Anda di halaman 1dari 5

AUDIT KLINIK CLINICAL PATHWAY

PERSALINAN NORMAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran serta


meningkatnya kesadaran pasien akan haknya untuk mendapatkan pelayanan yang
bermutu maka diperlukan suatu upaya standarisasi dari proses pelayanan di setiap
bagian di RS Indriati Solo Baru. Untuk itu dipandang perlu dibuat buku panduan Clinical
Pathway RS Indriati Solo Baru dengan sasaran adanya standarisasi proses asuhan
klinis, mengurangi resiko didalam proses asuhan klinik, terutama hal-hal yang terkait
dengan tahap pengambilan keputusan dan memberikan asuhan klinis tepat, efektif
dengan menggunakan sumber daya secara efisien, serta secara konsisten
menghasilkan mutu pelayanan tinggi dengan cara-cara ”evidence-based”
Penetapan Clinical Pathway RS Indriati Solo Baru didasarkan pada beberapa hal yaitu :
 Pada bidang kelilmuan dan penerapannya,
 Pada bidang yang dianggap cocok dengan pelayanan dalam organisasi dan pasien,
 Pada tehnologi yang berkembang, obat, sumber daya lain di organisasi atau dari
norma profesional secara nasional,
 Telah diuji secara formal dan resmi
 Didukung oleh staf yang terlatih melaksanakannya
 Diperbaharui secara berkala berdasarkan bukti dan hasil evaluasi dari proses dan
hasil (outcomes)
Rumah Sakit Indriati Solo Baru telah menetapkan 5 PPK setiap KSM yang
dipantau melalui Clinical Pathway dan Standing order yang menjadi indikator
pelaksanaan program Clinical Pathway dalam upaya peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
Clinical pathway yang diambil adalah :
1. Kasus PCI
2. Kasus PAC
3. Kasus Stroke Non Hemoragic
4. Kasus Stroke Hemoragic
5. Kasus Vertigo
6. Kasus Demam Berdarah Dengue
7. Kasus Diare Akut
8. Kasus Persalinan Normal
9. Kasus Sectio Caesaria

Untuk menunjang keberhasilannya dilapangan diperlukan partisipasi aktif,


komitmen dan konsistensi dari seluruh jajaran direksi, manajemen dan profesi demi
terlaksana dan suksesnya program tersebut di Rumah Sakit . Peran organisasi profesi
juga cukup penting dalam mengembangkan PPK dan Clinical Pathway sebagai acuan
pedoman bagi setiap anggota profesi dalam melaksanakan praktek keprofesiannya.

INDIKATOR
1. PROSES DIAGNOSA
2. PROSES TERAPI
3. OUT COME

NO Indikator STANDAR
1 Asesmen awal DPJP dalam 24 jam 100%
2 Pemilihan pemeriksaan penunjang 100%
3 Penggunaan Obat 100%
4 Monitoring Perawat 100%
5 Edukasi 100%
6 Tatalaksana gizi 100%
7 Tatalaksana Farmasi 100%
8 Tatalaksana Rehab Medik 100%
9 Perbaikan klinis/ Evaluasi 100%
10 Length of stay 100%
11 Variansi penggunaan obat 100%

PENGUMPULAN DATA :
I. Untuk melakukan audit klinik diambil clinical pathway pasien rawat inap Triwulan II tahun
2018
II. Jumlah Pasien yang di teliti sebanyak 50 pasien diagnosa SC
III. Audit Klinik Clinical Pathway Sectio Caesaria (SC)

NO Indikator STANDAR
1 Asesmen awal DPJP dalam 24 jam 100%
2 Pemilihan pemeriksaan penunjang 100%
3 Penggunaan Obat 100%
4 Monitoring Perawat 100%
5 Edukasi 100%
6 Tatalaksana gizi 100%
7 Tatalaksana Farmasi 100%
8 Tatalaksana Rehab Medik 100%
9 Perbaikan klinis/ Evaluasi 100%
10 Length of stay 100%
11 Variansi penggunaan obat 100%

PENGUMPULAN DATA :
IV. Untuk melakukan audit klinik diambil clinical pathway pasien rawat inap Triwulan II tahun
2018
V. Jumlah Pasien yang di teliti sebanyak 50 pasien diagnosa Persalinan Normal
VI. Audit Klinik Clinical Pathway Persalinan Normal

Variabel Kepatuhan Total Persentase


Sesuai CP

Asesmen awal DPJP dalam 24 jam 50 50 100%


Pemeriksaan penunjang
1. Darah Rutin 50 50 100%
2. CT/BT 50 50 100%
3. Anti HIV 46 50 92%
4. HbsAg 50 50 100%
5. GDS 50 50 100%
Penggunaan Obat 45 50 90%
- Oktisotin, Asam Mefenamat, Lancar
ASI
Monitoring Perawat 50 50 100%

Edukasi 50 50 100%
Tatalaksana gizi 50 50 100%
Tatalaksana Farmasi 38 50 76%

Perbaikan klinis/ Evaluasi 50 50 100%


Length of stay 50 50 100%

Variabel yang tidak tercapai meliputi :


1. Pemeriksaan peninjang Anti HIV
Analisa Pemeriksaan HIV tidak selalu dilakukan karena seringkali
pasien sudah melakukan pemeriksaan HIV sebelumnya di
PPK1
Rencana Tindak Lanjut Evaluasi lanjutan untuk pemeriksaan HIV, diskusi dengan
KSM untuk kriteria pasien yang bisa tidak dilakukan
pemeriksaaan HIV ulang.

2. Penggunaan obat dan Lancar ASI


Analisa a. Penggunaan analgetik Asam Mefenamat dalam
beberapa kasus menggunakan obat-obat analgetik
injeksi.
b. Pemberian Lancar ASI tidak selalu terjadi 3 kali
dalam sehari, tergantung kondisi Ibu.
Rencana Tindak Lanjut a. Evaluasi dan koordinasi dengan KSM terkait
mengenai penggunaan obat yang sebaiknya
digunakan.
b. Evaluasi untuk pemberian edukasi kepada ibu
pasca melahirkan terkait pemberian ASI

3. Tatalaksana Farmasi
Analisa Rekonsiliasi obat tidak selalu dilakukan, karena belum
semua unit tersosialisasi dengan baik tentang rekonsiliasi
obat, selain itu tenaga farmasi untuk melakukan rekonsiliasi
obat masih belum berfungsi secara maksimal
Rencana Tindak Lanjut 1. Evaluasi Clinical Pathway, mengenai kewajiban
pelaksanaan rekonsiliasi obat.
2. Koordinasi PPA terkait untuk perbaikan sistem
mengenai rekonsiliasi obat.

Anda mungkin juga menyukai