2. Perforasi usus Internasional, NANDA, (2012), Diagnosis Keperawatan Difinisi dan Thypoid adalah penyakit infeksi bakteri ETIOLOGI 3. Sepsis Klasifikasi (2012-2014), Jakarta : EGC yang di sebabkan oleh Salmonella typhi. Demam thypoid timbul akibat dari 4. Hepatitis dan kholesitisis (ngastiyah 2005) infeksi oleh bakteri golongan Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta : EGC Salmonella yaitu : 5. Pneumonia atau bronchitis - Salmonella thypi, Ranuh, IG.N, 2013, Beberapa Catatan Kesehatan Anak, Jakarta : CV 6. Miokarditis toksik - Salmonella parathypi A Sagung Seto - Salmonella parathypi B 7. Thrombosis dan flebitis - Salmonella parathypi C TANDA DAN GEJALA Bakteri tersebut memasuki tubuh penderita melalui saluran Masa Inkubasi berlangsung 7-21 hari, dengan Pathway gejala : PENGKAJIAN - Anoreksia 1. Identitas klien dan identitas ibu
- Rasa malas PEMERIKSAAN 2. Keluhan utama
PENUNJANG: 3. Suhu tubuh - Sakit kepala bagian depan 4. Kesadaran - Nyeri otot Tes widal : untuk melihat adanya kenaikan titer 5. Pemeriksaan fisik (mulut, abdomen, hati dan limfe) - Lidah kotor antibody yang bermakna 6. Pemeriksaan laboratorium (hematologi dan widal) - Gangguan perut (perut kembung dan sakit) dalam darah terhadap Gejala khas setelah masa inkubasi : antigen (somatic) dan/atau antigen H (flagellar) - Demam tinggi DIAGNOSA KEPERAWATAN : - Sakit kepala/pusing a. Hipertermia b.d proses infeksi salmonella thypi - Pegal-pegal b. Nyeri akut b.d agens cedera biologis - Mual muntah/ anoreksia c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorbsi nutrient - Batuk d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan - Diare/sembelit - Lidah kotor Intervensi Keperawatan b. Nyeri akut b.d agens cedera biologis a. Hipertermia b.d proses infeksi salmonella thypi Tujuan : Suhu tubuh kembali normal dan bebas dari demam Tujuan : menunjukkan nyeri berkurang atau hilang PENATALAKSANAAN : Intervensi : Intervensi : 1. Pantau suhu tubuh klien tiap 3 jam sekali 1. Kaji tingkat, frekuensi, intensitas, dan reaksi nyeri Menurut ngastiyah 2005 dan Ranuh 2013 : 2. Beri kompres hangat 2. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi napas dalam 3. Beri banyak minum 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin 1. Isolasi pasien, desinfeksi pakaian 4. Kolaborasi pemberian antipiretik dan antibiotik 4. Kolaborasi pemberian analgetik 2. Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d malabsorbsi 3. Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali nutrient d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak panas lagi boleh berdiri kemudian Tujuan : tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi berjalan di ruangan. Tujuan : Dapat beraktivitas secara mandiri Intervensi : 4. Diet, makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan Intervensi : 1. Kaji status nutrisi anak makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak 1. Kaji toleransi terhadap aktivitas 2. Timbang BB klien tiap 3 hari menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari. Jika kesadaran pasien dan nafsu makan anak 2. Kaji kesiapan meningkatkan aktivitas 3. Pertahankan kebersihan mulut anak baik dapat diberikan makanan lunak 3. Berikan bantuan sesuai kebutuhan 4. Beri makanan lunak 5. Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi medic antibiotik 4. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memiliki periode 5. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan aktivitas dengan teknik porsi kecil tapi sering