Anda di halaman 1dari 24

Konsep Dasar Teori

A. Definisi
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak
memanjang atau sejajar sumbu badan ibu, presentase belakang kepala, keseimbangan diameter
kepala bayi dan panggul ibu, serta ddengan tenaga ibu sendiri. (abdul bari; 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani,
2009).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan :
1. Power / Tenaga
Power utama pada persalinan adalah tenaga/kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan
retraksi otot-otot rahim. Gerakan memendek dan menebalotot-otot rahim yang terjadi sementara
waktu disebut kontraksi. Kontraksi ini terjadi diluar sadar sedangkan retraksi mengejan adalah
tenaga kedua (otot-otot perut dan diafragma) digunakan dalam kala II persalinan. Tenaga dipakai
untuk mendorong bayi keluar dan merupakan kekuatan ekspulsi yang dihasilkan oleh otot-otot
volunter ibu.
2. Passages/Lintasan
Janin harus berjalan lewat rongga panggul atau serviks dan vagina sebelum dilahirkan
untuk dapat dilahirkan, janin harus mengatasi pula tahanan atau resisten yang ditimbulkan oleh
struktur dasar panggul dan sekitarnya.
3. Passanger
Passenger utama lewat jalan lahir adalah janin dan bagian janin yang paling penting
(karena ukurannya paling besar) adalah kepala janin selain itu disertai dengan plasenta selaput
dan cairan ketuban atau amnion.
4. Psikologis
Dalam persalinan terdapat kebutuhan emosional jika kebutuhan tidak tepenuhi paling
tidak sama seperti kebutuhan jasmaninya. Prognosis keseluruhan wanita tersebut yang berkenan
dengan kehadiran anaknya terkena akibat yang merugikan.
B. Anatomi Fisiologi
1. Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya
sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran
panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi.Uterus terdiri dari
fundus uteri, korpus dan serviks uteri.Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini
kedua tuba falopii masuk ke uterus.Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada
kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang.Rongga
yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis
servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut
kanalis servikalis.
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan :
a. Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam.
b. Miometrium, lapisan tebal otot polos.
c. Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar.
Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus
haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi.Dalam masa haid endometrium sebagian
besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa
sekretorik.Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar
berbentuk longitudinal.Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman,
lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan
menjepit pembuluh darah.Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan
jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik.
2. Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas :

a. Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.


b. Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
c. Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
d. Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.

3. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke
dalam tuba.Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari
ligamentum latum.Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot
sirkuler.Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang
bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke
arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut.
4. Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf.

C. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011).
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya
merupakan teori – teori kompleks antara lain :
1. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu sebelum
partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus Frankerhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus (Induction of labour)
Partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
  Gagang laminaria : beberapa laminaria dimasukkan dalam kanalis srvikalis dengan tujuan
merangsang fleksus Frankerhauser
    Amniotomi : pemecahan ketuban
    Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per infuse.
D. Manifestasi Klinis
Sebelum persalinan mulai, saat mendekati akhir kehamilanklien mungkin lihat perubahan
tertentu atau ada tanda-tanda bahwa persalinan terjadi tidak lama lagi sekitar 2-4 minggu
sebelum persalinan. Kepal janin mulai menetap lebih jauh kedalam pelviks. Tekanan pada
diafragma berkurang seperti memperingan berat badan bayi dan memungkinkan ibu untuk
bernapas lebih mudah, akan lebih sering berkemih, dan akan lebih bertekan pada pelviks karena
bayi lebih rendah dalam pelviknya.
1. Persalinan Palsu
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala
bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
1) Kontraksi Braxton hicks
2) Ketegangan dinding perut
3) Ketegangan ligamentum rotandum
4) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah
b. Masuknya kepala bayi kepintu atas panggul dirasakan ibu hamil :
1) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang
2) Dibagian bawah terasa sesak
3) Terjadi kesulitan saat berjalan
4) Sering miksi (beser kencing)
c. Terjadinya His permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan sebagi
keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan
estrogen,progesterone, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin.
Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang
sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih seringb sebagai his palsu.
Sifat his permulaan (palsu)
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah bila beraktifitas
2. Persalinan Sejati
a. Terjadinya His persalinan, His persalinan mempunyai sifat :
1) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan
2) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
4) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah
b. Pengeluaran Lendir dan darah (pembawa tanda), Dengan his persalinan terjadi perubahan
pada serviks yang menimbulkan :
1) Pendataran dan pembukaan
2) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
c. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan.
Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban
diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

E. Patofisiologi
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
1. Kala I
Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai
pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala satu dibagi menjadi 2 fase yaitu :
 Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap. Pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung dibawah 8 jam.
 Fase aktif
Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/
memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40
detik atau lebih. Serviks membuka dari 3 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau
lebih perjam dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Dapat dibedakan menjadi tiga fase:
Ø Akselerasi : pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm yang membutuhkan waktu 2 jam
Ø Dilatasi maksimal : pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm dalam waktu 2 jam
Ø Deselarasi : pembukaan menjadi lambat, dari 9 menjadi 10 cm dalam waktu 2 jam
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian,
akan tetapi pada fase laten, fase aktif deselerasi akan terjadi lebih pendek. Mekanisme
membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada premi osteum
uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis baru
kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada multigravida osteum uteri internum sudah
sedikit terbuka. Osteum uteri internu dan eksternum serta penipisan dan pendataran terjadi
dalam saat yang sama.
2. Kala II
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Ada beberapa tanda dan
gejala kala dua persalinan :
 Ibu merasakan keinginan meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
 Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau vaginanya.
 Perineum terlihat menonjol
 Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka
 Peningkatan pengeluaran lender dan darah
Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil pemeriksaan dalam yang
menunjukkan :
 Pembukaan serviks telah lengkap
 Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.
3. Kala III
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta.
a. Fisiologi kala tiga
Otot uterus berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba –
tiba setelah lahinya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi menjadi semakin kecil,
sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian
dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke bagian bawah uterus
atau bagian atas vagina.
b. Tanda – tanda lepasnya plasenta
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba – tiba
Kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
 Schultze : lepasnya seperti kita menutup payung, cara ini paling sering terjadi. Yang lepas
duluan adalah bagian tengah lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula-
mula pada bagian tengah kemudian seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya
tidak ada sebelum uri lahir.
 Duncan : lepasnya uri mulai dari pinggir, jadi pinggir uri lahir duluan. Darah akan
mengalir keluar antara selaput ketuban. Atau serempak dari tengah dan pinggir plasenta.
2) Fase pengeluaran uri
 Kustner: dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis. Tali pusat
diteganggangkan maka bila tali pusat masuk artinya belum lepas, bila diam atau maju
artinya sudah lepas.
 Klein: sewaktu ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya belum lepas.
Diam atau turun artinya lepas.
 Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar artinya
belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas.
4. Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir selama 2 jam.
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering
terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan, antara lain :
 Tingkat kesadaran ibu
 Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
 Kontraksi uterus
 Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 – 500 cc.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium rutin (Hb dan urinalisis serta protein urine).
2. Pemeriksaan laboratorium khusus.
3. Pemeriksaan ultrasonografi.
4. Pemantauan janin dengan kardiotokografi.
5. Amniosentesis dan Kariotiping.

H. Komplikasi
1. Persalinan lama
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Malpresentasi dan malposisi
4. Distosia bahu
5. Distensi uterus
6. Persalinan dengan parut uterus
7. Gawat janin
8. Prolapsus tali pusat
9. Demam dalam persalinan
10. Demam pasca persalinan

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Persalinan Kala I
1. Berikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien
2. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada parturien dan pendampingnya.
3. Pengamatan kesehatan janin selama persalinan
 Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa setiap 30 menit dan pada kala
II setiap 15 menit setelah berakhirnya kontraksi uterus ( his ).
 Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa dengan frekuensi yang lbih
sering (setiap 15 menit ) dan pada kala II setiap 5 menit.
4. Pengamatan kontraksi uterus
Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi, namun penilaian
kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan telapak tangan penolong persalinan yang
diletakkan diatas abdomen (uterus) parturien.
5. Tanda vital ibu
 Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam.
 Bila selaput ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C (“borderline”) maka
pemeriksaan suhu tubuh dilakukan setiap jam.
 Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam, berikan antibiotika profilaksis.
6. Pemeriksaan VT berikut
 Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan posisi bagian terendah janin
sangat bervariasi.
 Umumnya pemeriksaan dalam (VT) untuk menilai kemajuan persalinan dilakukan tiap 4 jam.
 Indikasi pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah:
a. Menentukan fase persalinan.
b. Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul.
c. Ibu merasa ingin meneran.
d. Detik jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau > 160 dpm).
7. Makanan oral.
 Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama persalinan fase aktif dan kala
II. Pengosongan lambung saat persalinan aktif berlangsung sangat lambat.
 Penyerapan obat peroral berlangsung lambat sehingga terdapat bahaya aspirasi saat parturien
muntah.
 Pada saat persalinan aktif, pasien masih diperkenankan untuk mengkonsumsi makanan cair.
8. Cairan intravena
a. Keuntungan pemberian cairan intravena selama inpartu:
 Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis pada kasus atonia uteri.
 Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60–120 ml per jam dapat
mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada ibu.
9. Posisi ibu selama persalinan
a. Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang paling nyaman bagi
dirinya.
b. Berjalan pada saat inpartu tidak selalu merupakan kontraindikasi.
10. Analgesia
Kebutuhan analgesia selama persalinan tergantung atas permintaan pasien.
11. Lengkapi partogram
a. Keadaan umum parturien ( tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan ).
b. Pengamatan frekuensi – durasi – intensitas his.
c. Pemberian cairan intravena.
d. Pemberian obat-obatan.
12. Amniotomi
a. Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang diperkirakan normal
terdapat kecenderungan kuat pada diri dokter yang bekerja di beberapa pusat kesehatan untuk
melakukan amniotomi dengan alasan:
 Persalinan akan berlangsung lebih cepat.
 Deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium ( yang merupakan indikasi
adanya gawat janin ) berlangsung lebih cepat.
 Kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit kepala janin dan prosedur
pengukuran tekanan intrauterin.
b. Namun harus dingat bahwa tindakan amniotomi dini memerlukan observasi yang teramat
ketat sehingga tidak layak dilakukan sebagai tindakan rutin.
13. Fungsi kandung kemih
a. Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena dapat:
 Menghambat penurunan kepala janin.
 Menyebabkan hipotonia dan infeksi kandung kemih
 Carley dkk (2002) menemukan bahwa 51 dari 11.322 persalinan pervaginam mengalami
komplikasi retensio urinae ( 1 : 200 persalinan ).
 Faktor resiko terjadinya retensio urinae pasca persalinan:
1.Persalinan pervaginam operatif
2. Pemberian analgesia regional
Penatalaksanaan Persalinan Kala II
Tujuan penatalaksanaan persalinan kala II :
1. Mencegah infeksi traktus genitalis melalui tindakan asepsis dan antisepsis.
2. Melahirkan “well born baby”.
3. Mencegah agar tidak terjadi kerusakan otot dasar panggul secara berlebihan.
Penentuan kala II : Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal toucher yang
acapkali dilakukan atas indikasi :
a. Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin meneran.
b. Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
Pada kala II sangat diperlukan kerjasama yang baik antara parturien dengan penolong
persalinan.
1. Persiapan :
a. Persiapan set “pertolongan persalinan” lengkap.
b. Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba kandung kemih
diatas simfisis pubis.
c. Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan disinfektan.
d. Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien.
e. Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri ( sepatu boot,
apron, kacamata pelindung dan penutup hidung & mulut).
2. Pertolongan persalinan :
a. Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur persalinan.
b. Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang tidak terlampau
renggang dengan kedudukan yang sama tinggi.
3. Persalinan kepala:
a. Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka akibat
dorongan kepala dan terjadi “crowning”.
b. Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum biasanya menjadi
lebih mudah dilihat.
c. Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan terjadi penipisan
perineum dan selanjutnya terjadi laserasi perineum secara spontan.
d. Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan secara
individual atas sepengetahuan dan seijin parturien.
4. Membersihkan nasopharynx:
Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka , hidung dan mulut anak setelah dada lahir
dan anak mulai mengadakan inspirasi,
5. Lilitan talipusat
Setelah bahu depan lahir, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat dileher anak
dengan menggunakan jari telunjuk. Lilitan talipusat terjadi pada 25% persalinan dan
bukan merupakan keadaan yang berbahaya. Bila terdapat lilitan talipusat, maka lilitan
tersebut dapat dikendorkanmelewati bagian atas kepala dan bila lilitan terlampau erat
atau berganda maka dapat dilakukan pemotongan talipusat terlebih dulu setelah
dilakukan pemasangan dua buah klem penjepit talipusat.
6. Menjepit talipusat:
Klem penjepit talipusat dipasang 4–5 cm didepan abdomen anak dan penjepit talipusat
(plastik) dipasang dengan jarak 2–3 cm dari klem penjepit. Pemotongan dilakukan
diantara klem dan penjepit talipusat.
Penatalaksanaan Persalinan Kala III
Persalinan Kala III adalah periode setelah lahirnya anak sampai plasenta lahir.
Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan konsistensi uterus
dan ditentukan apakah ini aalah persalinan pada kehamilan tunggal atau kembar.
Bila kontraksi uterus berlangsung dengan baik dan tidak terdapat perdarahan maka
dapat dilakukan pengamatan atas lancarnya proses persalinan kala III.
Penatalaksanaan kala III FISIOLOGIK :
Tehnik melahirkan plasenta :
1. Tangan kiri melakukan elevasi uterus (seperti tanda panah) dengan tangan kanan
mempertahankan posisi talipusat.
2. Parturien dapat diminta untuk membantu lahirnya plasenta dengan meneran.
3. Setelah plasenta sampai di perineum, angkat keluar plasenta dengan menarik talipusat
keatas.
4. Plasenta dilahirkan dengan gerakan memelintir plasenta sampai selaput ketuban agar
selaput ketuban tidak robek dan lahir secara lengkap oleh karena sisa selaput ketuban
dalam uterus dapat menyebabkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Penatalaksanaan kala III AKTIF :
Penatalaksanaan aktif kala III ( pengeluaran plasenta secara aktif ) dapat menurunkan
angka kejadian perdarahan pasca persalinan.
Penatalaksanaan aktif kala III terdiri dari :
1. Pemberian oksitosin segera setelah anak lahir
2. Tarikan pada talipusat secara terkendali Masase uterus segera setelah plasenta lahir
Tehnik :
a. Setelah anak lahir, ditentukan apakah tidak terdapat kemungkinan adanya janin
kembar.
b. Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U i.m (atau
methergin 0.2 mg i.m bila tidak ada kontra indikasi)
c. Regangkan talipusat secara terkendali (“controlled cord traction”):
- Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah terdapat
kontraksi, lakukan dorongan bagian bawah uterus kearah dorsokranial Tangan kiri
memegang klem talipusat , 5–6 cm didepan vulva.
- Pertahankan traksi ringan pada talipusat dan tunggu adanya kontraksi uterus yang
kuat.
- Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan tarikan terkendali pada talipusat sambil
melakukan gerakan mendorong bagian bawah uterus kearah dorsokranial.
Penatalaksanaan Persalinan Kala IV
2 jam pertama pasca persalinan merupakan waktu kritis bagi ibu dan neonatus. Keduanya
baru saja mengalami perubahan fisik luar biasa dimana ibu baru melahirkan bayi dari dalam
perutnya dan neonatus sedang menyesuaikan kehidupan dirinya dengan dunia luar.
Petugas medis harus tinggal bersama ibu dan neonatus untuk memastikan bahwa keduanya
berada dalam kondisi stabil dan dapat mengambil tindakan yang tepat dan cepat untuk
mengadakan stabilisasi.
Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:
1. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
2. Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
4. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat.
6. Biarkan ibu berada didekat neonatus.
7. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat membantu
kontraksi uterus .
8. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air kecil. Pastikan
bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3 jam pasca persalinan.
9. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggota keluarga mengenai:
a. Cara mengamati kontraksi uterus.
b. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2 jam dan sebelum
dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin bahwa:
-Keadaan umum ibu baik.
-Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.
-Cedera perineum sudah diperbaiki.
-Pasien tidak mengeluh nyeri.
-Kandung kemih kosong.
Konsep Dasar Keperawatan

KALA I (fase laten)


a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek
lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi yang
diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi
fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan kehilangan cairan
melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system pendukung.
c. Intervensi
Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan  Orientasikan klien pada lingkungan,
situasi kebutuhan keperawatan selama staf dan prosedur
tidak terpenuhi. ……..diharapkan ansietas  Berikan informasi tentang perubahan
pasien berkurang dengan psikologis dan fisiologis pada
criteria hasil: persalinan
o TTV dalam batas normal  Kaji tingkat dan penyebab ansietas
o Pasien dapat  Pantau tekanan darah dan nadi sesuai
mengungkapkan perasaan indikasi
cemasnya  Anjurkan klien mengungkapkan
o Lingkungan sekitar pasien perasaannya
tenang dan kondusif  Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman untuk pasien
2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan  Kaji persiapan,tingkat pengetahuan
tentang kemajuan keperawatan dan harapan klien.
persalinan b/d selama….,pengetahuan pasien  Beri informasi dan kemajuan
kurang mengingat tentang persalinan meningkat persalinan normal
informasi yang dengan criteria hasil:  Demonstrasikan teknik pernapasan
diberikan, kesalahan o Pasien dapat atau relaksasi dengan tepat untuk
interpretasi mendemonstrasikan teknik setiap fase persalinan
informasi. pernafasan dan posisi yang
tepat untuk fase persalinan
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan  Kaji latar belakang budaya klien.
terhadap infeksi keperawatan  Kaji sekresi vagina, pantau ttv.
maternal b/d selama….diharapkan infeksi  Tekankan pentingnya mencuci tangan
pemeriksaan vagina maternal dapat terkontrol yang baik.
berulang dan dengan criteria hasil:  Gunakan teknik aseptic saat
kontaminasi fekal. o TTV dbn pemeriksaan vagina.
o Tidak terdapat tanda-tanda  Lakukan perawatan perineal setelah
infeksi eliminasi.
4. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan  Pantau masukan dan haluaran.
terhadap keperawatan  Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih
kekurangan cairan selama…,diharapkan cairan sering bila suhu tinggi, pantau tanda-
b/d masukan dan seimbang dengan kriterian tanda vital. DJJ sesuai indikasi.
peningkatan hasil:  Kaji produksi mucus dan turgor kulit.
kehilangan cairan o TTV dbn  Kolaborasi pemberian cairan
melalui pernafasan o Input dan output cairan parenteral.
mulut. seimbang  Pantau kadar hematokrit.
o Turgor kulit baik

5. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan  Tentukan pemahaman dan harapan


terhadap koping keperawatan terhadap proses persalinan
individu tidak selama…..,diharapkan koping  Anjurkan mengungkapkan perasaan
efektif b/d pasien efektif dengan criteria  Beri anjuran kuat thd mekanisme
ketidakadekuatan hasil: koping positif dan
system pendukung. o Pasien dapat  Bantu relaksasi
mengungkapkan perasaannya
2. KALA I (fase aktif)
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang kemampuan
mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
2) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.
3) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
4) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan mobilitas gastrik.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan aliran darah
c. Intervensi
Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan  Kaji derajat
berhubungan keperawatan ketidaknyamanan secara
dengan tekanan selama…..,diharapkan nyeri verbal dan nonverbal .
mekanik dari bagian terkontrol dengan criteria hasil:  Pantau dilatasi servik.
presentasi. o TTV dbn  Pantau tanda vital dan DJJ
o Pasien dapat  Bantu penggunaan teknik
mendemonstrasikan kontrol nyeri pernapasan dan relaksasi.
 Bantu tindakan kenyamanan
spt.
 Gosok punggung, kaki
 Anjurkan pasien berkemih 1-
2 jam.
 Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic.
 Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak.
 Berikan lingkungan yang
tenang
2. Perubahan eliminasi Setelah dilakukan asuhan  Palpasi di atas simpisis pubis.
urin b/d perubahan keperawatan selama….,diharapkan  Monitor masukan dan
masukan dan kompresi eliminasi urine pasien normal haluaran.
mekanik kandung dengan criteria hasil:  Anjurkan upaya berkemih
kemih. o Cairan seimbang sedikitnya 1-2 jam.
o Berkemih teratur  Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum.
 Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan.
 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan  Tentukan pemahaman dan
koping individu tidak keperawatan selama….,diharapkan harapan terhadap proses
efektif b/d krisis koping pasien efektif dengan persalinan.
situasi. criteria hasil:  Anjurkan mengungkapkan
o Pasien dapat mengungkapkan perasaan.
peraannya  Beri anjuran kuat terhadap
mekanisme koping positif
dan bantu relaksasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan asuhan  Pantau aktivitas uterus secara
cedera maternal b/d keperawatan selama….,diharapkan manual.
efek obat-obatan cidera terkontrol dengan criteria  Lakukan tirah baring saat
pertambahan hasil: persalinan menjadi intensif.
mobilitas gastrik. o TTV dbn  Hindari meninggikan klien
o Aktivitas uterus baik tanpa perhatian.
o Posisi pasien nyaman  Tempatkan klien pada posisi
tegak, miring ke kiri
 Berikan perawatan perineal
selama 4 jam.
 Pantau suhu dan nadi.
 Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)
5. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan keperawatan  Kaji adanya kondisi yang
kerusakan gas janin selama….,diharapkan janin dalam menurunkan situasi uteri
b/d perubahan suplay kondisi baik dengan criteria hasil: plasenta.
oksigen dan aliran o DJJ dbn  Pantau DJJ dengan segera
darah o Presentasi kepala (+) bila pecah ketuban .
o Kontraksi uterus teratur  Instuksikan untuk tirah
baring bila presentasi tidak
masuk pelvis.
 Pantau turunnya janin pada
jalan lahir.
 Kaji perubahan DJJ selama
kontraksi

3. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik
c. Intervensi
Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d tekanan Setelah dilakukan asuhan  Identifikasi derajat
mekanis pada bagian keperawatan ketidaknyamanan
presentasi selama….,diharapkan nyeri  Berikan tanda/ tindakan
terkontrol dengan criteria hasil: kenyamanan seperti perawatan
o TTV dbn kulit, mulut, perineal dan alat-alat
o Pasien dapat tahun yang kering
mendemostrasikan nafas dalam  Bantu pasien memilih posisi yang
dan teknik mengejan nyaman untuk mengedan
 Pantau tanda vital ibu dan DJJ
 Kolaborasi pemasangan kateter
dan anastesi
2. Perubahan curah Setelah dilakukan asuhan Pantau tekanan darah dan
jantung b/d fluktasi keperawatan nadi tiap 5 – 15 menit
aliran balik vena selama…..,diharapkan kondisi Anjurkan pasien untuk
cardiovaskuler pasien membaik inhalasi dan ekhalasi selama upaya
dengan criteria hasil: mengedan
o TD dan nadi dbn Anjurkan klien / pasangan
o Suplay O2 tersedia memilih posisi persalinan yang
mengoptimalkan sirkulasi
3. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan keperawatan Bantu klien dan pasangan
kerusakan integritas selama….,diharapkan integritas pada posisi tepat
kulit b/d pada interaksi kulit terkontrol dengan criteria Bantu klien sesuai kebutuhan
hipertonik hasil: Kolaborasi epiostomi garis
o Luka perineum tertutup tengah atau medic lateral
(epiostomi) Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih dan
kateterisasi

4. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral, muntah.
2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
c. Intervensi
Diagnosa
NO NOC NIC
Keperawatan
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan Instruksikan klien untuk
terhadap kekurangan keperawatan mendorong pada kontraksi
volume cairan b/d selama….,diharapkan cairan Kaji tanda vital setelah pemberian
kurang masukan oral, seimbang denngan criteria hasil: oksitosin
muntah. o TTV dbn Palpasi uterus
o Darah yang keluar ± 200 – 300 Kaji tanda dan gejala shock
cc Massase uterus dengan perlahan
setelah pengeluaran plasenta
Kolaborasi pemberian cairan
parentral
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan asuhan Bantu penggunaan teknik
trauma jaringan keperawatan pernapasan
setelah melahirkan selama….,diharapkan nyeri Berikan kompres es pada
terkontrol dengan criteria hasil: perineum setelah melahirkan
o Pasien dapat control nyeri Ganti pakaian dan liner basah
Berikan selimut penghangat
Kolaborasi perbaikan episiotomy
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan Palpasi fundus uteri dan massase
terhadap cedera keperawatan dengan perlahan
maternal b/d posisi selama….,diharapkan cidera Kaji irama pernafasan
selama persalinan terkontrol dengan criteria hasil: Bersihkan vulva dan perineum
o Plasenta keluar utuh dengan air dan larutan antiseptic
o TTV dbn Kaji perilaku klien dan perubahan
system saraf pusat
Dapatkan sampel darah tali pusat,
kirim ke laboratorium untuk
menentukan golongan darah bayi
Kolaborasi pemberian cairan
parenteral

5. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy, kandung kemih
penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum bebas dan
kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis,
ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota keluarga
c. Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan asuhan Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma,edema keperawatan ketidaknyamanan
jaringan, kelelahan fisik selama….,diharapkan nyeri Beri informasi yang tepat
dan psikologis, ansietas terkontrol dengan criteria hasil: tentang perawatan selama periode
o Pasien dapat control nyeri pascapartum
Lakukan tindakan
kenyamanan
Anjurkan penggunaan teknik
relaksasi
Beri analgesic sesuai
kemampuan

2. Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan Tempatkan klien pada posisi


kekurangan volume keperawatan rekumben
cairan b/d selama….,diharapkan cairan Kaji hal yang memperberat
kelelahan/ketegangan simbang dengan criteria hasil: kejadian intrapartal
miometri o TD dbn Kaji masukan dan haluaran
o Jumlah dan warna lokhea Perhatikan jenis persalinan
dbn dan anastesi, kehilangan daripada
persalinan
Kaji tekanan darah dan nadi
setiap 15 menit
Dengan perlahan massase
fundus bila lunak
Kaji jumlah, warna dan sifat
aliran lokhea
Kolaborasi pemberian cairan
parentral
3. Perubahan ikatan proses Setelah dilakukan asuhan Anjurkan klien untuk
keluarga b/d keperawatan menggendong, menyentuh bayi
transisi/peningkatan selama…..,diharapkan proses Observasi dan catat interaksi
anggota keluarga keluarga baik dengan criteria bayi
hasil: Anjurkan dan bantu
o Ada kedekatan ibu dengan pemberian ASI, tergantung pada
bayi pilihan klien

Anda mungkin juga menyukai