisme tersebut hilang dengan sendirinya. Salah satu aspek
yang juga ikut berubah dengan masuknya era milenial adalah aspek hidup
ketatanegaraan. Salah satu bagian yang termasuk dalam aspek ini adalah konsep
nasionalisme. Begitu besar pengaruh globalisasi terhadap perubabahan pola pikir
generasi muda, hingga melahirkan generasi yang apatis atau tidak peduli akan
nilai-nilai nasionalisme. Padahal jika kita berkaca pada generasi muda masa lalu
rasa nasionalisme dimiliki oleh seluruh generasi ketika itu, rasa nasionalisme
tunbuh dengan sendirinya. Tanpa adanya paksaan dan tekanaan.
Pendidikan karakter menjadi kunci utama untuk kembali melahirkan generasi
muda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, ataupun untuk meningkatkan rasa
nasionalisme pada generasi muda di era milenial atau globalisasi ini. Adapun
tujuan utama dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk dan
menyempurnakan individu generasi muda dengan cara melatih kemampuan diri
mereka sehingga mereka mengerti dan memahami jati diri mereka masing-masing.
Ketika jati diri telah diperoleh maka dengan mudah rasa nasioanlisme akan tumbuh
dalam diri mereka, dan era globalisasi tidak lagi akan mampu mengubah pola pikir
generasi muda Indonesia.

Generasi milenial harus bisa bertindak sebagai change agent dan memutus
lingkaran setan tersebut. Pemuda harus tetap optimis dan tidak berhenti melakukan
langkah-langkah perbaikan, termasuk dalam sektor politik. Pemuda harus mau
peduli dengan kualitas politik negaranya dan berani terjun ke dalamnya. Karena
perbaikan politik hanya akan terjadi pada saat orang-orang baik, profesional dan
berintegritas masuk ke dalam politik.

Tidak dapat disangkal bahwa politik sudah terlalu lama disalahgunakan oleh
orang-orang opportunist demi jabatan, kekuasaan dan uang semata. Tapi
sesungguhnya ada dimensi lain dari politik, yaitu suatu alat dahsyat yang dapat
memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Apabila kita berpolitik dengan baik dan
benar, maka kita dapat menjadikan dunia ini menjadi lebih baik. Seperti yang
dikatakan Mahatma Gandi, “Be the change you wish to see in the world “. Jangan
mengandalkan orang lain untuk melakukan perbaikan, tapi kita harus mau turun
tangan untuk melakukan perbaikan yang kita inginkan.

Generasi milenial adalah generasi yang sangat mahir dalam teknologi. Dengan
kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, generasi ini memiliki
banyak peluang untuk bisa berada jauh di depan dibanding generasi sebelumnya.
Namun sayangnya, dari beberapa statistik yang saya baca, dikatakan bahwa
generasi milenial cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial, termasuk
politik dan ekonomi. Mereka cenderung lebih fokus kepada pola hidup kebebasan
dan hedonisme. Mereka cenderung mengingkan hal yang instant dan tidak
menghargai proses.

Di era ini segala sesuatu bergerak dengan cepat, dunia menjadi tanpa batas,
informasi dapat diperoleh dimana saja dan dari siapa saja. Generasi masa kini
harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media
sosial. Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita
menggunakannya. Kita bisa berguna dan bertambah pintar apabila menggunakan
media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa menjadi penyebar hoax dan menjadi
bodoh apabila kita menggunakan media sosial dengan tidak benar.

Di era ini dengan segala kecanggihan teknologi, tingkat persaingan juga semakin
tinggi. Kualitas dan kinerja manusia juga dituntut menjadi semakin tinggi.
Generasi masa kini harus mampu beradaptasi dengan cepat, belajar dan menjadi
lebih baik dengan cepat serta melakukan navigasi yang lincah dan tepat untuk
dapat memecahkan setiap masalah. Kreatifitas dan Apabila tidak, dalam beberapa
tahun ke depan mungkin posisi kita sudah digantikan oleh robot atau program
komputer.

Membangun karakter bangsa adalah membangun pandangan hidup, tujuan hidup,


falsafah hidup, rahasia hidup serta pegangan hidup suatu bangsa. Sebagai bangsa,
bangsa Indonesia telah memiliki pegangan hidup yang jelas. Dimulai sejak
dikumandangkannya Proclamation of Independence Indonesia dan dicetuskannya
declaration of Independence sebagai cetusan kemerdekaan dan dasar kemerdekaan,
sekaligus menghidupkan kepribadian bangsa Indonesia dalam arti kata yang
seluas-luasnya meliputi kepribadian politik, kepribadian ekonomi, kepribadian
sosial, kepribadian kebudayaan dan kepribadian nasional. Membangun karakter
sangat diperlukan dalam memaknai kehidupan merdeka yang telah dicapai oleh
bangsa kita atas karunia Tuhan. Pembentukan karakter adalah proses membangun
dari bahan mentah menjadi cetakan yang sesuai dengan bakat masing-masing.
Pendidikan adalah proses pembangunan karakter. Pembangunan karakter
merupakan proses membentuk karakter, dari yang kurang baik menjadi lebih baik,
tergantung pada bekal masing-masing. Mau dibawa kemana karakter tersebut dan
mau dibentuk seperti apa nantinya, tergantung pada potensinya dan juga tergantung
pada peluangnya.

Pembangunan dan pendidikan karakter sebenarnya telah dibatasi (kontradiktif)


dengan pendidikan mahal dan komersil atau kapatalisme pendidikan. Bangsa
adalah kumpulan manusia individual, Karakter bangsa dicerminkan oleh karakter
manusia-manusia yang ada di dalam bangsa tersebut. Sebuah bangsa lahir mirip
dengan seorang manusia lahir. Seorang bayi lahir dari perjuangan keras seorang
ibu. Pembangunan karakter bangsa juga demikian, dimana pembangunan karakter
bangsa berkaitan dengan sejarah dimasa lalu yang memberikan syarat-syarat
material yang memunculkan persepsi masyarakat terhadap kondisinya tersebut,
dipengaruhi oleh kejadian konkret di masa kini.

Pembangunan karakter diperlukan untuk menumbuhkan watak bangsa yang bisa


dikenali secara jelas, yang membedakan diri dengan bangsa lainnya, dan ini
diperlukan untuk menghadapi situasi zaman yang terus berkembang. Pembangunan
karakter menjadi penting karena situasi kehidupan tertentu dan konteks keadaan
tertentu membutuhkan karakter yang sesuai untuk menjawab keadaan yang ada
tersebut. Misalnya, bangsa yang masih rendah teknologinya memerlukan karakter
yang produktif dan kreatif dari generasi bangsanya, tempat berpikir ilmiah menjadi
titik tekan karena hal itulah yang sangat dibutuhkan untuk menjawab tuntutan.
Pembangunan karakter yang keras harus dilakukan untuk menjawab kebutuhan-
kebutuhan masyarakat. Jangan sampai titik tekan pembangunan karakter tersebut
justru menjadi tidak cocok dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah yang ada.
Pembangunan karakter itulah yang kemudian dapat dilakukan oleh pendidikan
karena didalamnya proses sosial mengarahkan generasi yang dilakukan.

Ide kreatif yang saya lakukan untuk nasionalisme yaitu Gerakan Cinta Tanah Air
& Bangsa. Melalui gerakan ini, saya untuk lebih memahami serta mencintai tanah
air dan bangsanya, mengenali dan menumbuhkan kecintaan terhadap produk-
produk dalam negeri, menanamkan rasa nasionalisme secara lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai